DISTOSIA
Oleh:
ZULHERMAN 1210311021
Preseptor:
1
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
2
Tabel 2.1 Resiko terjadi Distosia Bahu . 20
3
BAB 1
PENDAHULUAN
yang berlebih pada ibu dan anak. Distosia merupakan persalinan sulit yang
ditandai dengan kemajuan persalinan yang lambat dan umumnya terjadi pada 25-
30% dari wanita nulipara. Sedangkan distosia bahu adalah suatu keadaan
belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Insiden distosia
kepala.1,2,3
Bayi cukup bulan umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari
meningkat dengan bertambahnya perbedaan antara ukuran bahu dan kepala janin.
Selain itu, ibu dengan riwayat diabetes mellitus dan IMT >30 kg/m2 juga dapat
dilakukan dalam menangani distosia bahu agar tidak terjadi komplikasi seperti
janin.1,2,3
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang definisi, anatomi panggul, epidemiologi,
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui definisi, cara pencegahan dan
1
mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD
Pariaman.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2
Persalinan yang normal adalah persalinan dengan presentasi belakang
yang berlebih pada ibu dan anak. Distosia merupakan persalinan sulit yang
tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
bayi.1,2,3
memasuki panggul dalam posisi obliq. Bahu posterior akan memasuki panggul
terlebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi
luar, maka bahu posterior berada di cekungan tulang sacrum atau di sekitar spina
iskhiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk
memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen
memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium
dan bahu anterior tertahan simpisis pubis. Dalam keadaan demikian, kepala yang
sudah lahir tidak dapat melakukan paksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan
2.2 Anatomi
Jalan lahir terbagi atas bagian tulang serta bagian lunak. Bagian tulang
terdiri atas sedangkan bagian lunak terdiri atas uterus, serviks uteri, vagina,
3
Gambar 2.1 Anatomi panggul4
4
diameter pada pintu atas panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter
telunjuk ke dalam vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian bawah dari
diagonalis dengan 1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba, maka konjugata
diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara hujung jari kita yang meraba
sampai ke batas pinggir bawah simfisis. Biasanya konjugata vera berukuran 11,5
cm atau lebih.6
Konjugata obstetrik merupakan jarak minimum anteroposterior (AP) bagi
pintu atas panggul. Jaraknya ialah dari tengah simfisis bagian dalam
adalah jarak tetap paling sempit (narrowest fixed distance) yang masih
Namun, jarak ini tidak dapat diukur secara pemeriksaan dalam karena adanya
vesica urinaria.6
5
Gambar 2.3 Anatomi Pintu Atas Panggul (1)5
b. Diameter Transversa
Diameter transversa ialah jarak terjauh garis melintang pada pintu-atas
6
Gambar 2.4 anatomi pintu atas panggul (2)4
Ketiga diameter tersebut tidak selalu sama pada setiap individu.Caldwell-
kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
perempuan.
2) Pelvis Android : bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pada
15% perempuan. Pada wanita dengan panggul seperti ini akan mengalami
7
diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini
pada arah antero-posterior. Ukuran transversa jauh lebih besar daripada ukuran
canal) di panggul tengah setinggi spina ishiadica. Bagian paling sempit dari jalan
lahir ini juga menentukan apakah kepala janin bisa melewatinya atau tidak.
Namun, ia bukanlah jarak yang tetap (fixed distance), karena terjadi relaksasi dari
saat kehamilan.4
Didalam ruang panggul, terdapat bidang-bidang Hodge yang digunakan
untuk menentukan sampai di manakah bagian terendah janin turun dalam panggul
saat persalinan.1
1. Hodge I : Bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium.
8
2. Hodge II : Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
3. Hodge III : Bidang yang sejajar dengan Hodge I dan Hodge II, terletak setinggi
spina ischiadica kanan dan kiri. Disebut juga bidang O. Kepala yang berada di
setinggi os coccygis.
atas 2 bidang datar yang masing masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang
dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sacrum dan
segitga lainnya yang alasnya juga garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian
merupakan sudut disebut arkus pubis. Dalam keadaan normal besar sudutnya
90 atau lebih sedikit. Bila kurang dari 90 maka kepala janin akan lebih sulit
dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke aral dorsal ( ke arah anus ).
Jarak antara kedua tuber os iskii ( distansia tuberum ) juga merupakan ukuran
9
2.2.2 Bagian Lunak
A. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buar pir yang sedikit gepeng ke
arah anterior posterior. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7- 7,5 cm ,
lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus yang
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan
serviks uteri.1,6
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fundus uteri
adalah bagian uteri proksimal ; di situ kedua tuba Fallopi masuk ke uterus. Dalam
klinis, penting untuk diketahui sampai di mana fundus uteri berada, oleh karena
tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri. Korpus
uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus
uteri disebut kavum uteri (rongga rahim. Serviks uteri, terdiri atas ; pars vaginalis
servisis uteri yang dinamakan portio dan pars supravaginalis servisis uteri yaitu
supaya tidak banyak bergerak. Berjalan dari serviks bagian belakang kiri
antefleksi. Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah
10
inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang terasa sakit di daerah
inguinal. Pada persalinan pun teraba kencang dan terasa sakit bila dipegang.
Lig.Latum kiri dan kanan.Ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari
uterus ke arah lateral. Tidak banyak jaringan ikat. Kurang arti dalam
memfiksasi uterus
Lig.Infundibulo-pelvikum kiri dan kanan.Ligamentum yang menahan tuba
ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria
iliaka interna (a.Hipogastrika) yang melalui dasr lig.Latum masuk ke dalam uterus
di daerah serviks.1
Kadang dalam persalinan terjadi perdarahan banyak oleh karena robekan
disebabkan antara lain oleh pimpinan persalinan yang salah, persalinan dengan
alat (Forseps) yang tidak dilakukan dengan cermat. Pembuluh darah lain yang
sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2,3 dan 4 yang
11
sedangkan yang parasimpatik sebaliknya, mencegah kontraksi dan menimbulkan
vasodilatasi.
dari serviks uteri ke arah vestibulum, celah di antara labia minora yang di situ
vestibular.1
a. Pendarahan
Pembuluh darah yang mengantar darah kepada superior vagina berasal dari
arteria uterina. Arteri Vaginalis yang memasok darah kepada bagian tengah dan
bagian vagina lainnya berasal dari arteri rectalis media dan arteri pudenda interna.
Vena Vaginalis membentuk plexus venosus vaginalis pada sisi-sisi vagina
dan dalam membran mukosa vagina. Vena-vena ini mencurahkan isinya ke dalam
vena iliaca interna dan berhubungan dengan plexus venosus vesicalis, plexus
12
C. Perineum
Perineum adalah daerah yang sempit, yaitu daerah antara vagina dan anus.
Pada posisi anatomis, perineum adalah adalah bagian proksimal kedua-dua paha,
namun jika kedua paha terkangkang, perineum merupakan daerah berbentuk belah
ketupat yang meluas dari symphisis pubis di sebelah ventral ke tuber ischiadicum
urethra terdapat dalam dinding ventral vagina. Fascia perinei superficialis terdiri
dari satu lapis yang mengandung jaringan lemak dan satu lapis profunda yang
berupa selaput jaringan ikat subkutan. Kedua lapis ini bersatu pada labium
mayora pudendi. Lapis yang berupa selaput ke arah medial melekat pada
Turunnya kepala janin terjadi pada kala II dimana terjadi pengeluaran janin.
janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dapat terjadi
13
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas
panggul. Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul
sacrum.
o Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum.
o Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis
otot dasar panggul. Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan
3. Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut
sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan
dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran ibu
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
Ukuran dan bentuk panggul
Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul
14
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar
paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul). Kepala
posterior). Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.6
5. Ekstensi
Aksis jalan lahir mengarah kedepan atas, maka gerakan ekstensi kepala
harus terjadi sebelum dapat melewati pintu bawah panggul. Akibat proses
Pada saat itu persalinan spontan akan segera terjadi dan penolong persalinan
yang luas dengan jalan mengendalikan persalinan kepala janin. Episiotomi tidak
dikerjakan secara rutin akan tetapi hanya pada keadaan tertentu. Proses ekstensi
berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir. Setelah kepala lahir, muka janin
dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut
jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher
dengan jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih
dahulu. Bila lilitan talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2
buah klem.6
6. Putar Paksi Luar (External Rotation)
Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan
posisi kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir.
Setelah putar paksi luar kepala, bahu mengalami desensus kedalam panggul
dengan cara seperti yang terjadi pada desensus kepala. Bahu anterior akan
mengalami putar paksi dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir
dibawah simfisis. Persalinan bahu depan dibantu dengan tarikan curam bawah
15
pada samping kepala janin . Setelah bahu depan lahir, dilakukan traksi curam atas
untuk melahirkan bahu posterior. Traksi untuk melahirkan bahu harus dilakukan
persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian
tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin. Setelah kelahiran janin,
terjadi pengaliran darah plasenta pada neonatus bila tubuh anak diletakkan
plasenta tersebut. Sebaiknya neonatus diletakkan diatas perut ibu dan pemasangan
dua buah klem talipusat dilakukan dalam waktu sekitar 15 20 detik setelah bayi
lahir dan kemudian baru dilakukan pemotongan talipusat diantara kedua klem.6
7. Ekspulsi
Hampir segera setelah putaran paksi luar, bahu anterior muncul dibawah
simfisis pubis, dam perineum segera mengalami pereganggan oleh bahu posterior.
Setelah bahu keluar, bagian tubuh janin lainnya dengan cepat lahir.
16
Gambar 2.8 Cardinal Movement
2.4 Epidemiologi
Di Amerika Serikat pada tahun 2003, terdapat lebih dari 50% kelahiran
dengan seksio sesarian yang disebabkan oleh distosia. Distosia terjadi pada 20-
30% wanita nulipara dan dua dari tiga wanita tersebut menjalani operasi cesarian.
Faktor risiko distosia pada nulli para diantaranya anxietas, UUK letak belakang,
17
kepala janin membengkak, dan diameter transversal 9.6 cm. Insiden distosia
kepala. Namun bila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara
lahirnya kepala dengan lahirnya badan lebih dari 60 detik, maka insidensinya
Bayi cukup bulan umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari
meningkat dengan bertambahnya perbedaan antara ukuran bahu dan kepala janin,
salah satunya adalah makrosomnia. Selain itu, sangatlah penting untuk selalu
mewaspadai terjadinya distosia bahu pada persalinan berisiko. Faktor risiko yang
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera akibat distosia dapat dilakukan
dengan cara:
minggu dan bayinya tumbuh normal, atau pada ibu dengan persalinan
18
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
3. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu.
4. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan,
2.6 Diagnosis
Penolong harus mengamati persalinan dan segera mengenali adanya distosia bahu
bila didapatkan:
Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
Kepala bagi sudah lahir, tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau bahkan tertarik kembali
(turtle sign)2,3
2.7 Penatalaksanaan2,3
A. Tatalaksana Umum
19
Gambar 2.9 Manuver McRobert2
4. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah
b. Tatalaksana Khusus
20
Buatlah episiotomi untuk memberi ruangan yang cukup untuk
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan di atas:
tetap fleksi pada siku, pindahkan lengan ke arah dada. Raih pergelangan
tangan bayi dan tarik lurus ke arah vagina. Manuver ini akan memberikan
ruangan untuk bahu anterior agar dapat melewati bawah simfisis pubis
Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, terdapat manuver-
21
2.8 Komplikasi
A. Komplikasi Maternal
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah perdarahan pasca persalinan.
Biasanya hal ini terjadi akibat atonia uteri, namun dapat juga akibat laserasi
vagina dan serviks. Selain perdarahan pervaginam juga dapat terjadi fistula
rectovaginal, robekan perineum derajat III atau IV, serta ruptur uteri1
B. Komplikasi Fetal
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi adalah Brachial plexus palsy, fraktur
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. Y
Umur : 40 th
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Minang
Alamat : Sei Sariak
No MR : 111975
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita usia 40 tahun, datang ke KB IGD RSUD Pariaman tanggal
29 Desember 2016 pukul 16.00 WIB G5P4A0H4 dengan nyeri pinggang menjalar
Keluhan Utama :
22
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 24 jam sebelum masuk RS. Semakin
hari, jumlah normal ganti duk 4-5x per hari, nyeri haid tidak ada.
melitus.
- Riwayat alergi tidak ada
23
- Riwayat pekerjaan : pasien seorang ibu rumah tangga
- Riwayat imunisasi TT : pernah 2x selama kehamilan
- Riwayat kebiasaan : minum alkohol (-), narkoba (-), merokok (-)
Riwayat kaki bengkak, tensi tinggi, dan mata kabur selama kehamilan tidak ada.
Riwayat mual selama kehamilan tidak ada.
Riwayat konstipasi, nyeri saat BAK, nyeri punggung, varises, hemoroid, air liur
berlebihan, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan keputihan selama kehamilan tidak ada.
Riwayat kelelahan selama kehamilan tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:
Kepala : Normocephal
24
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Pk : Sonor
A : Vesikuler +/+, Rh (-), Wh (-)
Jantung : I : Iktus tak terlihat
P : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V, kuat angkat
Pk: Batas jantung : kiri 1 jari medial LMCS RIC V,
Kanan LSD, Atas RIC II
A : Irama teratur , M1 > M2, bising (-)
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Punggung : Tidak ditemukan kelainan
Anus : Tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : Edema -/- , refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Status Obstretikus:
25
Inspeksi : tampak membuncit sesuai dengan kehamilan aterm, linea
melenting, terfiksir
L IV : difergen
TFU : 37 cm, TBBJ : 4030 gram
HIS : (-)
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi: Bising usus (+) normal
DJJ : 145-150 x/ menit
Genitalia :
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, perdarahan pervaginam tidak ada
VT : 3 cm, portio tipis, ketuban (-)
DIAGNOSIS KERJA
RENCANA PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN
Laboratorium hematologi
- Hemoglobin : 10,7 g/dl
- Leukosit : 13.500/mm3
- Hematokrit : 39%
- Trombosit : 252.000/mm3
- GDR : 93 mg/dL
- PT : 10,6 detik
- APTT : 32,5 detik
26
DIAGNOSIS
- G5P4A0H4 gravid aterm 40-41 minggu + PEB +KPD
- Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
-
PENATALAKSANAAN
RENCANA TERAPI
BB : 4400 gram
PB : 51 cm
A/S : 8/9
Plasenta lahir dengan tarikan ringan pada tali pusat. Tali pusat lengkap 1
Bab 4
Diskusi
27
Distosia bahu merupakan suatu keadaan diperlukannya maneuver obstetric
oleh karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan bayi. Distosia bahu terjadi sebesar 0,2-0,3% dari seluruh
meningkat dengan bertambahnya perbedaan antara ukuran bahu dan kepala janin.
Selain itu, ibu dengan riwayat diabetes mellitus dan IMT >30 kg/m2 juga dapat
pada janinnya, yaitu: pasien datang ke rumah sakit dengan keadaan kala I
28
DAFTAR PUSTAKA