DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
i
KATA PENGANTAR
Tidak lupa pula dihanturkan sholawat beserta salam atas junjungan alam
Nabi Besar Muhammad SAW. Yang merupakan inspirator terbesar dalam
keteladanannya. Dan tidak lupa penulis sampaikan terima kasih pada dosen
pembimbing mata kuliah FISIOLOGI KPN DAN BBL yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
ii
COVER........................................................................................................ i
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... 4
A. Kesimpulan .................................................................................. 25
B. Saran ........................................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Letak
sungsang memiliki beberapa tipe yaitu: frank breech yaitu presentasi bokong
murni dimana bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong
dan ekstensi total di bagian lutut, complete breech yaitu presentasi bokong
sempurna dimana kedua kaki dan tangan menyilang secara sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki, incomplate breech yaitu presentasi
bokong tidak sempurna dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki lain terangkat ke atas (Marmi, 2016).
Kehamilan letak sungsang sering terjadi pada pertengahan trimester kedua,
secara kasar seperempat fectus berada dalam letak sungsang pada kehamilan
usia 28-30 minggu, hanya 80%. Kehamilan letak sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu sudah tidak dapat lagi mengubah presentasi
menjadi presentasi kepala. Faktor resiko kehamilan sungsang di antaranya
janin mudah bergerak seperti pada hidramnion, hamil kembar, hidrosefalus,
panggul sempit, kelainan pada uterus, dan plasenta previa. Risiko persalinan
secara normal dengan janin letak sungsang diantaranya adalah mulut rahim
tidak terbuka dan meregang secara maksimal, tali pusat jatuh kevagina
sebelum janin lahir, bayi mengalami nilai apgar rendah saat lahir, serta cidera
pada leher dan saraf tulang belakang leher bayi. Sedangkan proses persalinan
dengan caesar juga memiliki berbagai risiko seperti infeksi, perdarahan,
maupun cedera pada organ bagian dalam dan risiko kepala bayi terjepit masih
dapat terjadi (Oxorm & Forte, 2010). Psikososial ibu hamil dengan letak
sungsang merasa sangat khawatir, oleh karena itu ibu hamil perlu dilakukan
pemeriksaan palpasi abdomen melalui Ante Natal Care (ANC) (Wiknjosastro,
2010).
1
Upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi atau risiko kehamilan dengan
letak sungsang yaitu bidan perlu melakukan ANC yang berkualitas dengan
melakukan pemantauan secara fisik, psikologis, pertumbuhan dan
perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran
agar ibu hamil siap menghadapi peran baru. ANC yang berkualitas di
harapkan mampu mendeteksi secara dini adanya kelainan letak pada
kehamilan (Wiknjosastro, 2010). Antenatal Care (ANC) merupakan suatu
program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil, guna untuk memperoleh proses kehamilan dan persalinan
yang aman serta memberikan asuhan yang berkualitas (Marmi, 2017).
Upaya lain untuk mengurangi terjadi komplikasi pada kehamilan yaitu dengan
asuhan kebidanan secara berkesinambungan (Continuity Of Care). Continuity
Of Care merupakan serangkaian kegiatan dimana pasien dan tenaga kesehatan
secara aktif terlibat dalam manajemen pelayanan secara terus menerus untuk
pelayanan dengan kualitas tinggi. Pelayanan yang dimulai dari ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana
(Adnani. 2013).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan asuhan secara
berkesinambungan (continuity of care) kepada Ny. M umur 24 tahun UK 22
minggu dengan kehamilan letak sungsang dimulai dari masa kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di PMB Tutik Purwani guna untuk
mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan dapat menjalani proses
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dengan sehat tidak terjadi
komplikasi sehingga derajat kesehatan ibu dan bayi dapat meningkat.
Dikarenakan usia kehamilan masih 22 minggu dengan pendampingan
diharapkan kepala janin bisa berputar menjadi normal sebelum usia kehamilan
32 minggu.
2
2.Rumusan Masalah
3.Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tehnik pertolongan sungsang spontan pervaginam (spontan BRACHT )
1. Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan
penampang
sekitar 5 cm.
2. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2
his berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan
pervaginam akan terselesaikan.
3. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah
basah, bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari
penolong berada pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-
jari lain berada pada bokong janin (gambar 1)
4. Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung
anak ke perut ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir .
5. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga
kedua ibu jari sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan
ke empat jari-jari berada pada pinggang janin (gambar 2)
6. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis
dilanjutkan ( gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit
kearah kiri atau kearah kanan sesuai dengan posisi punggung anak.
7. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya
lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
8. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan
suprasimfisis searah jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan
posisi fleksi kepala janin
9. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya
dilakukan seperti pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi
belakang kepala.
5
Gambar 1 Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht
Prognosis
6
2. Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu
melahirkan kepala anak pada fase lambat kedua.
4. Prolapsus talipusat.
7
2. Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan
(hambatan) jalan lahir.
a. Lovset.
b. Klasik.
c. Müller.
Prinsip :
Tehnik :
8
Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.
9
Tehnik sederhana.Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi
lengan janin. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.
Prinsip :
Tehnik :
10
Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk
dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang
dengan cara:
- Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua
tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong
11
terletak dipunggung anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ;
sedangkan jari-jari lain didepan dada.
Keuntungan :
Kerugian :
(kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila
perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan
lengan depan
12
(kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas
dengan telunjuk jari tangan kiri penolong)
Oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan
lahir maka resiko infeksi berkurang.
13
tidak dapat terjadi sebelum lengan yang bersangkutan dirubah menjadi
didepan dada.
14
Lengan kiri menunjuk kekanan
teknik muller
15
Penanganan dilakukan dengan cara yang sama, perbedaan terletak
pada cara memegang tubuh anak dimana pada keadaan ini kedua ibu
jari penolong berada didepan dada sementara jari-jari lain dipunggung
janin.
PERSALINAN KEPALA
16
Gambar 16 Tehnik Mouriceau
c. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah
tangan yang lain.
17
rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai
hypomochlion kepala anak dilahirkan.
18
3. Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan
“femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis
.
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter
depan
Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan
2. Ekstraksi Kaki
19
2. Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong –
pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian
melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi
fleksi.
20
Gambar c,d,e Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada
persalinan sungsang (maneuver Pinard)
21
3. Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk
melahirkan trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir.
(Gambar 25)
22
Gambar 27. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan
panggul janin (jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi
sebelum skapula terlihat.
Gambar 28. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan
Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang
yang diikuti dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih
lanjut.
23
Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah
bahu belakang dilahirkan ;Lengan depan dilahirkan dengan cara yang
sama dengan melahirkan lengan belakang.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
dan secara serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan
bokong.
3. Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan
“femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan
pada ekstraksi bokong
26
DAFTAR PUSTAKA
27