PENDAHULUAN
Sistem urogenital terdiri dari sistem urinaria dan sistem reproduksi. Sistem
urinaria terdiri atas sepasang ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sistem
reproduksi pria terdiri dari sepasang tetstis, saluran reproduksi berupa vas
deferens, epididimis, vas everen dan uretra tunggal. Pada pria dilengkapi penis
sebagai organ kopulatoris dan kelenjar asesoris. Sedangkan sisem reproduksi
wanita terdiri dari sepasang ovarium, saluran reproduksi berupa sepasang tuba
falopii serta uterus dan vagina tunggal. Pada wanita juga terdapat organ genitalia
eksternae dan kelenjar mammae (Susilowati, 2003).
Pada uretra terdapat dua buah sfingter yaitu sfingter uretra eksternal dan
internal di mana sfingter uretra interna bekerja di bawah sadar sedangkan sfingter
uretra eksterna tidak. Maka ketika proses miksi, sfingter uretra interna inilah yang
berfungsi untuk menahan keluarnya urin. Uretra terdiri atas uretra posterior dan
uretra anterior. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yang
dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada uretra anterior
dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri atas pars bulbosa, pars
pendularis, fossa navikularis dan meatus uretra eksternal (Purnomo, 2008).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
GINJAL
Ginjal memiliki bagian konkaf, yang disebut hilus, di tempat ini terdapat
ureter, vena renalis, arteri renalis dan pembuluh limf. Ginjal adalah organ yang
berukuran besar, berwarna kemerahan, berbentuk seperti kacang terletak
retroperitoneal pada dinding posterior abdomen. Karena adanya hati (posisi hati),
ginjal kanan lebih rendah kurang lebih 1-2 cm daripada ginjal kiri. Masing masing
ginjal berukuran panjang sekitar 11 cm, lebar 4-5 cm, dan tebal 2-3 cm. Ginjal
terbenam dalam lemak perirenal, dengan batas konveks nya berada pada sisi
lateral dan bagian konkaf (hilus) di medial. Pada hilus ginjal terdapat cabang
arteri dan vena renalis, pembuluh limf, dan ureter. Bagian ureter yang berada di
hilus melebar membentuk pelvis renalis (pelvis ginjal). Perpanjangan hilus jauh
menjorok ke dalam ginjal berisi lemak disebut sinus renalis (sinus ginjal). Ginjal
memiliki kapsula tipis yang menempel secara longgar, terutama mengandung
jaringan ikat padat kolagen iregular dengan sejumlah serat elastin dan
sel-sel otot polos.
Bagian korteks yang menyelimuti dasar piramid disebut arkus korteks atau
lengkung korteks (cortical arch). Secara makroskopik, ada tiga struktur yang dapat
diamati pada korteks (1). Bagian berupa titik seperti granula berwarna merah,
yaitu korpuskel ginjal; (2) tubulus kontortus (tubulus bergelung), labirin korteks;
dan (3) garis-garis yang berjalan longitudinal, yaitu prosesus medula/berkas
medula (prosesus Ferreini atau medullary ray), merupakan kelanjutan dari piramid
ginjal menjorok ke korteks.
Tubulus Uriniferus
Nefron
Korpuskel Ginjal
GLOMERULUS
Lamina Basal
Kapsula Bowamn pars viseral disusun oleh sel-sel epitel yang mengalami
modifikasi menjadi podosit. Kapsula Bowman pars viseral disusun oleh sel-sel
epitel yang mengalami modifikasi sehingga memiliki fungsi filtrasi yang sangat
kuat. Sel-sel berukuran besar ini disebut podosit, memiliki juluran sitoplasma
panjang seperti tentakel, yang disebut prosesus primer, yang berjalan sejajar
dengan aksis longitudinal kapilar glomerulus, namun tidak menempel. Masing-
masing prosesus primer memiliki banyak juluran yang disebut dengan prosesus
sekunder atau dikenal dengan pedikel yang tersusun rapi. Hampir semua kapilar
glomerulus diselimuti seluruh permukaannya oleh pedikel, karena pedikel
tersusun secara interdigitasi dengan pedikel di sebelahnya yang berasal dari
prosesus primer podosit lain. Pedikel memiliki glikokaliks yang sempurna disusun
oleh sialoprotein bermuatan negatif podokalsin (podocalyxin) dan podoendin
(podoendin). Pedikel menduduki lamina rara eksterna. Sitoplasmanya
mengandung sedikit organel namun memiliki mikrotubul dan mikrofilamen.
Interdigitasi antar pedikel menyebabkan terbentuknya celah sempit, dengan lebar
20-40 nm, yang disebut dengan celah filtrasi (filtration slits). Celah filtrasi tidak
terbuka sempurna; melainkan dilapisi oleh diafragma tipis, disebut difragma celah
(slit diaphragm) yang membentang antara pedikel yang bersebelahan dan berlaku
sebagai sawar (barrier) filtrasi. Diafragma celah memiliki pusat berupa batang, di
kedua sisi batang tersebut terdapat barisan pori seluas 14 nm2. Badan sel podosit
Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal dibagi dalam dua bagian: tubulus kontortus proksimal dan
tubulus rektus proksimal (ansa Henle segmen tebal pars desendens). Cairan
ultrafiltrat dari Ruang Bowman (Bowman's space) dialirkan menuju tubulus
proksimal melalui kutub tubular (kadang disebut leher tubulus proksimal, sering
diabaikan pada manusia), yang merupakan penghubung antara ruang Bowman dan
tubulus proksimal. Di kutub tubular ini, epitel gepeng selapis kapsula Bowman
pars parietal bergabung dengan epitel kuboid selapis tubulus proksimal . Tubulus
proksimal menyusun sebagian besar korteks ginjal, diameternya kurang lebih 60
m dan panjangnya sekitar 14 mm. Tubulus ini terbagi atas bagian yang sangat
bergelung (pars kontortus) dan bagian yang lurus (pars rektus). Bagian yang
bergelung disebut juga tubulus kontortus proksimal, terletak di dekat korpuskel
ginjal. Sedangkan bagian yang lurus disebut tubulus rektus proksimal atau ansa
Henle segmen tebal pars desendens, yang turun masuk ke dalam prosesus medula
(medullary ray atau prosesus Ferreini) di daerah korteks dan di daerah medula
menyatu dengan lengkung Henle (loop of Henle) pada pertemuan daerah garis
luar dan garis dalam. Jika diamati dengan mikroskop cahaya, tubulus kontortus
proksimal disusun oleh epitel kuboid selapis dengan granula sitoplasma
eosinofilik. Sel-sel nya memiliki paras sikat (brush border) yang menggumpal.
Namun potongan parafin umumnya memperlihatkan gambaran lumen yang
sebagian besar tertutup; paras sikat bergelombang dan kusut; beberapa inti terlihat
terletak di basal sel pada potongan melintang; dan membran lateral sel tidak jelas.
Sel-sel kuboid berada di atas membran basal yang terbentuk sempurna, dapat
dengan mudah terlihat dengan pewarnaan reaksi periodic acid-Schiff (PAS).
2/3 bagian awal dari tubulus kontortus (tubulus bergelung), disebut sebagai
daerah S1
Bagian tersisa dari tubulus kontortus (tubulus bergelung) dan sebagian besar
ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubuh rektus), disebut sebagai
daerah S2
Bagian sisa dari ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubulus rektus),
disebut sebagai daerah S3
Sel-sel di daerah S1 memiliki mikrovili yang panjang (1,3-1,6 m), dan
tersusun rapat serta sistem kaveol intermikrovili (caveolae) yang dikenal
sebagai kanalikuli apikal. Kanalikuli ini meluas sampai ke dalam sitoplasma
apikal. (Gambar 19-12). Sistem ini lebih panjang selama proses aktif diuresis,
yang menunjukkan bahwa fungsinya adalah meresorpsi protein saat bersihan
tubular (tubular clearing) pada ultrafiltrat glomerular. Mitikondria, apparatus
Golgi, dan komponen-komponen sel normal lainnya, dapat ditemukan pada
sel-sel S1 ini. Dengan pengamatan lebih rinci, ditemukan bahwa prosesus
lateral dan basal dapat memanjang sampai hampir seluruh ketinggian sel.
Prosesus ini panjang dan sempit dan biasanya memiliki mitokondria tubular
yang memanjang. Sel-sel di daerah S2 serupa dengan sel-sel di daerah S1,
namun memiliki lebih sedikit mitokondria dan kanalikuli apikal, serta lebih
rendah Sel-sel di daerah S3 merupakan sel kuboid rendah interselular yang
jarang-jarang dan tidak mempunyai kanalikuli apikal.
Ansa Henle Segmen tipis dibagi dalam tiga bagian: segmen tipis pars
desendens, lengkung Henle, dan segmen tipis pars asendens. Ansa Henle segmen
tebal pars desendens (tubulus rektus proksimal) melanjutkan diri menjadi ansa
Henle segmentipis. Segmen tipis yang secara keseluruhan berdiameter 15-20 m
ini, disusun oleh epitel gepeng selapis dengan tinggi kurang lebih 1,5-2 m.
Panjang segmen tipis ini bervariasi sesuai dengan letak nefron. Pada nefron
Perbedaan utama antara segmen tipis pars asendens dengan pars desendens
adalah bahwa pars asendens hanya memiliki permeabilitas sedang terhadap air.
Perbedaan yang nyata sehubungan dengan permeabilitas terhadap air ini akan
didiskusikan kemudian. Tubulus Distal
Tubulus distal dibagi dalam tiga bagian: ansa Henle segmen tebal pars
asendens (tubulus rektus distal), makuladensa, dan tubulus kontortus distal.
Tubulus distal dibagi menjadi bagian yang lurus (pars rektus) dan bagian yang
bergelung (pars kontortus). Bagian yang lurus merupakan kelanjutan dari ansa
Henle segmen tipis pars asendens, juga dikenal dengan nama ansa Henle segmen
tebal pars asendens atau tubulus rektus distal. Sedangkan bagian yang bergelung
disebut juga tubulus kontortus distal. Ada struktur khusus yang berada di
peralihan bagian lurus dengan bagian bergelung, yang disebut makula densa,
merupakan modifikasi sel-sel tubulus distal. Ansa Henle segrnen tebal pars
Aparatus Jukstaglomerular
Duktus koligens, disusun oleh epitel kuboid selapis, yang membawa dan
memodifikasi cairan ultrafiltrat dari nefron ke kaliks minor ginjal. Duktus
koligens bukan merupakan bagian nefron. Saluran ini berasal dari jaringan
embryologi yang berbeda, dan baru pada tahap perkembangan selanjutnya
bergabung dengan nefron membentuk struktur yang kontinu. Tubulus kontortus
distal dari beberapa nefron bergabung membentuk saluran pendek, yaitu tubulus
penghubung (connecting tubule) yang kemudian bermuara pada duktus koligens
Interstisial Ginjal
Interstisial ginjal sangat tipis, jaringan ikat longgar hanya sedikit dengan
tiga tipe sel di dalamnya: fibroblas,makrofag dan sel interstisial. Ginjal memiliki
jaringan ikat padat kolagen iregular dengan diselingi oleh sejumlah serat elastin
yang tersebar di antara berkas-berkas kolagen tersebut. Simpai ginjal tidak
melekat erat pada korteks di bawahnya. Saat pembuluh darah memasuki hilus,
pembuluh darah itu banyak. Terdapat tiga jenis sel dalam jaringan ikat medula
ginjal, yaitu : Fibroblas,Makrofag,Sel-sel interstisial. Sel interstisial tersusun
Vesika Urinaria
Uretra
Uretra menyalurkan urin dari vesika urinaria ke luar tubuh Vesika urinaria
mengosongkan isinya melalui struktur tubular tunggal, uretra, yang langsung
berhubungan dengan dunia luar, mengeluarkan urin dari tubuh. Di tempat uretra
menembus perineum, serat otot rangka membentuk otot sfingter eksterna (external
sphincter muscle) yang mengelilingi uretra. Otot ini memungkinkan kontrol
secara sadar (voluntary) terhadap proses berkemih. Uretra laki-laki lebih panjang
daripada uretra perempuan dan memiliki fungsi ganda, sebagai jalur pengeluaran
semen dan pengeluaran urin.
Uretra Pria
Uretra pria panjangnya 15-20 cm, memiliki tiga bagian yang diberi nama
sesuai dengan struktur yang dilaluinya,yaitu: Uretra pars prostatika, panjangnya 3-
4 cm, seluruhnya berada dalam kelenjar prostat. Dilapisi oleh epitel transisional
dan menampung banyak duktus kecil dari prostat, utrikulus prostatika
Uretra pars spongiosa (uretra penil), bagian paling panjang dari uretra (15
cm), terdapat di sepanjang penis, berakhir pada ujung glans penis sebagai
orifisium uretra ekstema. Segmen ini dinamakan demikian karena berlokasi di
korpus spongiosum. Dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis,diselingi dengan epitel
kolumnar berlapis semu dan berlapis gepeng tidak berkeratin. Bagian terminal
uretra yang meluas pada glans penis (fosa navikularis) dilapisi oleh epitel gepeng
berlapis tidak berkeratin. Lamina propria pada tiga bagian ini tersusun atas
jaringan ikat longgar fibroelastin yang kaya akan vaskularisasi. Terdapat banyak
kelenjar Littre yang mensekresi mukus untuk lubrikasi epitel uretra.
Tubulus Seminiferus
Sel Sertoli
Dukungan fisik dan nutrisi bagi sel benih yang sedang berkembang
Fagositosis sitoplasma yang dilepas selama spermiogenesis
Sawar darah-testis dengan adanya
DUKTUS GENITAL
Duktus genital dapat dibagi dalam dua kategori: yang terletak dalam testis
(intratestikular) dan yang terletak di luar testis (ekstratestikular).
Duktus intratestikular termasuk tubuli rekti dan rete testis. Duktus genital
yang terletak dalam testis menghubungkan tubulus seminiferus dengan
epididimis. Duktus intratestikular ini merupakan tubuli rekti dan rete testis.
Tubuli Rekti
Rete Testis
Duktuli Eferentes
Duktuli eferentes terletak antara rete testis dan epididimis. Sepuluh hingga
20 duktuli eferentes merupakan saluran pendek yang menyalurkan spermatozoa
dari rete testis dan menembus tunika albuginea testis untuk menyampaikan
sperma ke epididimis. Jadi, duktuli eferentes akan bergabung dengan epididimis
di sini. Lapisan epitel selapis pada lumen duktulus terdiri atas bidang-bidang
dengan sel kuboid tanpa silia berseling dengan bidang bersel kolumnar bersilia.
Kelompokan sel epitel pendek dan tinggi yang berdampingan memberikan ciri
khas bergelombang pada permukaan lumen duktuli eferentes. Sel-sel kuboidnya
banyak mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya memperlihatkan banyak
invaginasi yang menunjukkan aktivitas endositosis. Sel-sel kuboidnya banyak
mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya memperlihatkan banyak
invaginasi yang menunjukkan aktivitas endositosis. Sel-sel ini dipercaya
menyerap sebagian besar cairan lumen yang dihasilkan oleh sel Sertoli tubulus
seminiferus. Silia dari sel kolumnar kemungkinan menggerakan spermatozoa ke
arah epididimis. Epitel selapis berdiri di atas lamina basal yang memisahkannya
dari jaringan ikat longgar tipis pada dinding setiap duktulus. Jaringan ikatnya
dikitari oleh lapisan tipis otot polos yang sel-selnya tersusun sirkular.
Epididimis
Sel basal
Sel prinsipal
Kelenjar Prostat
Kelenjar Bulbouretra
Bulbouretra
PENIS
Penis berfungsi sebagai organ ekskretori untuk urin dan organ kopulasi
lelaki untuk meletakkan spermatozoa ke dalam saluran genitalia perempuan. Penis
terdiri atas tiga kolom jaringan erektil, yang masing-masing terbungkus dalam
kapsul jaringan ikat fibrosa yang padat, yaitu tunika albuginea
METODE PRAKTIKUM
Alat :
1. Mikroskop listrik
2. Pensil warna
3. Penggaris
4. Buku Kerja Praktikum
5. Cawan petri
Bahan :
1. Preparat sediaan
BAB IV
1 KETERANGAN
2 KETERANGAN
3 KETERANGAN
5 KETERANGAN
7 KETERANGAN
9 KETERANGAN
11 KETERANGAN
13 KETERANGAN
15 KETERANGAN
17 KETERANGAN
19 KETERANGAN
21 KETERANGAN
1. Ureter
Mukosa ureter terdiri atas epitel transisional (7) dan lamina popria
(5) yang lebar. Epitel transisional memiliki beberapa lapisan sel, lapisan
terluar ditandai oleh sel kuboid yang besar. Sel intermedia berbentuk
polohedral, sementara sel basal berbentuk kuboid atau silindris rendah.
Lamina propria (5) mengandung jaringan ikat fibroelastik, yang lebih padat
dengan lebih banyak fibrolas di bawah epitel dan lebih longgar di dekat
muskularis. Jaringan limfoid difus dan kadang-kadang nodulus limfoid kecil
mungkin terlihat di lamina propria. Di ureter bagian atas, muskularis terdiri
atas dua lapisan otot, lapisan otot polos longitudinal (3) di sebeleah dalam
dan lapisan otot polos sirkular (2) di tengah; lapisan-lapisan ini tidak selalu
jelas. Lapisan tambahan yaitu lapisan otot polos longitudinal di sebelah luar
terdapat di sepertiga ureter bagian bawah dekat kandung kemih. Adventisia
(9) menyatu dengan jaringan ikat fibroelastik dan jaringan adiposa (1, 10)
yang mengandung banyak arteriol (6), venula (8), dan saraf kecil. Ureter
adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung
2. Vesica Urinaria
Mukosa kandungan kemih yang kosong memperlihatkan banyak
lipatan mukosa (5) yang menghilang sewaktu kandung kemih melebar. Epitel
transisional (6) lebih tebal daripada di ureter dan mengandung sekitar enam
lapisan sel. Lamina propria (7), di bawah epitel, lebih lebar daripada di ureter.
Jaringan ikat longgar di bagian yang lebih dalam mengandung lebih banyak
serat elastik. Banyak pembuluh darah (4, 8) dalam berbagai ukuran ditemukan
di serosa (3), di antara berkas otot polos (1), dan di lamina propria (8).
Mukosa dari dinding kandung kemih yang kosong dan berkontraksi
digambarkan pada pembesaran yang lebih kuat. Di sni, sel-sel superfisial
(urotheliocytus superficialis) epitel transisional (4) adalah kuboid atau
kolumnar rendah dan tampak berbentuk kubah. Beberapa sel superfisial
mungkin juga binukleus (6) (mengandung dua inti). Membran plasma (5) luar
pada sel superfisial di epitel tampak jelas.
3. Ginjal
Ginjal memiliki bentuk seperti kacang buncis. Pada tiap ginjal terdapat
lebih dari 1 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Pada ginjal
terdapat sisi medial yang cekung yang pada bagian lateralnya berbentuk
konveks sedangkan pada sisi medialnya konkaf yang merupakan tempat
masuknya saraf yang disebut hilium. Hilium ini bersambungan dengan
ruangan yang disebut sinus renal yang ditempati bagian atas ureter yang
melebar yang disebut pelvis renal. Didalam sinus renal tersebut pelvis renal
4. Penis
5. Ductus Ejakulatorius
Ampula duktus deferens menyatu dengan vesikula seminalis
membentuk duktus ejakulatorius, yang kemudian memasuki kelenjar prostat
dan bermuara ke uretra prostatika. Duktus ejakulatorius merupakan saluran
pendek, lurus yang memasuki substansi kelenjar prostat. Duktus ini akan
berakhir setelah menembus aspek posterior uretra prostatik pada kolikulus
seminalis. Lumen duktus ejakulatorius dilapisi epitel kolumnar selapis.
Jaringan ikat subepitel berlipat, suatu gambaran yang menyebabkan lumen
tampak iregular. Duktus ejakulatorius tidak mempunyai otot polos pada
dindingnya.
6. Epididimis
Epididimis merupakan organ reproduksi dalam pria yang merupakan
saluran panjang dan berkelok yang keluar dai testis. Epitel epididimis
merupakan epitel silindris bertingkat yang terdiri dari sel silindris tinggi dan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sistem urogenital terdiri dari sistem urinaria dan sistem reproduksi. Sistem
urinaria terdiri atas sepasang ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sistem
reproduksi pria terdiri dari sepasang tetstis, saluran reproduksi berupa vas
deferens, epididimis, vas everen dan uretra tunggal. Pada pria dilengkapi penis
sebagai organ kopulatoris dan kelenjar asesoris. Sedangkan sisem reproduksi
wanita terdiri dari sepasang ovarium, saluran reproduksi berupa sepasang tuba