Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“GOLONGAN DARAH, HCG”

Dosen pengampu: Dian Soekmawaty R.A., M.Keb.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. FIANTI HARTATI
2. FITRI AYU APRIANI
3. HAYATI DINATUN
4. KOMANG OPIK
5. LIYANA ANGGUN SAPUTRI
6. LOLAKAMELIA
7. NOFITA SARI
8. NOVI DELA ANISA FITRI
9. REGINA CAHYANI
10. SUSIATUN NUFUS

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah yang maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah Berkonstribusi dengan memberikan Ide-
idenya sehingga makalah ini bisa di susun dengan baik dan rapi.

Tidak lupa pula dihanturkan sholawat beserta salam atas junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW. Yang merupakan inspirator terbesar dalam keteladanannya. Dan tidak
lupa penulis sampaikan terima kasih pada dosen pembimbing mata kuliah PEMERIKSAAN
FISIK IBU dan BAYI yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................................

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................

1.3 Tujuan .................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Golongan Darah...................................................................................................


2.2 HCG.....................................................................................................................

BAB III : PENUTUP ...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................

3.2 Saran ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Golongan darah merupakan ciri khusus darah suatu individu yang disebabkan
adanya perbedaan jenis karbohidrat serta protein pada permukaan membran sel darah
merah. Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidak adanya antigen (Ag)
A dan antigen B yang terekspresikan pada sel darah merah serta ada tidaknya antibodi
(Ab) A dan B dalam serum atau plasma (Andriyani et al., 2015).
Sistem golongan darah ABO terdiri atas 4 macam, yaitu golongan darah A, B,
AB dan O. Individu dengan golongan darah A memiliki antigen (Ag) A dan antibodi
(Ab) B, golongan darah B memiliki Ag B dan Ab A, golongan darah AB memiliki Ag A
dan B namun tidak memiliki Ab A dan B, dan golongan darah O tidak memiliki Ag
namun memiliki Ab A dan B (Oktari & Silvia, 2016).
Dalam sistem penggolongan darah, terdapat pula sistem penggolongan darah
rhesus (faktor Rh), yaitu penggolongan darah yang hasilnya positif atau negatif setelah
mengetahui penggolongan darah A, B, AB, O (Maharani & Noviar, 2018). Seseorang
yang memiliki rhesus positif maka dia memiliki antigen rhesus (faktor Rh) dalam sel
darah merahnya, dan seorang yang memiliki rhesus negatif tidak ditemukan adanya
antigen rhesus (faktor Rh) dalam sel darah merahnya (Lemone et al., 2015).
Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2018, di Indonesia jumlah pemilik
rhesus negatif kurang dari 1% penduduk ini dari atau sekitar 1,2 juta orang. Pasangan
dengan golongan rhesus berbeda akan menyebabkan terbentuk antibodi yang berbeda,
hal ini akan mengancam nyawa janin yang dikandung oleh ibu karena ketidak cocokan
golongan darah rhesus ibu dan janin (Sulastri et al., 2018). Data dari Rumah Sakit Umum
Vancouver Columbia menyatakan bahwa golongan darah ibu yang paling banyak
mengalami abortus spontan yaitu golongan darah O, 52.0%, kemudian golongan darah
A, 37.1%, B, 9.2%, AB, 1.7%, yang disebabkan karena ketidak cocokan rhesus ibu
dengan rhesus janin (Sulastri et al., 2018).
Darah adalah komponen yang paling penting dalam tubuh. Kekurangan darah
dalam tubuh dapat memicu sejumlah penyakit seperti anemia, hipotensi, dan serangan
jantung. Beberapa kasus kekurangan darah tersebut dan beberapa kasus lain,

1
seperti kecelakaan, luka bakar, dan proses persalinan memerlukan transfusi darah dari
pendonor darah dengan golongan darah yang tepat. Transfusi darah dari pendonor ke
resipien harus diselesikan jenis golongan darahnya (Bayususetyo, dkk 2017). Transfusi
darah dari golongan darah yang tidak sesuai dapat menyebabkan reaksi transfusi
imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian (Swastini
et al., 2016).
Pada keadaan tertentu seperti kehamilan, dapat terbentuk sensibilitas
(rangsangan antibodi terhadap antigen perangsang) yang mengakibatkan erytroblastosis
fetalis (pada janin) dan Haemolytic Disease of The Newborn atau HDN (pada bayi baru
lahir). HDN paling sering terjadi pada sistem golongan darah ABO dan rhesus, yang
dapat mengakibatkan kematian pada janin atau bayi dan ibu yang mengandung. HDN
dapat dicegah serta diminimalisir dengan mengetahui secara dini golongan darah ABO
dan rhesus ibu hamil (Arosa, 2016) Selain itu pengelompokan golongan darah sesuai
dengan tipe golongan darah ABO dan rhesus dapat mencegah serta meminimalisir
terjadinya risiko reaksi transfusi pada resipien penerima transfusi darah (Swastini et al.,
2016). Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui produksi darah serta
karakteristik pendonor darah berdasarkan golongan darah ABO dan rhesus, sehingga
dilakukan penelitian untuk mendapatkan data produksi darah dan karakteristik pendonor
darah berdasarkan golongan darah ABO dan rhesus di UTD PMI Kota Yogyakarta pada
tahun 2019.
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh hampir semua wanita.
Jika sel telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi pembuahan sehingga dapat
menye babkan kehamilan. Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh
tubuh, teruta ma oleh pengaruh hormon-hormon somato tropin, estrogen dan
progesteron.
HCG (Human Chorionic Gonadotro pin) merupakan suatu hormon yang
dihasil kan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin. Hormon
ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang ab normal dari jaringan epitel korion
seperti molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan
meningkat nya kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah
ovulasi.

2
Pemeriksaan HCG dengan metode immu nokromatografi merupakan cara yang paling
efektif untuk mendeteksi kehamilan dini.
Perumusan masalahnya adanya sekresi HCG dalam urin dapat digunakan
untuk de teksi kehamilan dini. Metode imunokromato grafi sebagai salah satu test
diagnostic untuk deteksi HCG dalam sampel urin secara in vitro.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, untuk mendeteksi adanya HCG dalam urine
wanita yang diduga hamil dari 20 sampel yang telah diperiksa didapatkan hasil yang
positif men gandung HCG ada 6 sampel dan 14 sampel yang negatif (tidak mengandung
HCG). Den gan adanya HCG dalam urin dapat membantu untuk mengetahui kehamilan.
Dari 14 sam pel menunjukkan hasil negatif kemungkinan disebabkan karena stres,
menopouse dini, pa thologis, kadar HCG dalam urin probandus kurang dari 25 mIU/ml
sehingga tidak dapat terdeteksi.
Pemeriksaan HCG immunokromato grafi merupakan reaksi antara urine wani
ta hamil yang mengandung a dan B HCG (monoclonal HCG lengkap) dengan anti a dan
anti ẞ HCG pada test line (T) dan control line (C). Apabila stick planotest dimasukkan
dalam urine, maka urine akan meresap secara kapiler, sehingga terjadi ikatan antara urine
yang mengandung a dan B HCG dengan anti a dan anti ẞ HCG pada test line (T) dan
control line (C) akibatnya akan timbul garis warna merah pada test line (T) dan control
line (C), garis warna merah ini menunjukkan hasil yang positif. Dan apabila garis warna
merah tidak tampak pada test line (T) atau hanya terdapat pada control line (C) menun
jukkan hasil test yang negative, karena tidak terjadi reaksi antara monoklonal HCG leng
kap dengan anti a dan anti ẞ HCG.
Garis warna merah yang terjadi pada test line (1) dapat terjadi karena pada test
telah disensitisasi Ag dan konjugat ditambah urine sehingga kromogen berikatan dengan
Ab maka akan terbentuk reaksi garis warna merah. Konjugat berisi Ab yang ditempeli
enzyme jika kromogen bereaksi dengan en zyme (peroksidase), maka warna tereduksi
schingga tidak terbentuk warna merah teta pi apabila wama teroksidasi akan terbentuk
warna merah pada test line (T).
Pada pemeriksaan kehamilan menggunakan dapat menggunakan sampel urin
karena pengambilan sampel mudah, praktis, dan hanya memerlukan tempat penampung
urin saja. Keuntungan pemeriksaan HCG secara immunokromatografi:
a. Cepat, sehingga waktu yang dibutuhkan sangat singkat

3
b. Mudah didapat karena diperdagangkan secara komersil
c. Pesien dapat melakukan sendiri tanpa pergi ke RS, puskesmas, atau pada bidan
setempat.
d. Hasil pemeriksaan mudah dibaca sehing ga tidak perlu diragukan.
Meskipun banyak keuntungan dari pemeriksaan metode ini, tetapi juga
terdapat beberapa kekurangan yaitu: tidak diketahui kadar HCG secara pasti,
membutuhkan bi aya yang mahal. Test kehamilan metode ini terutama digunakan untuk
mendeteksi ke hamilan pada awal setelah terjadinya ovula si. HCG dapat di deteksi
dalam urine wanita hamil kira-kira 7 hari setelah pembuahan sel telur. Dengan adanya
HCG maka akan sangat membantu dalam penentuan diagnose kehamilan dini.
Pemeriksaan ini menunjuk kan hasil yang positif lebih besar apabila digunakan urine
pagi hari karena lebih kon sentrat sehingga mengandung lebih banyak HCG per satuan
volume. Pemilihan metode untuk pemeriksaan adanya HCG dalam urine wanita yang
diduga hamil dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan dari masing-masing reagen yang
digunakan untuk pemeriksaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Yang Dimaksud Dengan Golongan Darah ?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Hcg ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Golongan Darah
2. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Hcg

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gula Darah


1. Pengertian Darah
Darah merupakan satu-satunya jaringan dalam tubuh yang berupa
fluida. Darah mentransport oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membuang
produk sisa seperti karbon dioksia. Darah merupakan sampel yang sering diperiksa
dilaboratorium rumah sakit (James et al, 2006). Darah merupakan suspensi sel dan
fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut dengan plasma. Secara keseluruhan
darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya
terdiri atas unsur-unsur sel dan substasi intraseluler yang berbentuk plasma (isnaeni,
2006).
Keberadaan darah dalam tubuh mempunyai arti penting bagi
kehidupan seseorang. Secara umun fungsi darah adalah sebagai alat transport
makanan yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan keseluruh tubuh, selain itu
darah juga berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostatis)
dalam tubuh, termasuk di dalamnya ialah mempertahankan suhu tubuh, mengatur
keseimbangan distribusi air dan mempertahankan keseimbangan asam basa sehingga
pH darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan seharusnya (Sadikin, 2001).
2. Golongan Darah
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Didunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO
dan Rh (Andriyani et al, 2015). Sistem ABO yang ditemukan oleh Karl Landsteiner
merupakan sistem yang paling penting dalam bank darah dan ilmu kedokteran
transfusi, antigen-antigen utamanya disebut A dan B, antibodi utamanya adalah anti-A
dan anti-B. Gen-gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terletak di
kromosom (Ronald, 2004). Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen
yang ada dalam sel dan menentukan aglutinin yang ada dalam serum (Subrata, 2007).

5
Dalam sisitem golongan darah ABO ini, berlaku asas yang mengatakan
bahwa serum seseorang tidak akan mengendapkan sel darah merah orang itu sendiri
serta sel darah merah orang lain yang bergolongan sama. Jadi, serum darah dari orang
yang bergolongan darah A tidak akan mengaglutinasikan sel darah merah dari orang
yang bergolongan darah A. Hal yang sebaliknya juga berlaku untuk serum yang
bergolongan darah B. Serum dari orang yang bergolongan darah AB tidak dapat
mengendapkan sel darah merah golongan AB, juga tidak dapat mengaglutinasikan sel
darah merah golongan A maupun golongan B. Sel darah merah golongan O tidak
dapat diaglutinasikan oleh serum dari orang yang bergolongan darah A, B, maupun
AB (Sadikin, 2001)
3. Pembagian Golongan Darah
Pada tahun 1900, seorang dokter kelahiran Wina (Austria) bernama Karl
Landsteiner membedakan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu golongan darah
A, golongan darah B, golongan darah AB dan golongan darah O. Penggolongan darah
ini dikenal dengan sistem penggolongan darah ABO, pembagian golongan darah ini
berdasarkan perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) pada membran
permukaan sel darah merah (Syamsuri, 2007).
Meurut Guyton (2006), pada penggolongan darah ini ada 2 zat yang berperan
penting dalam menentukan golongan darah yaitu aglutiogen dan aglutinin.
Aglutinogen atau antigen ini merupakan polisakarida yang tidak hanya terdapat pada
sel darah merah tetapi juga terdapat pada kelenjar ludah, hati, ginjal, paruparu, testis
dan semen. Sel darah merah memiliki salah satu dari antigen A, B , AB atau tidak
sama sekali pada permukaan sel tersebut. Golongan A memiliki antigen A, golongan
B memiliki antigen B, golongan AB memiliki antigen A dan B, sementara golongan O
tidak mengandung antigen. Antigen tersebut mampu memproduksi antibodi. Individu
yang memiliki golongan darah AB merupakan resipien universal (dapat menerima
semua jenis darah) karena tidak memiliki antibodi, seseorang yang bergolongan darah
O merupakan donor universal (dapat menerima semua jenis darah) (Kee, 2002).
4. Prinsip Dasar Penggolongan Darah
Faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa antigen yang
terdapat pada pernukaan luar sel darah merah disebut aglutinogen. Zat anti terhadap
antigen tersebut disebut zat anti atau antibodi yang bila bereaksi akan
menghancurkan antigen yang bersangkutan disebut aglutinin dalam serum,
6
suatu antibodi alamiah yang secara otomatis terdapat pada tubuh manusia (Waluyo,
2010).
5. Pengertian Reagen Anti-sera
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan
golongan darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal
dari hibridisasi immunoglobulin sel tikus dan hasil pemeriksaannya akan terbentuk
aglutinasi (Tulip, 2015).
6. Pengertian Serum
Serum merupakan sejumlah darah yang tertampung di tabung atau wadah jika
dibiarkan selama 15 menit akan mengalami proses pemisahan atau pembekuan akibat
terperasnya cairan dari dalam bekuan, selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan
3000 rpm selama 5-10 menit. Lapisan jernih kuning muda dibagian atas merupakan
serum, dalam proses bekuan darah fibriogen diubah menjadi fibrin, maka serum sudah
tidak mengandung fibrinogen, tetapi masih mengandung zatzat lain yang masih
didalamnya (Kee, 2007).
7. Antigen
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan
yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan
kemampuannya untuk merangsang produksi antibodi (Sudoyo, 2007). Atigen adalah
zat yang dapat bereaksi dengan produk respon imun spesifik ( IDAI, 2008). Substansi
yang dikenal sebagai antigen golongan darah merupakan produk gen yang spesifik
dan juga bersifat imunogenik. Individu memiliki suatu pola genetik spesifik (genotip)
dan antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada eritrosit (Mutiawati, 2013).
Antigen terdapat pada permukaan sel darah merah, yang terdiri atas bilipid membrane
suatu molekul yang besar. Komposisi bilipid membrane adalah molekul yang
dinamakan phospolid yang terdiri dari hydrophilic dan hydrophobic. Umumnya
molekul protein bilipid membrane memiliki oligosakarida, beberapa diantaranya
diketahui menjadi antigen golongan darah, lainya berfungsi untuk metabolisme sel
darah merah (Toha, 2004). Antigen antigen yang terdapat pada eritrosit bersifat
herediter.
Menurut Ganong (2003), antigen A dan antigen B ini diturunkan secara
dominan menurut hukum Mendel. Selain di sel darah, antigen ini juga dapat
terdistribusi secara luas di berbagai jaringan tubuh lain yaitu kelenjar liur,
7
pankreas, saliva, testis, ginjal, hati, semen dan cairan amnion. Antigen AB bukan
merupakan produk gen primer tetapi mereka adalah produk reaksi ezimatik enzim
glikosiltransferase yang diekspresikan pada permukaan eritrosit atau hadir dalam
sekresi sebagai unit glikan dari mucin glikoprotein (NCBI, 2014). Produk dari alel A
dan B adalah enzim glikosiltransferase. Variasi dalam gen ini (polimorfise)
menentukan apakah enzim glikosiltransferase menempelkan N- asetilgalaktosamine
(antigen A), galaktosa (antigen B) atau tidak ada gula (tipe O). Susunan gula ini
adalah bagian dari antigen yang mampu merespon kekebalan tubuh sehingga
menghasilkan antibodi untuk menghancurkan antigen (Criswell, 2008)
8. Antibodi
Antibodi atau immunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel
plasma setelah terjadi kontak dengan antigen. Antibodi ditemukan dalam serum dan
jaringan dan mengikat antigen secara spesifik (Sudoyo, 2007). Antibodi dapat dikenal
bila antibodi itu bereaksi dengan antigen dan sebaliknya. Dalam golongan darah
interaksi ini biasanya dapat dilihat dari sel-sel darah beraglutinasi. Antibodi golongan
darah adalah protein ( spesifiknya gamma globulin), dihasilkan oleh tubuh sebagai
mekanisme pertahanan dalam menanggapi antigen. Antibodi golongan darah yaitu
anti A dan anti B pada umumnya timbul beberapa bulan setelah lahir (3-6 bulan) dan
mencapai level maksimal pada usia 5-10 tahun kemudian secara perlahan-lahan
menurun pada usia tua (Ellyani, 2002).
Antibodi ABO terjadi secara alamiah, yaitu berkembang tanpa harus terpajan
dengan eritrosit yang mengekspresikan antigen yang sesuai. Antibodi ini belum ada
saat lahir, tapi berkembang dengan pajanan antigen di lingkungannya. Antibodi
tersebut terutama immunoglobulin (Ig) M, reaktif pada suhu 37º C dan dapat
mengaktivasi komplemen (Barbara, 2014).

2.2 HCG
1. Pengertian HCG (Human Chorionik Gonatrofin)
Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang ada dalam
darah dan dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal janin, sebagai hasil pembuahan sel
telur oleh sperma. Karena kehadirannya yang spesifik sebagai hasil pembuahan itulah,
maka HCG dapat dijadikan penanda kehamilan. Namun biasanya dibutuhkan 3-4 minggu

8
sejak hari pertama menstruasi terakhir (biasanya dokter menyebutnya HPHT; Hari
Pertama Haid Terakhir), agar jumlah HCG dapat dideteksi oleh uji kehamilan. Ini adalah
waktu yang dianjurkan.
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba falopi, telur
yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat
itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam
darah serta air seni, Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah
sejak hari pertama keterlambatan haid, kira-kira hari keenam sejak pelekatan janin pada
dinding rahim. Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan,
terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami
penambahan kadar hormon HCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar
hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dirasakan para ibu
hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir mencapai kadar
normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi ada kalanya kadar hormon ini masih di
atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran.
Kadar HCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar
dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan yang tidak hamil dan juga
laki laki, kadar HCG di atas normal bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat
reproduksi. Tak hanya itu, kadar HCG yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut
diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian
janin yang biasa disebut aborsi spontan.

2. Pembentukan HCG (Human Chorionik Gonatrofin)


Pembentukan HCG maksimal pada 60-90 hari, kemudian turun ke kadar rendah yang
menetap selama kehamilan. Kadar heG yang terus menerus rendah berkaitan dengan
gangguan perkembangan plasenta atau kehamilan. Kadar hCG memiliki struktur yang
sangat mirip dengan yang bekerja pada reseptor LH sehingga usia korpus luteum
memanjang.
Dari mana HCG diproduksi dan kapan HCG dapat di deteksi HCG mula-mula di
produksi oleh sel lapisan luar blastokista.sel in berdiperensiasi menjadi sel trofoblash.
sinsitiotrofoblash, yang berkembang dari trofoblash,terus menghasilkan heg disekresikan
dapat dideteksi disekresi vagina sebelum inflamasi. biasanya hcg dapat dideteksi didarah
ibu 8-10minggu. Di urin saat ini dapat di ukur dalam dua minggu stelah pembuahan.

9
3. Faktor-Faktor Hormonal Dalam Kehamilan

a. Humon Chorionic Gonadotrofin (HCG) Intinya fungsi dari hormone ini adalah
untuk mempertahankan korpus luteum dan mencegah menstruasi.
1. HCG merupakan glikoprotein dengan berat molekul 39,000 dan memiliki
struktur dan fungsi yang sama dengan LH yang disekresi oleh kelenjer hipofisis.
2. HCG juga menyebabkan sekresi hormone seks, progesterone, dan estrogen
dalam jumlah besar oleh corpus luteum untuk beberapa bulan kedepan
3. HCG juga mempengaruhi testis janin dengan merangsang sel-sel interstisial
leyding untuk menghasilkan testosterone dalam jumlah sedikit.
b. Sekresi estrogen oleh plasenta
Kadar estrogen yang tinggi selama kehamilan menyebabkan pembesaran uterus,
pembesaran payudara dan pertumbuhan duktus payudara, serta pembesaran genitalia
eksterna wanita.
c. Sekresi progesterone olch plasenta d. Human chorionic somatomammotropin
(HCS)
4. Hormone Yang Berperan Dalam Kehamilan
Hormon adalah zat yang dibentuk oleh bagian tubuh tertentu dalam jumlah
kecil dan dibawa kejaringan tubuh lainnya. Hormone berpengaruh untuk merangsang dan
menggiatkan kerja organ-organ tubuh.
Jenis-jenis hormon:
a) Progestron
Berfungsi membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga.
b) Esterogen
Hormone ini membuat putting payudara membesar dan merangsang pertumbuhan
kelejar susu,estrogen juga membantu memperkuat dinding rahim untuk mengatasi
kontraksi pada saat persalinan.
c) HCG
Hanya ada di dalam darah dan urine wanita hamil yang berfungsi dalam
mempertahankan jaringan berwarna kuning dalam indung telur yang terbentuk ketika
indung telur yang baru saja melepaskan( corpus uteum), yang membuat esterogen
progesterone dan plasenta terbentuk sepenuhnya.

10
d) Human plasenta lactogen (HPL)
Hormone yang di produksi plasenta dan merupakan hormone yang merangsang
pertumbuhan.
e) Prolaktin
Di hasilkan oleh kelenjar pituitary bertanggung jawab peningkatan HCG yang
memproduksi ASI dalam payudara.
f) Oksitosin
Terlibat dalam proses reproduksi pada pria dan wanita,serta merangsang kontraksi
pada saat kehamilan dan persalinan dan juga berperan penting pada terjadinya efek
pengalihan susu pada saat ibu menyusui bayinya.
g) Relaksin
Muncul pada awal kehamilan dan bertanggung jawab membantu mengatasi
aktivitas rahim dan melembutkan leher rahim dalam rangka persiapan proses
persalinan.
5. Plasenta
Plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke 16 dimana desidu parietalis dan desidua
kapsularis telah meenjadi satu. Implementasi plasenta terjadi pada fundus uteri depan
dan belakang.fungsi plasenta dapat dilaksanakan melalui sirkulasi retroplasenter
dengan terbukanya arteri spiralis dan vena di dasar desidu basalis.
Fungsi plasenta
Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari ibu dalam bentuk 02.asam
amino, vitamin, mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa metabolism
janin dan CO2

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Golongan darah merupakan ciri khusus darah suatu individu yang disebabkan adanya
perbedaan jenis karbohidrat serta protein pada permukaan membran sel darah merah.
Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidak adanya antigen (Ag) A dan
antigen B yang terekspresikan pada sel darah merah serta ada tidaknya antibodi (Ab) A
dan B dalam serum atau plasma (Andriyani et al., 2015).
Sistem golongan darah ABO terdiri atas 4 macam, yaitu golongan darah A, B, AB dan
O. Individu dengan golongan darah A memiliki antigen (Ag) A dan antibodi (Ab) B,
golongan darah B memiliki Ag B dan Ab A, golongan darah AB memiliki Ag A dan B
namun tidak memiliki Ab A dan B, dan golongan darah O tidak memiliki Ag namun
memiliki Ab A dan B (Oktari & Silvia, 2016).
Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang ada dalam
darah dan dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal janin, sebagai hasil pembuahan sel
telur oleh sperma. Karena kehadirannya yang spesifik sebagai hasil pembuahan itulah,
maka HCG dapat dijadikan penanda kehamilan. Namun biasanya dibutuhkan 3-4 minggu
sejak hari pertama menstruasi terakhir (biasanya dokter menyebutnya HPHT; Hari
Pertama Haid Terakhir), agar jumlah HCG dapat dideteksi oleh uji kehamilan. Ini adalah
waktu yang dianjurkan.
3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.


Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Wydia Medika
Andriyani, R., Triana, A. & Juliarti, W.(2015).
Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish
Ronald A., McPherson, and Richard A. (2004).Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, EGC, Jakarta
Syamsuri, 2007. IPA Biologi. Jakarta: PT Elangga.
Guyton AC, Hall JE. Physiology Of Human Vol. VII Chapter 2. Bandung. EGC. 2006.
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemerik saan Laboratorium dan Diagnostik Edisi 6.
Jakarta: EGC. Pp: 232.
Waluyo, L.2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi.UMM Press
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Harti A.S., 2008. Diktat Kuliah Immunologi Serologi II, 11, Surakarta. Harti A.S., 2003.
Pedoman dan Lembar Kerja Praktikum Immunoserologi, 1-3, Surakarta

13

Anda mungkin juga menyukai