Anda di halaman 1dari 13

Struktur dan Sistem Kerja Ginjal

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510, Indonesia

Email: felichika.2015fk072@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Sistem urinaria pada tubuh manusia merupakan suatu sistem yang kompleks yang
bertujuan untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh
dan menyerap kembali zat-zat yang diperlukan oleh tubuh melalui reabsorpsi. Organ yang
melaksanakan fungsi kerja ini ialah ginjal (ren). Ginjal merupakan organ dalam tubuh
manusia yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang yaitu satu di sebelah kanan dan
satu di sebelah kiri vertebra. Secara umum ginjal terdiri atas beberapa bagian yaitu korteks
ginjal, medula ginjal, columna renalis, processus renalis, hilus renalis, papilla renalis, calyx
minor, calyx major, dan pelvis renalis. Setiap ginjal diselubungi oleh tiga lapisan yaitu fascia
renalis, capsula adiposa, dan capsula fibrosa. Struktur nefron ginjal terdiri dari glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle (ansa henle), tubulus kontortus distal, tubulus
colligent dan ductus colligent. Ada tiga proses dasar yang terjadi pada mekanisme kerja ginjal
untuk menghasilkan urin yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubular.
Hormon ginjal dibedakan menjadi dua macam yaitu hormon yang bekerja pada ginjal dan
hormon yang dibentuk di ginjal. Urin yang merupakan hasil dari mekanisme kerja ginjal,
memiliki sifat-sifatnya sendiri seperti volumenya, berat jenis, pH, warna, bau, dan
komposisinya.

Kata Kunci: ginjal, filtrasi, reabsorpsi, sekresi, hormon ginjal, urin

Abstract

Urinary system in the human body is a complex system that aims to remove the
metabolism of the body that are no longer needed by the body and reabsorb substances that
are required by the body through reabsorption. Organ performing the function of this work is
the kidney (ren). Kidneys are the organs in the human body that is shaped like a peanut, there
is a pair that is the one on the right and one on the left spine. In general, the kidney consists
of several parts, namely the renal cortex, renal medulla, renal columna, processus renal,
renal hilum, the renal papilla, minor calyx, major calyx, and renal pelvis. Each kidney was
covered by three layers namely the renal fascia, capsule adipose and fibrous capsule. The

1
structure of the kidney nephron consists of a glomerulus, proximal convoluted tubule, the
loop of Henle (loop of Henle), distal convoluted tubule, tubular colligent and duct colligent.
There are three basic processes occurring in the mechanism of action of the kidneys to
produce urine ie glomerular filtration, tubular reabsorption, and tubular secretion. Kidney
Hormones can be divided into two kinds of hormones that act on kidneys and hormone
formed in the kidney. Urine that is the result of the mechanism of action of the kidneys, has its
own properties such as volume, density, pH, color, odor, and composition.

Keywords: kidney, filtration, reabsorption, secretion, a hormone kidneys, urine

Pendahuluan

Salah satu sistem yang penting di tubuh manusia adalah sistem urogenital. Sistem ini
terdiri dari sistem urinaria dan sistem reproduksi. Sistem urinaria pada tubuh manusia
merupakan suatu sistem yang kompleks yang bertujuan untuk mengeluarkan hasil
metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh dan menyerap kembali zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh melalui reabsorpsi. Organ yang melaksanakan fungsi kerja ini ialah
ginjal (ren). Hasil buangan dari tubuh, kecuali karbon dioksida, diekskresikan oleh ginjal.
Sistem renal (sistem ginjal) menyaring darah secara terus menerus untuk mempertahankan
zat-zat di dalam tubuh manusia untuk tetap di kisaran yang normal untuk melakukan fungsi
tubuh manusia secara normal. Darah yang masuk ke dalam ginjal akan difiltrasi, reabsorpsi,
dan sekresi. Setelah ketiga proses itu selesai di ginjal, maka hasil prosesnya akan disalurkan
ke vesica urinaria melalui ureter untuk disimpan sementara waktu sebelum akhirnya
dikeluarkan dari tubuh.

Pada tinjauan pustaka ini, sesuai dengan skenario yang ada yaitu seorang anak yang
didiagnosa menderita glomerulonefritis akut, maka akan lebih dibahas mengenai struktur
ginjal dan sistem kerja ginjal.

Makroskopis Ginjal

Ginjal merupakan organ dalam tubuh manusia yang berbentuk seperti kacang,
terdapat sepasang yaitu satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri vertebra, dengan posisi
yang retroperitoneal (Lihat Gambar1.). Ginjal kanan terletak sekitar 1 cm lebih rendah dari
ginjal kiri, hal ini disebabkan karena ginjal kanan terdesak oleh hati yang ada dibawahnya.
Kutub atas ginjal kiri berada di tepi atas iga 11 (vertebra T12) sedangkan kutub atas ginjal
kanan berada di tepi bawah iga 11 atau iga 12. Kutub bawah iga kiri berada di processus
transversus vertebra L2 sedangkan kutub bawah ginjal kanan berada di pertengahan vertebra

2
L3. Ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm, lebat 6 cm, dan tebal 4 cm. Jarak kutub
atas kedua ginjal kurang lebih 7 cm sedangkan jarak kutub bawah kedua ginjal sekitar 11
cm.1, 3

Gambar 1. Ginjal.2

Secara umum ginjal terdiri atas beberapa bagian yaitu korteks ginjal, medula ginjal,
columna renalis, processus renalis, hilus renalis, papilla renalis, calyx minor, calyx major,
dan pelvis renalis. Korteks adalah bagian ginjal yang terdiri dari korpus renalis atau Malphigi
(glomerulus dan kapsula bowman), tubulus kontortus proksimal, dan tubulus kontortus distal.
Medula ginjal sendiri terdiri dari 9-14 massa-massa triangular yang disebut pyramid yang
didalamnya tersusun atas tubulus rektus, lengkung henle, tubulus colligent dan ductus
colligent. Columna renalis adalah bagian korteks diantara pyramid ginjal. Processus renalis
adalah bagian medula yang menonjol ke arah korteks yang terbentuk akibat saluran-saluran
dari glomerulus di korteks yang akan masuk hingga ke saluran-saluran recti dalam medula
dan bermuara pada papilla renalis. Hilus renalis adalah suatu bagian dimana pembuluh darah,
serabut saraf, dan duktus memasuki atau meninggalkan ginjal. Papilla renalis adalah bagian
yang mengumpulkan antara ductus colligent dan calyx minor. Beberapa calyx minor akan
membentuk calyx major. Lalu gabungan muara dari calyx major akan membentuk pelvis
renalis. Pelvis renalis merupakan bagian yang menghubungkan antara calyx major dan ureter
dan juga merupakan perluasan dari ujung proksimal ureter. Selain itu, ginjal sendiri juga
terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal yang setiap lobusnya terdiri dari satu piramida ginjal
dan kolumna yang saling berdekatan dan juga jaringan korteks yang melapisinya.1, 3

3
Setiap ginjal diselubungi oleh tiga lapisan yaitu fascia renalis, capsula adiposa, dan
capsula fibrosa. Fascia renalis merupakan pembungkus terluar yang berasal dari fascia
transversalis yang meletakkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi
organ. Fascia renalis terdiri atas 2 lembar yaitu depan yang disebut fascia prerenalis dan
belakang yang disebut fascia retrorenalis. Fascia retrorenalis melekat pada musculus
quadratus lumborum, psoas major, dan columna vertebralis. Kedua lembar fascia renalis ini
ke arah kaudal akan tetap terpisah dan kearah kranial terbuka sehingga kantong ginjal terbuka
ke bawah. Capsula adiposa berfungsi untuk membatasi ginjal dan membantu organ tetap pada
posisinya. Capsula adiposa mengandung banyak lemak (perirenal). Capsula ini membungkus
ginjal dan glandula supra renalis. Bagian depan dari capsula ini tipis sedangkan bagian
belakangnya tebal. Capsula ini terdapat dalam spatium perirenal (gerota). Dan yang terakhir
capsula fibrosa ialah membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal.4

Vaskularisasi ginjal dilakukan oleh cabang dari aorta abdominalis yaitu a. renalis
yang letaknya setinggi vertebrae lumbal 1 hingga vertebrae lumbal 2 (Lihat Gambar2.)
Secara makroskopis dapat dilihat bahwa panjang cabang aorta abdominalis yang mendarahi
ginjal sisi dexter lebih panjang dibanding sisi sinistra. Perbedaan ini ditimbulkan karena a.
Renalis dexter menyilang vena cava inferior dibelakangnya.4

Gambar 2. Vaskularisasi ginjal.4

Mekanisme vaskularisasi dimulai dengan masuknya a. Renalis pada hilus renalis dan
mempercabangkan cabang besar yaitu cabang ke depan dan belakang. Cabang yang ke depan
berjalan ke sisi anterolateral dan mendarahi ginjal bagian anterior, sedangkan cabang

4
belakang berjalan ke sisi posterolateral dan mendarahi ginjal bagian posterior. Karena bentuk
anatomis anterior ginjal lebih cembung membuat panjang perdarahan ginjal anterior lebih
panjang dari sisi posteriornya. Kedua cabang yang bertemu di sisi lateral ini akan bergabung
pada satu garis tengah yang dikenal dengan garis Broedel. Pada garis Broedel ini terdapat
perdarahan yang paling sedikit. Arteri renalis yang berjalan di antara lobus ginjal akan
bercabang menjadi a. Interlobaris. Arteri interlobaris pada perbatasan korteks dan medula
akan bercabang menjadi arteri arcuata atau arciformis yang mengelilingi daerah korteks dan
medulla. Arteri arcuata mempercabangkan arteri interlobularis dan berjalan mencapai tepi
atas ginjal (korteks). Kemudian dari percabangnan arteri interlobularis akan masuk ke
glomerulus menjadi vasa afferens dan membuat anyaman (tubuli contorti) kemudian berlanjut
menjadi vasa efferens. Pada pembuluh balik ginjal dimulai dari vena interlobularis.
Percabangan lanjutan vena interlobularis berlanjut menjadi vena arcuata. Vena arcuata
berlanjut membentuk percabangan dengan lumen membesar disebut dengan vena interlobaris.
Vena interlobaris menyatu membentuk vena renalis yang akan bermuara ke vena cava
inferior.4

Mikroskopis Ginjal

Ginjal mempunyai unit fungsional yang disebut nefron. Dalam satu ginjal terdapat
satu sampai empat juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Setiap nefron memiliki
satu komponen vaskular dan satu komponen tubular. Struktur nefron sendiri terdiri dari
glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle (ansa henle), tubulus kontortus
distal, tubulus colligent dan ductus colligent (Lihat Gambar 3.). 5

Gambar 3. Struktur nefron.6

5
Gromerulus merupakan gulungan kapiler yang dikelilingi kapsula epitel berdinding
ganda yang disebut kapsula bowman. Pada kapsula bowman terdapat dua lapisan yaitu
lapisan viseral dan lapisan parietal. Lapisan viseral adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel
lapisan viseral akan dimodifikasi menjadi podosit atau sel seperti kaki yang nantinya akan
merupakan sel-sel epitel khusus di sekitar kapiler glomerular. Setiap sel podosit melekat pada
permukaan luar kapiler glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang yang
mengandung prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki atau pedikel. Lapisan parietal
kapsul Bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal. Pada kutub vaskular korpuskel
ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus dan arteriol eferen keluar dari glomerulus. Pada
kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus
kontortus proksimal.5, 7

Panjang tubulus kontortus proksimal mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada


permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitelial kuboid yang kaya
akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen. Tubulus kontortus
proksimal mengarah ke tungkai descenden ansa Henle yang masuk ke dalam medula,
membentuk lekukan dan membalik ke atas membentuk tungkai ascenden ansa Henle. Ada
dua jenis nefron yaitu nefron korteks dan nefron jukstamedular. Nefron korteks terletak di
bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga
bagian atas medula. Nefron jukstamedular terletak di dekat medula. Nefron ini memiliki
lekukan panjang yang menjulur ke dalam piramida medula.5, 7

Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan


membentuk segmen terakhir nefron. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan
dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel
termodifikasi yang disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu
kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium. Dinding arteriol aferen yang
bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut
sel jukstaglomerular. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk
memproduksi renin. Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja
sama untuk membentuk aparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan
darah.5, 7

Ductus colligent memiliki diameter 40 um dan dilapisi oleh epitel kuboid. Epitel akan
menjadi toraks pada saat di tubulus colligent. Epitel pada ductus colligent mempunyai
sitoplasma yang pucat dan batas antar selnya jelas. 5, 7

6
Mekanisme Kerja Ginjal

Ada tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubular. Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, sekitar
20% plasma bebas protein tersaring melalui kapiler plasma glomerulus ke kapsula bowman.
Proses penyaringan ini dikenal dengan nama filtrasi. Setelah filtrat melalui tubulus, bahan
yang masih bermanfaat bagi tubuh akan dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus melalui
proses reabsorpsi tubulus. Dan yang terakhir akan melalui proses sekresi tubulus yaitu
pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus.8

a. Filtrasi

Darah yang difiltrasi dari glomerulus ke kapsula bowman akan melewati tiga lapisan
yang membentuk membran glomerulus yaitu dinding kapiler glomerulus, membran basal,
dan lapisan dalam kapsula bowman. Dinding kapiler glomerulus sendiri terdiri dari
selapis sel endotel gepeng yang memiliki banyak pori besar. Hal ini menyebabkan lapisan
ini 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut. Protein plasma yang
ukurannya lebih besar secara otomatis tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati
pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma terkecil.
Tapi karena bermuatan negatif maka glikoprotein akan menolak albumin dan protein
plasma lain yang juga bermuatan negatif. Oleh karna itu hampir tidak ada protein plasma
di dalam filtrat dan hanya sekitar kurang dari 1% molekul albumin yang berhasil lolos ke
dalam kapsula bowman. Lapisan dalam kapsula bowman terdiri dari podosit yaitu sel
mirip gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak foot procces
memanjang yang saling mendekat dengan foot process lain di sekitarnya. Diantara foot
process yang berdekatan tersebut akan terbentuk celah sempit (celah filtrasi) yang
membentuk jalur cairan untuk meninggalkan kapiler glomerulus dan menuju ke kapsula
bowman.8, 9

Pada saat filtrasi terjadi di glomerulus, harus ada gaya yang mendorong sebagian dari
plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Oleh karena itu
terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus yaitu tekanan hidrostatik
glomerulus, tekanan hidrostatik kapsula bowman, dan tekanan onkotik protein plasma.
Tekanan hidrostatik glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung terhadap kontraksi jantung dan
resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan

7
hidrostatik kapsula bowman sendiri merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di
bagian awal tubulus. Tekanan ini cenderung bergerak ke arah berlawanan dari arah
filtrasi. Yang terakhir tekanan onkotik protein plasma ditimbulkan oleh distribusi yang
tak seimbang protein-protein plasma di kedua sisi membran glomerulus. Karena protein
plasma tidak dapat difiltrasi, maka ia akan menumpuk di kapiler glomerulus dan tidak
terdapat di kapsula bowman sehingga konsentrasi H2O di kapsula bowman lebih tinggi
daripada di kapiler glomerulus.8, 9

Laju filtrasi glomerulus (LFG) yang ada tidak selalu konstan atau normal sehingga
terdapat mekanisme kontrol yang mengatur LFG yaitu autoregulasi. Mekanisme ini
ditujukan untuk mencegah perubahan spontan LFG dan kontrol simpatis ekstrinsik yang
ditujukan untuk regulasi jangka panjang tekanan darah arteri. Karena tekanan darah arteri
adalah gaya utama yang mendorong darah masuk ke dalam glomerulus maka tekanan
hidrostatik glomerulus dan LFG akan berbanding lurus dengan tekanan arteri yang
meningkat ataupun menurun. Jadi misal pada saat tekanan darah arteri tinggi, maka secara
otomatis LFG akan naik melebihi batas normal. Pada saat keadaan ini terjadi maka
mekanisme autoregulasi akan bekerja. Terdapat dua mekanisme intrarenal yang berperan
dalam autoregulasi yaitu mekanisme miogenik yang berespon terhadap perubahan
tekanan di dalam komponen vaskular nefron dan mekanisme umpan balik
tubuloglomerulus yang mendeteksi perubahan kadar garam di cairan yang mengalir
melalui komponen tubular nefron.8, 9

Contoh dari mekanisme miogenik adalah ketika otot di dinding arteriol teregang
karena meningkatnya tekanan darah, maka channel ion regang terbuka dan sel otot
terdepolarisasi. Depolarisasi membuka pintu ion Ca2+ dan otot dinding pembuluh darah
kontraksi. Vasokontriksi yang terjadi menambah tahanan darah yang mengalir dan
kemudian darah yang melalui arteriol akan berkurang. Pengurangan darah yang mengalir
mengurangi tekanan filtrasi di glomerulus. Hal akan terjadi sebaliknya bila tekanan darah
menurun maka akan terjadi vasodilatasi.8, 9

Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus adalah kontrol lokal dimana cairan yang
mengalir melalui tubulus akan mempengaruhi LFG. Konfigurasi nefron yang terpilin-
pilin akan membuat bagian akhir dari ansa henle ascendens untuk melewati antara arteriol
aferen dan eferen. Tubulus dan dinding arteriol akan dimodifikasi di daerah dimana
mereka bertemu satu sama lain dan bersama-sama membentuk apparatus
juxtaglomerular.8, 9

8
b. Reabsorpsi

Di dalam tubulus terdapat 2 macam reabsorpsi yaitu reabsorpsi aktif yang


memerlukan energi karena melawan gradien elektrokimia dan reabsorpsi pasif yang tidak
memerlukan energi karena mengikuti penurunan gradien osmotik. Reabsorpsi aktif
dilakukan untuk bahan-bahan yang penting bagi tubuh seperti glukosa, asam amino, dan
nutriens organik lainnya. Sekitar 80% dari total energi yang ada di dalam ginjal,
digunakan untuk reabsorpsi Na. Dari semua Na yang ada setelah hasil filtrasi, 67% akan
direabsorpsi di tubulus kontortus proksimal, 25% direabsorpsi di lengkung henle, dan 8%
direabsorpsi di tubulus kontortus distal dan ductus colligent. Pertama-tama pengaktifan
reabsorpsi Na melibatkan Na-K atpase. Pada saat pompa basolateral memindahkan Na
keluar dari sel tubulus menuju ke ruang lateral, konsentrasi Na intrasel dipertahankan
tetap rendah sementara secara stimulan terjadi peningkatan konsentrasi Na di ruang
lateral. Konsentrasi Na intrasel yang dipertahankan rendah ini akan mengakibatkan
terciptanya gradien konsentrasi yang mendorong difusi Na menembus membran luminal
melalui saluran Na ke dalam sel tubulus. Lalu selanjutnya Na yang sudah berada di dalam
sel akan secara aktif dikeluarkan ke ruang lateral oleh pompa basolateral lalu berdifusi ke
cairan intertisium dan akhirnya ke peritubulus.8, 9

Reabsorpsi sebagian kecil dari Na di tubulus kontortus distal dikontrol oleh hormon
dengan sistem yang disebut sistem renin angiotensin aldosteron (RAA). Sistem ini
bermula saat sel-sel granuler apparatus juxtaglomerulus akan mensekresi hormon renin ke
darah sebagai respon atas penurunan NaCl atau tekanan darah yang selanjutnya renin ini
akan mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I. Pada saat melewati paru-
paru, angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II dengan bantuan angiotensin
converting enzyme (ACE). Angiotensin II yang dihasilkan ini akan menjadi stimulus
untuk menghasilkan aldosteron. Aldosteron sendiri memiliki fungsi yaitu untuk
meningkatkan reabsorpsi Na oleh tubulus kontortus distal dan colligent. Oleh karena itu
sistem RAA mendorong reabsorpsi Na yang akhirnya menaikan tekanan darah arteri.8, 9

Pada reabsorpsi glukosa dan asam amino, kedua bahan ini diangkut melalui proses
transportasi aktif sekunder yaitu suatu pembawa kotransportasi khusus yang secara
stimulan memindahkan Na dan molekul tertentu ke dalam sel. Jadi tanpa adanya Na,
pembawa kotransport ini tidak dapat bekerja. Jumlah maksimum glukosa yang dapat
diangkut dalam waktu tertentu (Tm glukosa) adalah 375mg/menit. Ada juga yang
dinamakan dengan renal threshold yaitu ambang batas apabila bahan tertentu kadarnya

9
lebih dari ambang, maka akan mulai terdapat dalam urin. Renal threshold untuk glukosa
ialah 170-180 mg/menit.8, 9

Cl, H2O, dan urea menjalankan reabsorpsi secara pasif. Sekitar 80% dari air
direabsorpsi secara obligatorik di tubulus kontortus proksimal dan lengkung henle,
sisanya sekitar 20% direabsorpsi secara variasi di tubulus kontortus distal dibawah
pengaruh hormon vasopressin. Reabsorpsi H2O di di tubulus kontortus proksimal
didorong oleh kompartmen hipertonitas di ruang lateral antara sel-sel tubulus yang
diciptakan oleh pengeluaran aktif Na. Urea sendiri hanya terreabsorpsi secara pasif sekitar
50% karena tubulus kontortus proksimal hanya agak permeabel terhadap urea.8, 9

c. Sekresi

Sekresi ion H+ pada ginjal penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
dalam tubuh manusia. Ion H+ yang disekresikan kedalam cairan tubulus dikeluarkan dari
tubuh melalui urin. Ion H+ disekresikan oleh tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal dan tubulus colligent dengan tingkat sekresinya bergantung pada
keasaman cairan tubuh. ketika cairan tubuh terlalu asam maka sekresi ion H+ akan
meningkat, begitu pula sebaliknya.8, 9

Sekresi ion K+ secara aktif dan dengan dikontrol disekresikan di tubulus kontortus
distal dan colligent. Karena K+ hasil filtrasi hampir seluruhnya direabsorpsi di tubulus
kontortus proksimal maka ion yang ada di urin hampir semua merupakan hasil dari
sekresi di tubulus kontortus distal dan colligent. Sekresi ion K+ yang terjadi di tubulus
kontortus distal dan colligent terjadi bersamaan dengan reabsorpsi ion Na+ melslui pompa
Na+-K+ basolateral dependen energi. Pompa ini memindahkan K+ dari ruang lateral ke
dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong perpindahan
kelebihan K+ dari sel ke lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal ini
berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar saluran K+ di membran tubulus kontortus
distal dan colligent. Melalui cara tersebut pompa basolateral secara aktif akan mengiduksi
sekresi kelebihan K+ dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus di bagian
distal nefron.8, 9

Laju sekresi K+ dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yang paling
berpengaruh adalah aldosteron. Hormon ini merangsang sekresi K+ oleh sel tubulus di
akhir nefron sekaligus meningkatkan reabsorpsi Na+. Jika konsentrasi K+ di plasma tinggi

10
maka akan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteron yang
akan mengakibatkan sekresi K+ dan akhirnya ekskresi K+ yang berlebih di urin.8, 9

Hormon Ginjal

Hormon ginjal dibedakan menjadi dua macam yaitu hormon yang bekerja pada ginjal
dan hormon yang dibentuk di ginjal. Hormon yang bekerja pada ginjal ada empat yaitu
hormon antidiuretik (ADH/Vasopressin), aldosteron, peptida natriuretik, hormon paratiroid.
Hormon ADH merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Hormon
ini meningkatkan reabsorpsi air pada ductus colligent. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang diproduksi oleh korteks adrenal. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi natrium pada
ductus colligent. Peptida natriuretik diproduksi oleh sel jantung dan berfungsi untuk
meningkatkan ekskresi natrium pada ductus colligent. Hormon paratiroid merupakan protein
yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid. Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan ekskresi
fosfat, reabsorbsi kalsium, dan produksi vitamin D pada ginjal.10

Ginjal memproduksi tiga hormon utama yaitu renin, erythropoetin, dan calcitriol.
Renin ialah protein yang dihasilkan oleh apparatus jukstaglomerular. Hormon ini
menyebabkan pembentukan angiotensin II yang berpengaruh terhadap tekanan darah.
Erythropoetin adalah protein yang diproduksi di ginjal yang berfungsi untuk meningkatkan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Calcitriol adalah hormon steroid yang
dimetabolisme di ginjal yang berfungsi untuk meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari
usus.10

Sifat dan Komposisi Urin

Volume urin pada orang dewasa adalah sekitar 600ml-2500ml. Volume urin
tergantung kepada air yang masuk ke dalam tubuh, temperatur lingkungan, makanan/diet, dan
keadaan mental dan fisik. Bila dalam 24 jam volume urin kurang dari 600 ml maka
dinamakan oliguria. Bila dalam 24 jam volume urin lebih dari 2500 ml maka dinamakan
poliuria. Berat jenis dari urin sekitar 1002-1030. pH normal dari urin adalah sekitar 4,7 - 8,0
dengan rata-rata kurang dari 6. Urin yang asam dapat disebabkan oleh demam, dan
pemasukan protein yang tinggi ke dalam tubuh. urin yang basa dapat disebabkan oleh karena
sesudah makan. Warna urin normal yaitu jernih kuning muda seperti warna bir. Bila volume
urin berkurang maka warna urin akan semakin pekat atau gelap. Warna pada urin dibentuk
oleh urochrom, urobilin, dan hematoporfirin. Bila pH alkalis, Ca fosfat akan mengendap
sehingga urin berwarna keruh. Bila pH asam, garam asam urat akan mengendap sehingga

11
urin berwarna merah jambu. Bau urin sendiri khas tergantung pada makanan misalnya petai,
jengkol, urin akan menjadi bau metil merkaptan. Bau urin juga bisa dipengaruhi hal alin
misalnya pada penderita diabetes mellitus, urin akan bau aseton.11

Pada urin yang normal terdapat beberapa unsur yaitu urea, kreatinin dan kreatin,
amoniak dan garam ammonium, asam urat, asam amino, allantoin, klorida, sulfat, fosfat,
oksalat, mineral, vitamin, hormon, dan enzim. Zat padat terbanyak yang terdapat pada urin
adalah urea yaitu sekitar setengah dari urin. Mineral terbanyak yang terdapat di urin ialah
NaCl yaitu sekitar seperempat bagian dari urin. Sisa seperempatnya ialah zat organik dan
anorganik lain.11

Kesimpulan

Sesuai dengan diagnosa di skenario yaitu glomerulonefritis akut, maka ada terjadi
kerusakan pada bagian glomerulus dari ginjal. Hal ini mengakibatkan kerja filtrasi di
glomerulus menjadi terganggu sehingga darah yang masuk ke glomerulus tidak tersaring
dengan sempurna dan mengakibatkan sedikit darah keluar bersama air kencingnya. Maka dari
itu air kencingnya berwarna seperti air cucian daging. Keluhan bengkak di mata juga dapat
terjadi mungkin karena ketidakseimbangan cairan dalam tubuh yang diakibatkan oleh
rusaknya glomerulus.

Daftar Pustaka

1. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinik dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002. h. 125-9.
2. Gambar 1. Diunduh dari http://obatkistaovarium.net/gejala-penyakit-ginjal/
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit EGC; 2006. h. 319-
21.
4. Snell. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006. h. 250-4
5. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-11.
Jakarta: Penerbit EGC; 2010. h. 248-55
6. Gambar 3. Diunduh dari http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/07/bagian-bagian-
nefron.html
7. Dany F, Hartanto H. Histologi dasar junqueira teks & atlas. Edisi ke-12.
Diterjemahkan dari Mescher AL. Junqueira’s basic histology: text & atlas. 12th Ed.
Jakarta: Penerbit EGC; 2012. h. 325-34.

12
8. Pendit BU, Ong HO, Mahode AA, Rahmadani D. Fisiologi manusia: dari sel ke
sistem. Edisi ke-8. Diterjemahkan dari Sherwood L. Introduction to human
physiology. 8th Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014. h. 538-63.
9. Ramadhani D, Novrianti A, Haniyarti S, Melinda E, Sekartiwi A. Fisiologi
kedokteran ganong. Edisi 24. Diterjemahkan dari Barret KE, Barman SM, Boitano S,
Brooks HL. Ganong’s review of medical physiology. 24 Ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014. h. 723-31.
10. Baradero M, Dayrit MW, Siswandi Y. Klien gangguan ginjal: seri asuhan
keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC; 2009. h. 11-4.
11. Kuchel P, Ralston GB. Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h. 122-3

13

Anda mungkin juga menyukai