Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji sukur atas kehadirat Allah SWT, dengan rahmat, taufik serta hidayah-

Nyalah penulis telah diberi kesehatan dan kemudahan sehingga penulis bisa

menyelesaikan laporan “Pemeriksaan Golongan Darah” tanpa ada kendala dan

hambatan apapun. Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih penulis kepada

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelaesaikan laporan

ini.

Penulismenyadari bahwa dalam penyusunan laporan Imunohematologi

masih kurang sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun agar nantinya laporan ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga laporan yang penulis

buat ini bisa bermanfaat.

Gorontalo, Sepetember 2019

Penulis

i
DAFATAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFATAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................3
1.4 Manfaat.........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1 Golongan Darah 4
2.2 Sistem Golongan Darah 4
2.3 Jenis Pemeriksaan Golongan Darah 8
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi pada
Pemeriksaan Golongan Darah 9
2.5 Permasalahan pada Pemeriksaan Golongan Darah 11

BAB III METODE PRAKTIKUM14


3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanan 14
3.2 Metode 14
3.3 Pra Analitik14
3.4 Analitik 14
3.5 Pasca Analitik 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16


4.1 Hasil 16
4.2 Pembahasan 16

BAB V PENUTUP 19
5.1 Kesimpulan.................................................................................................19
5.2 Saran............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang

memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan

dan tidak untuk tujuan komersial. Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu

upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan pemulihan kesehatan yang

membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman,

mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat (Eva dan noviar, 2018).

Transfusi darah menginjeksikan darah dari setiap orang (yang di sebut

donor) kedalam sistem peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut

respient). Pada dasarnya, ada dua alasan umum mengapa perlu dilakukan trasfusi

darah pada seseorang, yaitu kehilangan darah misalnyaa perdarahan akibat luka,

operasi, atau persalinan, dan kekurangan unsur-unsur penting dalam darah

misalnya pasien anemia yang menderita kekurangan sel-sel darah merah, hanya

membutuhkan tranfusi sel darah merah saja (Ebrahim, 2007)

Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

tumbuhan) yang memiliki sejumlah perann penting dalam berbagai fungsi tubuh

diantaranya berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh

jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan juga

sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah adalah ciri khusus

darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein

pada permukaan membran sel darah merah (Kurniawan, 2014).

1
Darah memiliki golongan-golongan tertentu sehingga membedakan antara

satu jenis darah dengan darah yang lain, yang disebut dengan golongan darah

Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidak adanya Ag A dan atau

Ag B yang terekspresikan pada sel darah merah serta ada tidaknya antibodi (Ab)

A dan atau B yang terdapat di dalam serum/plasma. Sistem golongan darah ABO

terdiri atas 4 golongan darah yaitu golongan darah A, B, AB dan O. Individu

dengan golongan darah A, pada sel darah merahnya terdapat Ag A dan di

plasmanya terdapat Ab B. Golongan darah B terdapat Ag B dan Ab A. Golongan

darah AB, terdapat Ag AB dan tidak terdapat Ab A maupun B. Golongan darah O

tidak mempunyai Ag A dan B, melainkan mempunyai Ab A dan B (Eva dan

Noviar, 2018).

Jenis penggolongan darah Ada dua yang paling penting, yaitu

penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih

ada lagi macam penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen

yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar

46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.

Salah satunya Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan

pribumi Amerika (Oktari dan Silvia, 2016).

Golongan darah penting untuk diketahui salah satunya untuk kepentingan

transfusi, untuk mencocokkan golongan darah donor dan respient untuk

mencegah terjadinya reaksi hemolitik akut yakni jenis reaksi transfusi yang

berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Reaksi hemolitik merupakan reaksi

lisis sel darah merah dari darah donor ataupun darah pasien karena adanya

2
ketidak cocokan jenis golongan darah antara donor dan pasien. Hemolisis dapat

terjadi karena interaksi Ab pada plasma pasien dan Ag sel darah merah donor

yang disebut dengan inkompatibilitas mayor atau dapat juga karena interaksi

plasma donor dengan Ag sel darah merah pasien yang disebut dengan

inkompatibilitas minor (Eva dan Noviar, 2018).

Pada umumnya untuk menentukan golongan darah dilakukan dengan

menggunakan metode slide. Pemeriksaan golongan darah untuk mendeteksi

keberadaan antigen dipermukaan membran sel darah merah dengan cara

mereaksikan darah manusia dengan antisera A dan antisera B. reaksi antara

antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dengan reagen anti-sera anti A

dan anti B ataupun dengan serum anti A ataupun anti B (Rahman.dkk,2019).

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana mengetahui golongan darah dengan menggunakan metode slide?

1.3 Tujuan

Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis golongan darah dengan

menggunakan metide slide

1.4 Manfaat

Manfaat pada praktikum ini mengetahui jenis golongan darah dengan

menggunakan metode slide.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Golongan Darah

Golongan darah merupakan sebuah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu

kelompok berdasarkan adanya zat antigen warisan yang terdapat pada permukaan

membran sel darah merah di dalam tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel

darah merah. Golongan darah pada manusia akan selalu di wariskan ke

keturunannya. Menariknya, golongan darah tersebut tidak akan berubah selama

dia hidup. Sistem golongan darah yang paling sering digunakan adalah sistem

golongan darah ABO, MN, dan rhesus. Pada dasarnya untuk menentukan

golongan darah pada manusia didasarkan pada agglutinin dan aglutinogen yang

terdapat dalam darah tersebut (Grace, 2016).

2.2 Sistem Golongan Darah

2.2.1 Sistem ABO

Awal abad kedua puluh, penemuan paling penting dilakukan dalam

transfusi darah ketika Karl Landsteiner menunjukkan bahwa dengan

menguji silang satu sampel darah dengan sampel darah lainnya, beberapa

sampel akan berhasil dicampur tanpa tanda-tanda visual reaksi sementara

yang lain akan bereaksi kuat, menyebabkan aglutinasi, yang merupakan

penggumpalan besar-besaran sel-sel darah merah (WHO, 2009).

6
Aglutinasi ini dikaitkan dengan adanya antigen pada sel darah merah

dan antibodi dalam serum. Dengan menindaklanjuti pengamatan ini,

ditunjukkan bahwa dua terdapat antigen sel darah merah yang berbeda,

yang disebut antigen A dan antigen B. Dalam kelompok ABO, adalah

mungkin bagi sel-sel merah untuk memiliki salah satu dari antigen ini di

permukaannya, atau keduanya, atau tidak. Sel yang hanya memiliki antigen

A disebut golongan A. Mereka yang hanya memiliki antigen B disebut

golongan B. Sel yang memiliki antigen A dan B disebut golongan AB. Ini

juga memungkinkan sel-sel untuk kekurangan kedua antigen ini dan, dalam

kasus-kasus seperti itu, golongan tersebut adalah O (WHO, 2009).

Antibodi yang berbeda ada di dalam serum salah satu yang akan

bereaksi secara khusus dengan sel-sel golongan A, menyebabkan mereka

beraglutinasi, disebut anti-A. Yang lain, yang bereaksi secara khusus

dengan sel-sel B golongan dengan cara yang sama, disebut anti-B.

Kehadiran antibodi anti-A dan anti-B dalam serum ialah berbeda sesuai

dengan antigen AB hadir pada sel-sel merah (WHO, 2009).

1. Mereka yang memiliki antigen A pada sel darah merah (golongan A)

memiliki anti-B dalam serum.


2. Mereka yang memiliki antigen B pada sel darah merah (golongan B)

memiliki anti-A dalam serum.


3. Mereka yang memiliki antigen A dan B pada sel darah merah (golongan

AB) tidak memiliki anti-A atau anti-B dalam serum.


4. Mereka yang tanpa antigen A atau B pada sel darah merah (golongan O)

memiliki anti-A dan anti-B dalam serum.

7
Tabel II. I Golongan Darah ABO

Aglutinogen
Golongan Darah Aglutinin (Antibodi)
(Antigen)
A A Anti-B (β)
B B Anti-A (α)
AB AB Tidak ada
O Tidak ada Anti-AB (α dan β)
(Sumber : Data WHO, 2009)

Karakteristik warisan, ada gen yang bertanggung jawab untuk spesifisitas

golongan darah ABO, dengan kata lain, kita mewarisi dua gen kelompok

darah. Untuk golongan darah ABO, kromosom dari ibu membawa salah

satu gen A, B atau O. Demikian pula, kromosom lain dari ayah membawa

salah satu gen A, B atau O. Dua definisi penting sebagaimana diterapkan

pada golongan darah (WHO, 2009).


1. Genotip: gen yang diwarisi dari masing-masing kelompok darah orang

tua yang ada di kromosom.


2. Fenotip: efek yang diamati dari gen yang diturunkan

2.2.2 Sistem Rhesus

Kepentingan klinis sistem golongan darah Rh jelas ditunjukkan oleh

Levine dan Stetson pada tahun 1939 ketika, setelah melahirkan bayi yang

lahir mati (stillborn), seorang pasien segera membutuhkan transfusi darah.

Darah ABO-kompatibel ditransfusi, setelah itu pasien mengalami reaksi

transfusi hampir fatal. Penelitian laboratorium lebih lanjut menunjukkan

bahwa serum ibu mengandung antibodi tidak teratur yang bereaksi kuat

dengan sel darah merah yang kompatibel dengan ABO dan juga dengan sel

darah merah janinnya. Seperti antibodi yang dilaporkan oleh Landsteiner dan

8
Wiener, antibodi ibu bereaksi dengan sekitar 85% populasi Kaukasia acak.

Ketika antibodi ini dibandingkan dengan yang sebelumnya ditemukan oleh

Landsteiner dan Wiener, itu menunjukkan bahwa keduanya memiliki

spesifisitas yang sama. Sebagai hasil dari temuan ini, tidak hanya sistem

golongan darah baru telah ditemukan, tetapi penjelasan ilmiah telah

disediakan untuk membantu memahami penyebab reaksi transfusi yang tidak

dapat dijelaskan dan mengapa bayi kadang-kadang lahir menderita anemia

yang disebabkan oleh ketidakcocokan golongan darah ibu-janin (WHO,

2009).

Penemuan sistem golongan darah Rh, segera menjadi jelas bahwa

sistem ini jauh lebih rumit dari pada sistem ABO yang sebelumnya telah

ditunjukkan hanya memiliki dua antigen, A dan B. Sistem Rh memiliki dua

gen, D dan CE tetapi, tidak seperti gen ABO, kode ini untuk protein besar

dalam membran sel merah yang dapat membawa lebih dari satu antigen.

Kode gen CE untuk kombinasi antigen berikut: ce, Ce, cE, CE, tetapi gen D

hanya untuk antigen D. Individu RhD negatif tidak memiliki gen D yang

berfungsi. Ada atau tidaknya gen D adalah yang paling penting. Gen D

kadang-kadang disebut Rh1 dan anti-D disebut anti-Rh1 (WHO, 2009).

Seseorang mewarisi gen D, sel darah merah mereka positif ketika diuji

dengan anti-D dan orang itu dikatakan positif RhD. Di mana seseorang tidak

mewarisi gen D, sel-sel merahnya negatif ketika diuji dengan anti-D dan

orang itu disebut sebagai RhD negatif. Tidak mungkin untuk menentukan

apakah seseorang bereaksi dengan anti-D homozigot untuk D (yaitu telah

9
mewarisi gen D dari masing-masing orangtua: D/D) atau heterozigot (yaitu

telah mewarisi gen D hanya dari satu induk: D/d). Seseorang yang tidak

mewarisi gen D adalah D negatif (WHO, 2009)

2.3 Jenis Pemeriksaan Golongan Darah

Menurut NIB (2013), berdasarkan jenis peralatan penunjang yang digunakan,

pemeriksaan golongan darah secara manual dapat dikerjakan dengan tiga metode,

yaitu

1. Slide test atau glass slide atau white porcelain tile

2. Tube test

3. Microwell plate atau microplate test.

Menurut NIB (2013), beberapa teknik lain yang sudah dikembangkan saat ini

dan dapat dikerjakan secara otomatis, antara lain:

1. Column technique (sephadex gel)

2. Solid phase tests.

10
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi pada
Pemeriksaan Golongan Darah

Aglutinasi sel darah merah dapat berlangsung melalui dua tahapan. Tahap

pertama antibodi berikatan dengan permukaan sel darah merah, tahap kedua

antibodi berinteraksi dengan sel darah merah sehingga selsel saling berdekatan

dan terjadilah aglutinasi. Tahap pertama aglutinasi dipengaruhi oleh suhu, pH

medium, konstanta afinitas antibodi, waktu atau lama inkubasi, kekuatan ion

pada medium, dan rasio antigen antibodi. Tahap kedua aglutinasi dipengaruhi

oleh jarak antar sel, muatan molekul dalam suspensi, deformitas membran,

molekul permukaan membran dan struktur molekul (McCullough, 2012).

Menurut WHO (2009), berikut adalah beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi reaksi antigen dan antibodi pada pemeriksaan golongan darah.

1. Muatan ion sel darah merah


Kondisi fisiologis, sel darah merah tidak pernah berikatan satu sama lain

atau menggumpal secara spontan, baik selama berada di dalam tubuh (in vivo)

maupun selama di dalam tabung (in vitro) karena masing-masing membran

memiliki muatan negatif. Muatan negatif dihasilkan oleh kelompok

neuraminic acid yang terdapat pada permukaan membran sel darah merah

(WHO, 2009).
Sel darah merah disuspensikan dalam larutan elektrolit, maka ion positif

akan ditarik oleh muatan negatif pada sel darah merah, sehingga sel darah

merah tersebut akan dikelilingi oleh 2 lapisan yang diffuse (Zeta Potensial).

Bila ada antibodi yang menempel pada sel darah merah, maka sel darah merah

akan mengurangi muatan negatif pada permukaannya, sehingga

9
memungkinkan sel tersebut saling mendekat satu sama lainnya. Karena

antibodi tersebut bivalent, maka mereka akan membentuk jembatan antara sel

yang satu dengan sel yang lainnya (Depkes RI, 2008).


2. Temperatur
Antibodi yang berbeda mempunyai kemampuan bereaksi secara optimal

pada suhu yang berbeda juga. Sebagai contoh antibodi golongan darah ABO

bereaksi optimal pada suhu 4o C sedangkan antibodi Rhesus bereaksi optimal

pada suhu 37o C (WHO, 2009).


3. pH
Antibodi golongan darah dapat bereaksi secara optimal pada pH 6,5 sampai

7,5. Reaksi akan dihambat apabila pH terlalu asam atau terlalu alkalis (WHO,

2009).
4. Usia serum dan eritrosit sampel
Reaksi yang paling baik umumnya didapatkan jika menggunakan sampel

serum dan eritrosit segar. Untuk alasan tersebut disarankan selalu

menggunakan sel darah merah segar atau menyimpan serum pada suhu -20 oC

atau suhu lebih rendah apabila tidak segera digunakan (WHO, 2009).
5. Rasio antigen dan antibodi
Rasio antigen dan antibodi sangat penting dalam menentukan kuat

lemahnya reaksi. Semakin banyak antibodi yang berikatan dengan antigen

yang ada pada permukaan eritrosit maka reaksi yang terjadi akan semakin

kuat. Penting untuk memastikan keakuratan suspensi sel darah merah yang

€disiapkan karena suspensi sel yang terlalu pekat akan sedikit mengikat

antibodi sehingga reaksi yang muncul lebih lemah. Suspensi sel yang

dianggap mampu memberikan reaksi optimal pada tes aglutinasi adalah

suspensi sel 2-5% (WHO, 2009).


6. Kekuatan ionik

10
Kecepatan terjadinya reaksi antigen-antibodi dapat ditingkatkan jika

kekuatan ionik pada medium untuk mensuspensikan sel darah merah

menurun. Penggunaan Low Ionic Strength Solution (LISS) dapat mengurangi

periode inkubasi pada anti-human globulin test selama 15 menit (WHO,

2009).

2.5 Permasalahan pada Pemeriksaan Golongan Darah

Permasalahan pada pemeriksaan golongan darah yang cukup sering

dijumpai adalah terjadinya discrepancy golongan darah. Discrepancy golongan

darah adalah terjadinya ketidak sesuaian atau ketidak cocokan hasil pada

pemeriksaan cell grouping dengan serum grouping. Dengan kata lain, cells

grouping tidak setuju dengan serum grouping. Discrepancy wajib dikenali dan

diselesaikan sebelum pemeriksaan crossmatch dilakukan. Langkah pertama yang

harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah discrepancy adalah

mengidentifikasi sumber discrepancy. Apakah bersumber dari kesalahan teknis

atau discrepancy yang disebabkan oleh sampel itu sendiri (Blaney and Howard,

2013).

Menurut Mehdi (2013) sebelum memastikan bahwa discrepancy ABO

terjadi, beberapa informasi tentang pasien harus ditelusuri, informasi tersebut

antara lain:

1. Umur pasien,

2. Diagnosis penyakit,

11
3. Riwayat pemberian transfusi,

4. Obat-obatan yang dikonsumsi pasien,

5. Status imum pasien,

6. riwayat kehamilan

Menurut Blaney and Howard (2013) secara garis besar, penyebab discrepancy

terbagi menjadi dua yaitu kesalahan teknis dan permasalahan pada sampel baik

sampel eritrosit maupun serum atau plasma. Sumber discrepancy dari kesalahan

teknis antara lain:

1. Kesalahan identifikasi dan dokumentasi, dapat berasal dari:

a. Salah melabel sampel dan jenis tabung yang digunakan,


b. Pencatatan yang salah,
c. Interpretasi hasil yang tidak tepat.

2. Kesalahan pada reagen dan peralatan, seperti:

a. Quality control reagen tidak dilakukan dengan baik,


b. Reagen terkontaminasi dan hemolisis,
c. Waktu sentrifugasi tidak tepat atau peralatan tidak dikalibrasi dengan

teratur.

3. kesalahan pada Standard Operating Procedure (SOP), seperti:

a. prosedur tidak sesuai dengan instruksi dari pabrik reagen,


b. penambahan reagen atau sampel yang tidak tepat,
c. konsentrasi suspensi sel darah merah tidak tepat,
b. endapan sel pada bagian bawah tersuspensi secara komplit sebelum derajat

aglutinasi ditentukan.

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanan

Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Golongan Darah” dilaksanakan pada

tanggal 18 September 2019 di Laboratorium Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

Praktikum kali ini yakni Pemeriksaan golongan darah menggunakan metode

Slide, dimana metode tersebut memiliki Prinsip yaitu melihat adanya reaksi

aglutinasi antara aglutinogen dalam antisera yang diketahui jenisnya dengan

aglutinin yang ada pada serum/psama, jika bersesuaian maka akan terjadi

aglutinasi.

3.3 Pra Analitik

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Tabung reaksi,

Rak tabung, Pipet tetes, Pipet posteur, objek glass, kapas alkohol, dispo 3 ml,

tisu, sentrifus, regen anti sera A, B, D.

3.4 Analitik

1. Siapkan alat dan bahan


2. Teteskan darah sebanyak 1 tetes diobjek glass
3. Teteskan anti sera A, B, D pada darah tersebut
4. Homogenkan darah tersebut dengan menggunakan tusuk gigi
5. Amati perubahan yang terjadi

3.5 Pasca Analitik

Tabel 3.1 Interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah

14
Anti ABO Sistim Rhesus
Golongan darah
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D
+ - + + A/+
+ - + - A/-
- + + + B/+
- + + - B/-
+ + + + AB/+
+ + + - AB/-
- - - + O/+
- - - - O/-
(Sumber : Data Primer Laboratorium, 2019)

Keterangan :

1. (+) : Terjadi aglutinasi


2. (-) : Tidak terjadi aglutinasi

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pemeriksaan golongan darah yang telah dipraktikumkan

menggunakan metode Slide, didapatkan data sebagai berikut :


Tabel. 4.1. Hasil Pemeriksaan Golongan Darah Metode Slide

Identitas Aglutinasi
Keterang
Reagen
Reaktif Non-reaktif an
Pasien
Anti A - 
Anti B  - Golongan
Nn. S.H Anti AB -  Darah A+
Anti D  -
(Sumber : Data Primer Laboratorium, 2019)

4.2 Pembahasan

Penetapan golongan darah adalah untuk menentukan jenis aglutinogen yang

ada dalam sel, di samping itu juga dikenal penetapan jenis aglutinin yang ada

dalam serum. Menurut teori Oktari dan Silva (2016), pemeriksaan golongan darah

terdiri dari atas dua, yaitu pemeriksaaan golongan darah Rh (Rhesus) dan

pemeriksaaan golongan darah A, B dan O. Pada pembagian golongan darah,

terdapat delapan golongan darah yaitu golongan darah A+, B+, O+, AB+, A-, B-,

O- dan AB-. Dalam penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen

yang ada dalam sel, menggunakan metode slide atau kartu golongan darah.

Pemeriksaan pada metode slide, menggunakan darah kapiler segar atau darah

vena yang terlebih dahulu membeku, dalam praktikum kali ini berdasarkan hasil

yang diperoleh, Nn. S.H memiliki golongan darah A rhesus +, dimana terjadi

16
adanya aglutinasi dari pencampuran antara aglutinin dan aglutinogen. Hal ini

didukung dari teori Mehdi (2013) yang menjelaskan bahwa terjadinya aglutinasi

dikarenakan adanya reaksi antara aglutinogen dan aglutinin. Keuntungan metode

ini sangat mudah dan cepat digunakan untuk menentukan golongan darah ABO

dalam keadaan emergensi, dapat digunakan sebagai penentu golongan darah awal

apabila pemeriksaan dilakukan di lapangan atau di luar ruangan.

Mekanisme terjadinya aglutinasi tidak berbeda dengan mekanisme presipitasi.

Pada reaksi ini antibodinya bersifat multivalen, artinya tiap aglutinin didapatkan

paling sedikit 2 resptor aglutinogen. Oleh karena aglutininnya bersifat

multivalent, terjadi ikatan silang dengan aglutinogen yang sesuai. Apabila

rasionya sesuai, maka akan membentuk kisi-kisi 3 dimensi dan terjadilah

aglutinasi. Perbedaannya aglutinogen pada reaksi presipitasi berupa larutan

molekuler atau suspense koloida, sedangkan aglutinogen pada reaksi aglutinasi

berupa partikel yang tidak larut.

Terdapat dua macam aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.

menurut teori Grace (2016) aglutinin adalah protein di dalam plasma darah yang

dapat menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin merupakan zat antibodi. Ada dua

macam aglutinin, yaitu aglutinin α dan aglutinin β. Menurut teori tersebut dapat

digambarkan reaksi yang terbentuk.


Seorang yang memiliki fenotip A akan memiliki genotip AO dan AA, pada

orang yang memiliki fenotip B memiliki genotip BO dan BB, pada orang yang

memiliki fenotip AB memiliki genotip AB dan begitu juga dengan seseorang yang

memiliki fenotip O memiliki genotip OO.

17
Perolehan reaksi aglutinasi pada antisera A tetapi non-aglutinasi pada antisera

B. Hal ini terjadi karena reaksi antara antibodi A dari antisera A berikatan dengan

antigen A pada permukaan sel darah merah menyebabkan aglutinasi, sedangkan

pada antibodi B dari antisera B tidak dapat berikatan dengan antigen A pada

permukaan sel darah merah sehingga tidka terjadi aglutinasi.

Menurut WHO (2009), sistem Rh memiliki dua gen, D dan CE. Namun, ada

atau tidaknya gen D yang paling penting. Gen D kadang-kadang disebut Rh1 dan

anti-D disebut anti-Rh1. Di mana seseorang mewarisi gen D, sel darah merah

mereka positif ketika diuji dengan anti-D dan orang itu dikatakan positif RhD. Di

mana seseorang tidak mewarisi gen D, sel-sel merahnya negatif ketika diuji

dengan anti-D dan orang itu disebut sebagai RhD negatif. Berdasarkan teori

penunjang tersebut, dapat diketahuia bahwa reaksi aglutinasi setelah ditambahkan

anti-D merupakan reaksi antara antigen D dengan anti D yang saling berikatan

membentuk gumpalan aglutinasi.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum pemeriksaan golongan darah menggunakan metode slide

dapat disimpulkan bahwa Nn. S.H tersebut memiliki golongan darah A+ dimana

golongan darah A+ memiliki aglutinin (antibodi) B dan memiliki aglutinogen

(antigen) A.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan kepada pihak kampus ialah untuk dapat

melakukan pengadaan reagen golongan darah yang baru agar mahasiswa dapat

melakukan praktikum karena pada praktikum sebelumnya mahasiswa

mendapatkan hasil negatif palsu dikarenakan reagen sudah diluar masa

penggunaan (kadaluarsa).

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2008. Serologi Golongan Darah. Modul 2 Pelatihan Crash Program


Petugas Teknis Transfusi Darah Bagi Petugas UTDRS. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. hal 73-120.

Ebrahim, A.F.M, 2007. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transpalantasi Organ,


dan Eksperimen pada Hewan. Jakarta : PT Serambi Semesta

Grace, P. 2016. At a Glance : Ilmu Bedah. EMS : JakartaInstitute of Biologicals.


Ministry of Health & Family Welfare Government of India. p. 9-31.

Kurniawa, F.B, Mardiana dan G.Ira, 2014. Pengantar Laboratorium Medik, Bahan
Ajar ATLM. Penerbit : Kemenkes

McCullough, J. 2012. Laboratory Detection of Blood Groups and Provision of Red


Cells.Transfusion Medicine Third Edition. UK: Wiley-Blackwell. p. 207-233.

Mehdi, S.R. 2013. ABO blood group system. Essentials of Blood Banking A
Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents. Second
Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 6-18.

NIB. 2013. Guidance Manual on “ABO and Rh Blood Grouping”. National Blaney,
K.D., Howard, P.R. 2013. Compatibility Testing. Basic&Applied Concepts of
Blood Banking and Transfusion Practices. Third Edition. United States:
Elsevier Mosby. pp.188-201.

Oktari, A dan N.D.Silvia, 2016. Pemeriksaan Glongan Darah Sistem ABO Metode
Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal Teknologi
Laboratorium vol. 5, No. 2, September 2016, ISSN: 2338-5634

Rahman. I, Darmawati.S, Kartika, I.A, 2019. Penentuan Golongan Darah Sistem


ABO dengan Serum dan Reagen Anti-Sera Metode Slide. Jurnal Gaster Vol.
17, No. 1, Februari 2019.

WHO (World Health Oranization). 2009. Safe Blood and Blood Products, Blood
Group Serology Module 3. World Health Oranization Press : Geneva

20

Anda mungkin juga menyukai