Sensorik khusus
Fungsi Sensorik/Indra
Alat Indra: merupakan reseptor sensorik bersatu dengan sel-sel non saraf yang melingkupinya. Reseptor di tiap alat indera disesuaikan untuk berespon terhadap satu bentuk energi terentu dengan ambang yang jauh lebih rendah. Tiap reseptor sensorik dikususkan untuk berespon terhadap satu bentuk energi tertentu. Jadi dengan reseptor yang berbeda mempu nyai stimulus berbeda (modalitas sensorik)
Indra khusus
Penglihatan
Didalam wadah yang protektif mata memiliki: -Sebuah lapisan reseptor-reseptor -Sebuah sistem lensa memfokuskan cahaya ke reseptor. -Sebuah sistem saraf menghantarkan impuls dari reseptor ke otak
Gambaran Anatomi
Humor akueus
Cairan jernih dihasilkan badan silier melalui difusi dan transport aktif melalui pupil menuju ruang anterior mata. Secara normal cairan diserap kembali oleh jaringan trabekula dikanalis schlemm (suatu saluran venosa di taut antara iris dan kornea) Sumbatan saluran keluar ini menyebabkan penyakit mata serius Glukoma sudut terbuka, tekanan intra okuler mata meningkat. Gerakan iris ke depan sebabkan sudut menghilang Glukoma sudut tertutup.
Glukoma
Kanalis schlemm: Sumbatan saluran keluar ini menyebabkan penyakit mata serius Glukoma sudut terbuka, tekanan intra okuler mata meningkat. Gerakan iris ke depan sebabkan sudut menghilang Glukoma sudut tertutup. Glukoma dengan tekanan intra okuler normal (10-20 mmHg) terjadi perubahan jaringan ikat di ujung serat optik, serat saraf retina lebih rentan terhadap kerusakan oleh tekanan.
Retina
Tersusun dalam 10 lapisan. Mengandung sel batang (rods) dan kerucut (cons) 4 jenis neuron: - sel bipolar - sel ganglion - sel horisontal - sel amakrin
Retina
Sel batang: sangat peka terhadap cahaya dan merupakan reseptor penglihatan malam (penglihatan skotopik) Sel Kerucut: memiliki ketajaman jauh lebih besar, berperan pada penglihatan cahaya terang (fotopik) dan penglihatan warna.
Struktur Retina
Hiperopia: penglihatan jauh, berkas cahaya sejajar di fokuskan di belakang retina. Strabismus: akomodasi terus menerus dapat menye babkan kelelahan otot bolamata, juling Miopia: garis tengah antero posterior mata terlalu panjang. Cahaya datang difokuskan di depan retina. Koreksi dengan kacamata bikonkaf
Penglihatan Warna
Mata mampu melihat warna pada panjang gelombang tertentu, antara 380 -750nm. Cahaya merah panjang gelombang: 723-647 nm Cahaya hijau panjang gelombang : 575-492 nm Cahaya biru panjang gelombang : 492-450 nm Warna: merah, hijau dan biru disebut warna primer
Buta warna
Uji rutin untuk test buta warna paling sering adalah dengan mencocokkan benang wol (yarn-matching). Sebagian orang buta warna tidak mampu membeda kan warna warna tertentu, ada yang hanya kelema han warna.
Pendengaran
Lokalisasi Suara: Penentuan arah/asal suara bergantung pada deteksi perbedaan waktu kedatangan rangsang ke dua telinga. Audiometri: alat pengukur ketajaman pendengaran.
Jaras Pendengaran
Serabut saraf dari ganglia spiralis corti memasuki nukleus koklearis dorsalis & ventralis di medula, menyilang di batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior, berjalan ke atas ke lemniskus lateralis, nukleus genekulata medialis, radiatio auditorius ke nukleus genikulata medial, ke radiatio auditorius, ke korteks auditorius.
Keseimbangan
Keseimbangan dideteksi olah reseptor di kanalis semisirkularis nervus vestibularis. Merupakan bagian dari nervus kranialis ke VIII. Impuls saraf dibangkitkan oleh adanya perubahan cairan pada kanal tersebut.
Reseptor Penciuman
Reseptor penciuman: hanya berespon pada bahan yg berkontak dengan epitel penciuman dan larut dalam lapisan tipis mukus yang melapisi. Molekul penghasil bau umumnya berukuran kecil, mengandung atom karbon 3 4 sampai 18-20. Molekul dengan jumlah atom karbon sama tetapi konfigurasi berbeda: bahu berbeda.
Fisiologi Penciuman
Tiap bahan tertentu mempunyai ambang penciuman berbeda.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bahan Etil eter kloroform piridin Oil of pepermint iodoform Asam butirat Propil merkaptan Metil merkaptan Kadar mg/L udara 5,83 3,30 0,03 0,02 0,02 0,009 0,006 0,0000004
Fisiologi Penciuman
Hubungan dengan jenis kelamin & ingatan: Banyak spesies hewan terdapat hubungan erat antara fungsi penciuman dan seksual. Dikatakan indra wanita lebih halus dibanding pria dan paling halus saat ovulasi. Ambang penciuman meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih dari 75 % pada usia diatas 80 tahun mengalami gangguan penghidu.
Manusia dapat membedakan antara 2000 dan 4000 bau berbeda. Bau berbeda menghasilkan pola ruang berbeda dari peningkatan aktivitas metabolik di bulbus olfaktorius. Bau berbeda menghasilkan pola peningkatan aktivitas metabolik berbeda di korteks olfaktorius. Untuk menentukan arah bau dinyatakan oleh perbe daan ringan waktu tiba di kedua nostril (rongga hidung).
Adaptasi
Penciuman dapat mengalami adaptasi. Orang yang terpapar bau tertentu, dalam waktu cukup lama, maka persepsi bau menurun dan kemudian berhenti. Kadang kadang adaptasi ini begitu cepat untuk bau tertentu dan ada bau tertentu yang tidak beradaptasi. Adaptasi bisa di sistem olfaktorius, kadang merupakan fenomena sentral, juga bisa pada reseptornya.
Kelainan Penciuman
Kelianan-kelainan Penciuman: Anosmia : hilangnya daya penghidu. Hiposmia: penghidu kurang peka Disosmia: Distorsi daya penghidu. Gangguan penciuman diduga oleh tidak adanya atau gangguan fungsi salah satu dari banyak anggota famili reseptor.
Fisiologi Pengecapan
Organ Reseptor Papil pengecapan (taste buds), organ indra untuk Pengecapan,merupakan badan badan ovoid berukuran 50-70um. Masing masing papil pengecap dipersarafi oleh 50 serat saraf, dan sebaliknya setiap serat saraf menerima masukan rata-rata dari 5 papil pengecap. Pada manusia papil pengecap terletak di: mukosa epiglotis, palatum, faring, dinding papila fungiformis dan papila valata lidah.
epiglotis
Fisiologi Pengecapan
Modalitas Pengecapan Dasar Pada manusia terdapat 4 pengecapan (rasa) dasar: Manis, Asam, Pahit, dan Asin. Bahan; Pahit dikecap di belakang lidah, Asam disepanjang tepi lidah, Manis di ujung lidah, Asin di dorsum anterior lidah. Bahan yang asam dan pahit juga terasa di palatum bersama dengan sensitivitas untuk manis & asin Ke 4 modalitas dapat dirasakan di faring dan epiglotis.
Rasa
Keanekaragaman rasa yang hampir tidak terbatas dan sangat berharga bagi ahli pencicip makanan sebagian besar dibentuk dari 4 komponen rasa dasar. Pada beberapa kasus rasa memiliki elemen rangsangan nyeri. Misal :saus pedas. Penciuman berperan penting dalam keseluruhan sensasi makanan, konsistensi dan suhu juga berperan.
Kelainan Pengecapan
Ageusia: hilangnya daya pengecapan. Hipogeusia: berkurangnya kepekaan pengecapan Disgeusia: distorsi daya pengecapan Obat kaptopril dan penisilamin menyebabkan hilang nya sensasi kecap sementara.
Pendahuluan:
Sensibilitas Somatovisera: Adalah modalitas rasa kulit (rasa mekanik, rasa suhu, dan rasa nyeri), bersama dengan rasa dalam (propiosepsi), dan rasa alat dalam (rasa visera). Reseptor modalitas rasa somatovisera berdiri sendiri-sendiri secara terpisah dan tersebar hampir diseluruh bagian tubuh,
Sensibilitas Somatovisera:
Serat aferennya tidak membentuk serat khusus, tersebar dan bergabung dengan banyak berkas saraf tepi (perifer). Tidak membentuk alat indera tertantu yang spesial, tidak seperti alat indera lain (alat indera khusus seperti N.Optikus dan N.Akustikus)
Rasa Mekanik
Adalah salah satu modalitas rasa kulit. Rasa mekanik mempunyai beberapa submodalitas (kualitas),yaitu: -rasa tekan, -rasa raba kasar, -rasa raba halus,-rasa getar, rasa geli. Setiap bagian tubuh mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap rangsang mekanik. Dengan aestesiometer rambut Von Frey dapat diteliti kepekaan kulit terhadap rangsang tekan.
Rasa Mekanik
Kepekaan kulit berbanding langsung dengan kepadatan titik-titik rasa tekan di kulit, kepadatan titik rasa tekan di kulit dapat ditunjukkan dengan memetakan titik-titik yang peka terhadap rangsang tekan dengan aestesiometer Von Frey yang telah diberi garis-garis berskala. Bagian kulit yang mempunyai kepadatan titik rasa tekan tinggi: jari tangan, ujung lidah, dan bibir. Bagian lain tubuh mempunyai kepekaan rasa tekan relatif rendah.
Rasa Mekanik
Kemampuan membedakan dua titik sebagai dua titik yang terpisah, disebut kemampuan resolusi kulit terhadap rangsang tekan/raba tercermin dari ambang diskriminasi spasial (ADS). Ambang diskriminasi spasial ini merupakan kemam puan se-seorang membedakan dua titik berdekatan sebagai dua titik yang terpisah, di ukur dengan menggunakan semacam jangka. ADS dibagi atas dua yaitu: -ADS suksesif dan -ADS simultan.
Rasa Mekanik
ADS suksesif relatif lebih kecil dibanding ADS simultan, ADS suksesif dihantarkan oleh satu serat saraf yang sama, ADS simultan harus oleh dua serat saraf, hubungannya dengan korteks sensorik melalui dua serat yang berbeda. Reseptor rasa tekan: - beradaptasi lambat/tidak beradaptasi sama sekali.- frekuensi impuls berbanding langsung dengan kuat rangsang
Rasa Mekanik
Dengan demikian Fungsi reseptor tadi: - sebagai pengindera kuat rang dan - pengindera lama rangsang. Histologis reseptor: Sebagai kompleks lempeng Merkel, tersebar pada kulit tidak berambut, pada kulit berambut, letaknya lebih ke permukaan, pada stuktur badan kubah dengan nama badan taktil Pinkus-Iggo. Terdapat pula reseptor yang beradaptasi lambat, tersebar di kulit berambut dan tidak berambut pada lapisan lebih dalam, Histologis bentuk badan Ruffini
Rasa Mekanik
Reseptor pengindera kecepatan (velocity detector) berupa reseptor akar rambut. Bila rambut punggung tangan diraba akan timbul rasa raba bila rambut itu bergerak. Intensitas rasa raba berbanding lansung dengan kecepatan gerak rambut, tidak pada amplitudo gerakannya. Histologis reseptornya: badan Meissner. Reseptor raba ini termasuk beradaptasi cepat.
Rasa Mekanik
Reseptor Getar: Merupakan pengindera percepatan (acceleration detector), terdapat pada kulit berambut/tidak berambut. Reseptor getar menginderai perubahan kecepatan terjadinya berubahan bentuk reseptor, atau perubahan kecepatan terjadinya indentasi pada reseptor. Impuls yang timbul tidak bergantung tidak bergantung pada besar dan kecepatan terjadi nya indentasi, bergantung pada percepatan yang Menimbulkan indentasi. Histologis: korpus Vater Pacini.
Rasa Mekanik
Ketiga Reseptor: Rasa tekan, rasa raba, dan rasa getar merupakan ujung serat saraf golongan II atau A diameter 5-10 um, kecepatan hantar 30-70 m/dtk.
Rasa Mekanik
Rasa Geli: Dapat diinderai melalui ujung saraf bebas (free nerve ending). Merupakan ujung serat saraf golongan IV (serat C). Ujung serat saraf ini merupakan indera ambang rangsang, hanya dapat menginderai ada/tidak ada rangsang.
Di klinik: Rasa raba, dan rasa tekan dapat diuji dengan menggunakan kapas, ujung pencil. Rasa getar dengan garputala.
Rasa Suhu
Obyektif maupun subyektif: Mempunyai dua modalitas, rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas selain menginderai rasa dingin dan panas, juga berfungsi pada refleks pengaturan suhu tubuh. Dalam hal ini reseptor suhu dikulit dibantu oleh reseptor suhu di sistem saraf pusat. Kecepatan hantar rasa dingin lebih cepat dibanding rasa panas. Juga dengan anestasi rasa dingin dan panas dapat diblok. Dengan demikian baik obyektif/subyektif rasa dingin dan panas memang berbeda dan terpisah.
Rasa Suhu
Rasa Suhu kulit yang tetap (Rasa suhu statik) Bila seseorang berendam di air hangat mula-mula akan merasakan rasa hangat, bila berendamnya lama, rasa hangat tidak dirasakan lagi. Bila ia ke luar dari air hangat beberapa saat kemudian masuk kembali ia akan merasakan hangat lagi. Demikian juga bila masuk ke air dingin juga demikian. Hal ini disebabkan tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhun kulit yang baru, sehingga suhu dingin dan panas tidak dirasakan lagi.
Rasa Suhu
Adaptasi hanya dapat terjadi pada suhu netral/ suhu nyaman. Ukuran suhu nyaman bergantung pada luas bagian tubuh yang terpapar dan kelembaban udara. Dari percobaan diketahui rasa suhu nyaman 33 0C 35 0C, rasa hangat dirasakan pada suhu diatas 36 oC. Pada suhu 43 oC -44 oC Menjadi rasa panas nyeri. Bila kulit didinginkan Pada 300C rasa dingin menetap akan dirasakan. Suhu 25 memberikan kesan rasa dingin dan tidak menyenangkan.
Rasa Suhu
Makin dingin suhunya rasa dingin makin kuat. Rasa dingin-nyeri baru dirasakan bila suhu mencapai 17 0C atau lebih rendah. Penelitian terakhir mendapati telapak tangan tidak beradaptasi terhadap suhu. Diatas 34 0C dirasakan panas dibawah 34 0C dirasakan dingin. Pada suhu 37 orang merasakan hangat dan nyaman.
Rasa Suhu
Rasa Suhu pada suhu kulit yang berubah (rasa suhu dinamik). Mempunyai tiga faktor penentu: suhu awal kulit, kecepatan perubahan suhu, luas kulit yang terpapar. Suhu kulit randah, misal 28 oC ambang untuk rasa hangat tinggi, sedang ambang untuk rasa dingin rendah. Sebaliknya kulit yang ber suhu 38oC di naikkan 0,2 oC lebih panas, sedang untuk menjadi Lebih dingin diturunkan 0,8 oC.
Rasa Suhu
Mula-mula tangan kanan dimasukkan ke air ber suhu dingin, tangan kiri dimasukkan ke suhu panas. Dan kemudian secara bersama-sama ke dua tangan dimasukkan ke dalam air hangat, maka dalam saat yang sama tangan kanan merasa hangat dan tangan kiri merasa dingin. Luas daerah yang terpapar juga berpengaruh terhadap timbulnyarasa panas atau dingin (sumasi ruang)
Rasa Suhu
Titik-titik rasa dingin dan panas (rasa suhu) lebih rendah dibandingkan titik rasa tekan dan rasa raba. Titik rasa dingin lebih rendah dibanding titik rasa panas. Histologis: reseptor rasa suhu ini kemungkinan berupa ujung saraf bebas (free nerve ending). Serat aferen terutama rasa panas serat saraf golongan IV (serat C). Untuk rasa dingin kecuali serat C juga serat saraf golongan III (A-).
Propioseptif
(Rasa Dalam)
Propioseptif
(Rasa Dalam)
Propiosepsi mempunyai tiga modalitas: Rasa posisi, rasa gerak, dan rasa kekuatan. Rasa posisi tidak beradaptasi. Reseptor untuk rasa propiosepsi terutama kumparan otot (muscle spindle) dan alat tendon golgi, juga Reseptor di kapsul sendi. Didalam kapsul sendi terdapat badan Ruffini.
Integrasi Sentral
Modalitas rasa mekanik, rasa suhu, dan rasa propiosepsi dalam kehidupan sehari-hari dalam menginderai sesuatu bekerja secara terpadu, sehingga kita memperoleh persepsi (kesimpulan) tentang rasa yang dialami.
Integrasi Sentral
Misal: dengan mengenali benda dengan meraba (Stereognosis), dalam menginderai kain basah yang kita pegang, rasa raba, rasa suhu, dan rasa propiosepsi secara bersamaan terangsang, sehingga otak kita dapat terangsang, dan kita dapat mengambil kesimpulan. Untuk dapat berfungsinya alat indera tadi diperlukan fungsi sistem saraf pusat yang utuh.
Rasa Nyeri
Rasa nyeri: timbul oleh rangsang noksius (merusak) atau rangsang nosiseptif. Rasa nyeri terutama berfungsi untuk melindungi tubuh dari ancaman kerusakan. Modalitas rasa nyeri dibagi atas: submodalitas nyeri somatik dan nyeri visera. Nyeri somatik dibagi atas submodalitas nyeri permukaan dan nyeri dalam. Reseptor rasa nyeri adalah ujung saraf bebas & impulsnya dihantarkan oleh dua serat saraf.
Rasa Nyeri
Serat saraf A (serat bermielin) dan serat C (tak bermielin) dengan demikian rasa nyeri dapat dirasakan dua kali, rasa nyeri awal (initial pain) Oleh A dan rasa nyeri belakangan (delayed pain) dihantarkanoleh sarat saraf C. Rasa nyeri juga dapat dibagi atas: nyeri tusuk, nyeri sayat, nyeri berdenyut, nyeri seperti tertekan, nyeri seperti terbakar, dll. Nyeri disayat dan tusuk dirasakan lokasinya jelas, mungkin melalui serat A.
Rasa Nyeri
Nyeri seperti ditekan, nyeri dalam, dan nyeri seperti terbakar dirasakan lokalisasinya tidak jelas, Mungkin impuls di bawa ke SSP dengan konvergensi yang besar (daerah reseptifnya luas). Atau serat yang membawanya serat C. Contoh nyeri dalam: nyeri kepala, nyeri otot, nyeri tulang. Gejala nyeri dalam lain adanya komponen afektif dan respon autonom yang menyertainya. Misal: muntah, keringat dingin, tekanan darah naik,dll.
Rasa Nyeri
Nyeri visera (nyeri alat dalam) juga cenderung berlokasi kurang jelas dan menyebar, juga disertai komponen otonom. Agaknya proses adaptasi tidak terjadi pada rasa nyeri, bahkan daerah yang mendapatkan rangsang nyeri cenderung menjadi lebih peka. Teori timbulnya rasa nyeri ada tiga macam: Teori intensitas, teori pola, dan teori spesifisitas.
Rasa Nyeri
Teori intensitas dan teori pola: menyatakan tidak adanya reseptor khusus. Teori spesifisitas: menyatakan adanya reseptor khusus terhadap rangsang yang merusak; nosiseptor atau reseptor nyeri. Zat kimia yang pada kadar tertentun dapat menimbul kan rasa nyeri; asetilkolin, serotonin, histamin juga menimbulkan rasa gatal, ion H dari pH 6, ion K, dan beberapa plasmakinin.
Rasa Nyeri
Pada otot jantung yang mengalami iskemia, nosiseptornya terangsang, menimbulkan nyeri disebut angina pektoris. Alat dalam lain; usus, ureter, saluran empedu, ada reseptor nyeri peka terhadap regangan, menimbulkan nyeri kolik. Nyeri proyeksi: nyeri timbul bila rangsang tidak pada reseptornya, tetapi lasung pada serat saraf sensorik Nyeri alih: terjadi bila rangsang nyeri pada alat dalam, rasa nyeri dirasakan di permukaan kulit.
Rasa Nyeri
Teori intensitas dan teori pola: menyatakan tidak adanya reseptor khusus. Teori spesifisitas: menyatakan adanya reseptor khusus terhadap rangsang yang merusak; nosiseptor atau reseptor nyeri. Zat kimia yang pada kadar tertentun dapat menimbul kan rasa nyeri; asetilkolin, serotonin, histamin juga menimbulkan rasa gatal, ion H dari pH 6, ion K, dan beberapa plasmakinin.
Rasa Nyeri
Hiperalgesia: Bentuk rasa nyeri khusus, biasanya dialami oleh penderita yang kulitnya telah terkena rangsang nosiseptif. Bagian yang luka akan mengalami nyeri dan vasodilatasi. Hipoalgesia: Menurunnya daya merasakan rasa nyeri atau Analgesia: hilangnya rasa nyeri.
Rasa Nyeri
Phantom limb: Penderita salah satu anggota tubuhnya diamputasi tetapi dapat merasakan rasa nyeri seperti dari bagian tubuh yang telah di amputasi. Timbulnya rasa nyeri ini proses sentral yang belum dapat diterangkan. Neuralgia: nyeri sepanjang perjalanan saraf, kemungkinan juga ada gangguan sentral.
Rasa Gatal
Merupakan salah satu bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi perangsangan tertentu. Tetapi ada dugaan rasa gatal merupakan rasa yang tidak bergantung pada rasa nyeri. Mungkin reseptor rasa gatal lebih dipermukaan kulit sedang rasa nyeri terletak lebih dalam. Penelitian dengan histamin menunjukkan tidak ada hubungan dengan rasa nyeri.