Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

JOURNAL READING

“Motion Sickness: Patofisiologi dan Pengobatannya”

OLEH:
Abie Suryadmadji 014.06.0064
Muhammad Astro Perdana 018.06.0063

PEMBIMBING
dr. Made Arjana, Sp. THT-KL

PROGRAM KEPANITERAAN KLINIK


DI BAGIAN THT-KL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLUNGKUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan laporan hasil Journal Reading ini tepat pada waktunya. Laporan ini
membahas mengenai sebuah jurnal yang berudul “Motion Sickness:
Patofisiologi dan Pengobatannya”. Penyusunan laporan ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini
saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Made Arjana, Sp. M sebagai dosen tutor yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan journal reading.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
berdiskusi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk
menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Klungkung, 19 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
PEMBAHASAN...............................................................................................1
1. Terjemahan Jurnal...........................................................................................1
1.1 Abstrak...................................................................................................1
1.2 Pengantar...............................................................................................2
1.3 Metode...................................................................................................3
1.4 Kasus Representatif...............................................................................4
1.5 Diskusi...................................................................................................7
1.6 Terapi.....................................................................................................8
1.7 Kesimulan..............................................................................................8
2. Kajian dan Kritisi Jurnal.................................................................................8
2.1 Critical Appraisal...................................................................................8
2.2 Telaah Jurnal Metode PICO-VIA..........................................................9
2.3 Kelebihan Jurnal..................................................................................10
2.4 Kekurangan Jurnal...............................................................................10

iii
Update on Parkinson’s disease

PEMBAHASAN
1. Terjemahan Jurnal
1.1 Abstrak
Patogenesis motion sickness mencakup stimulasi telinga bagian
dalam oleh gerakan tubuh, terutama stimulus tipe Coriolis, dan stimulasi
optokinetik akibat pergeseran bidang visual di sekitarnya. Menurut
Kornhuber, Sakata dan lainnya, cerebellum vestibular juga berperan
penting. Kami melakukan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
cerebellum vestibular pada perkembangan mabuk perjalanan. Kami awalnya
memusatkan perhatian pada tes supresi visual dari Takemori et al. sebagai
tes untuk fungsi cerebellar vestibular. Kami melaporkan modifikasi dari tes
ini, digambarkan sebagai postrotatoric nystagmus. Kami menggunakan tes
ini sebagai tes supresi visual rotatorik menggunakan stimulus yang lebih
ringan untuk pasien yang mengeluh mabuk perjalanan. Patogenesis dan
pengobatan mabuk perjalanan juga dibahas.
Kata kunci: Motion Sickness, Patofisiologi, Pengobatan

1
Update on Parkinson’s disease

1.2 Pengantar
Mabuk perjalanan dianggap sebagai ketidakseimbangan sistem saraf
otonom sebagai respons terhadap rangsangan gerakan berulang selama
perjalanan dalam kendaraan. Pada zaman dahulu, manusia bergerak dengan
kaki sendiri; tidak ada mabuk perjalanan karena adaptasi tubuh yang
memadai terhadap rangsangan telinga bagian dalam dan visual. Saat
kendaraan ertama kali dibuat, manusia juga pertama kali menderita mabuk
perjalanan.

Deskripsi yang jelas tentang mabuk laut ditemukan dalam tulisan-


tulisan Yunani kuno. Berbagai alat transportasi kemudian dikembangkan
seiring dengan kemajuan peradaban yang luar biasa. Pada setiap tahap,
manusia menderita akibat dari peradabannya sendiri. Era modern akan
memasuki ruang angkasa, dan masalah penyakit luar angkasa yang terkenal
telah menarik banyak perhatian.
Patogenesis mabuk perjalanan mencakup stimulasi telinga bagian
dalam oleh gerakan tubuh, terutama stimulus tipe Coriolis , dan stimulasi
optokinetik akibat pergeseran bidang visual di sekitarnya. Menurut
Kornhuber, Sakata dan lainnya, cerebellum vestibular juga berperan penting
Kami melakukan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
cerebellum vestibular pada perkembangan mabuk perjalanan. Kami
awalnya memusatkan perhatian pada tes supresi visual Takemori dan Cohen
sebagai tes fungsi serebelar vestibular. Kami melaporkan modifikasi dari tes

2
Update on Parkinson’s disease

ini, digambarkan sebagai postrotatoric nystagmus. Kami menggunakan tes


ini sebagai tes supresi visual rotatorik (VST) menggunakan stimulus yang
lebih ringan untuk pasien yang mengeluh mabuk perjalanan.

1.3 Metode
Dengan mata tertutup di ruangan gelap, seorang pasien duduk di
kursi putar yang dikontrol secara elektrik. Kursi ini diputar dengan
percepatan sudut 0,5/detik2. Setelah tercapai kecepatan sudut konstan
90/detik, putaran dilanjutkan selama 1 menit pada kecepatan tersebut dan
kemudian dihentikan secara tiba-tiba. Selama periode ini, mata subjek uji
dibuka di ruangan gelap. Setelah 5 detik, ruangan dinyalakan selama 5
detik, dan pandangan subjek tertuju pada target 50 cm ke depan. Cahaya
kembali padam, meski mata subjek uji tetap terbuka dalam gelap. Seperti
yang ditunjukkan pada bagian atas Gambar 3, proporsi supresi visual dapat
dinyatakan sebagai (A - b)/A X 100%, di mana perkiraan kurva untuk
kecepatan fase lambat nistagmus postrotatory dinyatakan sebagai A, dan
kurva fiksasi tatapan pada target dinyatakan sebagai b.
Figure 3. Pengukuran supresi visual. Diagram atas menunjukkan rekaman
uji supresi visual menggunakan postrotatory nystagmus, sedangkan diagram
bawah menunjukkan rekaman menggunakan stimulasi kalori.

3
Update on Parkinson’s disease

1.4 Kasus Representatif


a. Pasien 1
Seorang wanita berusia 50 tahun datang dengan keluhan mabuk
perjalanan yang disebabkan oleh perjalanan kendaraan bermotor. Dia
mengalami gangguan ini sejak kecil, menunjukkan gejala yang sangat
intens selama naik bus. Di sisi kiri Gambar 4, catatan
electronystagmography dari rotatoric VST ditampilkan. Di sisi kanan,
hasil VST kalori ditampilkan sebagai referensi. Seperti yang
ditunjukkan di kiri atas dan bawah gambar, nilainya masing-masing
adalah 98% pada rotasi berlawanan arah jarum jam. Nilai-nilai ini lebih
menonjol daripada yang diperoleh dengan VST kalori pada subjek
normal. Setelah infus air ke telinga kanan, nilainya 86,5%, dengan nilai
yang sesuai 86,5% setelah infus air ke telinga kiri (kanan bawah dan
atas Gambar 4, masing-masing), sekali lagi mewakili nilai yang lebih
jelas dari biasanya. Nilai selanjutnya hanya mewakili hasil VST
rotatorik.

4
Update on Parkinson’s disease

b. Pasien 2
Seorang gadis berusia 15 tahun mengeluh mual yang tidak enak
setelah berkendara selama 20 menit dengan mobil, 30 menit dengan
bus, atau 1 jam dengan kereta api. Seperti yang ditunjukkan pada
bagian atas Gambar 5, nilai 90,7% diperoleh dengan rotasi searah jarum
jam dan 92,2% dengan rotasi berlawanan arah jarum jam.

5
Update on Parkinson’s disease

c. Pasien 3
Seorang wanita berusia 35 tahun mengeluh mabuk perjalanan
setelah mengendarai mobil selama 20 menit. Dia juga menderita
episode hipotensi sejak masa mudanya. Studi VST rotasi menunjukkan
nilai 86,6% dengan rotasi searah jarum jam, seperti yang ditunjukkan di
bagian atas Gambar 6, dan nilai 87,5% dengan rotasi berlawanan arah
jarum jam, seperti yang ditunjukkan di bagian bawah gambar.

d. Pasien 4
Seorang wanita berusia 52 tahun mengeluh kesulitan dengan
perjalanan mobil yang berlanjut sejak masa kanak-kanak. Dia menjadi
mual bahkan setelah 5 menit perjalanan. Nilai VST rotasi adalah 85,7%
dengan rotasi searah jarum jam, seperti yang ditunjukkan pada bagian
atas Gambar 7, dan 80,9% dengan rotasi berlawanan arah jarum jam,
seperti yang ditunjukkan pada bagian bawah gambar.

6
Update on Parkinson’s disease

1.5 Diskusi
Karena cerebellum vestibular memiliki fungsi mengendalikan sistem
motorik vestibulocular, hubungan dengan mabuk perjalanan telah
ditunjukkan sejak lama. Dalam model binatang anjing yang digunakan
dalam eksperimental, pengangkatan nodulus dan uvula menekan muntah
dan gejala sistem saraf otonom lainnya yang biasanya terlihat sebagai
respons terhadap stimulasi vestibular. Pengamatan klinis menegaskan
temuan ini: Pasien dengan degenerasi spinocerebellar tidak lagi rentan
terhadap mabuk perjalanan. Stimulasi coriolis ke telinga bagian dalam dan
stimulasi optokinetik dari pergeseran pemandangan telah lama dianggap
sebagai penyebab utama mabuk perjalanan. Namun, tingkat penghambatan
dari cerebellum vestibular, terutama penghambatan yang berlebihan,
ternyata terkait erat dengan perkembangan mabuk perjalanan.
Dalam penelitian kami, kami berusaha untuk menunjukkan bagian
dari mekanisme mabuk perjalanan menggunakan rotatoric VST. Akibatnya,
tingkat penekanan pada pasien dengan mabuk perjalanan ditemukan lebih
jelas daripada kontrol yang sehat. Seperti yang dipertahankan Kornhuber
dan Sakata, otak kecil vestibular mungkin terkait dengan perkembangan
mabuk perjalanan.

7
Update on Parkinson’s disease

1.6 Terapi
Terapi untuk mabuk perjalanan meliputi clonazepam oral, cinnarizine,
dan tofisopam tiga kali sehari setelah makan dan imipramine satu kali
sebelum tidur selama 3 bulan. Akibatnya, pasien yang terkena sering
terbebas dari mabuk perjalanan mereka secara permanen.
1.7 Kesimulan
Kami melakukan rotatoric VST sebagai tes fungsional untuk
cerebellum vestibular pada pasien yang mengeluh mabuk perjalanan. Hasil
VST rotatorik tampak lebih jelas pada pasien dengan mabuk perjalanan
dibandingkan subjek normal. Meskipun rangsangan ke telinga bagian
dalam, terutama rangsangan Coriolis dan optokinetik, penting dalam
timbulnya mabuk perjalanan, tingkat penghambatan dari otak kecil
vestibular, dan khususnya penghambatan yang berlebihan, tampaknya
terkait erat dengan perkembangan pada kondisi ini.

2. Kajian dan Kritisi Jurnal


2.1 Critical Appraisal
NO. Kriteria
1. Judul : Judul jurnal pada telaah ini adalah “Motion
Sickness : Patofisiologi dan
Pengobatannya” yang telah dimuat secara
singkat dan jelas.
2. Pengarang : Eiji Sakata, Kyoko Ohtsu, dan Hideaki
Sakata
3. Waktu publikasi : 2018
4. Dipublikasi oleh : International Tinnitus Journal
5. Abstrak : Abstrak pada jurnal ini telah memuat isi
jurnal yang ditulis secara singkat dan jelas,
jumlah kata tidak lebih dari 250 kata (121
kata) disertai kata kunci
6. Desain penelitian : Jurnal ini merupakan jurnal case report pada

8
Update on Parkinson’s disease

pasien dengan motion sickness dengan


menggunakan visual suppression test sebagai
tes fungsional untuk cerebellum vestibular.
7. Tempat penelitian : Center for Vertigo, Disequilibrium, and
Tinnitus Diseases, Tokyo, Japan
8. Sampel penelitian : Jurnal ini menggunakan 4 orang pasien yang
mengeluhkan mabuk perjalanan.
9. Hasil penelitian : Hasil VST rotatorik tampak lebih jelas pada
pasien dengan mabuk perjalanan
dibandingkan subjek normal.
10. Ucapan terima : Pada jurnal ini tidak disebutkan adanya
kasih ucapan terima kasih pada semua yang
berperan dalam pembuatan jurnal ini.
2.2 Telaah Jurnal Metode PICO-VIA
PICO
1. Population
Jurnal ini merupakan jurnal case report mengenai motion
sickness(mabuk perjalanan). Jurnal ini melihat pasien yang mengeluhkan
mabuk perjalanan yang datang ke Center for Vertigo, Disequilibrium, and
Tinnitus Diseases, Tokyo, Japan, pada jurnal ini tidak kriteria inklusi dan
eksklusi karena jurnal ini. Terdapat 4 pasien yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini.
2. Intervention
Tidak terdapat intervensi yang dilakukan pada jurnal.
3. Comparison
Penulis melakukan perbandingan antara terapi/perlakuan pada pasien
motion sickness.
4. Outcome
Berdasarkan isi jurnal didaatkan bahwa hasil VST rotatorik tampak
lebih jelas pada pasien dengan mabuk perjalanan dibandingkan subjek
normal.

9
Update on Parkinson’s disease

VIA
VALIDITAS
Jurnal ini merupakan jurnal case report yang valid karena dilengkapi
dengan identitas jurnal yang lengkap dan telah tercantum nomor ISSN serta
adanya alamat korespondensi.
IMPORTANCE
Jurnal ini merupakan jurnal yang menjelaskan mengenai patofisiologi dan
terapi yang direkomendasikan untuk motion sickness. Maka dari itu sebagai
klinisi dan tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui dalam memilih
terapi motion sickness yang tepat sesuai dipaparkan oleh jurnal ini. Sehingga
jurnal ini penting untuk diterapkan pada penanganan pasien motion sickness.
APLIKABILITAS
Hal ini sangat perlu diketahui oleh para klinisi untuk memperdalam
pengetahuannya mengenai patofisiologi dan terai dari motion sickness. Maka dari
itu dapat dipertimbangkan menjadi pedoman bagi klinisi atau dokter dalam
mendiagnosis dan manajemen penyakit tersebut.

2.3 Kelebihan Jurnal


a. Jurnal ini disajikan dalam bahasa yang mudah untuk dipahami.
b. Jurnal ini membantu pemilihan terapi motion sickness sehingga dalam
pengobatan cepat diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan motion sickness yang lebih lanjut.

2.4 Kekurangan Jurnal


a. Jurnal ini studi case report memiliki kekuatan yang lemah untuk
membuktikan sesuatu teori, atau penelitian yang akan dilakukan.
b. Jurnal ini bersifat ulasan singkat mengenai pemilihan terapi motion
sickness pada yang dikaitkan dengan patofisiologi dari motion sicknessitu
sendiri, dijurnal ini tidak dibahas diagnsosis anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan lainnya.

10

Anda mungkin juga menyukai