Puji sukur atas kehadirat Allah SWT, dengan rahmat, taufik serta hidayah-
Nyalah penulis telah diberi kesehatan dan kemudahan sehingga penulis bisa
hambatan apapun. Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih penulis kepada
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelaesaikan laporan
ini.
masih kurang sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar nantinya laporan ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga laporan yang penulis
Penulis
i
DAFATAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFATAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................3
1.4 Manfaat.........................................................................................................3
BAB V PENUTUP 19
5.1 Kesimpulan.................................................................................................19
5.2 Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dan tidak untuk tujuan komersial. Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu
mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat (Eva dan noviar, 2018).
donor) kedalam sistem peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut
respient). Pada dasarnya, ada dua alasan umum mengapa perlu dilakukan trasfusi
darah pada seseorang, yaitu kehilangan darah misalnyaa perdarahan akibat luka,
misalnya pasien anemia yang menderita kekurangan sel-sel darah merah, hanya
Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) yang memiliki sejumlah perann penting dalam berbagai fungsi tubuh
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah adalah ciri khusus
darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein
1
Darah memiliki golongan-golongan tertentu sehingga membedakan antara
satu jenis darah dengan darah yang lain, yang disebut dengan golongan darah
Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidak adanya Ag A dan atau
Ag B yang terekspresikan pada sel darah merah serta ada tidaknya antibodi (Ab)
A dan atau B yang terdapat di dalam serum/plasma. Sistem golongan darah ABO
Noviar, 2018).
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih
ada lagi macam penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen
yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar
46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Salah satunya Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan
mencegah terjadinya reaksi hemolitik akut yakni jenis reaksi transfusi yang
lisis sel darah merah dari darah donor ataupun darah pasien karena adanya
2
ketidak cocokan jenis golongan darah antara donor dan pasien. Hemolisis dapat
terjadi karena interaksi Ab pada plasma pasien dan Ag sel darah merah donor
yang disebut dengan inkompatibilitas mayor atau dapat juga karena interaksi
plasma donor dengan Ag sel darah merah pasien yang disebut dengan
antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dengan reagen anti-sera anti A
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis golongan darah dengan
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kelompok berdasarkan adanya zat antigen warisan yang terdapat pada permukaan
membran sel darah merah di dalam tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
dia hidup. Sistem golongan darah yang paling sering digunakan adalah sistem
golongan darah ABO, MN, dan rhesus. Pada dasarnya untuk menentukan
golongan darah pada manusia didasarkan pada agglutinin dan aglutinogen yang
menguji silang satu sampel darah dengan sampel darah lainnya, beberapa
6
Aglutinasi ini dikaitkan dengan adanya antigen pada sel darah merah
ditunjukkan bahwa dua terdapat antigen sel darah merah yang berbeda,
mungkin bagi sel-sel merah untuk memiliki salah satu dari antigen ini di
permukaannya, atau keduanya, atau tidak. Sel yang hanya memiliki antigen
golongan B. Sel yang memiliki antigen A dan B disebut golongan AB. Ini
juga memungkinkan sel-sel untuk kekurangan kedua antigen ini dan, dalam
Antibodi yang berbeda ada di dalam serum salah satu yang akan
Kehadiran antibodi anti-A dan anti-B dalam serum ialah berbeda sesuai
7
Tabel II. I Golongan Darah ABO
Aglutinogen
Golongan Darah Aglutinin (Antibodi)
(Antigen)
A A Anti-B (β)
B B Anti-A (α)
AB AB Tidak ada
O Tidak ada Anti-AB (α dan β)
(Sumber : Data WHO, 2009)
golongan darah ABO, dengan kata lain, kita mewarisi dua gen kelompok
darah. Untuk golongan darah ABO, kromosom dari ibu membawa salah
satu gen A, B atau O. Demikian pula, kromosom lain dari ayah membawa
Levine dan Stetson pada tahun 1939 ketika, setelah melahirkan bayi yang
bahwa serum ibu mengandung antibodi tidak teratur yang bereaksi kuat
dengan sel darah merah yang kompatibel dengan ABO dan juga dengan sel
darah merah janinnya. Seperti antibodi yang dilaporkan oleh Landsteiner dan
8
Wiener, antibodi ibu bereaksi dengan sekitar 85% populasi Kaukasia acak.
spesifisitas yang sama. Sebagai hasil dari temuan ini, tidak hanya sistem
2009).
sistem ini jauh lebih rumit dari pada sistem ABO yang sebelumnya telah
gen, D dan CE tetapi, tidak seperti gen ABO, kode ini untuk protein besar
dalam membran sel merah yang dapat membawa lebih dari satu antigen.
Kode gen CE untuk kombinasi antigen berikut: ce, Ce, cE, CE, tetapi gen D
hanya untuk antigen D. Individu RhD negatif tidak memiliki gen D yang
berfungsi. Ada atau tidaknya gen D adalah yang paling penting. Gen D
Seseorang mewarisi gen D, sel darah merah mereka positif ketika diuji
dengan anti-D dan orang itu dikatakan positif RhD. Di mana seseorang tidak
mewarisi gen D, sel-sel merahnya negatif ketika diuji dengan anti-D dan
orang itu disebut sebagai RhD negatif. Tidak mungkin untuk menentukan
9
mewarisi gen D dari masing-masing orangtua: D/D) atau heterozigot (yaitu
telah mewarisi gen D hanya dari satu induk: D/d). Seseorang yang tidak
pemeriksaan golongan darah secara manual dapat dikerjakan dengan tiga metode,
yaitu
2. Tube test
Menurut NIB (2013), beberapa teknik lain yang sudah dikembangkan saat ini
10
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi pada
Pemeriksaan Golongan Darah
Aglutinasi sel darah merah dapat berlangsung melalui dua tahapan. Tahap
pertama antibodi berikatan dengan permukaan sel darah merah, tahap kedua
antibodi berinteraksi dengan sel darah merah sehingga selsel saling berdekatan
medium, konstanta afinitas antibodi, waktu atau lama inkubasi, kekuatan ion
pada medium, dan rasio antigen antibodi. Tahap kedua aglutinasi dipengaruhi
oleh jarak antar sel, muatan molekul dalam suspensi, deformitas membran,
atau menggumpal secara spontan, baik selama berada di dalam tubuh (in vivo)
neuraminic acid yang terdapat pada permukaan membran sel darah merah
(WHO, 2009).
Sel darah merah disuspensikan dalam larutan elektrolit, maka ion positif
akan ditarik oleh muatan negatif pada sel darah merah, sehingga sel darah
merah tersebut akan dikelilingi oleh 2 lapisan yang diffuse (Zeta Potensial).
Bila ada antibodi yang menempel pada sel darah merah, maka sel darah merah
9
memungkinkan sel tersebut saling mendekat satu sama lainnya. Karena
antibodi tersebut bivalent, maka mereka akan membentuk jembatan antara sel
pada suhu yang berbeda juga. Sebagai contoh antibodi golongan darah ABO
7,5. Reaksi akan dihambat apabila pH terlalu asam atau terlalu alkalis (WHO,
2009).
4. Usia serum dan eritrosit sampel
Reaksi yang paling baik umumnya didapatkan jika menggunakan sampel
menggunakan sel darah merah segar atau menyimpan serum pada suhu -20 oC
atau suhu lebih rendah apabila tidak segera digunakan (WHO, 2009).
5. Rasio antigen dan antibodi
Rasio antigen dan antibodi sangat penting dalam menentukan kuat
yang ada pada permukaan eritrosit maka reaksi yang terjadi akan semakin
kuat. Penting untuk memastikan keakuratan suspensi sel darah merah yang
€disiapkan karena suspensi sel yang terlalu pekat akan sedikit mengikat
antibodi sehingga reaksi yang muncul lebih lemah. Suspensi sel yang
10
Kecepatan terjadinya reaksi antigen-antibodi dapat ditingkatkan jika
2009).
darah adalah terjadinya ketidak sesuaian atau ketidak cocokan hasil pada
pemeriksaan cell grouping dengan serum grouping. Dengan kata lain, cells
grouping tidak setuju dengan serum grouping. Discrepancy wajib dikenali dan
atau discrepancy yang disebabkan oleh sampel itu sendiri (Blaney and Howard,
2013).
antara lain:
1. Umur pasien,
2. Diagnosis penyakit,
11
3. Riwayat pemberian transfusi,
6. riwayat kehamilan
Menurut Blaney and Howard (2013) secara garis besar, penyebab discrepancy
terbagi menjadi dua yaitu kesalahan teknis dan permasalahan pada sampel baik
sampel eritrosit maupun serum atau plasma. Sumber discrepancy dari kesalahan
teratur.
aglutinasi ditentukan.
12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2 Metode
Slide, dimana metode tersebut memiliki Prinsip yaitu melihat adanya reaksi
aglutinin yang ada pada serum/psama, jika bersesuaian maka akan terjadi
aglutinasi.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Tabung reaksi,
Rak tabung, Pipet tetes, Pipet posteur, objek glass, kapas alkohol, dispo 3 ml,
3.4 Analitik
14
Anti ABO Sistim Rhesus
Golongan darah
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D
+ - + + A/+
+ - + - A/-
- + + + B/+
- + + - B/-
+ + + + AB/+
+ + + - AB/-
- - - + O/+
- - - - O/-
(Sumber : Data Primer Laboratorium, 2019)
Keterangan :
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Identitas Aglutinasi
Keterang
Reagen
Reaktif Non-reaktif an
Pasien
Anti A -
Anti B - Golongan
Nn. S.H Anti AB - Darah A+
Anti D -
(Sumber : Data Primer Laboratorium, 2019)
4.2 Pembahasan
ada dalam sel, di samping itu juga dikenal penetapan jenis aglutinin yang ada
dalam serum. Menurut teori Oktari dan Silva (2016), pemeriksaan golongan darah
terdiri dari atas dua, yaitu pemeriksaaan golongan darah Rh (Rhesus) dan
terdapat delapan golongan darah yaitu golongan darah A+, B+, O+, AB+, A-, B-,
yang ada dalam sel, menggunakan metode slide atau kartu golongan darah.
Pemeriksaan pada metode slide, menggunakan darah kapiler segar atau darah
vena yang terlebih dahulu membeku, dalam praktikum kali ini berdasarkan hasil
yang diperoleh, Nn. S.H memiliki golongan darah A rhesus +, dimana terjadi
16
adanya aglutinasi dari pencampuran antara aglutinin dan aglutinogen. Hal ini
didukung dari teori Mehdi (2013) yang menjelaskan bahwa terjadinya aglutinasi
ini sangat mudah dan cepat digunakan untuk menentukan golongan darah ABO
dalam keadaan emergensi, dapat digunakan sebagai penentu golongan darah awal
Pada reaksi ini antibodinya bersifat multivalen, artinya tiap aglutinin didapatkan
menurut teori Grace (2016) aglutinin adalah protein di dalam plasma darah yang
macam aglutinin, yaitu aglutinin α dan aglutinin β. Menurut teori tersebut dapat
orang yang memiliki fenotip B memiliki genotip BO dan BB, pada orang yang
memiliki fenotip AB memiliki genotip AB dan begitu juga dengan seseorang yang
17
Perolehan reaksi aglutinasi pada antisera A tetapi non-aglutinasi pada antisera
B. Hal ini terjadi karena reaksi antara antibodi A dari antisera A berikatan dengan
pada antibodi B dari antisera B tidak dapat berikatan dengan antigen A pada
Menurut WHO (2009), sistem Rh memiliki dua gen, D dan CE. Namun, ada
atau tidaknya gen D yang paling penting. Gen D kadang-kadang disebut Rh1 dan
anti-D disebut anti-Rh1. Di mana seseorang mewarisi gen D, sel darah merah
mereka positif ketika diuji dengan anti-D dan orang itu dikatakan positif RhD. Di
mana seseorang tidak mewarisi gen D, sel-sel merahnya negatif ketika diuji
dengan anti-D dan orang itu disebut sebagai RhD negatif. Berdasarkan teori
anti-D merupakan reaksi antara antigen D dengan anti D yang saling berikatan
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa Nn. S.H tersebut memiliki golongan darah A+ dimana
(antigen) A.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak kampus ialah untuk dapat
melakukan pengadaan reagen golongan darah yang baru agar mahasiswa dapat
penggunaan (kadaluarsa).
19
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawa, F.B, Mardiana dan G.Ira, 2014. Pengantar Laboratorium Medik, Bahan
Ajar ATLM. Penerbit : Kemenkes
Mehdi, S.R. 2013. ABO blood group system. Essentials of Blood Banking A
Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents. Second
Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 6-18.
NIB. 2013. Guidance Manual on “ABO and Rh Blood Grouping”. National Blaney,
K.D., Howard, P.R. 2013. Compatibility Testing. Basic&Applied Concepts of
Blood Banking and Transfusion Practices. Third Edition. United States:
Elsevier Mosby. pp.188-201.
Oktari, A dan N.D.Silvia, 2016. Pemeriksaan Glongan Darah Sistem ABO Metode
Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal Teknologi
Laboratorium vol. 5, No. 2, September 2016, ISSN: 2338-5634
WHO (World Health Oranization). 2009. Safe Blood and Blood Products, Blood
Group Serology Module 3. World Health Oranization Press : Geneva
20