Anda di halaman 1dari 20

Sistem Sensorik Manusia- Vision

Prinsip umum persepsi visual


 Setiap reseptor telah terSPESIALISASI untuk MENYERAP SATU jenis energi dan
mentransduksinnya (mengubah) menjadi pola elektrokimia dalam otak.

 Contoh : Reseptor visual dapat menyerap dan terkadang merespon cahaya sebesar satu foton
dan mentransduksikan menjadi potensial reseptor yaitu depolarisasi atau hiperpolarisasi lokal
pada membran reseptor

 Besarnya potensial reseptor akan menentukan besarnya eksitasi atau inhibisi yang akan
dilakukan reseptor terhadap neuron setelahnya di dalam lintasan menuju otak.
Hukum Energi Saraf Spesifik
Pada tahun 1838, Jonathan Muller mendeskripsikan ide dalam hukum energi saraf spesifik.

 Apapun yang mengeksitasi sebuah saraf tertentu akan membentuk sebuah energi yang
spesifik untuk saraf tersebut.

 Otak menginterpretasikan aktivitas neuron sensori sesuai dengan informasi sensorik yang
diterima oleh neuron tersebut.

 Otaklah yang menginterpretasikan pesan dari saraf auditori sedemikain rupa sehingga
menjadi suara, dari saraf olfaktori menjadi aroma dan dari saraf optik menjadi cahaya
Mata dan hubungannya dengan Otak
Cahaya masuk ke dalam mata melalui sebuah bukaan ditenah-
tengah iris yang disebut pupil. Cahaya tersebut difokuskan
mengunakan lensa dan kornea yang kemudian diproyeksikan
ke retina, yaitu sebuah permukaan belakang di dalam bola
mata yang diselimuti oleh reseptor visual. Cahaya dari kiri
akan diproyeksikan pada retina belahan kanan begitupula
sebaliknya dan cahaya dari atas akan diproyeksikan ke retina
baian bawah begitupula sebaliknya. Citra yang dihasilkan akan
terbalik sama halnya pada kamera.
Lintasan dalam retina
• Reseptor yang terletak di belakang bola mata tidak mengirimkan pesannya langsung ke otak, melainkan ke sel-sel bipolar yaitu neuron-
neuron yang terletak mendekati titik tengah bola mata bagian belakang.

• Sel bipolar mengirimkan pesan mereka ke sel ganglion yang letaknya masih di dekat titik tengah bola mata bagian belakang. Akson-akson sel
ganglion berabung satu sama lain, berputar, dan menuju otak.

• Salah satu konsekuensi bentuk anatomi dari sel amakrin (sel lain) adalah cahaya harus meewati sel ganglion dan bipolar sebelum mencapai
reseptor.

• Sel-sel bipolar dan ganglion adalah sel yang tembus pandang sehinga cahaya melewati sel tersebut tanpa distorsi sama sekali. Konsekuensi
anatomi mata yang lain adalah adanya bintik buta.

• Akson-akson ganglion bergabung membentuk saraf optik (atau traktus optik) yaitu bundelan akson yang mengarah keluar dari bagian
belakang bola mata. Titik keluarnya bundelan akson tersebut disebut dengan bintik buta, karena pada ttitim tersebut tidak tersapat
reseptor.
Fovea dan Perifer Retina
 Fovea adalah sebuah area kecil yang telah terspesialisasi untuk penglihatan tajam dan detail. Hal
tersebut dapat terjadi karena pada area tersebut hampir tidak ada akson-akson sel ganglion serta
pembuluh darah.

 Mengarah ke bagian perifer retina, akan semakin banyak ditemui reseptor yang bergabung menjadi
sel bipolar dan ganglion. Penggabungan yang terjadi di daerah perifer memungkinkan adanya
persepsi dari cahaya yang lebih redup.

 Fovea memiliki ketajaman yang lebih baik (sensitivitas terhadap detail) dan perifer memiliki
sensitivitas terhadap cahaya yang lebih redup lebih baik.
Reseptor visual: Sel batang dan sel kerucut
 Sel batang (rods) merespon cahaya redup dan paling banyak ditemukan di
daerah perifer retina manusia, sel batang tidak bermanfaat pada cahaya terang
siang hari karena cahaya terang akan merusak sel tersebut.

 Sel kerucut (cones) kurang merespon cahaya rrdup dan lebih bermanfaat pada
cahaya terang dan sanat dibutuhkan untuk penglihatan berwarna, sel tersebut
banyak ditemukan di dalam dan sekitar fovea.
Penglihatan berwarna
1. Teori Trikromatik (Teori Young-Helmholtz)
Berdasarkan teori tersebut, kita mempersepsikan warna melalui tingkat respon relatif tiga
jenis neuron, tiap jenis neuron secara maksimal sensitif terhadap panjang gelombang
tertentu.
2. Teori Proses Bertentangan
Seorang fisiolog abad ke-19 bernama Ewald Hering mengajukan teori proses bertentangan
(opponent-process theory). Kita mempersepsikan warna dalam pasangan berlawanan;
merah dan hijau, kuning dan biru, hitam dan putih. Artinya tidak ada warna hijau
kemerahan, merah kehijauan atau yang lain. Otak memiliki mekanisme yang
mempersepsikan warna dalam bentuk tak terputus dari warna merah menuju hijau dan
dari warna kuning menuju biru.
3. Teori Retineks
Teori trikromatik dan proses bertentangan memiliki keterbatasan dalam hal penjelasan mengenai
kekonstanan warna. Kekonstanan warna adalah kemampuan mengenali objek meskipun terjadi
perubahan pada pencahayaan. Untuk menjelaskan kekonstanan warna dan kecerahan, Edwin Land
mengajukan teori retineks. Secara garis besar teori tersebut adalah korteks membandingkan informasi
dari berbagai bagian retina untuk memutuskan kecerahan dan warna untuk tiap bagian retina tersebut.
Contohnya, jika korteks mengamati adanya warna hijau yan konstan pada sebuah kondisi, maka korteks
akan mengeleminasi warna hijau dari tiap objek yang ada untuk menentukan warna asli objek tersebut.
Defisiensi penglihatan berwarna
Adalah sebuah ganguan proses persepsi perbedaan warna. Terdapat beberapa

tipe difisiensi penglihatan berwarna. Sebagian orang tidak memiliki satu atau

dua tipe sel kerucut, sebagian lagi memiliki tipe kerucut yang salah satunya

abnormal, semua hal tersebut muncul karena penaruh genetik.


Sistem Sensorik Manusia- Auditori
Pendengaran
Gelombang suara adalah kompresi periodik medium, seperti udara, air, dan lain
sebagainya. Tiap gelombang suara memilki amplitudo dan frekuensi yang
berbeda. Amplitudo adalah intensitas suara. Kenyaringan (loudness) adalah
persepsi intensitas yang berkaitan denan amplitudo, tetapi keduanya berbeda.
Frekuensi suara adalah jumlah kompresi perdetik , diukur dengan Hertz (Hz).
Tinggi nada (pitch) adalah persepsi yang berkaitan dengan frekuensi. Semakin
tinggi frekuensi suara maka semakin tingi pula tingi nadanya.
Struktur telinga
Ahli anatomi membagi telinga menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, tengah dan dalam.

 Termasuk ke dalam bagian telinga luar adalah pinna (daun telinga) yang terbentuk dari daging dan tulang
rawan yang melekat di dua sisi kepala.

 Termasuk telinga bagan tengah yaitu membran timpani yang bergetar sesuai dengan frekuensi getaran
yang mengenainya. Membran timpani melekat pada tiga tulang kecil yang akan menghantarkan getaran
ke tingkap oval, yaitu sebuah membran pada telinga dalam. Ketiga tulang tersebut dikenal dengan tulang
martil, landasan, dan sanggurdi.

 Termasuk bagian telinga dalam yaitu, koklea (sebuah struktur yang berbentuk seperti siput) .
Teori Pendengaran
1. Teori Frekuensi

Berdasarkan teori frekuensi, membran basilar bergetar secara sinkron dengan suara yang
menyebabkan saraf audtori menghasilkan potensial aksi pada frekuensi yang sama.

2. Teori Tempat

Berdasarkan teori tempat, membran basilar bekerja layaknya dawai-dawai piano, dimana setiap
tempat area pada membran telah teradaptasi untuk frekuensi tertentu dan bergetar bila frekuensi
tersebut muncul.
Korteks Auditori

 Korteks auditori menyerupai korteks visual dalam banyak hal, keduanya


memiliki sebuah sistem “di mana” pada korteks parietal dan sebuah sistem
“apa” pada korteks temporal. Keduanya memiliki area yang terspesialisasi
untuk mendeteksi gerakan, sehinga seseorang yang mengalami kerusakan otak
dapat menderita buta erak atau tuli erak. Korteks visual utama berperan
penting dalam imajinasi visual dan kortkes auditori utama berperan pentin
dalam imajinasi auditori.
 Setiap sel pada korteks auditori utama memberikan respons terbaik untuk
nada denan frekuensi berbeda walaupun banyak sel-sel yang memberikan
respon lebih baik untuk nada yan kompleks daripada nada berfrekuensi tunal.
Sek-sek pada korteks auditori memberikan respon paling kuat untuk suara
yang menarik perhatian kita misalnya suara-suara aneh dan suara yang kaya
akan harmonisasi. Area yang membatasi korteks auditori utama berfungsi
untuk menganalisis makna suara.
Hilang Pendengaran
 Tuli merupakan ganguan pendengaran yang tidak dapat memberikan suatu respon terhadap suara
nyaring. Tuli dibagi menjadi dua kategori yaitu tuli konduktif dan tuli saraf.

 Tuli konduktif atau tuli telinga tengah terjadi apabila tulang-tulang pada telinga tengah gagal
menghantarkan getaran secara tepat ke koklea. Hal tersebut disebabkan oleh penyakit, infeksi, atau
pertumbuhan tulang yang tidak wajar didekat telinga tengah. Tuli konduktif bersifat sementara.

 Tuli saraf atau tuli telinga dalam terjadi karena adanya kerusakan pada koklea, sel-sel rambut atau
saraf auditori. Pada kondisi ini, penderita hanya dapat mendengar frekuensi tertentu dan tidak dapat
mendengar frekuensi lain.

Anda mungkin juga menyukai