PATOLOGI KLINIK
IMUNOLOGI DAN
HEMATOLOGI
Oleh:
Linus Chaesarandy Tenis (2208010022)
Caecilia Ivana Alice Un Bria (2208010094)
Brant Allen Sianturi (2208010072)
Vania Nurina Putri (2208010040)
Calistha Regina Sandy(2208010073)
Dosen:
dr. Elisabeth Levina Sari Setianingrum,
Sp.PK Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan
Universitas Nusa Cendana 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Adapun
laporan praktikum ini merupakan laporan praktikum dari mata kuliah patologi klinik. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen mata
kuliah serta para petugas lab yang telah memberikan tugas praktikum dan menyediakan
tempat yang nyaman kepada kami sehingga praktikum ini dapat berjalan dengan lancar.
Laporan ini jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat
berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Tertanda Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar.....................................................................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................................................................3
Hitung Leukosit....................................................................................................................................9
Hitung Retikulosit.............................................................................................................................19
Bleeding Time....................................................................................................................................25
Clotting Time......................................................................................................................................27
Daftar Pustaka....................................................................................................................................30
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
C. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO
1. Tujuan:
Menentukan golongan darah dengan melihat aglutinasi setelah darah ditetesi serum
antibodi A,B,AB.
2. Hari/Tanggal:
Selasa, 21 Maret 2023
3. Dasar Teori:
Pemeriksaan Golongan Darah Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai sekarang,
telah ditemukan lebih dari 100 antigen golongan darah dalam eritrosit. Untuk
kegunaan praktik klinis yang terpenting hanya sistem golongan darah ABO dan Rh.
Pada sistem golongan darah ABO hanya ada 4 golongan darah yaitu. A, B, AB danO.
Golongan tersebut. berdasarkan atas ada atau tidak adanya antigen dan antigen B.
Disamping itu juga ada 2 sub golongan dari golongan A1 dan AlB serta - A2 dan
A2B.Dalam serum golongan O normal mengandung anti-A dan anti-B, serta golongan
A hanya mengandung anti-B, golongan B mengandung anti-A dan golongan AB tidak
mengandung baik anti-A maupun anti.-B. Antibodi yang hanya reaktif terhadap Al
dan A1B adalah anti-Al kadang terdapat pada seseorang golongan A2. Antibodi yang
paling kuat yang reaktif terhadap golongan A2. Antibodi yang paling kuat yang
reaktif terhadap golongan O dan A2 disebut anti-H, kadang juga terdapat pada
seseorang dengan golongan darah Al, atau AlB atau B. Tetapi untungnya bahwa
kedua antibodi ini termasuk cold-agglutinin atau aglutinin dingin yang jarang sekali
reaktif terhadap antigen eritrosit pada suhu >30°C. Pada sistem Rh untuk kepentingan
klinik cukup menentukan apakah seseorang negatif. Biasanya dengan memeriksa
reaksi sel eritrosit seseorang penderita terhadap antigen Rh yang dikenal dengan nama
anti-D. Oleh karena reaksi yang terjadi antara antigen – antibodi adalah aglutinasi
maka antigen (Ag) disebut juga aglutinasi & antibodi (Ab) disebut agglutinin.
14
Cara Kerja :
15
Hasil
Tidak terdapat pengumpalan pada golongan darah yang di ujikan baik pada antibodi A,AB,B.
Interplasi Hasil
- Pada antibodi A, darah yang menggumpal adalah golongan darah A dan AB.
- Pada antibodi B, darah yang menggumpal adalah golongan darah A dan AB
- Pada antibodi AB, darah yang menggumpal adalah golongan darah AB
- Jika pada semua antibodi tidak mengalami penggumpalan, maka golongan darahnya
adalah golongan darah O.
Pada praktikum yang kami lakukan sampel darah yang kami memiliki golongan darah O
karena pada semua antibodi tidak terdapat pengumpalan. Probandus Ivana ( perempuan)
(19 tahun).
16
Faktor Gagal Dalam Tes Golongan Darah ABO
17
D. HITUNG RETIKULOSIT
1. Tujuan
2. Hari/tanggal Praktikum
3. Dasar Teori
18
biasanya berada di darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan
menjadi eritrosit. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tulang,
retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal ini terjadi pada
anemia berat yang menyebabkan peningkatan eritropoiesis. Perhitungan retikulosit
dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut indeks produksi
retikulosit/reticulocyte production index (RPI).
4. Prinsip
Darah dicampur dengan larutan, Brilliant Crecyl Blue atau larutan New
Methylene Blue, lalu dibuat sediaan. Dan jumlah retikulositnya dihitung dibawah
mikroskop. Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam
persentase.
5. Pra Analitik
a. Persiapan pasien
b. Persiapan sampel : Darah tepi
c. Alat dan bahan
1) Tabung reaksi kecil
2) Kaca obyek dan kaca penggeser
3) Pipet Pasteur dan pipet tetes
4) Mikroskop
5) Minyak Immersion
6) REAGENS
6. Analitik
SEDIAAN KERING
1. Kedalam tabung reaksi kecil teteskan 3 tetes larutan Brilliant Cresyl Blue(BCB)
atau New Methylene Blue (NMB).
2. Tambahkan 3 tetes darah, campurkan baik-baik dan biarkanpada suhu ruangan
selama 15 menit agar pewarnaan sempurna. Cara yang lain : Setelah ditambahkan 3
tetes darah, campurkan baik-baik, tabungditutup dengan parafilm dan diinkubasi
pada 37 C selam 30-60 menit.
19
3. Setelah inkubasi, tabung dihomogenkan lagi dan ambil 1 tetes untukmembuat
sediaan apus. Keringkan di udara dan diperiksa di bawah mikroskop.
4. Periksalah dengan perbesaran obyektif 100 kali. Dicari daerah yang baik yaitu
eritrosit tidak tumpang tindih. Retikulosit tampak sebagai sel yang lebih besar dari
eritrosit, mengandung filamen atau granula. Dengan BCB, eritrosit berwarna biru
keunguan dengan filamenatau granula berwarna ungu. Bila menggunakan NMB,
retikulosit berwarna biru dengan filamen atau granula berwarna biru tua.
5. Hitunglah jumlah retikulosit per 1000 eritrosit dengan lensa emersi 6. Jumlah
retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit total atau
dilaporkan dalam jumlah mutlak.
7. Pasca Analitik
20
Lapangan Pandang 3 Lapangan Pandang 4
21
Jumlah Retikulosit : 2 Jumlah Retikulosit : 0
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑡𝑖𝑘𝑢𝑙𝑜𝑠𝑖𝑡 8
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑥 100% = 10 𝑥 100% = 0, 8%
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, hasil permeriksaan jumlah
retikulosit yang kami dapatkan adalah 0,8%. Jumlah retikulosit ini berada dalam
rentang normal, sesuai dengan nilai rujukannya.
22
9. Sumber Kesalahan
a. Volume darah yang digunakan tidak sesuai dengan volume zat warna.
b. Zat warna tidak disaring akan mengendap di eritrosit sehingga tampak seperti
retikulosit.
c. Waktu inkubasi campuran darah dan zat warna kurang lama.
d. Tidak menghomogenkan campuran zat warna dengan darah sebelummembuat
sediaan apus. Retikulosit mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari eritrosit
sehingga berada dibagian atas dari campuran.
e. Menghitung di daerah yang terlalu padat.
f. Jumlah eritrosit yang dihitung tidak mencapai 1000.
E. Bleeding Time
23
Tujuan: Mengetahui cara pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) dengan
metode Duke serta mengetahui adanya gangguan kemampuan vaskular dan trombosit
untuk menghentikan perdarahan.
Dasar Teori: Bleeding Time merupakan uji laboratorium untuk melihat lamanya
tubuh menghentikan perdarahan yang terjadi akibat trauma yang dibuat secara
laboratoris.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur hemostasis dan koagulasi. Waktu/lamanya
perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan dan jaringan dalam memacu koagulasi,
fungsi pembuluh darah kapiler, dan trombosit. Pemeriksaan ini terkhususnya pada trombosit
yang dimana akan dilihat jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan
membentuk agregasi. Pemeriksaan Bleeding Time ini dapat menggunakan beberapa metode
diantaranya Duke dan Ivy. Metode Duke memiliki prinsip yaitu dibuat perlukaan standar pada
daun telinga dan lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat, sedangkan pada metode Ivy
memiliki prinsip yaitu dibuat perlukaan standar pada bagian volar lengan bawah dan lamanya
perdarahan sampai berhenti dicatat.
Pra Analitik:
24
Alcohol Swab Stopwatch
Analitik:
Cara Kerja (Metode Duke):
1. Bersihkan daun telinga dengan kapas alkohol kemudian tunggu hingga kering.
2. Buat luka dengan menggunakan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3
mm, pada saat darah keluar jalankan stopwatch.
3. Setiap 30 detik darah yang keluar dihisap dengan kertas saring bulat tetapi
jangan sampai menyentuh luka.
4. Bila perdarahan berhenti, hentikan stopwatch dan catat waktu perdarahan.
Berdasarkan pada percobaan yang dilakukan dengan menggunakan metode Duke, didapatkan
hasil bahwa pasien atas nama Linus Tenis memiliki tes masa perdarahan yang baik, hal dilihat
dari lama waktu berhentinya perdarahan pada daun telinga pasien yaitu 1 menit, berdasarkan
pada teori yang ada metode Duke memiliki nilai rujukan 1-3 menit.
Dokumentasi:
25
F. Clotting Time
3. Dasar Teori :
Masa pembekuan atau clotting time (CT) adalah lamanya waktu yang diperlukan darah untuk
membeku. Dalam tes ini hasilya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor pembekuan darah,
terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit
(Gandasoebrata, 2001). Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit thromboplebitis,
infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan obat
barbiturat, kontrasepsi hormonal wanita, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat
yang berfungsi mengeluarkan air jika ada pembengkakan), sedangkan perpanjangan masa
pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah,
leukemia, dan gagal jantung kongestif (Sutedjo, 2009). Estrogen dapat meningkatkan
koagulabilitas (daya beku) darah, meningkatkan faktor pembekuan yaitu Faktor II, VII, IX
dan X dalam darah serta menurunkan antitrombin III (Marks et al., 2000). Journal : (SARI,
N., & LESTARI, Y. B. MAKALAH HEMATOLOGI BLEEDING TIME DAN
CLOTTING TIME.)
4. Preanalitik :
2
- Torniquet - Spuit 3 cc
- Timer
5. Analitik
Cara kerja :
2. Ambil darah vena 4 ml, segera jalankan stop watch pada saat darah
tampak di dalam jarum . Tuangkan 1 ml kedalam setiap tabung.
a. Berdasarkan timer, yang digunakan didapatkan hasil clotting time selama 5 menit
22 detik.
b. Interpretasi Hasil, Berdasarkan nilai rujukan, darah normal akan membeku dalam 4-
10 menit di suhu 37℃ atau disuhu ruangan. Dalam pemeriksaan kami didapatkan hasil
clotting time selama 10 menit 30 detik, hal ini menunjukkan bahwa hasil tidak normal
atau tidak sesuai dengan nilai rujukan karena melebihi 30 detik.
2
c. Dokumentasi
7. Sumber Kesalahan
Hasil pemeriksaan kami tidak normal dikarenakan kesalahan dalam menyetel timer sehingga
waktu yang dihasilkan kurang akurat atau seharusnya kurang dari 10 menit.
2
DAFTAR PUSTAKA
1. L
2. R
3. PENENTUAN GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN SERUM
DAN REAGEN ANTI-SERA METODE SLIDE (researchgate.net)
4. NF, N. Dearasi Deby. "Indeks Produksi Retikulosit Sebagai Diagnosis Dini Anemia
Aplastik." Jurnal Majority 4.7 (2015): 55-60.
5. Setianingrum, Elisabeth Levina. “Modul Penuntun Praktikum Hematologi Blok
Imunohematologi”. Kupang, 2017.
6. Suega, Ketut. "Aplikasi Klinis Retikulosit." Jurnal Penyakit Dalam 11.3 (2010).
7.
8.
9. Journal : (SARI, N., & LESTARI, Y. B. MAKALAH HEMATOLOGI
BLEEDING TIME DAN CLOTTING TIME.)