Anda di halaman 1dari 36

Indra penglihatan (mata)

Struktur
Terdiri atas 3 lapisan :
A. Lapisan luar :
- Sclera
- Kornea
B. Lapisan tengah
- Koroid
- Otot siliaris mata
- Iris
- Lensa mata
C. Lapisan dalam
- Retina
- Saraf optic

1. Sclera
L konjungtiva

- Lapisan konjungtiva merupakan lapisan membrane yang juga melapisi bagian dalam
kelopak mata dan mengandung banyak p darah
- Otot ekstraokuler untuk menggerakkan mata
2. Koroid

- Antara sclera dan retina


- Mensuplai nutrisi dan oksigen untuk bagian posterior retina mata
- Pertukaran panas untuk mencegah retina kepanasan
3. Otot siliaris mata
Ligament suspensor

- terhubung dengan lensa melalui ligament suspensor


- saat otot relaksasi, ligament tertarik shg lensa mendatar
- saat oto kontraksi, ligament kendur shg lensa cembung
4. Aqueus humor

- Kornea dan lensa dinutrisi oleh cairan ini karena tidak terhubung dengan pembuluh
darah
- Ada di anterior mata
- Menjaga tekanan mata
5. Vitreous humor

- Ada di posterior mata


- Komposisi 99% air dan 1% kolagen, gula, protein
- Memberi bentuk pada mata
6. Kornea
 Karena tidak ada pembuluh darah, maka ketika donor tidak mendapat penolakan
7. Pupil

8. Iris

 Otot sfingter untuk memperkecil pupil


 Otot dilator untuk memperbesar pupil
9. Lensa
 Daya akomodasi mata : kemampuan adaptasi mata untuk mengubah focus saat
melihat benda dalam jarak jauh dan dekat agar cahaya jatuh tepat di retina
10. Retina
 Cakram pigmen ada di ujung segmen luar
 Tersebar di retina kecuali fovea

 Ada 2 jenis sel saraf, yaitu saraf bipolar dan sel ganglion
 Bebarapa sel batang akan terhubung pada 1 sel saraf
 Tiap sel kerucut akan terhubung dengan 1 sel saraf (memungkinkan (penglihatan
lebih tajam)
 Di bintik buta tidak terdapat fotoreseptor kerena merupakan tempat sel saraf dan
pembuluh darah

Aksesoris mata
1. Alis mata

2. Kelopak mata
3. Bulu mata

4. Kelenjar air mata (lakrimal)

5. Otot ekstrinsik mata


Proses melihat :
Gelombang cahaya tampak > kornea > aqueous humor > pupil > lensa > vitreous humor >
fotoreseptor retina (bayangan yang terbentuk di retina nyata, kecil, dan terbalik) > saraf optic >
otak (bagian oksipital)
Cara kerja sel batang :
 Saat cahaya sedikit, rhodopsin aktif dan mengalami perubahan struktur
 Hal ini membuat chanel ion na+ tertutup dan menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi
pada sel batang

 Hal ini akan menyebabkan neurotransmitter glutamate menjadi sedikit atau tidak
dihasilkan

 Hal ini membuat sel bipolar terdepolarisasi dan menghasilkan banyak neurotransmitter
glutamate dan memicu sel ganglion terdepolarisasi shg terbentuk impuls
 Impuls akan ditransmisi ke otak oleh saraf optic dan dipersepsikan di otak bagian
oksipital (warna abu abu dan hitam)
 Saat tidak ada cahaya, rhodopsin sel batang tidk aktif dan menyebabkan chanel ion na+
terbuka

 Hal ini menyebabkan depolarisasi pada sel batang shg dihasilkan banyak neurotransmitter
glutamate
 Glutamate akan menghambat sel bipolar terdepolarisasi shg tdk ada impuls yang
dihasilkan (maka pada gelap kita tdk bisa melihat)

Cara kerja sel kerucut:


Masing masing sel kerucut memiliki fotopsin berbeda yang sensitiv thd panjang gelombang
tertentu
 Misal, jika kita melihat cahaya dengan warna merah, maka akan mengaktifkan fotopsin
pada sel kerucut merah
 Stimulus cahaya akan diubah menjadi impuls elektrokimia (proses ini disebut
fototransduksi)
 Kemudian impuls akan ditransmisikan ke otak bagian oksipital melalui sel saraf optik
yang menyilang dari otak kanan ke otak kiri (dan sebaliknya)
 Impuls akan dipersepsikan sbg warna merah

 Misal, jika kita melihat warna oranye (panjang gelombang sekitar gelombang merah dan
hijau) maka akan mengaktifkan sel kerucut merah dan hijau
 Stimulus kemudian akan mengubah fotopsin pada 2 sel kerucut dan selanjutnya proses
sama

Adaptasi penglihatan :
Gelap ke terang
 Ketika kita pindah dari tempat gelap ke tempat terang, akan terjadi perubahan
intensitas cahaya
 Hal ini akan membuat pupil kontriksi atau menyempit
 Pupil yang menyempit membuat cahaya yang datang difokuskan ke fovea centralis
 Hal ini membuat rusaknya atau berubahnya pigmen pada sel kerucut dan sel batang
(karena cahaya datang terus menerus) sehingga terjadi bleaching atau perubahan
warna
 Efek :
 Pada sel batang : pigmen rhodopsin yang tadi aktif menjadi inaktif
 Pada sel kerucut : pigmen fotopsin rusak sementara (namun perlahan normal)
(5-10 menit)
Terang ke gelap
 Ketika kita pindah dari tempat terang ke tempat gelap, akan terjadi perubahan
intensitas cahaya
 Hal ini akan membuat pupil dilatasi atau melebar
 Karena pupil melebar, maka cahaya akan disebarkan ke periferal retina (bagian yang
banyak mengandung sel batang)
 Hal ini mengakibatkan rhodopsin teraktivasi shg sensitivitas cahaya meningkat
 Efek :
 Sel batang : aktivasi rhodopsin buth waktu 20-30 menit (Di awal > buta
sesaat)
 Sel kerucut : [igmen fotopsin inaktif krn panjang gelombang tdk sesuai shg
ketajaman visual menurun (penglihatan jadi hitam atau abu)

Indra penciuman
Bau = senyawa volatil organik (molekul organik yang mudah menguap pada suhu ruang) yang
dideteksi hidung sebagai stimulus
Struktur:
A. Nostril
B. Konka nasal
C. Sistem olfaktori:

1) Epitel olfaktori :
Terdiri atas 3 jenis sel :
 Sel reseptor: penerima stimulus bau (ujung dendritnya memilki silia dan pada
membran silia ada banyak kemoreseptor)
 Sel pendukung : mirip neuroglia, mendukung epitel olfaktori
 Sel basal : sel induk yang dapat berkembang jadi sel reseptor atau sel pendukung
2) Lamina propria:
Di dalamnya terdapat:
 Kelenjar mukus: menghasilkan mukus, salurannya melintang dari lamina propria
sampai epitel olfaktori. (mukus: untuk menjebak dan melarutkan molekul volatil
agarv dapat menempel di reseptor silia, kalau banyak mukus malah menjauhkan
molekul volatil dari reseptor)
3) Lempeng cribriform : bagian berpori, menghubungkan epitel olfaktori dengaan
traktus olfaktori (akson memanjang daru epitel olfaktori sampai traktus)
4) Traktus olfaktori:
 Terdapat bagian menggembung yang disebut bulbus olfaktori.
 Di dalam bulbus ada glomerulus. Glomerulus : area sinapsis antara akson terminal
sel reseptor dengan saraf olfaktori
 Traktus olfaktori memanjang sampai bagian frontal otak (area penciuman),
amigdala, dan hipokampus (emosi, pembelajaran, ingatan)
Mekanisme penciuman:
 Molekul atau senyawa kimia yang masuk ke hidung dan terlarut di dalam mukus (dalam
konka superior)
 Molekul yang terlarut akan diterima oleh reseptor pada epitel olfaktori, yaitu pada membran
silia.
 Setiap satu senyawa kimia akan diikat oleh satu reseptor

 Pengikatan senyawa kimia akan mengakibtkan terbukanya kanal ion shg terjadi depolarisasi
atau terbentuk impuls
 Impuls akan dibawa menuju akson terminal lalu terbentuk neurotransmitter yang akan
diteruskan ke bagian glomerulus pada bulbus olfaktori
 Impuls yang duterima saraf olfaktori akan diteuskan via traktus olfaktori yang memiliki
beberapa cabang penerusan impuls bisa dipersepsikan ke korteks olfaktori
 Jenis bau juga akan dipersepsikan ke sistem limbik
Persepsi bau pada sistem limbik (amnigdala dan hipocampus)
Amigdala :
 Ketika kita menghirup bau, akan mempengaruhi amigdala, shg timbul emosi (+ atau –)
Hipocampus :
 Ketika memnghirup bau, akan mempengaruhi hipocampus, shg timbul memori thd bau tsb

Indra pengecap
Peran : pengecap dan membantu berbicara (artikulasi)
Tersusun atas otot dan mukosa (jaringan yang berwarna pink)
Struktur:
Bagian posterior: 1/3, tidak dapat digerakkan, disebut akar lidah
Bagian anterior : 2/3, dapat digerakkan, tersusun atas papilla, di papilla ada taste bud (kuncup
perasa)

1) Papilla:
 Tonjolan di lidah yang membuat tekstur lidah kasae
 Meningkatkan luas area permukaan lidah
 Meningkatkan area kontak dan gesekan antara lidah dan makanan
 Ada 4 jenis:

1. Filiformis:
 Tipis spt benang
 Banyak
 Tidak mengandung taste bud
 Kontribusi menmberi tekstur kasar
2. Fungiformis:
 Spt jamur
 Warna merah lebih terang
 Di anterior lidah (terutama ujung)
 Ada taste bud di celah papilla
3. Foliata:
 Spt daun
 Ada di dua sisi lidah
 Taste bud ada di kedua sisi papilla
4. Sirkumvalata
 Formasi spt huruf v dibagian belakang
 Taste bud ada di sepanjang sis
2) Taste bud
 Sbg reseptor pengecap
 Mengandung 50-100 sel epitel reseptor
 Struktur:

Proses mengecap
 Saat makan, makanan akan tercampur dg air liur menghasilkna bolus agar mudah ditelan
 Air liur berperan sbg pelarut. Stimulus berupa senyawa kimia yang terlarut pada air liur.
 Molukel makanan masuk kedalam celah papila dan kemudian masuk kedalam kuncup
penggecap melewati pori

 Molekul kimia menempel pada mikrovili kuncup pengecap


 Rasa tertentu dideteksi oleh reseptor khusus yang menyebabkan kanal ion terbuka
 Maka akan terjadi depolarisasi > impuls terbentuk > disalurkan ke otak lewat saraf
kranial vii dan ix
 Di korteks gustatori di lobus frontal dipersepsikan sbg rasa dan juga sistem limbik (spt
bau)
Reseptor tiap rasa
 Kalau panas dan dingi makanan, akan mengaktifkan saraf untuk sensasi panas/dingin di
taste bud
 Capsaicin pada cabai akan terikat pada reseptor panas pada lidah, shg akan dipersepsikan
sbg rasa panas

Hubungan indra pengecap dan penciuman:


Keduanya stimulusnya berupa stimiulus kimia shg jenis reseptor sama, yaitu kemoreseptor.
 Pada saat makan, stimulus kimia berupa bau > hidung > impuls > korteks olfaktori >
aroma
 Selain itu, stimulus kimia terlarut > lidah > impuls > korteks gustatori > rasa
 Informasi rasa dan aroma > korteks orbifrontal lobus frontal otak besar > kombinasi >
cita rasa makanan yang kita mengerti
Saat hidung tersumbat makanan hambar:
 Saat hidung tersumbat > makananan hambar
 Mukus berlebih > menghambat stimulus kimia berikatan dengan reseptor membran silia
> impuls bau berkurang > cita rasa hambar (karena cita rasa itu 80% baunya)

Berliur ketika mencium bau makanan:


 Stimulus bau juga akan dikirim sbg impuls ke batanag otak > batang otak mengirim
respons ke kelenjar ludah > air liur (utk membantu pengunyahan dan persiapan
pencernaan)
Saat sakit rasa makanan pahit :
 Hidung tersumbat > timbul rasa sakit > respon imun > berupa protein inflamasi >
menempel di reseptor pahit pada taste bud

Indra pendengar
Struktur :
 Luar :
- Daun telinga (pinna) atau aurikula
- Saluran telinga (kanal auditori)

 Tengah :
- Membran timpani
- Maleus (martil)
- Inkus (landasan)
- Stapes (sanggurdi)
- Saluran eustachius

 Dalam :
- Tingkap oval
- Sistem vestibular (kanal semisirkularis dan vestibuli)
- Koklea

1) Daun telinga (pinna)


- Tersusun atas tulang rawan
- Menangkap dan mengumpulkan gel suara
2) Kanal auditori
- Dilapisi banyak kelenjar yang menghasilkan zat bewarna coklat kekuningan
berupa lilin (disebut serumen) > melumasi dan melindungi telinga
- Meneruskan gel suara dari pinna ke membran timpani
3) Membran timpani
- Disebut gendang telinga
- Pemisah telinga luar dan tengah
- Bergetar ketika ada gel suara > getaran diteruskan ke tulang pendengaran
4) Maleus (martil)
- Bentuk spt gada, bagian pegangan tertanam di membran timpani, bagian kepala
ada di rongga telinga tengah dan terhubung dengan inkus
5) Inkus (landasan):
- Bentuk kerucut dan terhubung dengan stapes
6) Stapes (sanggurdi) :
- Berupa lengkungan dan pelat kaki
- Pelat kaki menutupi tingkap oval
Tulang pendengaran berfungsi meneruskan getaran suara
7) Saluran eustachius :
- Saluran udaara yang menghubungkan antara teklinga tengah dengan bagian
belakang hidung atau faring
- Menjaga tekanan udara di dalam telinga tengha agar tetap mendekati tekanan
lingkungan normal
8) Koklea :
- Bagian awal disebut tingkat oval / jendela oval > menerima getara suara dari
stapes
- Tingkap bundar / jendela bunda > menahan, mengurangi tekanan yang berasal
dari gelombang jendela oval
- Koklea tersusun atas:

- Skala vestibuli :
 Ada di bagian atas
 Mengandung cairan perilymph (kaya akan sodium atau ion na+)
- Skala media :
 Disebut juga duktus koklea
 Kecil
 Mengandung cairan endolymph (kaya akan potassium atau ion k+)
 Memiliki organ korti > mengandung sel mekanoreseptor

 Helikotrema : bagian ujung, pertemuan antara skala vestibuli dan skala


timpani
- Skala timpani :
 Bagian bawah
 Mengandung cairan perilymph

9) Sistem vestibular
- Terdiri atas kanal semikularis (saluran setengah lingkaran) dan vestibuli
- Fungsi : menjada keseimbangan tubuh
 Kanal semisirkularis :

 Vestibuli :
 Sakula :
 Mengandung endolymph
 Mengandung makula > berperan dalam kesetimbangan statis
 Utrikula :
 Mengandung endolymph
 Terhubung dengan krista ampula
 Mengandung makula > kesetimbangan statis
 Makula :

Proses mendengar :
Gelombang bunyi :
- Frekuensi tinggi (semakin rapat) : nada tinggi
- Frekuensi rendah (semakin renggang) : nada rendah
- Amplitudo tinggi : volume tinggi
- Amplitudo rendah : volume rendah
Penghantaran suara:
 Gelombang suara > ditangkap pinna > menuju kanal auditori > diteruskan ke membran
timpani > membran timpani bergetar > 3 tulang pendengaran juga bergetar > di 3 tulang
pendengaran, getaran gelombang diperkuat (agar mudah bergerak di telinga bagian dalam) >
getaran membuat stapes mengetuk tingkap oval > gelombang bunyi mneuju bagian dalam
koklea
 Di skala media ada organ korti (ada ribuan reseptor, memproses stimulus berupa gel suara
menjadi impuls elektrokimia)
 Stimulus berupa gel suara akan menggetarkan membran basilar keatas dan kebawah
 Hal ini membuat organ korti yang bersisi reseptor juga bergetar
 Rambut atau stereocilia pada sel rambut akan menyentuh mebran tektorial dan menekuk
 Penekukan ini memicu aktivasi mekanoreseptor shg kanal ion k+ dan ca2+ terbuka dan
terjadi depolarisasi (terbentuk impuls)
 Impuls akan dihantarkan dari sel rambut ke saraf auditori melalui pembentukan
neurotransmitter
 Impuls di saraf auditori akan dibawa ke lobus temporal pada korteks auditori > suara
dipersepsikan
 Sel rambut pada tingkap oval memproses suara yang beda beda
 Suara frek tinggi diolah di bagian dasar koklea
 Suara frek rendah dibolah di ujung koklea
 Jika volume besar, stereocilia akan lebih menekuk daripada volume kecil

Keseimbangan tubuh:
 Kemampuan untuk mengontrol dan mempertahankan kesetimbangan posisis thd bidang
tumpu
 Ada 2 jenis:
1) Kesetimbangan statis > dikontrol dan dipertahankan makula (sakula dan utrikula)
2) Kesetimbangan dinamis > dikontrol dan dipertahankan oleh ampula dan kanal
semisirkularis
 Keseimbangan statis:
- Keseimbangan yang dilakukan dan dikontrol saat tubuh melakukan gerakan linear
- Gerakan linear merupakan gerakan yang melibatkan 1 sumbu tubuh tanpa pergantian
arahh (ke depan saja, ke belakang saja, dll)
- Utrikula :
 Makulanya ada di dasar shg stereocilia menghadap ke atas
 Fungsinya untuk keseimbangan statis horizontal
 Contoh: menggerakkan kepala ke samping saja
- Sakula :
 Makulanya ada di dinding sakula shg stereocillia vertikal atau menghadap ke
samping
 Fungsinya untuk keseimbangan sattis vertikal (berkaitan dengan stimulus gaya
berupa gravitasi)
 Contoh: saat naik wahana histeria
 Keseimbangan dinamis
- Mekanisme keseimbangan yang dilakukan saat terjadi pergerakan tubuh yang
melibatkan lebih dari 1 sumbu tubuh
- Diperankan oleh ampula dan kanal semikularis
Mekanisme keseimbangan statis:
Horizontal :
 Ketika kita menggerakkan kepala ke kanan, akan membuat kristal otolith pada makula
terdorong juga ke kanan
 Hal ini juga akan membuat membran otolith juga terdorong ke kanan
 Hal ini akan membuat stereocillia mengalami penekukan (lanjut bawah)

 Kalau posisi sudah normal, kristal otolith dan membran otolith kembali ke normal shg
stereocillia tidak menekuk
 Shg potensial aksi tidak dihantarkan dan impuls tidak terbentuk
Vertikal :
 Saat tubuh naik, akan membuat kristal otolith dan membran terdorong ke bawah shg
stereocillia menekuk (lanjut bawah)

 Kalau posisi sudah normal mekanisme sama spt horizontal.

Mekanisme keseimbangan dinamis:


 ketika seseorang bergerak berputar, maka cairan endolymph di sekitar ampula juga bergerak
shg cupula menekuk
 karena cupula menekuk, maka stereocillia sel rambut juga menekuk
 misal ketika kita berputar lama, namun setelah berhenti masih terasa berputar > disebabkan
oleh cairan endolymph di ampula masih berputar.

Indra peraba
Jenis reseptor pada kulit:
1) mekanoreseptor
2) termoreseptor
3) nosireseptor (repseptor rasa sakit)
Reseptor pada kulit ada dalam struktur:

1) Ujung saraf bebas


- Tidak diselubungi kapsul
- Ujung saraf yang paling umum ditemukan di kulit
- Lokasi meluas sampai tengah epidermis
- Sensitif thd rangsangan yang menyakitkan, dingin, panas, dan sentuhan ringan.
2) Sel merkel (diskus merkel):
- Tidak diselubungi kapsul
- Terletak di bagian basal epidermis
- Memiliki struktur spt piringan
- Ditemukan di kulit berambut maupun tidak berambut
- Dominan ditemukan di ujung jari dan bibir
- Sbg reseptor stimulus sentuhan ringan
3) Korpuskula meissner (wagner meissner):
- Berkapsul
- Ditemukan di dermis atas
- Ditemukan di kulit tdk berambut
- Sbg reseptor stimulus sentuhan halus dan getaran frek rendah
4) Korpuskula ruffini
- Berbentuk bulat
- Ditemukan di kulit berambut dan tidak
- Sbg reseptor stimulus tekanan yang diberikan scr terus menerus dan rasa panas
5) Bulbus krause :
- Terletak di dermis
- Reseptor stimulus dingin
6) Korpuskula pacini :
- Ditemukan jauh di dalam dermis di kulit yang berambut dan tidak
- Reseptor stimulus tekanan kuar dan getaran tinggi

Mekanisme menyentuh :
1) Diskus merkel
 Reseptor sentuhan ringan yang berasal dari bentuk atau tekstur benda
 Adaptasi lambat dan bidang pengenalan kecil

2) Korpuskulla meissner :
 Reseptor sentuhan ringan
 Adaptasi cepat
 Terdeaktivasi jika stimulus sama dan berulang
3) Korpuskula pacini:
 Reseptor tekanan kuat

Stimulus nyeri:
 Sumber > mekanik (tusukan paku atau jarum), suhu atau thermal (terlalu panas atau
dingin), bahan kimia (capsaicin pada cabai), asidic (pada larutan asam)
 Menyebabkan teraktivasinya reseptor yang terletak di permukaan membran pada sel saraf
bebas
Mekanisme rasa sakit, panas, dingin:
1) Mekanisme nyeri:

2) Mekanisme panas atau dingin:

3) Mekanisme Ruffini:
 Mekanoreseptor dengan stimulus tekanan yang terus menerus.
4) Bulbus krause
 Diduga berperand dalam sensasi dingin karena reseptor di bulbus krasue aktif
dibawah suhu 20C

Gangguan indra penglihatan


Refraksi error (kesalahan bias) : mata tidak bisa memfokuskan bayangan dengan jelas ke retina
Ada beberapa jenis:
1) Miopia (rabun jauh)
 Sulit melihat objek yang jauh dengan jelas
 Faktor penyebab:
- Bola mata lebih panjang shg cahaya difokuskan di depan retina
- Kornea terlalu melengkung, shg cahaya datang sbg cahaya lurus akan dibiaskan
secara berlebih. Hal ini membuat lensa akan memfokuskan cahaya di depan retina
- Kebiasaan buruk (baca terlalu dekat, radiasi gadget, sering beraktivitas di dalam
ruangan, begadang) hal ini bisa mempengaruhi lensa mata
 Gejala :
- Penglihatan buran saat melihat objek jauh
- Harus menyipitkan mata
- Sakit kepala
- Sulit melihat saat berkendara
 Penanganan :
- Kacamata (lensa cekung) (cahaya akan dibiaskan secara lebar dulu)
- Menggunakan contact lens
- Ortokeratologi (crt/ corneal refractive therapy) : menggunakan kontak lensa kaku
untuk secara perlahan mengembalikan kelengkungan korne (dipakai saat tidur)
- Lasik (laser assisted in situ keratomileusis) : mengurangi atau menghilangkan
sebagian jaringan dari lapisan korena
- Pembedahan untuk implan lensa kecil (pada penderita dengan lensa terlalu tipis)

2) Hiperopia atau hipermiopia


 Cahaya jatuh di belakang retina
 Penyebab:
- Bola mata leboh pendek
- Kornea yang kelengkungannya berkurang
 Gejala :
- Objek yang dekat buram
- Perlu menyipitkan mata
- Mata terasa lelah atau terbakar
- Merasa tidak nyaman ketika aktivitas jarak dekat
 Penanganan :
- Kacamata (lensa cembung)

- Contact lense
- Lasik

3) Presbiopi
 Kondisi mata yang kehilangan kemampuan fokus secara berthap untuk melihat objek
jarak dekat
 salah satu bagian dari proses penuaan > juga disebut dengan mata tua
 gejala
- mulai terlihat pada usia 40 tahun keatas
- penglihatan mulai kabur saat jarak baca normal
- lebih jelas saat baca jarak jauh
- mata menjadi lelah dan sakit kepala setelah aktivitas jarak dekat
 penyebab:
- usia senja > penurunan fungsi tubuh > penurunan kemampuan otot siliaris mata
> daya akomodasi berkurang
 penanganan :
- kacamata bifokal atau 2 lensa > lensa cembung untuk presbiopi
- kontak lensa
- lasik
4) Astigmatisma
 Disebut juga mata silinder
 Akibat kelengkungan kornea atau lensa
 Menyebabkan pandangan baik jarak dekat maupun jauh menjadi kabur
 Umumnya disertai dengan refraksi eror lainnya seperti miopia atau hiperopia
 Gejala sama seperti lainnya
 Pada kondisi normal, kornea memiliki kelengkungan yang sama dari semua sisi
untuk memfokuskan cahaya
 Kalau astigmatisma, korena atau lensa memiliki kelengkungan yang tidak normal
sehingga pembiasan cahaya juga tidak rata > terbentuk lebih dari 1 fokus yang
salah saling tumpang tindih ataupun bergabung yang membuat penglihatan jadi
kabur

 Pengobatan
- Kacamata lensa silinder (untuk mengimbangi bentuk kornea yang tidak
rata)
- Kontak lensa
- Lasik
5) Rabun senja
 Dissebut juga nyctalopia
 Gangguan dimana kemampuan untuk melihat pada kondisi kurang cahaya menjadi
terbata dibanding saat kondisi banyak cahaya
 Gejala :
- Kesuliran melihat saat berpindah dari lingkungan yang redup
- Sulit berkendara di malam hari
- Sulit mengenali wajah saat malam hari
 Penyebab :
- Miopia
-Defisiensi vit a
Sel batang tidak bisa bekerja dengan baik (karena pada bagian ujung
rodopsin ada retinol, salah satu bentuk aktif vit a)
- Katarak
 Pengobatan
- Miopia > lensa
- Defisiensi vit a > suplem vit a dan konsumsi makanan sumber vit a
- Katarak atau galukoma > operasi
6) Katarak
 Gangguan dimana cairan di dalam lensa berwarna keruh

 Penyebab katarak : agregasi (penggumpalan protein mata) dikarenakan :


- Penuaaan
- Terapi hormon kortikosteroid
- Alkohol
- Diabetes
 Pengobatan :
- Fakoemulsifikasi (bagian korteks dan nukleus diekstraksi keluar)
- Implan lensa intraokular
7) Glaukoma
 Gangguan mata dimana tekanan cairan di dalam mata sangat tinggi sehingga dapat
merusak saraf optik mata
 Gejala :
- Bayangan kabur
- Sakit kepala dan mata
- Tidak bis melihat secara tiba tiba
- Bagian mata keruh sampai menutupi iris
 Penyebab :
Sumbatan pada area trabekular
Pada kondisi normal, cairan aqueus humor dihasilkan oleh otot siliaris mata.
Kemudian cairan akan dialirkan ke aqueous humor. Setelah itu, cairan akan
dikeluarkan melalui saluran trabekular. Hal ini bertujuan untuk meregulasi agar
cairan tidak terlalu banyak
 Sistem aliran trabekular aqueous humor terhambat karena :
- Paparan zat kimia
- Trauma atau kecelakaan
- Klatarak
- Darah tinggi
- Faktor genetik
 Pengobatan :
- Tetes mata yang mengandung prostaglandi > memecah sumbatan pada
trabekular
- Obat yang mengandung carbonic anhydrase inhibitor > menurunkan
tekanan cairan
- Operasi untuk membuka sumbatan
8) Kebutaan total
 Penyebab :
Kerusakan pada retina atau saraf optik yang disebabkan oleh:
- Kecelakaan
- Retinitis pigmentosa
Kelainan genetik yang menyebabkan kerusakan retina secara perlahan
Ditandai dengan :
 Hilangnya penglihatan samping / periferal
 Rabun senja
 Gejala timbul pada kanak kanak
Penyebab :
 Rusaknya fotoreseptor pada retina secara bertahap
 Ditandai dengan bintik bintik hitam pada retina
Untuk memperlambat proses degenerasi retina : konsumsi vit a dan antioksidan
- Tahap akhir glaukoma
9) Buta warna
 Ada dua jenis :
- Total : tidak punya sel kerucut
- Parsial :
 Dikromatik : hanya punya 2 sel kerucut
 Anomali Trikromatik : punya 3 sel kerucut tapi 1 diantaranya menangkap
kisaran gelombang cahaya tampak yang bergeser dari normalnya (nanti
warnanya akan menumpuk)
Deuteronopia : sel kerucut hijau bergeser (bisa membedakan warna tapi
tampak agak gelap)
Protanopia : sel kerucut merah bergeser (sulit membedakan warna merah
dan hijau)
Tritanopia : sel kerucut biru bergeser (sulit membedakan warna hijau dan
biru)
 Penanganan > kacamata enchroma

Gangguan indra penciuman


1) Anosmia dan Hiposmia
 Anosmia : tidak bisa menicum bau sama sekali
 Hiposmia : kurang peka terhadap bau tertentu
 Penyebab :
- Terputusnya koneksi neuron reseptor penciuman dan neuron di bulbus olfaktori
akibat benturan atau cedera kepala (benturan dapat menyebabkan rusaknya
lempeng cribriform)
- Permasalahan di dinding hidung akibat iritasi atau penumpukan lendir akibat flu,
pilek, rhinitis, sinusitis (menghalangi penempelan molekul kimia ke reseptor)
- Penyumbatan atau hambatan pada rongga hidung akibat polip, tumor, atau
kelainan tulang hidung
 Pengobatan :
- Pembersihan rongga hidung
- Operasi > pengangkatan polip, tumor, kelainan bentuk tulang hidung
- Pemberuan antihistamin > untuk peradangan hidung
- Pembedahan endoskopik sinus atau ess untuk membersihkan sinus dari
peradangan
2) Hiperosmia
 Terlalu peka sama bau
 Gejala :
- Kepekaaan indra penciuman tinggi
- Migrain
- Tidak tahan dengan bau yang menyengat
- Mual dan muntah
- Cemas dan depresi
 Termasuk gangguan idiopatik > kondisi medis yang belum terungkap dengan jelas
penyebabnya
 Disertai dengan kondisi atau penyakit lain tertentu, seperti :
- Penyakit addison > kurang hormon kortisol
- Wanita hamil

Gangguan indra pendengaran


1) Furunkulosis
 Tonjolan atau abses pada bagian kulit yang menyerupai bisul dikarenakan adanya
infeksi bakteri pada folikel rambut di telinga bagian luar atau saluran telinga
 Gejala :
Ada tonjolan kemerahan yang makin lama makin membesar
Tonjolan berisi cairan
 Penyebab :
Infeksi bakteri staphylococcus aureus > dapat menular
 Jika tidak ditangain, bisa :
Komplikasi :
- Meningitis
- Pneumonia
 Penanganan :
- Antibiotik > tapi ada jenis s.aureus yang resisten meticillin
- Insisi > mengeluarkan cairan (harus ke dokter)
2) Otitis media
 Infeksi pada telinga tengah
 Gejala :
- Akumulasi cairan di rongga telinga tengah > mengganggu tulang pendengaran
- Pembengkakan membran timpani
 Penyebab :
- 95% karena ifneksi bakteri streptococcus pneumoniae, haemophillus influenza,
dan moraxella (branhamella) catarrhalls
- Infeksi virus
 Penanganan :
- Watchfull waiting (jika masih ringan) > mengandalkan imun tubuh
- Antibiotik
- Anti inflamasi > mengurangi rasa sakit
 Kalau parah bisa menimbulkan komplikasi, seperti:
- Perforasi membran timpani > robek
- Tuli
- Meningitis
- Ostitis interna > infeksi telinga dalam
- Mastoiditis
3) Mastoiditis
 Infeksi yang menyerang tulang mastoid di belakang telinga yang merupakan bagian
dari tulang tengkorak
 Ada 2 jenis :
- Noncoalescent : inflamasi pada lapisan mucoperiosteal di bawah kulit (masih
agak ringan)
- Coalescent : kerusakan tulang mastoid
 Penyebab :
- Komplikasi otittis media
- Komplikasi meningitis
 Gejala :
- Kulit kemerahan dan nyeri di bagian belakang telinga
- Bengkak
- Cairan keluar dari telinga
 Bisa menyebabkan kematian
 Penanganan :
- Antibiotik > kalau masih noncoalescent
- Myringotomy > melubangi membran timpani agar cairan keluar
- Mastoidectomy > pengangkatan tulang mastoid (kalau sudah coalescent)
4) Tuli
 Ada 2 jenis :
- Tuli konduktif
Disebabkan karena adanya kerusakan pada telinga luar atau tengah
Penyebab :
 Perforasi / robeknya membran timpani
 Rusak atau patahnya tulang tulang pendengaran
Penanganan :
 Timpanoplasti : penambalan membran timpani yang robek
 Prosthetic ear bone : tulang pendengaran buatan
- Tuli sensorineural
Disebabkan adanya keruskaan pada telinga bagian dalam terutama pada bagia
stereocillia di koklea
 Total : tidak bisa mendengar
 Parsial : pendengaran berkurang
Penyebab :
 Genetik
 Kecelakaan
 Penuaan
 Terpapar polusi suara
Penanganan : (selama saraf auditori tidak rusak)
 Parsial : alat bantu dengar (hearing aid) > memperkeras suara
 Total : implan koklea
Gangguan indra pengecap
1) Glositis
 Inflamasi pada lidah yang ditandai dengan berubahnya permukaan papilla yang
tampak speerti bercak bercak

 Gejala :
- Lidah membengkak
- Makanan terasa pahit
- Lidah terasa sakit
- Sulit bicara atau makan
- Perubahan ukuran dan bentuk permukaan lidah
- Susah menelan
 Penyebab :

 Penanganan :
Gangguan indra peraba
1) Kulit terbakar
 Kerusakan pada kulit atau jaringan yang lebih dalam dikarenakan paparan matahari,
api, bahan kimia, atau listrik
 Derajat luka bakar : > dibedakan berdasar kedalamannya
1. Derajat 1 : masih di epidermis
2. Derajat 2 : sudah sampai di dermis papiler (pertemuan antara epidermis dan
dermis)
3. Derajat 3 : sudah di dermis retikular
4. Derajat 4 : sudah di hipodermis dan bisa sampai ke otot atau tulang
 Penanganan :
- Derajat 1 : bersihkan luka
- Derajat 2: bersihkan luka dan memberikan agen topikal (substansi
pelapis/pelindung untuk lapisan kulit terbuka)
- Derajat 3 : grafting/pembuangan lapisan yang rusak
- Derajat 4 : operasi plastik
2) Melanoma (kanker kulit)
 Pertumbuhan abnormal pada melanosit
 Gejala :
- Muncul tonjolan yang tampak seperti tahi lalat namun bentuknya asimetris,
berubah warna, dan ukuran

 Penyebab :
- Paparan sinar uv
- Kulit yang pernah terbakar (khususnya derajat 4) juga lebih beresiko terkena
melanoma
 Penanganan :
- Bergantung pada stadium ditemukannya melanoma
- Tahap stadium awal > radiasi
- Tahap stadium akhir > sulit

Anda mungkin juga menyukai