JOURNAL READING
OLEH:
Abie Suryadmadji 014.06.0064
Muhammad Astro Perdana 018.06.0063
PEMBIMBING
dr. Made Arjana, Sp. THT-KL
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
PEMBAHASAN...............................................................................................1
1. Terjemahan Jurnal...........................................................................................1
1.1 Abstrak...................................................................................................1
1.2 Pengantar...............................................................................................2
1.3 Metode...................................................................................................3
1.4 Kasus Representatif...............................................................................4
1.5 Diskusi...................................................................................................7
1.6 Terapi.....................................................................................................8
1.7 Kesimulan..............................................................................................8
2. Kajian dan Kritisi Jurnal.................................................................................8
2.1 Critical Appraisal...................................................................................8
2.2 Telaah Jurnal Metode PICO-VIA..........................................................9
2.3 Kelebihan Jurnal..................................................................................10
2.4 Kekurangan Jurnal...............................................................................10
iii
Update on Parkinson’s disease
PEMBAHASAN
1. Terjemahan Jurnal
1.1 Abstrak
Patogenesis motion sickness mencakup stimulasi telinga bagian
dalam oleh gerakan tubuh, terutama stimulus tipe Coriolis, dan stimulasi
optokinetik akibat pergeseran bidang visual di sekitarnya. Menurut
Kornhuber, Sakata dan lainnya, cerebellum vestibular juga berperan
penting. Kami melakukan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
cerebellum vestibular pada perkembangan mabuk perjalanan. Kami awalnya
memusatkan perhatian pada tes supresi visual dari Takemori et al. sebagai
tes untuk fungsi cerebellar vestibular. Kami melaporkan modifikasi dari tes
ini, digambarkan sebagai postrotatoric nystagmus. Kami menggunakan tes
ini sebagai tes supresi visual rotatorik menggunakan stimulus yang lebih
ringan untuk pasien yang mengeluh mabuk perjalanan. Patogenesis dan
pengobatan mabuk perjalanan juga dibahas.
Kata kunci: Motion Sickness, Patofisiologi, Pengobatan
1
Update on Parkinson’s disease
1.2 Pengantar
Mabuk perjalanan dianggap sebagai ketidakseimbangan sistem saraf
otonom sebagai respons terhadap rangsangan gerakan berulang selama
perjalanan dalam kendaraan. Pada zaman dahulu, manusia bergerak dengan
kaki sendiri; tidak ada mabuk perjalanan karena adaptasi tubuh yang
memadai terhadap rangsangan telinga bagian dalam dan visual. Saat
kendaraan ertama kali dibuat, manusia juga pertama kali menderita mabuk
perjalanan.
2
Update on Parkinson’s disease
1.3 Metode
Dengan mata tertutup di ruangan gelap, seorang pasien duduk di
kursi putar yang dikontrol secara elektrik. Kursi ini diputar dengan
percepatan sudut 0,5/detik2. Setelah tercapai kecepatan sudut konstan
90/detik, putaran dilanjutkan selama 1 menit pada kecepatan tersebut dan
kemudian dihentikan secara tiba-tiba. Selama periode ini, mata subjek uji
dibuka di ruangan gelap. Setelah 5 detik, ruangan dinyalakan selama 5
detik, dan pandangan subjek tertuju pada target 50 cm ke depan. Cahaya
kembali padam, meski mata subjek uji tetap terbuka dalam gelap. Seperti
yang ditunjukkan pada bagian atas Gambar 3, proporsi supresi visual dapat
dinyatakan sebagai (A - b)/A X 100%, di mana perkiraan kurva untuk
kecepatan fase lambat nistagmus postrotatory dinyatakan sebagai A, dan
kurva fiksasi tatapan pada target dinyatakan sebagai b.
Figure 3. Pengukuran supresi visual. Diagram atas menunjukkan rekaman
uji supresi visual menggunakan postrotatory nystagmus, sedangkan diagram
bawah menunjukkan rekaman menggunakan stimulasi kalori.
3
Update on Parkinson’s disease
4
Update on Parkinson’s disease
b. Pasien 2
Seorang gadis berusia 15 tahun mengeluh mual yang tidak enak
setelah berkendara selama 20 menit dengan mobil, 30 menit dengan
bus, atau 1 jam dengan kereta api. Seperti yang ditunjukkan pada
bagian atas Gambar 5, nilai 90,7% diperoleh dengan rotasi searah jarum
jam dan 92,2% dengan rotasi berlawanan arah jarum jam.
5
Update on Parkinson’s disease
c. Pasien 3
Seorang wanita berusia 35 tahun mengeluh mabuk perjalanan
setelah mengendarai mobil selama 20 menit. Dia juga menderita
episode hipotensi sejak masa mudanya. Studi VST rotasi menunjukkan
nilai 86,6% dengan rotasi searah jarum jam, seperti yang ditunjukkan di
bagian atas Gambar 6, dan nilai 87,5% dengan rotasi berlawanan arah
jarum jam, seperti yang ditunjukkan di bagian bawah gambar.
d. Pasien 4
Seorang wanita berusia 52 tahun mengeluh kesulitan dengan
perjalanan mobil yang berlanjut sejak masa kanak-kanak. Dia menjadi
mual bahkan setelah 5 menit perjalanan. Nilai VST rotasi adalah 85,7%
dengan rotasi searah jarum jam, seperti yang ditunjukkan pada bagian
atas Gambar 7, dan 80,9% dengan rotasi berlawanan arah jarum jam,
seperti yang ditunjukkan pada bagian bawah gambar.
6
Update on Parkinson’s disease
1.5 Diskusi
Karena cerebellum vestibular memiliki fungsi mengendalikan sistem
motorik vestibulocular, hubungan dengan mabuk perjalanan telah
ditunjukkan sejak lama. Dalam model binatang anjing yang digunakan
dalam eksperimental, pengangkatan nodulus dan uvula menekan muntah
dan gejala sistem saraf otonom lainnya yang biasanya terlihat sebagai
respons terhadap stimulasi vestibular. Pengamatan klinis menegaskan
temuan ini: Pasien dengan degenerasi spinocerebellar tidak lagi rentan
terhadap mabuk perjalanan. Stimulasi coriolis ke telinga bagian dalam dan
stimulasi optokinetik dari pergeseran pemandangan telah lama dianggap
sebagai penyebab utama mabuk perjalanan. Namun, tingkat penghambatan
dari cerebellum vestibular, terutama penghambatan yang berlebihan,
ternyata terkait erat dengan perkembangan mabuk perjalanan.
Dalam penelitian kami, kami berusaha untuk menunjukkan bagian
dari mekanisme mabuk perjalanan menggunakan rotatoric VST. Akibatnya,
tingkat penekanan pada pasien dengan mabuk perjalanan ditemukan lebih
jelas daripada kontrol yang sehat. Seperti yang dipertahankan Kornhuber
dan Sakata, otak kecil vestibular mungkin terkait dengan perkembangan
mabuk perjalanan.
7
Update on Parkinson’s disease
1.6 Terapi
Terapi untuk mabuk perjalanan meliputi clonazepam oral, cinnarizine,
dan tofisopam tiga kali sehari setelah makan dan imipramine satu kali
sebelum tidur selama 3 bulan. Akibatnya, pasien yang terkena sering
terbebas dari mabuk perjalanan mereka secara permanen.
1.7 Kesimulan
Kami melakukan rotatoric VST sebagai tes fungsional untuk
cerebellum vestibular pada pasien yang mengeluh mabuk perjalanan. Hasil
VST rotatorik tampak lebih jelas pada pasien dengan mabuk perjalanan
dibandingkan subjek normal. Meskipun rangsangan ke telinga bagian
dalam, terutama rangsangan Coriolis dan optokinetik, penting dalam
timbulnya mabuk perjalanan, tingkat penghambatan dari otak kecil
vestibular, dan khususnya penghambatan yang berlebihan, tampaknya
terkait erat dengan perkembangan pada kondisi ini.
8
Update on Parkinson’s disease
9
Update on Parkinson’s disease
VIA
VALIDITAS
Jurnal ini merupakan jurnal case report yang valid karena dilengkapi
dengan identitas jurnal yang lengkap dan telah tercantum nomor ISSN serta
adanya alamat korespondensi.
IMPORTANCE
Jurnal ini merupakan jurnal yang menjelaskan mengenai patofisiologi dan
terapi yang direkomendasikan untuk motion sickness. Maka dari itu sebagai
klinisi dan tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui dalam memilih
terapi motion sickness yang tepat sesuai dipaparkan oleh jurnal ini. Sehingga
jurnal ini penting untuk diterapkan pada penanganan pasien motion sickness.
APLIKABILITAS
Hal ini sangat perlu diketahui oleh para klinisi untuk memperdalam
pengetahuannya mengenai patofisiologi dan terai dari motion sickness. Maka dari
itu dapat dipertimbangkan menjadi pedoman bagi klinisi atau dokter dalam
mendiagnosis dan manajemen penyakit tersebut.
10