Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem urogenital terdiri dari sistem urinaria dan sistem reproduksi. Sistem
urinaria terdiri atas sepasang ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sistem
reproduksi pria terdiri dari sepasang tetstis, saluran reproduksi berupa vas
deferens, epididimis, vas everen dan uretra tunggal. Pada pria dilengkapi penis
sebagai organ kopulatoris dan kelenjar asesoris. Sedangkan sisem reproduksi
wanita terdiri dari sepasang ovarium, saluran reproduksi berupa sepasang tuba
falopii serta uterus dan vagina tunggal. Pada wanita juga terdapat organ genitalia
eksternae dan kelenjar mammae (Susilowati, 2003).

Pada uretra terdapat dua buah sfingter yaitu sfingter uretra eksternal dan
internal di mana sfingter uretra interna bekerja di bawah sadar sedangkan sfingter
uretra eksterna tidak. Maka ketika proses miksi, sfingter uretra interna inilah yang
berfungsi untuk menahan keluarnya urin. Uretra terdiri atas uretra posterior dan
uretra anterior. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yang
dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada uretra anterior
dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri atas pars bulbosa, pars
pendularis, fossa navikularis dan meatus uretra eksternal (Purnomo, 2008).

Pada bagian inferior di depan rectum dan membungkus uretra posterior


terdapat suatu kelenjar yang dinamakan kelenjar prostat. Di bagian skrotum pada
pria terdapat sebuah organ genitalia terdapat testis yang dibungkus oleh jaringan
tunika albugenia. Epididimis pada organ genitalia pria terdiri atas caput, corpus
dan cauda epididimis. Sedangkan deferens berbentuk tabung kecil bermula dari
kauda epidimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior. Di dasar
buli-buli dan di sebelah cranial kelenjar prostat terdapat vesikula seminalis. Penis
terdiri atas tiga buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpora cavernosa
dan sebuah corpus spongiosum dan di bagian proksimal terpisah menjadi dua

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


1
sebagai crus penis. Setiap crus penis dibungkus oleh ishio-kavernosus yang
kemudian menempel pada rami osis ischii. (Tenser, 1998).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui struktur histologis dari sistem urinaria masculina

2. Untuk mengetahui struktur histologis dari sistem genitalia masculina

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengindetifikasi struktur histologis dari sistem urinaria


masculina

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur histologis dari sistem genitalia


masculina

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Urinarius

Sistem urinarius membuang toksin by-products metabolisme dari aliran


darah dan mengeluarkan urine dari tubuh. Kerja ini dilakukan oleh dua ginjal,
yang tidak hanya mengeluarkan toksin dari aliran darah, tapi juga memelihara
kadar garam, glukosa, protein dan air serta beberapa zat esensial agar tercapai
kesehatan yang optimal. Karena memiliki fungsi mengeliminasi dan memelihara

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


3
inilah, maka ginjal juga membantu meregulasi tekanan darah, hemodinamik dan
keseimbangan asam-basa tubuh. Urin dari ginjal dibuang ke ureter, dari sini
menuju organ penampung kandung kemih (vesika urinaria). Selama proses
pengeluaran, kandung kemih mengosongkan diri, urin disalurkan melalui uretra
ke luar tubuh. Selain itu, ginjal juga memiliki fungsi endokrin, dengan
memproduksi (antara lain), renin, eritropoetin, dan prostaglandin; ginjal juga
mengkonversi prekursor vit D (dalam sirkulasi) menjadi vitamin D (vitamin
aktif).

GINJAL
Ginjal memiliki bagian konkaf, yang disebut hilus, di tempat ini terdapat
ureter, vena renalis, arteri renalis dan pembuluh limf. Ginjal adalah organ yang
berukuran besar, berwarna kemerahan, berbentuk seperti kacang terletak
retroperitoneal pada dinding posterior abdomen. Karena adanya hati (posisi hati),
ginjal kanan lebih rendah kurang lebih 1-2 cm daripada ginjal kiri. Masing masing
ginjal berukuran panjang sekitar 11 cm, lebar 4-5 cm, dan tebal 2-3 cm. Ginjal
terbenam dalam lemak perirenal, dengan batas konveks nya berada pada sisi
lateral dan bagian konkaf (hilus) di medial. Pada hilus ginjal terdapat cabang
arteri dan vena renalis, pembuluh limf, dan ureter. Bagian ureter yang berada di
hilus melebar membentuk pelvis renalis (pelvis ginjal). Perpanjangan hilus jauh
menjorok ke dalam ginjal berisi lemak disebut sinus renalis (sinus ginjal). Ginjal
memiliki kapsula tipis yang menempel secara longgar, terutama mengandung
jaringan ikat padat kolagen iregular dengan sejumlah serat elastin dan
sel-sel otot polos.

Garis Besar Gambaran Ginjal

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


4
Potongan di garis tengah sagital ginjal (hemisected ) memperlihatkan
gambaran korteks dan medula. (Gambar 19-1). Bagian korteks tampak berwarna
coklat dan granula, sedangkan medula terdiri atas 6-12 bagian berbentuk piramid,
pucat, dan bergaris (striated ), bagian ini disebut piramid ginjal. Dasar tiap
piramid menghadap korteks, membentuk batas kortikomedular. Sedangkan bagian
puncak piramid (apeks), yang juga dikenal dengan nama papila renalis (papila
ginjal) , menghadap ke hilus. Apeks ditembus oleh lebih dari 20 muara duktus
papilaris Bellini (duktus Bellini); bagian yang tampak seperti saringan ini disebut
area cribrosa . Bagian apeks piramid dikelilingi oleh bangunan seperti cangkir
yang disebut kaliks minor (minor calyx ). Dua atau tiga kaliks minor yang
bersebelahan bergabung membentuk kaliks mayor (major calyx ). Tiga atau empat
kaliks mayor membentuk bagian lebih besar yang mengosongkan isinya dalam
pelvis renalis , bagian pelvis renalis ini ada yang melanjutkan diri menjadi bagian
proksimal ureter. Piramid ginjal dipisahkan satu sama lain oleh struktur yang
serupa dengan korteks, yaitu kolumna kortikalis Bertini (cortical columns of
Bertin).

Bagian korteks yang menyelimuti dasar piramid disebut arkus korteks atau
lengkung korteks (cortical arch). Secara makroskopik, ada tiga struktur yang dapat
diamati pada korteks (1). Bagian berupa titik seperti granula berwarna merah,
yaitu korpuskel ginjal; (2) tubulus kontortus (tubulus bergelung), labirin korteks;
dan (3) garis-garis yang berjalan longitudinal, yaitu prosesus medula/berkas
medula (prosesus Ferreini atau medullary ray), merupakan kelanjutan dari piramid
ginjal menjorok ke korteks.

Piramid ginjal, dengan arkus korteks dan kolumna kortikalisnya,


merupakan komponen yang menyusun satu lobus ginjal. Ginjal manusia
merupakan organ multilobus. Tiap berkas medula/medullary ray dengan bagian
labirin korteks di sekelilingnya membentuk lobulus ginjal, yang terus menjorok ke
medula membentuk struktur seperti kerucut.

Tubulus Uriniferus

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


5
Tubulus uriniferus adalah unit fungsional ginjal, terdiri atas nefron dan
tubulus pengumpul (tubulus kolektifus). Unit fungsional ginjal disebut tubulus
uriniferus, struktur berupa saluran bergelung, memproses cairan yang mengalir di
dalamnya sampai di proses pembuangan akhir (output) menjadi urin. Tubulus ini
terdiri atas dua bagian, masing masing berasal dari jaringan embrional yang
berbeda, nefron dan tubulus pengumpul (collecting tubule) (Gambar 19-1). Ada
sekitar 1, 3 juta nefron dalam tiap ginjal. Beberapa bermuara pada satu tubulus
pengumpul, dan beberapa tubulus pengumpul bergabung pada bagian lebih dalam
di medula membentuk duktus yang semakin lama semakin besar. Duktus terbesar
adalah duktus papilaris Bellini atau duktus Bellini, menembus papila renalis
(papila ginjal) pada bagian area cribrosa. Tubulus uriniferus tersusun sangat padat,
sehingga jaringan ikat stroma ginjal hanya sedikit. Secara keseluruhan, tubulus
uriniferus adalah epitel, tubulus-tubulus ini dibatasi dari jaringan ikat stroma oleh
lamina basalnya secara berselang seling. Jaringan ikat tersebut mengandung
banyak pembuluh darah yang memberi suplai darah ke jaringan ginjal.

Nefron

Ada dua tipe nefron, yang dikelompokkan berdasarkan lokasi korpuskel


ginjalnya dan panjang Ans Henle (lengkung Henle). Terdapat dua tipe nefron pada
ginjal manusia: nefron kortikal yang pendek, dan nefron jukstamedular yang
panjang. Nefron kortikal dibagi menjadi dua kelompok,nefron superfisial dan
nefron midkortikal, kedua kelompok ini, tidak ada yang mencapai medula.
Sedangkan nefron jukstamedular, korpuskel renalnya berada di korteks namun
bagian tabularnya mencapai mendula. Lokasi spesifik kedua tipe nefron itu,
komposisi selular pada masingmasing lokasi, dan pengaturan khusus antara
masing-masing lokasi tersebut menyebabkan medula terbagi menjadi 2 sub
bagian, yaitu zona luar (outer zone) dan zona dalam (inner zone). Zona luar
medula dibagi lagi menjadi garis luar (outer stripe) dan garis dalam (inner stripe).
Kecuali diberi catatan khusus, semua yang dijelaskan ini menjelaskan tentang
nefron jukstaglomerular, walaupun hanya merupakan 15% dari seluruh nefron.
Tiap nefron juksta medular panjangnya kurang lebih 40 mm. Konstituen dalam

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


6
nefron mengalami mofikasi sehingga dapat menjalankan fungsi fisiologis spesifik.
Korpuskel ginjal (dengan glomerulus di dalamnya), melakukan filtrasi cairan
darah. Pada bagian tubular setelah itu (yaitu, tubulus proksimal, ansa Henle
segmen tipis, dan tubulus distal) terjadi proses modifikasi filtrat menjadi urin.

Korpuskel Ginjal

Korpuskel ginjal (korpuskel renalis) disusun oleh kapilar bergelung


(glomerulus) yang diselimuti oleh kapsula Bowman. Korpuskel ginjal, adalah
struktur yang berbentuk oval sampai bulat dengan diameter 200-250 m, disusun
oleh kapilar bergelung, glomerulus yang mengalami invaginasi ke dalam kapsula
Bowman yang berdilatasi dan membentuk struktur seperti kantong, merupakan
ujung proksimal nefron. Selama proses tumbuh kembang, kapilar-kapilar dibentuk
oleh ujung buntu bagian tubular nefron, hampir seperti jika tangan ditekankan ke
balon (yang sudah ditiup) sampai ke ujung. Sehingga ruang dalam kapsula
bowman yang disebut ruang Bowman atau Bowman's space (ruang urinarius)
menjadi berkurang volumenya. Glomerulus melekat pada kapsula Bowman pars
viseral yang disusun oleh modifikasi sel epitel yang disebut podosit. Dinding luar
yang mengelilingi ruang Bowman disusun oleh epitel selapis gepeng (berdiri di
atas lamina basal yang tipis), disebut lapisan parietal (kapsula Bowman pars
parietal Bagian korpuskel ginjal tempat pembuluh darah masuk dan keluar disebut
kutub vaskular, sedangkan bagian muara pertemuan ruang Bowman dengan
tubulus proksimal disebut kutub urinarius. Glomerulus diperdarahi oleh arteriol
aferen glomerulus yang lurus dan pendek, sedangkan aliran darah baliknya
dibawa oleh arteriol eferen glomerulus; Glomerulusnya sendiri secara keseluruhan
merupakan bantalan kapilar. Meski diameter luar arteriol aferen lebih besar
daripada arteriol eferen, namun diameter lumennya kurang lebih sama ( dinding
arterial aferen lebih tebal) Arteriol eferen glomerulus memiliki tahanan lebih besar
terhadap aliran darah, menyebabkan tekanan kapilar glomerulus lebih tinggi
daripada kapilar di tempat lain.

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


7
Cairan filtrat keluar menembus glomerulus masuk ke dalam ruang
Bowman melewati kompleks sawar filtrasi (filtration barrier) yang disusun oleh
dinding endotel kapilar, lamina basal endotel dan lapisan Bowman pars viseral.

GLOMERULUS

Glomerulus disusun oleh kapilar berpori yang bergelung, diperdarahi oleh


arteriol eferen glomerulus dan aliran baliknya melalui arteriol eferen glomerulus.
Glomerulus dibentuk oleh beberapa gelung anastomosis kapilar yang berasal dari
cabang arterial aferen glomerulus. Unsur jaringan ikat arterial aferen tadi tidak
ikut masuk menembus kapsula Bowmann, dan sel-sel jaringan ikatnya berbeda
dari sel sel jaringan ikat pada umumnya, berupa sel khusus yang disebut sel
mesangial. Ada dua kelompok sel mesangial: sel mesangial ekstraglomerular
berada di kutub vaskular, dan sel mesangial interglomerular (seperti perisit)
berada dalam korpuskel ginjal Sel mesangial intraglomerular diduga memiliki
kemampuan fagositosis dan berfungsi dalam resorpsi pada lamina basal. Sel
mesiangial juga dapat berkontraksi karena memiliki reseptor untuk
vasokonstriktor seperti angiotensin II untuk mengurangi aliran darah glomerulus.
Lebih lanjut, sel-sel ini bersama dengan podosit dan membran basal glomerulus
secara struktural menyokong kapilar glomerulus. Glomerulus disusun oleh kapilar
berpori yang sel endotelnya tipis, kecuali di bagian yang mengandung inti;
porinya tidak ditutup oleh diafragma. Porinya besar, dengan diameter berukuran
antara 70-90 nm; jadi, kapilar di sini hanya menjadi barier terhadap elemen
elemen darah dan makromolekul yang diameternya lebih besar daripada pori.

Lamina Basal

Lamina basal glomerulus (tebal-300), terdiri atas tiga lapisan : Lapisan


tengah, lamina

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


8
densa, tebalnya sekitar 100 nm dan terdiri atas kolagen tipe IV, disusun oleh rantai
3 4, dan 5 (berbeda dengan tipe biasa yang disusun oleh rantai 1 dan 2),
lamina rara, lapisan dengan densitas elektron rendah, mengandung laminin,
fibronektin, dan proteoglikan polianionik terhidrasi tinggi, tinggi, perlakan dan
agrin, keduanya kaya akan heparan sulfat-terletak pada kedua sisi lamina densa,
Ada yang menamakannya lamina rara iterna, untuk lapisan yang terletak di antara
sel endotel kapilar dan lamina densa, dan lamina rara eksterna untuk lapisan yang
terletak di antara lamina densa dan kapsula Bowman pars viseral. Fibronektin dan
laminin membantu menjaga ikatan sel pedikel dan endotel dengan lamina basal.

KAPSULA BOWMAN PARS VISERAL

Kapsula Bowamn pars viseral disusun oleh sel-sel epitel yang mengalami
modifikasi menjadi podosit. Kapsula Bowman pars viseral disusun oleh sel-sel
epitel yang mengalami modifikasi sehingga memiliki fungsi filtrasi yang sangat
kuat. Sel-sel berukuran besar ini disebut podosit, memiliki juluran sitoplasma
panjang seperti tentakel, yang disebut prosesus primer, yang berjalan sejajar
dengan aksis longitudinal kapilar glomerulus, namun tidak menempel. Masing-
masing prosesus primer memiliki banyak juluran yang disebut dengan prosesus
sekunder atau dikenal dengan pedikel yang tersusun rapi. Hampir semua kapilar
glomerulus diselimuti seluruh permukaannya oleh pedikel, karena pedikel
tersusun secara interdigitasi dengan pedikel di sebelahnya yang berasal dari
prosesus primer podosit lain. Pedikel memiliki glikokaliks yang sempurna disusun
oleh sialoprotein bermuatan negatif podokalsin (podocalyxin) dan podoendin
(podoendin). Pedikel menduduki lamina rara eksterna. Sitoplasmanya
mengandung sedikit organel namun memiliki mikrotubul dan mikrofilamen.
Interdigitasi antar pedikel menyebabkan terbentuknya celah sempit, dengan lebar
20-40 nm, yang disebut dengan celah filtrasi (filtration slits). Celah filtrasi tidak
terbuka sempurna; melainkan dilapisi oleh diafragma tipis, disebut difragma celah
(slit diaphragm) yang membentang antara pedikel yang bersebelahan dan berlaku
sebagai sawar (barrier) filtrasi. Diafragma celah memiliki pusat berupa batang, di
kedua sisi batang tersebut terdapat barisan pori seluas 14 nm2. Badan sel podosit

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


9
mengandung organel sel seperti biasa. Tedapat inti dengan bentuk irregular, juga
retikulum endoplasma kasar atau rough endoplasmic reticulum (RER),apparatus
golgi, dan banyak ribosom bebas. Karena lamina basal menahan makromolekul
besar, maka dapat terjadi sumbatan jika makromolekul tersebut tidak difagosit
secara terus menerus oleh sel-sel mesangial intraglomerular dan diperbaharui oleh
kapsula Bowman pars viseral (podosit) dan sel endotel glomerulus.

Tubulus Proksimal

Tubulus proksimal dibagi dalam dua bagian: tubulus kontortus proksimal dan
tubulus rektus proksimal (ansa Henle segmen tebal pars desendens). Cairan
ultrafiltrat dari Ruang Bowman (Bowman's space) dialirkan menuju tubulus
proksimal melalui kutub tubular (kadang disebut leher tubulus proksimal, sering
diabaikan pada manusia), yang merupakan penghubung antara ruang Bowman dan
tubulus proksimal. Di kutub tubular ini, epitel gepeng selapis kapsula Bowman
pars parietal bergabung dengan epitel kuboid selapis tubulus proksimal . Tubulus
proksimal menyusun sebagian besar korteks ginjal, diameternya kurang lebih 60
m dan panjangnya sekitar 14 mm. Tubulus ini terbagi atas bagian yang sangat
bergelung (pars kontortus) dan bagian yang lurus (pars rektus). Bagian yang
bergelung disebut juga tubulus kontortus proksimal, terletak di dekat korpuskel
ginjal. Sedangkan bagian yang lurus disebut tubulus rektus proksimal atau ansa
Henle segmen tebal pars desendens, yang turun masuk ke dalam prosesus medula
(medullary ray atau prosesus Ferreini) di daerah korteks dan di daerah medula
menyatu dengan lengkung Henle (loop of Henle) pada pertemuan daerah garis
luar dan garis dalam. Jika diamati dengan mikroskop cahaya, tubulus kontortus
proksimal disusun oleh epitel kuboid selapis dengan granula sitoplasma
eosinofilik. Sel-sel nya memiliki paras sikat (brush border) yang menggumpal.
Namun potongan parafin umumnya memperlihatkan gambaran lumen yang
sebagian besar tertutup; paras sikat bergelombang dan kusut; beberapa inti terlihat
terletak di basal sel pada potongan melintang; dan membran lateral sel tidak jelas.
Sel-sel kuboid berada di atas membran basal yang terbentuk sempurna, dapat
dengan mudah terlihat dengan pewarnaan reaksi periodic acid-Schiff (PAS).

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


10
Berdasarkan gambaran ultrastruktur untuk komponen selnya, tubulus proksimal
dibagi lagi berdasarkan 3 bagian lokasi sel:

2/3 bagian awal dari tubulus kontortus (tubulus bergelung), disebut sebagai
daerah S1
Bagian tersisa dari tubulus kontortus (tubulus bergelung) dan sebagian besar
ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubuh rektus), disebut sebagai
daerah S2
Bagian sisa dari ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubulus rektus),
disebut sebagai daerah S3
Sel-sel di daerah S1 memiliki mikrovili yang panjang (1,3-1,6 m), dan
tersusun rapat serta sistem kaveol intermikrovili (caveolae) yang dikenal
sebagai kanalikuli apikal. Kanalikuli ini meluas sampai ke dalam sitoplasma
apikal. (Gambar 19-12). Sistem ini lebih panjang selama proses aktif diuresis,
yang menunjukkan bahwa fungsinya adalah meresorpsi protein saat bersihan
tubular (tubular clearing) pada ultrafiltrat glomerular. Mitikondria, apparatus
Golgi, dan komponen-komponen sel normal lainnya, dapat ditemukan pada
sel-sel S1 ini. Dengan pengamatan lebih rinci, ditemukan bahwa prosesus
lateral dan basal dapat memanjang sampai hampir seluruh ketinggian sel.
Prosesus ini panjang dan sempit dan biasanya memiliki mitokondria tubular
yang memanjang. Sel-sel di daerah S2 serupa dengan sel-sel di daerah S1,
namun memiliki lebih sedikit mitokondria dan kanalikuli apikal, serta lebih
rendah Sel-sel di daerah S3 merupakan sel kuboid rendah interselular yang
jarang-jarang dan tidak mempunyai kanalikuli apikal.

ANSA HENLE SEGMEN TIPIS

Ansa Henle Segmen tipis dibagi dalam tiga bagian: segmen tipis pars
desendens, lengkung Henle, dan segmen tipis pars asendens. Ansa Henle segmen
tebal pars desendens (tubulus rektus proksimal) melanjutkan diri menjadi ansa
Henle segmentipis. Segmen tipis yang secara keseluruhan berdiameter 15-20 m
ini, disusun oleh epitel gepeng selapis dengan tinggi kurang lebih 1,5-2 m.
Panjang segmen tipis ini bervariasi sesuai dengan letak nefron. Pada nefron

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


11
kortikal, panjang segmen tipis hanya 1-2 mm, atau ada juga yang sama sekali
tidak ada. Nefron jukstamedular lebih panjang, yaitu 9-10 mm dan memiliki
lengkung seprti lengkungan pada jepitan rambut yang menjorok masuk jauh ke
bagian medula. Bagian segmen tipis yang merupakan kelanjutan dari ansa Henle
segmen tebal pars desendens (tubulus rektus proksimal) disebut ansa Henle
segmen tipis pars desendens, bagian yang menyerupai lengkung jepit rambut
adalah lengkung Henle (ansa Henle), dan bagian yang menghubungkan bagian
lengkung dengan tubulus distal disebut ansa Henle segmen tipis pars asendens.
Inti sel penyusun ansa Henle segmen tipis, menonjol ke arah lumen; sehingga
dalam sediaan blok parafin, tampilannya seperti kapilar yang terpotong melintang.
Perbedaannya dengan kapilar adalah sel-sel epitelnya sedikit lebih tinggi, inti
terwarna kurang padat, dan dalam lumen tidak ada sel darah. Ultrastruktur sel
epitel penyusun segmen tipis ini seperti biasa, terdapat beberapa mikrofili yang
pendek gemuk pada permukaan lumen dan beberapa mitokondria di sitoplasma di
sekeliling inti. Banyak prosesus menjulur dari bagian basal mengadakan
interdigitasi dengan sel di sebelahnya. Keempat tipe sel penyusun ansa Henle di
lokasi yang berbeda ini dapat dibedakan berdasarkan ultrastrukturnya.

Perbedaan utama antara segmen tipis pars asendens dengan pars desendens
adalah bahwa pars asendens hanya memiliki permeabilitas sedang terhadap air.
Perbedaan yang nyata sehubungan dengan permeabilitas terhadap air ini akan
didiskusikan kemudian. Tubulus Distal

Tubulus distal dibagi dalam tiga bagian: ansa Henle segmen tebal pars
asendens (tubulus rektus distal), makuladensa, dan tubulus kontortus distal.
Tubulus distal dibagi menjadi bagian yang lurus (pars rektus) dan bagian yang
bergelung (pars kontortus). Bagian yang lurus merupakan kelanjutan dari ansa
Henle segmen tipis pars asendens, juga dikenal dengan nama ansa Henle segmen
tebal pars asendens atau tubulus rektus distal. Sedangkan bagian yang bergelung
disebut juga tubulus kontortus distal. Ada struktur khusus yang berada di
peralihan bagian lurus dengan bagian bergelung, yang disebut makula densa,
merupakan modifikasi sel-sel tubulus distal. Ansa Henle segrnen tebal pars

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


12
asendens panjangnya kurang lebih 9-10 mm dengan diameter sekitar 30-40 m.
Bagian ini menghubungkan ansa Henle segmen tipis pars asendens di daerah garis
dalam medula dan terus naik melewati medula mencapai korteks. Epitel kuboid
selapis yang membentuk ansa Henle segmen tebal pars asendens ini memiliki inti
ditengah, berbentuk bulat sampai oval dan sedikit mikrovili yang pendek seperti
drum stick (club-shaped). Meskipun bagian lateral sel berinterdigitasi satu sama
lain, namun hubungan antar sel yang bersebelahan itu masih belum terungkap
sejelas tubulus kontortus proksimal. Interdigitasi di daerah basal lebih luas, dan
jumlah mitokondria sel ini lebih banyak daripada tubulus kontortus proksimal.
Lebih lanjut, sel-sel ini membentuk zonula okludens (zonulae occludentes) yang
sangat efisien dengan sel di sebelahnya. Saat ansa Henle segmen tebal pars
asendens berjalan dekat korpuskel ginjalnya sendiri, maka ansa Henle tersebut
berada di antara arterial aferen dan eferen glomerulus. Di daerah ini, tubulus distal
diberi nama makula densa. Karena sel makula densa tinggi dan langsing, maka
inti selnya terlihat jauh lebih rapat daripada inti sel tubulus distal di lokasi lain.
Tubulus kontortus distal tidak panjang, (hanya 4-5 mm saja) dengan diameter
keseluruhan 25-45 m. Jika dibandingkan dengan tubulus kontortus proksimal,
pada sediaan parafin, lumen tubulus ini tampak terbuka lebar, dengan granula
sitoplasma lebih pucat, dan karena selnya lebih langsing maka lebih banyak inti
yang terlihat pada potongan melintang tubulus. Ultrastruktur sel ini
memperlihatkan sitoplasma yang jernih dan pucat, dengan sedikit mikrovili apikal
yang tumpul. Inti kurang lebih berbentuk bulat dan terletak apikal, memiliki satu
atau dua anak inti padat. Jika dibandingkan dengan ansa Henle segmen tebal pars
asendens,mitokondria kurang banyak, dan interdigitasi basal kurang luas. Tubulus
kontortus distal umumnya naik sedikit di atas korpuskelnya dan bermuara pada
bagian melengkung duktus koligens.

Aparatus Jukstaglomerular

Aparatus Jukstaglomerular memiliki tiga komponen: macula densa (bagian


dari tubulus distal), sel-sel jukstaglomerular (bagian dari arteriol aferen

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


13
glomerulus, dan sel-sel mesangial ekstraglomerular. Aparatus jukstaglomerular
terdiri atas makula densa (bagian dari tubulus distal), sel-sel jukstaglomerular
(bagian dari arterial aferen glomerulus terdekat, dan ada juga di arterial eferen),
dan sel-sel mesangial ektraglomerular (atau Polkissen, sel lacis, atau bantal
kutub). Sel-sel makula densa tinggi, langsing, dan pucat dengan inti di sentral
Karena sel-sel ini langsing, inti yang terwarna padat terlihat berdekatan;bersama-
sama, dengan mikroskop cahaya inti-inti tersebut terlihat sebagai bercak padat.
Dengan mikroskop elektron, terlihat banyak mikrovili,mitokondria kecil, dan
badan golgi terletak di bawah inti (infranuclear). Sel-sel jukstaglomerular,
merupakan modifikasi sel-sel otot polos tunika media arterial aferen (dan,
terkadang eferen) glomerulus. Sel-sel ini memiliki banyak sekali persarafan serat
saraf simpatis. Inti sel nya bulat, tidak memanjang. Sel jukstaglomerular
mengandung granula spesifik yang ternyata merupakan enzim protealitik bernama
renin. Angiotensin-converting enzyme (ACE),angiotensin I, dan angiotensin II
juga terdapat pada sel ini. Sel jukstaglamerular dan makula densa memiliki
hubungan geagrafik yang spesial karena lamina basal yang normalnya terdapat
pada epitel dan jaringan lain, tidak ditemukan di lokasi ini, sehingga terjadi kantak
yang sangat erat antara sel-sel makula densa dengan sel-sel aparaus
jukstaglamerular. Sel mesangial ekstraglamerular, adalah anggota ketiga penyusun
apparatus jukstaglamerular, menempati ruangan yang dibatasi aleh arterial aferen,
makula densa, arterial eferen dan kutub vaskular karpuskel ginjal.

Duktus Koligens (Collecting Tubules atau Tubulus Pengumpul)

Duktus koligens, disusun oleh epitel kuboid selapis, yang membawa dan
memodifikasi cairan ultrafiltrat dari nefron ke kaliks minor ginjal. Duktus
koligens bukan merupakan bagian nefron. Saluran ini berasal dari jaringan
embryologi yang berbeda, dan baru pada tahap perkembangan selanjutnya
bergabung dengan nefron membentuk struktur yang kontinu. Tubulus kontortus
distal dari beberapa nefron bergabung membentuk saluran pendek, yaitu tubulus
penghubung (connecting tubule) yang kemudian bermuara pada duktus koligens

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


14
(collecting tubule). Cairan yang masuk ke dalam duktus koligens dimodifikasi dan
dialirkan ke papila medula.

Sel-sel prinsipal memiliki inti oval dan terletak sentral, sedikit


mitokondria, serta mikrovili pendek dan jarang. Sel-sel interkalaris memiliki
banyak vesikel apikal berdiameter 50-200 nm, mikroplika di plasmalema apikal,
dan banyak mitokondria. Inti selnya bulat dan terletak di tengah. Ada dua tipe sel
interkalaris: tipe A, yang membran lumen selnya memiliki H+-ATPase yang
berfungsi membawa ion H+ ke dalam lumen tubulus sehingga membuat urin
menjadi asam; tipe B, yang membran basolateral selnya memiliki H+ -ATPase
juga, namun memiliki fungsi lain yaitu : meresorpsi ion H+ dan sekresi HCO3.
Duktus koligens medular memiliki ukuran yang lebih besar karena terbentuk dari
gabungan beberapa duktus koligens kortikal. Duktus koligens yang berada di zona
luar medula dengan yang berada di korteks sama-sarna memiliki sel prinsipal dan
sel interkalaris, sedangkan yang berada di zona dalam medula hanya memiliki sel
prinsipal. Duktus papilaris Bellini, masing-masing dibentuk oleh pertemuan
beberapa duktus koligen medular. Duktus ini besar, dengan diameter 200-300 m,
dan bermuara pada area cribrosa (daerah seperti saiingan) papila ginjal untuk
kemudian dialirkan ke dalam kaliks minor. Duktus ini hanya disusun oleh sel-sel
principal kolumnar tinggi. Duktus koligens bersifat impermeabel terhadap air.
Namun jika ada ADH, menjadi permeabel terhadap air (dan sampai batas tertentu,
juga urea). Sehingga tanpa adanya ADH urine menjadi sangat banyak dan
hipotonik,sedangkan jika ada ADH, volume urin sedikit dan pekat

Interstisial Ginjal

Interstisial ginjal sangat tipis, jaringan ikat longgar hanya sedikit dengan
tiga tipe sel di dalamnya: fibroblas,makrofag dan sel interstisial. Ginjal memiliki
jaringan ikat padat kolagen iregular dengan diselingi oleh sejumlah serat elastin
yang tersebar di antara berkas-berkas kolagen tersebut. Simpai ginjal tidak
melekat erat pada korteks di bawahnya. Saat pembuluh darah memasuki hilus,
pembuluh darah itu banyak. Terdapat tiga jenis sel dalam jaringan ikat medula
ginjal, yaitu : Fibroblas,Makrofag,Sel-sel interstisial. Sel interstisial tersusun

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


15
seperti anak tangga, satu sel di atas sel lainnya, dan paling banyak terdapat di
antara duktus koligens (straight collecting ducts) dan di antara duktus papilaris
Bellini. Sel-sel interstisial memiliki inti memanjang dan banyak droplet lipid.
Diyakini bahwa sel-sel ini mensintesis medullipin I, substansi ini di hati diubah
menjadi medullipin II (sebuah vasodilator kuat sehingga menurunkan tekanan
darah.

Vesika Urinaria

Vesika Urinaria menampung urin sampai urin siap untuk di keluarkan.


Vesika urinaria merupakan organ penting untuk menampung urin sampai
tekanannya cukup untuk menginduksi keinginan miksi. Mukosa vesika urinaria
berperan sebagai sawar osmotik antara urin dengan lamina propria. Mukosa
vesika urinaria tersusun beberapa lipatan, yang menghilang saat vesika urinaria
teregang karena terisi urin. Selama teregang, sel bundar berbentuk kubah
berukuran besar, yang terdapat pada permukaan epitel transisional mejadi
teregang dan morfologinya berubah menjadi pipih. Bagian yang memberikan ciri
unik pada sel epitel transisional adalah plasmalema, yang te rdiri dari gabungan
daerah menebal, khusus, dan kaku, yakni plak,diselingi oleh membran sel normal,
bagian interplak. Saat vesika kosong, bagian plak melipat menjadi kontur yang
angular dan iregular, yang menghilang saat sel teregang. Bagian plak yang kaku
ini, bermuara ke filamen intrasitoplasmik, menyerupai gap junction tapi hanya
pada bagian permukaan. Plak tersebut impermeabel terhadap air dan garam;
sehingga sel ini berfungsi sebagai sawar osmotik antara urin dan lamina propria
yang berada di bawahnya. Sel pada bagian permukaan sel epitel transisional
terikat oleh desmosom dan taut kedap (tight junction) yang juga berfungsi sebagai
sawar osmotik untuk mencegah lewatnya air antar sel. Vesika urinaria berbentuk
segitiga, pada tiap bagian apeksnya terdapat muara kedua ureter dan uretra yang
dikenal sebagai trigonum. Mukosa trigonum selalu halus dan tidak pernah
melipat. Asal embriologik trigonum berbeda dengan bagian lain vesika urinaria.
Lamina propria vesika minaria terdiri dari dua lapis; bagian paling luar, terdiri
dari jaringan ikat padat, kolagen, dengan susunan tidak teratur dan bagian dalam

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


16
yaitu jaringan ikat yang lebih longgar, tersusun atas serat kolagen dan elastin.
Lamina propria tidak mempunyai kelenjar kecuali pada bagian sekitar orifisium
uretra, terdapat kelenjar mukus. Biasanya kelenjar ini hanya terdapat pada lapisan
luar lamina propria. Kelenjar ini mensekresikan cairan bening yang kental untuk
melubrikasi orifisium uretra. Dinding muskular vesika urina1ia tersusun oleh tiga
lapis otot polos yang dapat dipisahkan hanya pada bagian leher vesika urinaiia.
Lapisan dalam tersusun longitudinal dan tipis, lapisan tengah tersusun sirkular dan
tebal, lapisan paling luar longitudinal dan tipis. Lapisan tengah sirkular
membentuk otot sfingter interna di sekitar orifisium uretra interna. Lapisan
adventisia vesika urinaria tersusun atas jaringan ikat padat, kolagen, dengan
susunan tidak teratur yang mengandung sejumlah serat elastin. Padabagian
tertentu adventisia, dilapisi oleh serosa, sisi yang mengarah ke peritoneum,
sedangkan pada bagian lain diselimuti lemak

Uretra

Uretra menyalurkan urin dari vesika urinaria ke luar tubuh Vesika urinaria
mengosongkan isinya melalui struktur tubular tunggal, uretra, yang langsung
berhubungan dengan dunia luar, mengeluarkan urin dari tubuh. Di tempat uretra
menembus perineum, serat otot rangka membentuk otot sfingter eksterna (external
sphincter muscle) yang mengelilingi uretra. Otot ini memungkinkan kontrol
secara sadar (voluntary) terhadap proses berkemih. Uretra laki-laki lebih panjang
daripada uretra perempuan dan memiliki fungsi ganda, sebagai jalur pengeluaran
semen dan pengeluaran urin.

Uretra Pria

Uretra pria panjangnya 15-20 cm, memiliki tiga bagian yang diberi nama
sesuai dengan struktur yang dilaluinya,yaitu: Uretra pars prostatika, panjangnya 3-
4 cm, seluruhnya berada dalam kelenjar prostat. Dilapisi oleh epitel transisional
dan menampung banyak duktus kecil dari prostat, utrikulus prostatika

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


17
(rudimenter,homolog dengan uterus) dan sepasang duktus ejakulatorius. Utera
pars membranasea, panjangnya hanya 1-2 cm. Namanya demikian karena bagian
ini melewati membran perianal (diafragma urogenital). Bagian ini dilapisi leh
epitel silindris berlapis dan diselingi oleh epitel silindris bertingkat.

Uretra pars spongiosa (uretra penil), bagian paling panjang dari uretra (15
cm), terdapat di sepanjang penis, berakhir pada ujung glans penis sebagai
orifisium uretra ekstema. Segmen ini dinamakan demikian karena berlokasi di
korpus spongiosum. Dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis,diselingi dengan epitel
kolumnar berlapis semu dan berlapis gepeng tidak berkeratin. Bagian terminal
uretra yang meluas pada glans penis (fosa navikularis) dilapisi oleh epitel gepeng
berlapis tidak berkeratin. Lamina propria pada tiga bagian ini tersusun atas
jaringan ikat longgar fibroelastin yang kaya akan vaskularisasi. Terdapat banyak
kelenjar Littre yang mensekresi mukus untuk lubrikasi epitel uretra.

2.2 Sistem Reproduksi Laki-laki

Sistem reproduksi lelaki terdiri atas sepasang testis menggantung dalam


skrotum, sepasang sistem saluran kelamin (genital ducts) intra dan
ekstratestikular, kelenjar pelengkap, dan organ kopulasi lelaki, yaitu penis. Testis
berperan untuk membentuk sel kelamin/gamet lelaki, yaitu spermatozoa, selain
sintesis, penyimpanan, dan pelepasan hormon seks lelaki, testosteron. Kelenjar
yang terhubung dengan saluran reproduksi lelaki terdiri atas sepasang vesikula
seminalis, sebuah kelenjar prostat, dan sepasang kelenjar bulbouretra (Cowper).
Semua kelenjar ini membentuk bagian nonselular semen (spermatozoa berenang
dalam semen, sekret kelenjar pelengkap), yang selain memberi nutrisi, juga
merupakan pembawa/pengangkut cair untuk mengantar spermatozoa ke saluran
reproduksi perempuan. Penis mempunyai fungsi ganda: mengantarkan semen ke
saluran reproduksi perempuan saat kopulasi dan menyalurkan urin dari kandung
kemih ke luar tubuh.

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


18
TESTIS

Testis, terletak dalam skrotum, merupakan organ berpasangan pemroduksi


spermatozoa dan testosteron. Testis pada lelaki dewasa merupakan organ
berbentuk oval berukuran lebih kurang panjang 4 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 3
cm. Semasa embriogenesis, testis berkembang dalam rongga retroperitoneal pada
dinding posterior rongga abdomen. Selagi turun ke skrotum, testis membawa serta
sebagian peritoneum. Peritoneum yang terdorong keluar oleh testis disebut tunika
vaginalis, membentuk ruang serosa yang melingkupi sisi anterolateral testis,
memungkinkan mobilitas terbatas bagi testis dalam ruangannya di skrotum. Setiap
testis diliputi oleh kapsul yang padat, jaringan ikat kolagen yang tersusun ireguler
yaitu tunika albuginea.Tepat di bawahnya terdapat jaringan ikat longgar yang
berpembuluh darah banyak, tunika vaskulosa, yang membentuk kapsul vaskular
testis. Pada aspek posterior tunika albuginea ada bagian yang menebal,
membentuk mediastinum testis, yang membentuk septa jaringan ikat pembagi
ruang testis menjadi sekitar 250 lobul testis, yaitu ruang berbentuk piramida yang
saling terhubung. Setiap lobulus berisi satu hingga empat tubulus seminiferus
yang berujung buntu, diliputi oleh jaringan ikat jarang yang mengandung banyak
serat saraf dan pembuluh darah dari tunika vaskulosa. Tersebar dalam jaringan
ikat ini kelompokan kecil sel-sel endokrin, sel interstisial (Leydig),yang berperan
sintesis testosteron.

Spermatozoa dibentuk oleh epitel seminiferus padatubulus seminiferus.


Spermatozoa akan memasuki duktus yang lurus dan pendek, tubuli rekti, yang
menghubungkan ujung tubulus seminiferus dengan rete testis, suatu sistem ruang
labirin (berkelok-kelok) di dalam mediastinum testis. Spermatozoa meninggalkan
rete testis melalui 10-20 tubulus pendek, duktuli eferentes, yang akan bermuara ke
epididimis.

Tubulus Seminiferus

Tubulus seminiferus merupakan tabung (tubules) berlumen yang amat


berkelok-kelok, panjang 30-70 cm dan berdiameter 150-250 m, dikelilingi oleh

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


19
jaring-jaring kapiler yang luas, Sekitar 1.000 tubulus seminiferus terdapat dalam
kedua testis,kalau dijumlahkan panjangnya mencapai 0,5 km (0,3 mil),berfungsi
untuk pembentukan spermatozoa. Dinding tubulus seminiferus terdiri atas tunika
propria,suatu lapisan jaringan ikat yang tipis dan epitel seminiferus yang tebal.
Tunika propria dan epitel seminiferus dipisahkan oleh lamina basal yang
berkembang dengan baik. Jaringan ikat terdiri atas serat kolagen tipe I yang
ramping dan tersusun saling berselisip, dan beberapa lapis sel-sel fibroblas di
dalamnya. Pada beberapa jenis hewan, namun tidak pada manusia, ditemukan sel
mioid, mirip sel otot polos; sel-sel ini menunjukkan daya kontraktilitas pada
tubulus seminiferus hewan. Epitel seminiferus (atau epitel germinal) mempunyai
ketebalan beberapa sel dan terdiri atas dua jenis sel: sel Sertoli dan sel
spermatogen. Sel-sel spermatogen berada dalam berbagai tahapan pematangan.

Sel Sertoli

Sel Sertoli menyokong, melindungi, memberi nutrisi sel spermatogen;


fagositosis sisa sitoplasma spermatid; menyekresi protein pengikat androgen,
hormon, dan media nutrisi; dan membentuk sawar darah testis.Sel Sertoli
merupakan sel silindris tinggi, membran lateralnya membentuk lipatan yang
kompleks sehingga Sel Sertoli merupakan sel silindris tinggi, membran lateralnya
membentuk lipatan yang kompleks sehingga dengan mikrosop cahaya tidak
mungkin dapat dikenali batas lateralnya. Membran apikal sel juga sangat berlipat
dan menonjol ke arah lumen tubulus seminiferus. Sel-sel ini mempunyai inti yang
jernih, oval dengan anak inti yang besar, di tengah, letak inti ke arah basal sel
(lihat Gambar 21-5). Sitoplasma mengandung produk yang disebut kristaloid
CharcotBottcher, yang komposisi dan fungsinya tidak diketahui. Mikrograf
elektron mengungkaokan bahwa sitoplasma sel Sertoli dipenuhi oleh retikulum
endoplasma halus (SER), tetapi jumlah retikulum endoplasma kasar (RER)-nya
terbatas.

Sel juga banyak mengandung mitokondria, aparatus Golgi yang


berkembang sempurna, dan sejumlah besar vesikel yang termasuk kompleks
endolisosom. Unsur kerangka sel Sertoli amat banyak, sesuai dengan salah satu

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


20
fungsinya sebagai penyokong struktural bagi sel-sel benih yang sedang
berkembang. Membran lateral sel Sertoli yang berdampingan rnembentuk taut
kedap (zonulae oklundentes) hingga lumen tubulus seminiferus terbagi menjadi
dua ruang konsentris yang terpisah . Kompartemen basal yang lebih sempit,
terletak basal terhadap taut kedap, dan melingkupi kompartemen adluminal yang
lebih luas. Jadi, taut kedap sel-sel ini membentuk sawar darah-testis yang
mengisolasi ini membentuk sawar darah-testis yang mengisolasi ruang adluminal
dari pengaruh jaringan ikat, dalam hal ini, melindungi sel benih yang sedang
dalam perkembangan sistem imun. Oleh karena spermatogenesis dimulai sejak
pubertas, sel-sel benih yang baru terbentuk, yang mempunyai jumlah kromosom
berbeda selain juga mengekspresikan molekul dan reseptor membran permukaan
yang berbeda, akan dianggap sebagai 'sel asing' oleh sistem imun. Apabila tidak
ada sawar pemisah sel benih dari jaringan ikatnya, suatu respons imun akan
terjadi terhadap sel-sel tersebut. Sel Sertoli melaksanakan fungsi sebagai berikut:

Dukungan fisik dan nutrisi bagi sel benih yang sedang berkembang
Fagositosis sitoplasma yang dilepas selama spermiogenesis
Sawar darah-testis dengan adanya

DUKTUS GENITAL

Duktus genital dapat dibagi dalam dua kategori: yang terletak dalam testis
(intratestikular) dan yang terletak di luar testis (ekstratestikular).

Duktus Genital Intratestikular

Duktus intratestikular termasuk tubuli rekti dan rete testis. Duktus genital
yang terletak dalam testis menghubungkan tubulus seminiferus dengan
epididimis. Duktus intratestikular ini merupakan tubuli rekti dan rete testis.

Tubuli Rekti

Tubuli rekti mengantar spermatozoa dari tubulus seminiferus ke dalam rete


testis. Tubuli rekti merupakan saluran pendek yang lurus dan merupakan lanjutan
tubulus seminiferus dan menyalurkan spermatozoa yang dibentuk oleh epitel
seminiferus, ke rete testis. Setengah bagian pertama dekat tubulus seminiferus,

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


21
tubuli rekti berdinding sel Sertoli, dan setengah sisanya, dekat rete testis,
mempunyai epitel kuboid selapis. Sel kuboidnya mempunyai mikrovili yang
pendek (stubby), dan sebagian besar mempunyai sebuah flagelum.

Rete Testis

Spermatozoa imatur disalurkan dari tubuli rekti ke dalam rete testis,


ruang-ruang labirin yang dilapisi epitel kuboidal . Rete testis terdiri atas ruang-
ruang labirin, dibatasi epitel selapis kuboid, di dalam mediastinum testis. Sel- sel
kuboid ini mirip dengan yang ada pada tubuli rekti,mempunyai banyak mikrovili
pendek dengan sebuah flagelum.

Duktuli Eferentes

Duktuli eferentes terletak antara rete testis dan epididimis. Sepuluh hingga
20 duktuli eferentes merupakan saluran pendek yang menyalurkan spermatozoa
dari rete testis dan menembus tunika albuginea testis untuk menyampaikan
sperma ke epididimis. Jadi, duktuli eferentes akan bergabung dengan epididimis
di sini. Lapisan epitel selapis pada lumen duktulus terdiri atas bidang-bidang
dengan sel kuboid tanpa silia berseling dengan bidang bersel kolumnar bersilia.
Kelompokan sel epitel pendek dan tinggi yang berdampingan memberikan ciri
khas bergelombang pada permukaan lumen duktuli eferentes. Sel-sel kuboidnya
banyak mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya memperlihatkan banyak
invaginasi yang menunjukkan aktivitas endositosis. Sel-sel kuboidnya banyak
mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya memperlihatkan banyak
invaginasi yang menunjukkan aktivitas endositosis. Sel-sel ini dipercaya
menyerap sebagian besar cairan lumen yang dihasilkan oleh sel Sertoli tubulus
seminiferus. Silia dari sel kolumnar kemungkinan menggerakan spermatozoa ke
arah epididimis. Epitel selapis berdiri di atas lamina basal yang memisahkannya
dari jaringan ikat longgar tipis pada dinding setiap duktulus. Jaringan ikatnya
dikitari oleh lapisan tipis otot polos yang sel-selnya tersusun sirkular.

Duktus Genital Ekstratestikular

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


22
Duktus genital ekstratestikular ialah epididimis, duktus deferens, dan
duktus ejakulasi. Duktus genital ekstratestikular yang berhubungan dengan setiap
testis ialah epididimis, duktus deferens (vas deferens), dan duktus
ejakulasi.Epididimis menyekresikan banyak faktor yang memfasilitasi
pematangan spermatozoa, namun belum diketahui mekanisme kerjanya. Seperti
telah dinyatakan sebelumnya, spermatozoa belum mampu memfertilisasi sebuah
oosit sekunder sebelum mengalami kapasitasi,suatu proses yang dipicu oleh
sekresi yang diproduksi dalam saluran genital perempuan.

Epididimis

Epididimis, suatu tubulus yang berkelok-kelok terbagi dalam kepala,


badan dan ekor, melanjutkan diri menjadi duktus deferens. Setiap epididimis
merupakan sebuah saluran yang tipis,panjang (4-6 m), sangat berkelok yang
terlipat dalam ruang yang panjangnya 7 cm pada aspek posterior testis. Epididimis
dapat dibagi dalam tiga bagian: kepala, badan, dan ekor. Kepala, terbentuk
sebagai penyatuan dari 10-20 duktuli eferentes, menjadi amat berkelok dan
melanjutkan diri menjadi badan yang juga amat berkelok. Bagian distal ekornya,
yang menyimpan spermatozoa untuk beberapa waktu, menjadi kurang berkelok
saat melanjutkan diri menjadi duktus deferens. Lumen epididimis dibatasi oleh
epitel bertingkat terdiri atas dua tipe sel :

Sel basal
Sel prinsipal

Sel basal yang pendek berbentuk piramid hingga polihedral.


Mempunyai inti yang bulat mengandung kumpulan banyak heterokromatin
yang memberikan gambaran padat. Sutoplasma yang sedikit relatif jernih,
dengan hanya sedikit organel. Sel basal diduga berfungsi seperti sel punca,
akan beregenerasi menjadi sel basal dan sel prinsipal apabila dibutuhkan.
Sel prinsipal epitel epididimis tinggi, dan mempunyai inti oval yang
irregular dengan satu atau dua anak inti yang besar. Intinya jauh lebih
pucat dibanding dengan inti sel basal, dan terletak pada bagian basal sel.

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


23
Sitoplasma sel prinsipal berisi banyak RER yang terletak antara inti
dengan plasmalema bagian basal. Inti juga mempunyai kompleks Golgi
besar di daerah di atas inti (supranuklear), banyak gambaran SER di
daerah apikal, endolisosom, dan badan multivesikular. Membran sel di
bagian apikal memperlihatkan banyak vesikel pinositotik dan vesikel
berselubung di daerah pangkal pada banyak stereosilia yang menjulur ke
lumen epididimis. Juluran sel yang panjang dan bercabang ini merupakan
kumpulan mikrovili yang saling berdekatan sehingga tampak membentuk
kelompokan.

Epitel epididimis dipisahkan dari jaringan ikat longgar di


bawahnya oleh suatu lamina basal. Selapis sel otot polos yang tersusun
sirkular mengitari lapisan jaringan ikat. Kontraksi peristaltik lapisan ini
membantu mengantarkan spermatozoa ke duktus deferens.

Duktus Deferens (Vas Deferens)

Duktus deferens merupakan tabung muskular yang menyalurkan


spermatozoa dari ekor epididimis ke duktus ejakulatorius. Duktus deferens
merupakan tabung muskular dengan lumen yang kecil, ireguler yang
menyalurkan spermatozoa dari ekor epididimis ke duktus ejakulatorius.
Epitel kolumnar bertingkat berstereosilia pada duktus deferens sama
dengan yang terdapat pada epididimis, walaupun sel utama di sini lebih
pendek. Sebuah lamina basal memisahkan epitel dari jaringan ikat longgar
di bawahnya. Epitel membentuk lipatanlipatan sehingga lumen terlihat
ireguler. Selubung otot polos tebal yang melingkari jaringan ikat, tersusun
dalam lapisan dalam dan luar yang longitudinal dan lapisan tengah yang
sirkular. Selubung otot polos ini diseling oleh lapisan tipis jaringan ikat
fibroelastik longgar. Bagian akhir setiap duktus deferens yang
melebar,dikenal sebagai ampula, mempunyai epitel tebal yangamat
berlipat-lipat. Ampula dekat kelenjar prostat akan bergabung dengan
vesikula seminalis (kelenjar vesikulosa). Lanjutan dari penyatuan ampula
dengan vesikula seminalis disebut sebagai duktus ejakulatorius.

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


24
Duktus Ejakulatorius

Ampula duktus deferens menyatu dengan vesikula seminalis membentuk


duktus ejakulatorius, yang kemudian memasuki kelenjar prostat dan bermuara ke
uretra prostatika. Duktus ejakulatorius merupakan saluran pendek, lurus yang
memasuki substansi kelenjar prostat. Duktus ini akan berakhir setelah menembus
aspek posterior uretra prostatik pada kolikulus seminalis. Lumen duktus
ejakulatorius dilapisi epitel kolumnar selapis. Jaringan ikat subepitel berlipat,
suatu gambaran yang menyebabkan lumen tampak iregular. Duktus ejakulatorius
tidak mempunyai otot polos pada dindingnya

KELENJAR PELENGKAP GENITAL

Sistem reproduksi lelaki mempunyai lima kelenjar pelengkap: sepasang


vesikula seminalis, sebuah prostat, dan sepasang kelenjar bulbouretral

Vesikula Seminalis (Kelenjar Vesikulosa)

Pasangan vesikula seminalis, terletak dekat dinding posterior kelenjar


prostat, menyekresikan suatu cairan viskosa yang meliputi sekitar 70% ejakulat
Vesikula seminalis merupakan bangunan tubular yang berjalan amat berkelok
(coiled), panjang sekitar 15 cm, terletak antara aspek posterior leher kandung
kemih dan kelenjar prostat, dan menyatu dengan ampula duktus deferens tepat di
atas kelenjar prostat. Mukosavesikula seminalis amat berkelok, membentuk
ruang-ruang buntu (cul-de-sac) mirip labirin, yang secara tiga dimensi,
mempunyai lumen yang sama di tengah. Lumen dibatasi epitel silindris bertingkat
terdiri atas sel basal yang pendek dan sel kolumnar rendah. Setiap sel silindris
mempunyai banyak mikrovili rendah dengan satu flagelum menjulur ke lumen
kelenjar. Sitoplasma sel-sel ini menunjukkan RER, Aparatus Golgi banyak
mitokondria, beberapa butiran lipid dan pigmen lipokrom, dan banyak granula
sekretorik. Tinggi sel bervariasi sesuai dengan kadar/tingkat testosteron darah.
Jaringan ikat subepitel bersifat fibroelastis dan dikelilingi oleh selubung otot
polos, tersusun sebagai lapisan sirkular dalam dan lapisan luar yang longitudinal.

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


25
Selubung otot polos kemudian dilingkupi oleh lapisan jaringan ikat fibroelastis
yang sangat halus (rapuh).

Vesikula seminalis pernah dianggap tempat menyimpan spermatozoa,


beberapa di antaranya selalu ada dalam lumen kelenjar ini. Sekarang diketahui
bahwa kelenjar ini menghasilkan cairan seminal yang banyak mengandung
fruktosa, meliputi 70% volumesemen. Walaupun cairan seminal juga mengandung
asam amino, sitrat, prostaglandin, dan protein, fruktosa merupakan unsur utama,
karena merupakan sumber energi spermatozoa. Karakteristik warna kuning pucat
semen disebabkan oleh pigmen lipokrom yang dilepaskan oleh vesikula seminalis.

Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat, mengitari sebagian uretra, bersekresi asam fosfatase,


fibrinolisin, dan asam sitrat langsung ke uretra. Kelenjar prostat, merupakan
kelenjar pelengkap terbesar, ditembus oleh uretra dan duktus ejakulatorius.
Kapsula tipis kelenjar terdiri atas jaringan ikat kolagen padat iregular dengan
banyak pembuluh darah, diselingi sel-sel otot polos. Stroma jaringan ikat kelenjar
berasal dari kapsula dan karenanya juga diperkaya dengan serat otot polos selain
sel-sel jaringan ikat yang biasa. Kelenjar prostat, suatu kumpulan terdiri atas 30
hingga 50 kelenjar tubuloalveolar kompleks,tersusun dalam tiga lapisan
konsentrik terpisah. Setiap kelenjar tubuloalveolar mempunyai saluran keluarnya
sendiri yang menyalurkan produk sekresinya ke dalam uretra prostatik. Kelenjar
mukosa paling dekat dengan uretra dan karenanya merupakan kelenjar terpendek.
Kelenjar submukosa terletak perifer terhadap kelenjar mukosa dan karenanya
lebih besar daripada kelenjar mukosa. Kelenjar terbesar dan berjumlah terbanyak
ialah kelenjar utama yang terletak paling perifer, yang menyusun massa prostat.
Komponen kelenjar prostat dibatasi oleh epitel silindris selapis hingga berlapis
,sel selnya mempunyai cukup banyak organel yang berperan untuk sintesis dan
pengepakkan proteinnya. Oleh karenanya, sel-sel ini mempunyai banyak RER,
sebuah aparatus Golgi yang besar, banyak granula sekretori, dan banyak lisosom.

Kelenjar Bulbouretra

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


26
Kelenjar bulbouretra yang berpasangan, terletak pada akar penis,
menyekresikan suatu larutan pelincir yang licin langsung ke dalam uretra.
Kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper) kecil (berdiameter 3 hingga 5 mm) dan
terletak pada pangkal penis, tepat pada permulaan uretra pars membranosa.
Kapsul fibroelastiknya tidak hanya mengandung sel otot polos dan fibroblas
namun juga serat otot rangka yang berasal dari otot diafragma urogenital. Septa
berasal dari kapsul membagi kelenjar dalam beberapa lobulus. Epitel kelenjar
tubuloalveolar kompleks ini bervariasi dari kuboid selapis hingga
silindris/kolumnar selapis. Sekret yang dihasilkan kelenjar bulbouretra merupakan
cairan yang kental, licin mengandung galaktosa dan asam sialat yang
kemungkinan berperan dalam melicinkan lumen uretra. Saat proses ejakulasi,
cairan viskos ini mendahului bagian lain dari semen.

Bulbouretra

Kelenjar bulbouretra yang berpasangan, terletak pada akar penis,


menyekresikan suatu larutan pelincir yang licin langsung ke dalam uretra.
Kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper) kecil (berdiameter 3 hingga 5 mm) dan
terletak pada pangkal penis, tepat pada permulaan uretra pars membranosa.
Kapsul fibroelastiknya tidak hanya mengandung sel otot polos dan fibroblas
namun juga serat otot rangka yang berasal dari otot diafragma urogenital. Septa
berasal dari kapsul membagi kelenjar dalam beberapa lobulus. Epitel kelenjar
tubuloalveolar kompleks ini bervariasi dari kuboid selapis hingga
silindris/kolumnar selapis. Sekret yang dihasilkan kelenjar bulbouretra merupakan
cairan yang kental, licin mengandung galaktosa dan asam sialat yang
kemungkinan berperan dalam melicinkan lumen uretra. Saat proses ejakulasi,
cairan viskos ini mendahului bagian lain dari semen. Kelenjar bulbouretra
menyekresikan cairan pelincir yang melicinkan dinding uretra. Merupakan bagian
pertama sekret kelenjar yang akan dilepaskan mengikuti ereksi penis. Tepat
sebelum ejakulasi, sekret prostat dicurahkan ke dalam uretra, seperti juga
spermatozoa dari ampula duktus deferens. Sekret prostat tampaknya membantu
spermatozoa memperoleh motilitas spermatozoa. Sekresi akhir berasal dari

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


27
vesikula seminalis, yang bertanggung jawab untuk peningkatan volume semen.
Cairannya yang kaya akan fruktosa dipakai sebagai sumber energi oleh
spermatozoa. Ejakulat, dikenal sebagai semen, bervolume sekitar 3 mL pada
manusia, dan terdiri atas sekret dari kelenjar pelengkap dan 200 hingga 300 juta
spermatozoa.

PENIS

Penis berfungsi sebagai organ ekskretori untuk urin dan organ kopulasi
lelaki untuk meletakkan spermatozoa ke dalam saluran genitalia perempuan. Penis
terdiri atas tiga kolom jaringan erektil, yang masing-masing terbungkus dalam
kapsul jaringan ikat fibrosa yang padat, yaitu tunika albuginea

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


28
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Jumat,7 April 2017

Waktu : Pukul 13.00 - 14.40 Wita

Tempat : Laboratorium terpadu 1 Universitas Islam Al-azhar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Mikroskop listrik
2. Pensil warna
3. Penggaris
4. Buku Kerja Praktikum
5. Cawan petri

Bahan :

1. Preparat sediaan

3.3 Cara Kerja

Siapkan preparat sediaan dan mikroskop listrik untuk mengamati


beberapa sampel jaringan otot dan tulang. Agar hasil dari sampel jaringan
ini mudah untuk diidentifikasi, foto menggunakan kamera jaringan yang
berada di preparat melalui mikroksopis listrik yang telah digunakan.

BAB IV

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


29
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

1 KETERANGAN

2 KETERANGAN

3 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


30
4 KETERANGAN

5 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


31
6 KETERANGAN

7 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


32
8 KETERANGAN

9 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


33
10 KETERANGAN

11 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


34
12 KETERANGAN

13 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


35
14 KETERANGAN

15 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


36
16 KETERANGAN

17 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


37
18 KETERANGAN

19 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


38
20 KETERANGAN

21 KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


39
4.2 Pembahasan

1. Ureter

Mukosa ureter terdiri atas epitel transisional (7) dan lamina popria
(5) yang lebar. Epitel transisional memiliki beberapa lapisan sel, lapisan
terluar ditandai oleh sel kuboid yang besar. Sel intermedia berbentuk
polohedral, sementara sel basal berbentuk kuboid atau silindris rendah.
Lamina propria (5) mengandung jaringan ikat fibroelastik, yang lebih padat
dengan lebih banyak fibrolas di bawah epitel dan lebih longgar di dekat
muskularis. Jaringan limfoid difus dan kadang-kadang nodulus limfoid kecil
mungkin terlihat di lamina propria. Di ureter bagian atas, muskularis terdiri
atas dua lapisan otot, lapisan otot polos longitudinal (3) di sebeleah dalam
dan lapisan otot polos sirkular (2) di tengah; lapisan-lapisan ini tidak selalu
jelas. Lapisan tambahan yaitu lapisan otot polos longitudinal di sebelah luar
terdapat di sepertiga ureter bagian bawah dekat kandung kemih. Adventisia
(9) menyatu dengan jaringan ikat fibroelastik dan jaringan adiposa (1, 10)
yang mengandung banyak arteriol (6), venula (8), dan saraf kecil. Ureter
adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


40
kemih melalui kontraksi lapisan otot polos yang tebal di dindingnya.
Fotomikrograf pembesaran-lemah ini menunjukkan ureter dalam potongan
melintang. Mukosa ureter sangat berlipat-lipat dan dilapisi oleh epitel
transisional (1) yang tebal. Di bawah epitel transisional (1) yaitu jaringan ikat
lamina propria(2). Muskularis ureter mengandung dua lapisan otot polos,
lapisan longitudinal dalam (3) dan lapisan otot sirkular tengah (4). Lapisan
ketiga, aitu lapisan longitudinal luar (tidak terlihat), terdapat dinding ureter
sepertiga bawah, dekat kandungan kemih. Ureter dikelilingi oleh jaringan ikat
adventisia (6) dengan pembuluh darah (5) dan jaringan adiposa (7).

2. Vesica Urinaria
Mukosa kandungan kemih yang kosong memperlihatkan banyak
lipatan mukosa (5) yang menghilang sewaktu kandung kemih melebar. Epitel
transisional (6) lebih tebal daripada di ureter dan mengandung sekitar enam
lapisan sel. Lamina propria (7), di bawah epitel, lebih lebar daripada di ureter.
Jaringan ikat longgar di bagian yang lebih dalam mengandung lebih banyak
serat elastik. Banyak pembuluh darah (4, 8) dalam berbagai ukuran ditemukan
di serosa (3), di antara berkas otot polos (1), dan di lamina propria (8).
Mukosa dari dinding kandung kemih yang kosong dan berkontraksi
digambarkan pada pembesaran yang lebih kuat. Di sni, sel-sel superfisial
(urotheliocytus superficialis) epitel transisional (4) adalah kuboid atau
kolumnar rendah dan tampak berbentuk kubah. Beberapa sel superfisial
mungkin juga binukleus (6) (mengandung dua inti). Membran plasma (5) luar
pada sel superfisial di epitel tampak jelas.
3. Ginjal

Ginjal memiliki bentuk seperti kacang buncis. Pada tiap ginjal terdapat
lebih dari 1 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Pada ginjal
terdapat sisi medial yang cekung yang pada bagian lateralnya berbentuk
konveks sedangkan pada sisi medialnya konkaf yang merupakan tempat
masuknya saraf yang disebut hilium. Hilium ini bersambungan dengan
ruangan yang disebut sinus renal yang ditempati bagian atas ureter yang
melebar yang disebut pelvis renal. Didalam sinus renal tersebut pelvis renal

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


41
terbagi menjadi dua/tiga bagian yang membentuk kaliks mayor. Kaliks mayor
akan terbagi lagi menjadi ruang yang ujungnya berbentuk mangkok yang
disebut kaliks minor. Pada jaringan ginjal ditemukan tonjolan tonjolan yang
disebut papilla. Bila dilihat melalui potongan koronal ginjal terdiri dari bagian
luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang disebut medulla. Medulla
dibentuk oleh struktur berbentuk kerucut atau pyramidal yang disebut pyramid
renal. Pada bagian korteks terdapat badan badan Malpighi yang terdiri dari
kapsul browman dan glomerulus. Air dan berbagai molekul lain yang terdapat
didalam darah setelah difiltrasi akan masuk ke dalam ruang browman. Pada
bagian korteks, sebagian besarnya ditempati oleh tubulus kontortus proksimal
yang memiliki banyak mikrovili pada permukaan lumennya yang
memudahkan terjadinya peristiwa reabsorbsi selektif yang mencakup air,
glukosa, asam amino, dan protein, tubulus kontortus distal yang hampir serupa
dengan tubulus kontortus proksimal hanya lipatan basalnya lebih dalam yang
merupakan ciri khas untuk sel yang berperan aktif dalam transport ion, gelung
henle, dan pembuluh penampang.

4. Penis

Pada potongan melintang tampak 3 bangunan jaringan erektil


spongiosa.

Terdapat : - 2 buah dorsolateral : corpora cavernosa penis


- 1 midventral : corpus cavernosum urethrae
Kedua corpora cavernosa diliputi oleh tunika albuginea yang merupakan
jaringan pengikat fibromuskuler yang tebal yang akan menjorok kedalam
sebagai trabekula disebut Septum mediale / septum pectiniformis penis.
Septum berkembang lebih baik dibagian basal daripada puncak. Corpus
cavernosum urethrae / corpus spongiosum diliputi tunika albuginea hanya
jaringan pengikatnya lebih tipis, didalamnya terdapat urethra pars spongiosa /
cavernosa. Ke 3 bangunan cavernosa ini disatukan oleh jaringan pengikat
longgar

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


42
Fascia ini dibungkus lagi oleh jaringan ikat dermis yang terletak dibawah
epidermis. Pada dermis ditemukan banyak pembuluh darah.
Glandula sebacea dapat ditemukan pada bagian ventral penis.

Corpus cavernosum penis:


Dibagian dalam terdapat sejumlah trabekula yang terdiri dari serat kolagen,
serat elastis dan otot polos yang melingkari rongga (lakuna) yang tidak sama
besarnya. Makin ketepi makin sempit. Dalam trabekula juga terdapat saraf
dan pembuluh darah. Rongga pada pars cavernosum penis dilapisi oleh
endotelium pembuluh darah arteri profunda ( deep artery)--- arteri
helicinae , lanjutan arteri dorsalis penis.Cabang arteri yang terakhir ini
membuka langsung kedalam rongga.
Urethra:
Dilapisi epitel silindris bertingkat / epitel silindris berlapis.
Dekat orificium epitel berubah menjadi epitel gepeng berlapis gepeng tidak
bertanduk.
Di-tengah2 urethra pars cavernosa,caverne2 hampir sama besarnya, dapat
ditemukan Glandula Littre. Arteri urethralis terdapat dikiri kanan urethra.

5. Ductus Ejakulatorius
Ampula duktus deferens menyatu dengan vesikula seminalis
membentuk duktus ejakulatorius, yang kemudian memasuki kelenjar prostat
dan bermuara ke uretra prostatika. Duktus ejakulatorius merupakan saluran
pendek, lurus yang memasuki substansi kelenjar prostat. Duktus ini akan
berakhir setelah menembus aspek posterior uretra prostatik pada kolikulus
seminalis. Lumen duktus ejakulatorius dilapisi epitel kolumnar selapis.
Jaringan ikat subepitel berlipat, suatu gambaran yang menyebabkan lumen
tampak iregular. Duktus ejakulatorius tidak mempunyai otot polos pada
dindingnya.

6. Epididimis
Epididimis merupakan organ reproduksi dalam pria yang merupakan
saluran panjang dan berkelok yang keluar dai testis. Epitel epididimis
merupakan epitel silindris bertingkat yang terdiri dari sel silindris tinggi dan

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


43
sel basal yang lebih pendek yang tidak mencapai lumen. Pada epitelnya
terdapat stereosilia yang tebal yang tampak seperti mikrovili. Struktur
epididimis hamper sama dengan penis, hanya saja duktus epididimis lebih
besar dan memiliki lumen yang jelas yang didalamnya terdapat spermatozoa
dan sel epitelnya hanya satu tipe jenis yaitu silindris. Epididimis juga memiliki
jaringan ikat dan jaringan otot polos yang saat eksitasi seksual otot polos
tersebut akan berkonstraksi untuk mendrong sperma kedalam duktus deferens.
Fungsi epidimis menyimpan sperma sementara yang berasal dari duktus
deferen dan mematangkan sperma tersebut sehingga mampu untuk fertilisasi
7. Testis
Testis dibungkus oleh jaringan ikat kolagen yang disebut tunika
albuginea. Tunika albuginea ini menebal membentuk mediastinum testis.. Di
dalam testis terdapat saluran - saluran yang disebut tubulus seminiferus.
Tubulus semineferus memiliki lapisan sel sperma yang tengah atau sudah
berkembang. Spermatozoa dan secret saluran kelamin dan kelenjar tambahan
membentuk semen yang dimasukkan ke dalam saluran reproduksi wanita
melalui penis. Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan),
akan bergerak dari tubulus menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis.
Pada tiap testis membawa sebuah kantung serosa yang disebut tunika vaginalis
yang berasal dari peritoneum. Tunika ini akan membungkus tunika albuginea
pada sisi anterior dan lateral testis.
Bila mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan cairannya (semua
disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan
akhirnya, penis. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut
sel intersisial Leydig. Sel leydig ini berbentuk polyhedral yang terletak
dijaringan ikat antara tubulus semineferus. Leydig memproduksi hormon
androgen. Sel leydig merupakan pelengkap dari tubulus seminiferus pada testis.
Selain itu terdapat pula sel sertoli menyebar dari epitel sampai lumen tubulus
yang secara mekanis menyokong dan memberi nutrisi spermatozoa dalam
proses pematangan. Selain itu sertoli memiliki fungsi mensekresi protein untuk
mengikat androgen.

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


44
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sistem urogenital terdiri dari sistem urinaria dan sistem reproduksi. Sistem
urinaria terdiri atas sepasang ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sistem
reproduksi pria terdiri dari sepasang tetstis, saluran reproduksi berupa vas
deferens, epididimis, vas everen dan uretra tunggal. Pada pria dilengkapi penis
sebagai organ kopulatoris dan kelenjar asesoris. Sedangkan sisem reproduksi
wanita terdiri dari sepasang ovarium, saluran reproduksi berupa sepasang tuba

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


45
falopii serta uterus dan vagina tunggal. Pada wanita juga terdapat organ genitalia
eksternae dan kelenjar mammae

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI UROGENITAL


46

Anda mungkin juga menyukai