DISUSUN OLEH :
FERONIKA OHODUAN
NPM : 21.62.049
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................19
MANAJEMEN FISIOTERAPI..............................................................................19
B. Diagnosis Fisioterapi...................................................................................26
E. Modifikasi Fisioterapi.................................................................................29
F. Kemitraan....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan
dengan pusing (Wahyono, 2007).
Sekitar 100 macam penyakit dapat memberi gejala vertigo. Yang paling
sederhana, membedakan vertigo sisttematik dengan non sistematik. Pada vertigo
sistematik, gejala vertigo disertai gejala lain, misalnya muka pucat, keringat
dingin, mual dan muntah. Diduga vertigo ini bersumber dari kelianan telinga
(perifer). Vertigo non sistematik, mempunyai gejala beragam, misalnya kepala
ringan, seperti diayun, rasa terapung, atau rasa bergoyang yang sulit dilukiskan
dengan kata-kata tanpa gejala penyerta. Diduga disebabkan oleh kelainan system
vestibular sentral (Joesoef, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi Sistem Saraf?
2. Bagaimana Anatomi dan Inervasi Cervical Nerve ?
3. Apa defisini Cervical Arm Pain Syndrome ?
4. Bagaimana etiologi Cervical Arm Pain Syndrome?
5. Bagaimana epidemiologi Cervical Arm Pain Syndrome?
6. Bagaimana patofisiologi Cervical Arm Pain Syndrome?
7. Bagaimana Manifestasi Klinis Cervical Arm Pain Syndrome ?
8. Apa diagnosis banding Cervical Arm Pain Syndrome?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana anatomi fisiologi Sistem Vestibular ?
2. Mengetahui bagaimana Anatomi dan Inervasi Cervical Nerve ?
3. Mengetahui apa defisini Cervical Arm Pain Syndrome ?
4. Mengetahui bagaimana etiologi Cervical Arm Pain Syndrome?
5. Mengetahui bagaimana epidemiologi Cervical Arm Pain Syndrome?
6. Mengetahui bagaimana patofisiologi Cervical Arm Pain Syndrome?
7. Mengetahui bagaimana Manifestasi Klinis Cervical Arm Pain Syndrome ?
8. Mengetahui apa diagnosis banding Cervical Arm Pain Syndrome?
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem vestibular, yang merupakan sistem keseimbangan, terdiri dari 5 organ yang
berbeda: 3 saluran setengah lingkaran yang sensitif terhadap percepatan sudut
(rotasi kepala) dan 2 organ otolith yang sensitif terhadap linear (atau garis lurus)
percepatan.
Labirin membran
Labirin membran dikelilingi oleh perilimfe dan terikat dengan jaringan ikat pada
labirin bertulang. Ia terdiri dari sebuah ruang anterior dan saluran koklea, yang
berfungsi pada pendengaran dan menghubungkan dengan saccule bulat dengan
aparat vestibular posterior. Aparat vestibular perifer terdiri dari saccule, utricle,
dan kanal semisirkularis.
1. Saccule
Saccule ini merupakan kantung berbentuk hampir bulat yang terletak pada reses
bulat pada dinding medial vestibuler. Pada sisi anterior, saccule dihubungkan ke
saluran koklea oleh reuniens ductus. Pada sisi posterior, saccule dihubungkan ke
saluran endolimfatik melalui saluran utriculosaccular. Makula saccular adalah
area elips epitel sensorik yang menebal pada epitelium sensorik terletak pada
dinding vertikal anterior saccule tersebut.
2. Utricle
Utricle ini lebih besar dari saccule dan terletak pada posterosuperior saccule pada
reses elips dinding medial vestibuler. Utricle terletak pada anterior melalui saluran
utriculosaccular ke saluran endolymphatic. 3 kanalis semisirkularis terbuka
dengan 5 bukaan pada utricle, posterior dan superior kanal semisirkularis berbagi
satu pembukaan di crus commune.
Labirin tulang
Kanalis semisirkularis
3 kanalis semisirkularis adalah struktur kecil seperti cincin: lateral atau horizontal,
superior atau anterior, dan posterior atau inferior. Mereka berorientasi pada sudut
kanan antara satu sama lain dan terletak sehingga kanal superior dan posterior
berada pada sudut 45 ° terhadap planar sagital, dan kanal horizontal 30 ° pada
planar aksial. Setiap kanal sangat responsif terhadap gerak sudut pada planar di
mana ia berada dan dipasangkan dengan kanal pada ukuran kontralateral sehingga
terbentuk stimuli yang meransang gerakan satu anggota menghambat yang lain.
Epitelium sensorik vestibular terletak pada makula saccule dan utricle dan
krista dari kanalis semisirkularis. Sel-sel sensorik dikelilingi oleh sel-sel
pendukung, sehingga mereka tidak berkontak langsung dengan krista bertulang
basis.
Makula
Setiap makula adalah area kecil epitel sensorik. Berkas silier pada sel-sel sensoris
diproyeksi ke dalam membran statoconial. Membran statoconial terdiri dari 3
lapisan, sebagai berikut:
Krista
Krista ampullaris terdiri dari puncak epitel sensorik didukung pada gundukan
jaringan ikat, terletak pada sudut kanan terhadap sumbu longitudinal
kanalis. Struktur berbentuk bulat berbentuk baji, massa seperti agar-agar disebut
cupula membukit krista tersebut. Silia sel-sel sensorik diproyeksi ke
cupula. Cupula memanjang dari permukaan krista ke atap dan dinding lateral
labirin bermembran, membentuk sebuah partisi bertumpuk cairan.
Sel-sel rambut vestibular dapat diklasifikasikan sebagai tipe I atau II. Tipe I sel-
sel rambut sesuai dengan sel-sel rambut dalam dari organ Corti dan berbentuk
seperti botol anggur Yunani kuno, dengan dasar bulat, leher tipis, dan kepala yang
lebih luas. Setiap sel dikelilingi oleh saraf dari salah satu cabang terminal dari
serat saraf tebal atau sedang saraf vestibular. Sesekali, 2-3 sel-sel rambut dapat
dimasukkan dalam cawan syaraf yang sama. Tipe II sel-sel rambut sesuai dengan
sel-sel rambut luar organ Corti dan berbentuk seperti silinder, dengan permukaan
datar bagian atas ditutupi oleh kutikula.
2. Sel-sel sensorik
3. Stereocilia
Stereocilia, yang immobil dan kaku, bukan silia yang asli tetapi terdiri dari
filamen aktin paracrystalline dengan protein cytoskeletal lainnya. Filamen aktin
yang di stereocilia memperpanjang ke dalam sel rambut dan berlabuh di wilayah
kental dekat permukaan apikal, disebut piring cuticular. Plat kutikular adalah
filamentous meshwork padat filamen aktin berorientasi secara acak yang mengisi
daerah tepat di bawah permukaan apikal sel. Stereocilia bervariasi menurut
ketinggian tetapi dinilai dengan mengacu pada kinocilium dalam susunan tangga,
yang tertinggi adalah yang paling dekat dengan kinocilium tersebut.
4. Kinocilium
Proyeksi kinocilium dari sel sitoplasma melalui segmen sel kekurangan piring
cuticular. kinocilium memiliki struktur yang lengkap dari silia motil dengan badan
basal, yang mirip dengan sentriol dan susunan 9 +2 dari doublet mikrotubulus dari
silia asli. Namun, kekurangan lengan dynein, dan sepasang pusat mikrotubulus
tidak ada di bagian distal kinocilium, menunjukkan bahwa mungkin vestibular
kinocilia immotile atau sangat lemah untuk bergerak. Setiap sel rambut
terpolarisasi secara morfologi sehubungan dengan lokasi kinocilium
tersebut. Dalam makula utricular, sel-sel rambut yang ditemukan terpolarisasi
dengan kinocilium menghadap striola, sedangkan di makula saccular, kinocilium
tidak berhdapan dengan strola.
Fluida Labirin
Labirin ini berisi 2 cairan jelas berbeda: endolymph dan perilymph tersebut.
1. Endolimfa
2. Perilimfe
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan
dengan pusing (Wahyono, 2007).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya,
asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati
(CDK, 2009)
Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan
vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek
disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem keseimbangan
(ekuilibrum). Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ
tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk
linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita
vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003).
B. Epidemiologi Vertigo
Prevalensi terjadinya CAPS adalah 3,3 kasus per 1000 orang dengan
puncak insiden terjadi pada dekade keempat dan kelima kehidupan
(Aquaroli, et al., 2016). Insiden tahunan CAPS adalah 83,2 per 100.000
individu. Kondisi ini sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada wanita,
dan lebih sering terjadi pada orang tua karena faktor degenerasi cervical
spine dengan puncak kejadiannya adalah pada usia 50-60 tahun (Lamothe,
et al., 2015).
Secara umum prevalensi terjadinya cedera saraf berkisar antara 1,3-
2,8%. Dari jumlah tersebut lokasi terbanyak cedera saraf tepi adalah
ekstremitas superior. Prevalensi cedera saraf tepi pada ekstremitas superior
mencapai 61% diikuti oleh ekstremitas inferior sebanyak 15%, wajah
14%, leher 6% dan thorax 4%. Diantara ekstremitas superior, cedera flexus
brachialis adalah cedera saraf tepi tersering mencapai 24% dari seluruh
cedera saraf tepi. Pada studi tentang cedera saraf tepi khusus ekstremitas
superior, didapatkan hasil dengan prevalensi cedera saraf medial
merupakan cedera saraf tersering yaitu sekitar 48%, diikuti oleh saraf
ulnaris (45%) dan saraf radialis (7%). Cedera saraf tepi sering terjadi pada
pekerja di sector basic and support activity dan pekerja pertanian dan
peternakan. Distribusi umur terjadinya saraf tepi bervariasi menurut
beberapa studi, namun median umur sekitar terjadi pada umur 31-36
tahun. Menurut jenis kelamin, laki-laki lebih dominan mengalami cedera
saraf tepi dibandingkan dengan perempuan (Duarsa, 2017).
C. Etiologi Vertigo
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut).
2. Obat-obatan
Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo),
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, Herpes zoster, Labirintitis
(infeksi labirin di dalam telinga), Peradangan saraf vestibuler, Penyakit
Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel, Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada
labirin, persarafannya atau keduanya, Tumor otak, Tumor yang menekan
saraf vestibularis.
Vertigo akan timbul bila terdapat ketidaksesuaian dalam informasi yang oleh
susunan aferen disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting
adalah susunan vestibuler yang secara terus menerus menyampaikan impuls ke
pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan adalah susunan optik dan
susunan propioseptik yang melibatkan jaras yang menghubungkan nuklei
vestibularis dengan nuklei n III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis (Joesoef, 2003).
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala
lain yang khas misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik, rasa lemah (Mardjono,2008)
VERTIGO PERIFER
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda.
Paling sering penyebabnya idiopatik, namun dapat juga akibat trauma kepala,
pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik,
gejala menghilang secara spontan.
Neuritis vestibular merupakan keluhan yang sering datang ke unit darurat. Pada
penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah
mendadak dan gejala lain dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu. Pada pemeriksaan fisik mungkin
dapat dijumpai nistagmus.
Ménière’s disease
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus.Hal ini
berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi
dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan
pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.
Klinis vertigo perifer dan sentral
Perifer Sentral
1. Vertigo paroksismal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, menghilang
sempurna, suatu ketika muncul lagi, dan diantara serangan penderita bebas dari
keluhan. Berdasar gejala penyertanya dibagi:
1. Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging: sindrome Meniere,
arahnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasiler, kelainan odontogen,
tumor fossa posterior
2. Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasiler, epilepsi, migraine, vertigo
anak, labirin picu
3. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: vertigo posisional
paroksismal benigna.
2. Vertigo Kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk serangan-
serangan akut.
1. Vertigo Sentral
2. Vertigo perifer
a. Lamanya vertigo berlangsung: Episode (Serangan ) vertigo yang
berlangsung beberapa detik. Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh
vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi
kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil
barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik
kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma
kepala, pembedahan ditelinga atau oleh posisional berigna adalah trauma
kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat
dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada
permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan
mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus
kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya
dan membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan pemeriksaan
elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat penurunan
fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah
terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh
lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat
pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami
disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita
sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa
dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis
pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai
pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya
ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali
dari gejala bila ia berbaring diam. Pada Neuronitis vestibular fungsi
pendengaran tidak terganggu kemungkinannya disebabkan oleh virus.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar
amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena
penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau
minggu. Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan
penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar
penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang
terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan serangan
vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar.
Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi
visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan
nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus
perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita
suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular
perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma.
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL
NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
F. Prognosis
Prognosis pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik,
dapat terjadi remisi sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis
tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Infark arteri basilar atau
vertebral, misalnya, menandakan prognosis yang buruk.
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
A: Asymmetric
a. Inspeksi Statis
1) Depan : Tidak ada perbedaan diantara sisi kiri dan kanan.
2) Samping kiri : Normal
3) Belakang : Tidak ada perbedaan diantara sisi kiri dan kanan.
4) Samping kanan : Normal
b. Inspeksi Dinamis
1) Pasien saat berdiri dan berjalan mampu tetapi sedikit
sempoyongan.
c. Palpasi
Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan Palpasi
Karakteristik Cervical Spine
Suhu Normal
Oedem (-)
Kontur kulit Normal
Tenderness Tidak ada
d. Tes Orientasi
1) Pasien diarahkan matanyanya untuk melihat kearah kiri dan
kanan, atas dan bawah dan berputar : dapat dilakukan dan
pasien merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada rasa
mual.
2) Pasien diarahkan menoleh kiri dan kanan, atas dan bawah
dan gerakan kombinasi : dapat dilakukan dan pasien
merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada rasa mual.
3) Posisi tidur ke duduk dan duduk keberdiri : dapat dilakukan
dan pasien merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada
rasa mual.
4) Pasien diminta melakukan gerakan shalat : dapat dilakukan
dan pasien merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada
rasa mual.
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)
Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Regio Cervical
Spine
PFGD Aktif PFGD Pasif TIMT
Gerakan
Dx Sx Dx Sx Dx Sx
Fleksi Normal Normal Normal Normal Normal Normal
R: Restrictive
Limitasi ROM : Tidak ada limitasi ROM
Limitasi ADL : Keterbatasan activity daily living yaitu shalat
5 waktu
Limitasi Pekerjaan : Terganggu dalam menjalankan tugasnya
sebagai mahasiswa.
Limitasi Rekreasi : Terganggu karena tidak dapat membaca
ketika kambuh pusingnya.
2. Evaluasi Fisioterapi
Tabel 3.5. Hasil Evaluasi Sesaat Pemeriksaan Fisioterapi
E. Modifikasi Fisioterapi
Modifikasi program intervesni fisioterapi disesuaikan dengan hasil
evaluasi yang didapatkan dari perkembangan hasil terapi yang dicapai oleh
pasien. Modifikasi dapat berupa peningkatan dosis atau modifikasi jenis
latihan.
F. Kemitraan
Melakukan kemitraan dalam rangka memberikan layanan prima
kepada pasien, diantaranya dengan dokter spesialis saraf dan dokter
spesialis radiologi.