Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I:

Hitung Retikulosit
Hitung Trombosit (PLATELET / PLT)
Indeks Eritrosit (Nilai Eritrosit Rata – Rata)

Dosen Pengampu:

1. Ni Nyoman Astika Dewi, M.Biomed


2. Dr. drg. I Gusti Agung Ayu Dharmawati, M.Biomed
3. Bayu Surya Kurniawan, S.Si
4. I Gusti Putu Agus Ferry Sutrisna Putra, S.ST., M.Si

Oleh:
Ida Ayu Gde Diah Maharani
P07134121047

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah
saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan penulisan ini yang berjudul “Laporan
Praktikum Hematologi I : “Hitung Retikulosit, Hitung Trombosit, dan Indeks Eritrosit”
dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan sehingga laporan praktikum ini dapat tersusun,
terutama untuk segenap dosen pengampu mata kuliah Hematologi I.
Saya menyadari betul bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya membangun dari
para pembaca sekalian dan juga teman-teman semua agar kekurangan laporan ini dapat
diperbaiki dan menjadi lebih sempurna.

Denpasar, 13 Agustus 2022

Penyusun
PRAKTIKUM VII
HITUNG RETIKULOSIT

A. ACARA PRAKTIKUM
Hitung Retikulosit
B. HARI / TANGGAL
Kamis, 11 Agustus 2022
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara hitung Reticulosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara hitung Reticulosit darah probandus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung Reticulosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah Reticulosit dalam %.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung Reticulosit darah
probandus.

D. METODE
Metode yang digunakan adalah sediaan basah dan sediaan kering.

E. PRINSIP
Sel – sel Retikulosit adalah eritrosit muda mengandung sisa dari RNA yang
basophilic (berwarna biru). Materi yang berwarna biru ini akan tercat secara
supravital oleh cat tertentu seperti New Methylene Blue atau Brilliant Cresyl Blue
untuk membentuk suatu granula yang berwarna biru.

F. DASAR TEORI
Retikulosit adalah sel darah merah yang imatur (muda), tidak berinti
merupakan bagian dari rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Sel ini
mempunyai jaringan organela basofilik terdiri dari RNA dan protoforpirin
(retikulum) yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila dicat dengan
pengecatan biru metilin. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan
bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan
menjadi eritrosit. Jumlah retikulosit dalam darah menunjukkan tingkat keaktifan
sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit. Peningkatan jumlah retikulosit
mengindikasikan bahwa produksi sel darah merah dipercepat (seperti pada
Anemia); penurunan jumlah retikulosit mengindikasikan produksi sel darah merah
oleh sumsum tulang berkurang.
Banyaknya retikulum tergantung pada umur retikulosit yaitu makin muda
makin banyak, makin tua makin kurang retikulumnya. Retikulosit mempunyai
sedikit retikulum dan mempunyai granula-granula. Ribosom mempunyai
kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti brilliant cresyl blue
atau new methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang
berwarna biru.
Retikulosit memiliki implikasi klinik sebagai berikut : (1) Jumlah retikulosit
dapat membedakan antara anemia karena kerusakan sumsum tulang dengan
anemia karena pendarahan atau hemolisis (kerusakan sel darah), karena
pendarahan atau hemolisis akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada
pasien dengan sumsum tulang yang normal. (2) Jumlah retikulosit akan meningkat
pada pasien anemia hemolitik, penyakit sel sabit dan metastase karsinoma. (3)
Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini menandakan
sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup (misal anemia
kekurangan besi, anemia aplastik, anemia pernisiosa, infeksi kronik dan terapi
radiasi). (4) Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan
efektifitas pengobatan. Setelah pemberian dosis besi yang cukup pada anemia
defisiensi besi, jumlah retikulosit akan meningkat 20%; peningkatan secara
proporsional terjadi ketika dilakukan transfusi pada anemia pernisiosa.
Peningkatan maksimum diharapkan terjadi 7-14 hari setelah pengobatan
(suplemen besi).
Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa retikulosit didasarkan pada
temuan adanya protein RNA pada sitoplasma dari retikulosit. Sejak tahun 1940
sampai awal 1980 pemeriksaan retikulosit seluruhnya ditentukan dengan
pemeriksaan mikroskop pada hapusan darah tepi, dimana retikulosit diwarnai
dengan pewarna supravital walaupun metode ini relatif tidak akurat, lambat dan
lebih sederhana. Namun sejak tahun 80an mulai dikembangkan pemeriksaan yang
lebih canggih, lebih cepat, lebih akurat yaitu Flowcytometer yang menggunakan
pewarna berfloresensi spesifik dengan RNA. Alat ini dapat menilai tingkat
maturasi dari retikulosit dengan menghitung fraksi floresensi dari retikulosit pada
masingmasing regio baik pada floresensi rendah, floresensi sedang maupun pada
Intensitas floresensi tinggi.
Hasil pemeriksaan dengan menggunakan flowcytometer ini jauh lebih tepat
dan akurat walaupun pada kosentrasi retikulosit yang rendah. Bahkan generasi
terakhir dari alat ini mampu memberikan informasi parameter retikulosit
tambahan seperti adanya gambaran fraksi retikulosit muda (IRF) dan beberapa
paremeter lainnya seperti MCVr (Reticulocyte Mean Corpuscular Volume),
MCHCr (Reticulocyte Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) dan rerata
kadar hemoglobin dalam retikulosit (CHr). Kadar retikulosit darah
mencerminkan ukuran kuantitatif dari eritropoiesis, sedangkan parameter
retikulosit lebih memberikan informasi kondisi tentang kualitas retikulosit.
Jumlah dan karakteristik retikulosit dapat merefleksikan aktifitas sumsum
tulang, oleh karena itu pemeriksaan retikulosit menjadi salah satu pemeriksaan
dasar yang penting untuk penatalaksanaan klinis beberapa penyakit. Pemeriksaan
beberapa parameter baru dari retikulosit banyak dipergunakan untuk menetapkan
berbagai jenis anemia pada kondisi klinis yang baru, seperti monitoring terhadap
regenerasi eritroid setelah pemberian kemoterapi atau transplantasi sumsum
tulang serta mengetahui respon eritropoiesis setelah pemberian terapi
eritropoietin.

Pada pemeriksaan retikulosit cara manual sering terdapat beberapa sumber


kesalahan, antara lain: (1) Volume darah yang digunakan tidak sesuai dengan
volume zat warna (2). Zat warna tidak disaring akan mengendap di eritrosit
sehingga tampak seperti retikulosit (3). Waktu inkubasi campuran darah dan zat
warna kurang lama (4). Tidak menghomogenkan campuran zat warna dengan
darah sebelum membuat sediaan apus Retikulosit mempunyai berat jenis yang
lebih rendah dari eritrosit sehingga berada dibagian atas dari campuran. (5).
Menghitung di daerah yang terlalu padat (6). Jumlah eritrosit yang dihitung tidak
mencapai 1000.
G. ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
- Objek glass
- Cover glass
- Tabung serologis
- Mikroskop binokuler
- Mikropipet
b. Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan (EDTA).
c. Reagen :
Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue (Colour Index
52030) ................. 1g Larutan sitrat salin ........................................................
100 ml Larutan sitrat salin dibuat dengan mencampur : 1 bagian natrium sitrat
30 g/l 4 bagian larutan Na Cl 9,0 g/l

H. CARA KERJA
a. Sediaan Basah
1. a. Satu tetes larutan brilliant cresyl blue dalam alkohol ditengah kaca obyek
dan biarkan sampai kering (kaca dengan bercak zat itu boleh disimpan untuk
menjadi persediaan yang dapat dipakai)
Kalau akan menggunakan larutan brilliant cresyl blue dalam garam, langkah
1.a diganti dengan:
*Taruhlah 1 tetes larutan zat warna tersebut diatas kaca obyek kemudian
lanjutkan dengan langkah 2.
2. Setetes darah kecil darah ditaruh pada bercak kering atau kearah tetes zat
warna, dan segera campur darah dan zat warna itu dengan memakai sudut kaca
obyek lain.
3. Tetes darah itu ditutup dengan kaca penutup. Lapisan darah dalam sediaan
basah ini harus tipis benar.
4. Biarkan beberapa menit atau masukkan dalam cawan petri yang berisi kertas
saring basah jika pemeriksaan ditunda.
5. Tentukan berapa banyak reticulosit didapat antara 1000 eritrosit.
b. Sediaan Kering
1. Kedalam tabung reaksi kecil teteskan 3 tetes larutan Brilliant Cresyl Blue atau
New Methylene Blue.
2. Tambahkan 3 tetes darah, campurkan baik-baik dan biarkan pada suhu
ruangan selama 15 menit agar pewarnaan sempurna. Cara yang lain : Setelah
ditambahakan 3 tetes darah, campurkan baik-baik, tabung ditutup dengan
parafilm dan diinkubasi pada 370C selama 30-60 menit
3. Setelah inkubasi, tabung dihomogenkan lagi dan ambil 1 tetes untuk membuat
sediaan apus. Keringkan di udara dan diperiksa di bawah mikroskop.
4. Periksalah dengan perbesaran obyektif 100 kali.
5. Dicari daerah yang baik yaitu eritrosit tidak tumpang tindih. Retikulosit
tampak sebagai sel yang lebih besar dari eritrosit. Dan mengandung filamen
atau granula. Dengan BCB, eritrosit berwarna biru keunguan dengan filamen
atau granula berwarna ungu.
6. Bila menggunakan NMB, retikulosit berwarna biru dengan filamen atau
granula berwarna biru tua.
7. Hitunglah jumlah retikulosit per 1000 eritrosit dengan lensa emersi
8. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit
total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.

I. INTERPRETASI HASIL
Jumlah Retikulosit biasanya dihitung dengan % atau perseribu eritrosit. Nilai normal
retikulosit adalah 0.5 – 1.5 % dari jumlah eritrosit. Dapat menyebut jumlah eritrosit
per µl darah. Nilai normal 25.000 – 75.000 reticulosit per µl darah.
Perhitungan Retikulosit :
J. HASIL PERCOBAAN

Nama Pasien Umur Jenis Hasil Gambar


Pasiem Kelamin

Anak Agung Putu 19 Thn Perempuan 2,2%


Sriartwati

K. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum ini, yang telah tertera pada interprestasi hasil menunjukkan
bahwa kadar retikulosit normal ialah 0,5 – 1,5 %. Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan pada probandus menunjukkan hasil akhir kadar retikulosit 2,2%, sehingga
kadar eritrosit probandus dapat dikatakan tinggi.

L. KESIMPILAN
Jadi pemeriksaan hitung retikulosit dengan menggunakan metode sediaan basah yang
dilakukan pada hari kamis, 11 agustus 2022 terhadap Anak Agung Putu Sriartwati,
berumur 19 tahun, jenis kelamin perempuan mendapatkan hasil 2,2%, sehingga kadar
retikulosit probandus dapat dikatakan tinggi.
PRAKTIKUM VIII
HITUNG TROMBOSIT (PLATELET / PLT)

A. ACARA PRAKTIKUM
Hitung Trombosit (PLATELET / PLT)
B. HARI / TANGGAL
Kamis, 11 Agustus 2022
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara menghitung jumlah Trombosit darah
probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menghitung jumlah Trombosit darah
probandus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung Trombosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah trombosit /mm3 darah probandus secara
langsung.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil jumlah Trombosit darah
probandus.

D. METODE
Metode yang digunakan adalah cara Langsung (Rees dan Ecker) & Tidak Langsung
(Hapusan darah tepi)

E. PRINSIP
Darah diencerkan dengan suatu larutan yang mengandung brilliantcresyl blue yang
akan mengenai trombosit menjadi berwarna agak biru muda. Kemudian Trombositnya
dihitung dengan menggunakan kamar hitung.

F. DASAR TEORI
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk
dalam sumsum tulang. Trombosit disebut juga platelet atau keping darah. Sebetulnya,
trombosit tidak dapat dipandang sebagai sel utuh karena trombosit berasal dari sel
raksasa yang berada di sumsum tulang, yang dinamakan megakariosit.
Dalam pematangannya, megakariosit ini pecah menjadi 3000 – 4000 serpihan
sel, yang dinamakan Trombosit. Trombosit berbentuk seperti cakram bikonveks
(dalam keadaan inaktif) dengan diameter 2-3 µm dan volume 8-10 fl. Regulasi
trombosit di daerah tepi dilakukan oleh mekanisme kontrol bahan humoral yang
disebut trombopoetin yang menyebabkan konsentrasi trombosit di sirkulasi konstans.
Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoetin lebih
banyak untuk merangsang trombopoesis. Umur trombosit setelah pecah dari sel
asalnya dan masuk darah ialah antara 8 – 14 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit
terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa. Fungsi utama trombosit adalah
pembentukan sumbatan mekanis selama respon hemostatik normal terhadap luka
vaskular.
Trombosit berfungsi penting pada usaha tubuh untuk mempertahankan
jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga
tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan benda asing
atau sel asing. Untuk itu, trombosit melekat (adesi) pada permukaan asing terutama
serat kolagen. Disamping itu, trombosit akan melekat pada trombosit lain (agregasi).
Masa agregasi trombosit akan melekat pada endotel, sehingga terbentuk sumbat
trombosit yang dapat menutup luka pada pembuluh darah, sedangkan pembentukan
sumbat trombosit yang stabil melalui pembentukan fibrin.
Hitung trombosit penting untuk menunjang diagnosa gangguan perdarahan.
Untuk menghitung jumlah trombosit, pungsi vena harus hati – hati tanpa
menimbulkan trauma dan darah harus dihisap denagn cepat dan segera dicampur
dengan antikoagulan dengan adekuat. Hindari pengocokan berlebihan karena akan
menyebabkan perlekatan – perlekatan trombosit sehingga hasil penghitung tidak tepat.
Cara menghitung jumlah trombosit dapat dilakukan dengan metode manual dan
otomatis. Tes hitung trombosit cara otomatik akurasinya jauh lebih baik dibandingkan
perhitungan cara manual. Namun, mempunyai keterbatasan bila ada clump trombosit
tidak dapat dihitung oleh alat sehingga hasil penghitungan trombosit menurun yang
disebut sebagai pseudotrombositopenia. Peningkatan jumlah trombosit disebut
trombositosis, penurunan jumlah trombosit disebut trombositopenia.
Pemakaian antikoagulan (K2EDTA) kurang dari yang dibutuhkan akan
menyebabkan hitung trombosit menurun karena terjadi mikrotrombi di dalam
penampungan yang dapat menyumbat alat, sedangkan bila berlebihan akan
menyebabkan sel membengkak kemudian disintegrasi, membentuk fragmen dalam
ukuran yang sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat otomatis ,berakibat
peningkatan palsu hitung jumlah trombosit, bila disintegrasi membentuk fragmen
dalam ukuran yang berbeda dengan ukuran trombosit akan menyebabkan penurunan
palsu hitung jumlah trombosit.
Suatu fenomena invitro aglutinasi trombosit dengan EDTA adalah adanya
antibodi dalam darah yang reaktif terhadap trombosit. Antibosi ini ditujukan pada
antigen seperti dalam darah yang reaktif terhadap trombosit. Antibodi ini ditujukan
pada antigen seperti kompleks glikoprotein yang tersembunyi didalam membran
trombosit. EDTA yang bekerja sebagai chelating terhadap kalsium, akan mengikat
antigen.antigen trombosit yang dimodifikasi pada suhu rendah dan suhu kamar,
menyebabkan antibodi trombosit mengaglutinasi trombosit. EDTA-induced
pseudotrombocytopenia tidak dijumpai bila spesimen darah dihangatkan pada suhu
370C, karena kompleks glikoprotein akan terpisah pada temperatur yang lebih tinggi.
EDTA-induced pseudotrombocytopenia pada suhu 40C atau suhu kamar dapat
menyebabkan hitung trombosit rendah palsu. Suatu epitope pada membran trombosit
glikoprotein dikenali oleh antibodi IgG EDTA-dependent, menyebabkan
pseudotrombositopenia.
Hitung Trombosit memiliki implikasi klinik sebagai berikut: (1) Trombositosis
berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma, sirosis,
myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid. (2) Trombositopenia berhubungan dengan
idiopatik trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa.
Leukimia, multiple myeloma dan multipledysplasia syndrome. (3) Obat seperti
heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat menyebabkan
trombositopenia (4) Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan
perdarahan spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan
petekia/ekimosis. (5) Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis. (6)
Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah platelet.
Dalam hitung trombosit terdapat beberapat sumber kesalahan yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain, pada tahap pra analitik meliputi
persiapan sampel : (1). Perbandingan antara darah dengan antikoagulan tidak sesuai
(2). Tidak menghomogenkan dengan benar antara darah dengan antikoagulan (3).
Pembendungan yang terlalu lama (4). Untuk darah kapiler tidak boleh menekan-nekan
jari (5) Sampel tertukar karena identitas sampel tidak jelas. Persiapan alat : (1).
Volume yang tidak tepat karena pipet tidak dikalibrasi (2). Penggunaan kamar hitung
yang kotor, basah dan tidak menggunakan kaca penutup khusus. Pada tahap analitik
meliputi, kesalahan teknik : (1) Volume darah, volume reagensia tidak tepat, (2).
Tidak terjadi percampuran yang homogen waktu darah diencerkan dengan larutan
pengencer, (3). Mengisi kamar hitung secara tidak benar. Terdapat pula kesalahan
Iheren yaitu Kesalahan yang disebabkan jumlah sel yang dihitung dari kamar hitung
terlalu sedikit. Sebaiknya jumlah sel yang dihitung minimal 100 untuk hitung leukosit
dan 200 untuk hitung eritrosit. Kesalahan cara manual eritrosit 20% (11-30%), lekosit
15%, trombosit 15-25%. Pada tahap pasca Analitik, Kesalahan pada tahap ini sifatnya
kesalahan administrasi.
G. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- Pipet thoma eritrosit atau clinipet 20 ml dengan pipet volumetrik 2 ml
- Tabung ukuran 75 x 10 cm
- Kamar hitung improved Neubauer dan kaca penutup
- Pipet pasteur
- Cawan petri + kertas saring (kapas) basah
- Mikroskop Binokuler
b. Spesimen Pemeriksaan:
- Darah Kapiler atau darah Vena dengan anticoagulan (EDTA)
c. Reagen
Larutan pengencer dapat menggunakan salah satu dari larutan berikut :
1. Rees ecker
- Natrium – sitrat ……………………........ 3,8 g atau ( 3,8 g)
- Brilliant cresyl blue ………………......... 0,1 g atau ( 30 mg )
- Farmaldehid 40 % …………………........ 0,2 ml atau ( 2 ml )
- Akuades …………………………...........100 ml (ad 100 ml )
Saringlah sebelum digunakan.
2. Ammonium Oksalat 1 % ( 40C )
- Simpan dalam lemari es dan saringlah sebelum digunakan
H. CARA KERJA
a. Cara langsung
1. Cairan Rees dan Ecker diisap kedalam pipet eritrosit sampai garis tanda 1 dan
buanglah lagi cairan itu.
2. Darah diisap sampai garis tanda 0.5 dan cairan Rees Ecker sampai 101.
Segeralah kocok selama 3 menit.
3. Teruskan tindakan seperti untuk menghitung eritrosit dalam kamar hitung.
4. Kamar hitung yang telah diisi dibiarkan dengan sikap datar dalam cawan petri
yang tertutup selama 10 menit agar trombosit mengendap.
5. Semua Trombosit dihitung dalam seluruh bidang besar ditengah – tengah
memakai lensa obyektif besar.
6. Jumlah itu dikali 2000 menghasilkan jumlah Trombosit per µl darah.
b. Cara Tak Langsung
Yaitu jumlah trombosit pada sediaan apus dibandingkan dengan 1000 eritrosit
kemudian jumlah mutlaknya dapat diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit.
Cara ini lebih mudah dari cara lain.

I. INTERPRETASI HASIL
150.000 – 440.000 / µl atau 150 – 440 x 103 / µl

J. HASIL PERCOBAAN

Nama Pasien Umur Jenis Hasil Gambar


Pasiem Kelamin

Anak Agung 19 Tahun Perempuan 468.000 / µl


Putu Sriartwati

K. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum ini, yang telah tertera pada interprestasi hasil menunjukkan
bahwa kadar trombosit normal 150.000 – 440.000 / µl atau 150 – 440 x 103 / µl.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada probandus menunjukkan hasil akhir
kadar trombosit ialah 468.000 / µl , sehingga kadar trombosit probandus dapat
dikatakan normal. Karena hasil akhir pengamatan menunjukkan angka kadar
trombosit normal yang disebabkan oleh asupan gizi, maupun status gizi yang
dikonsumsi mencukupi metabolism tubuh.

L. KESIMPULAN
Jadi pemeriksaan hitung trombosit dengan menggunakan metode langsung yang
dilakukan pada hari kamis, 11 agustus 2022 terhadap probandus Anak Agung Putu
Sriartwati , berumur 19 tahun, jenis kelamin perempuan mendapatkan hasil 468.000 /
µl , sehingga kadar trombosit probandus dapat dikatakan normal.
INDEKS ERITROSIT
(NILAI ERITROSIT RATA-RATA)

A. ACARA PRAKTIKUM
Menghitung Indeks Eritrosit ( nilai eritrosit rata-rata )
B. HARI / TANGGAL
Kamis, 11 Agustus 2022
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan indeks eritrosit
2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan indeks eritrosit
D. METODE
1. Pemeriksaan hemoglobin cyanmet
2. Pemeriksaan hematokrit (Hct): Mikrometode
3. Hitung jumlah eritrosit metode manual dengan kamar hitung.
E. PRINSIP
a. Haemoglobin
Darah diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan yang berisi kalium
ferrisianida (Hb + K3 Fe (CN)6 = Meth Hb. Meth Hb + KCN = Cyanmet Hb.
b. Hematokrit (Hct)
Darah di sentrifuge dengan mikrohematokrit centrifuge, sel-sel darah yang
lebih berat (eritrosit) akan turun kedasar tabung (mampat),kemudian sel-sel
yang lebih ringgan (leukosit dan trombosit) akan berada diatas sel-sel yang
berat tadi. Kemudian eritrosit yang sudah mampat bisa dibaca pada chart.
Dibaca dalam persen %
a. Hitung Jumlah Eritrosit
Darah diencerkan dengan pipet eritrosit dengan larutan isotonis,lalu
dimasukan kedalam kamar hitung.jumlah eritrosit dapat dihitung dalam
volume tertentu dengan menggunakan factor konersi jumlah eritrosit per
mikroliter darah dapat diperhitungkan.
F. DASAR TEORI
Indeks eritrosit adalah Batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Indeks
eritrosit ini terdiri atas Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular
Hemoglobin(MCH), dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration(MCHC).
Memiliki tujuan secara luas dalam mengklasifikasikan anemia serta sebagai
penunjang dalam mebedakan berbagai macam anemia.
1). Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL) Nilai
Rujukan : 80 – 100 (fL). MCV disebut juga VER (Volume eritrosit rata-rata) adalah
indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan volume atau
ukuran sel darah merah tunggal rata-rata dalam satuan femtoliter atau mikron kubik,
apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau
Makrositik (ukuran kecil >100 fL). Maka, Dengan perhitungan ini didapatkan indeks
anemia : Anemia Mikrositer bila: MCV < 80 fL, Anemia Normositer bila: MCV 80 -
100 fL, Anemia Makrositer bila: MCV > 100 fL.
Implikasi klinik : • Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan
besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik. • Peningkatan
nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan
folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik. • Pada anemia
sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal. • MCV adalah
nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi berupa mikrositik dan
makrositik walaupun nilai MCV tetap normal. • MCV pada umumnya meningkat
pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering digunakan sebagi pengukur kepatuhan
secara tidak langsung.
2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata –
rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah. Nilai Rujukan : 28
- 34 pg/ sel. Deskripsi: Indeks MCH disebut juga HER (hemoglobin eritrosit rata-rata)
adalah menyatakan warna eritrosit berupa hemoglobin yang ada dalam 1 biji eritrosit
rata-rata yang dinyatakan dalam pikogram, dan oleh karenanya menentukan kuantitas
warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat
digunakan untuk mendiagnosa anemia. Dengan perhitungan ini didapatkan indeks
anemia : Anemia Hipokrom, bila MCH < 28 pg, Anemia Normokrom, bila MCH 28 -
34 pg, Anemia Hiperkrom, bila MCH > 34 pg.
Implikasi Klinik: • Peningkatan MCH mengindikasikan anemia Hiperkrom •
Penurunan MCH mengindikasikan anemia Hipokrom.
3). Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi
Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit Nilai Rujukan : 32 – 36 g/dL.
Deskripsi: Indeks MCHC disebut juga KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit
Ratarata) yaitu mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah atau
menyatakan jumlah persentase atau kadar hemoglobin dalam 1 biji eritrosit; semakin
kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC pada Hb dan Hct.
Indeks ini adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran sel akan
mempengaruhi nilai MCHC, hal ini tidak berlaku pada MCH. Implikasi Klinik: •
MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik. • MCHC meningkat pada sferositosis,
bukan anemia pernisiosa.

Cara Penentuan:
Nilai Eritrosit Rata – rata diperhitungkan dari hasil penetapan a. Jumlah eritrosit, b.
Kadar hemoglobin, dan c. Nilai Hematokrit dengan menggunakan rumus – rumus
dibawah ini :
Hct = nilai hematokrit disebut dengan %
Hb = nilai Hemoglobin disebut dengan Gram per dl
E = jumlah eritrosit disebut dengan juta per mikroliter

RUMUS :
MCH = 10 x Hct : E femtoliter (fl)
MCH = 10 x Hb : E pikogram (pg)
MCHC = 100 x Hb : Hct persent (%)

MCV dan MCH memiliki kombinasi yaitu, Apabila dikombinasikan maka akan
terdapat indeks anemia pada pasien, misalnya: Anemia Mikrositik Hipokrom. Artinya
Ukuran sel kecil, warna pucat.

G. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1. Mikroskop
2. Spuit
3. Tourniquet
4. Tabung reaksi
5. Bilik hitung
6. Mikropipet
7. Tabung kapiler
8. rak
9. centrifuge & spektrofotometer
 Bahan
1. Darah EDTA
2. Larutan Hayem
3. Larutan drabkin
4. Aquadest
H. CARA KERJA
a. Pemeriksaan Haemoglobin cyanmet
 Masukkan 5 ml larutan Drabkins ke dalam tabung reaksi.
 Pipet darah yang diperiksa sebanyak 0,02 ml dengan pipet Hb.
 Bilas pipet dengan campuran pereaksi dan campurkan benar – benar dan
baca absorbansinya setelah tiga menit terhadap aquadest dengan panjang
gelombang 546 nm (Absorbance maximum)

b. Pemeriksaan Hematokrit (Hct) Mikrometode


 Tabung micro Hematocrit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3 bagian
 Salah satu ujung (yang tertutup darah) ditutup dengan seal.
 Tempatkan tabung micro Hematokrit tadi pada centrifuge
mikroHematokrit. (Perhtaikan : ujung pipet kapiler yang diseal menghadap
ke luar)
 Pusingkan dengan kecepatan 16000 rpm atau lebih.
 Pusingkan selama 3 – 5 menit.
 Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan Chart.
 Bila nilai hematokrit melebihi 50 %, pemusingan ditambah 5 menit lagi.
c. Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit
 Larutan Hayem dipipet sebanyak 4ml lalu dimasukkan ke tabung reaksi
 Tambahkan 20 mikroliter sampel darah ketabung tersebut dan
homogenkan.
 Lalu keluarkan 3 sampai 4 tetes pertama setelah selesai di homogenkan
 Taruh dalam kamar hitung lalu amati dibawah mikroskop.

I. INTERPRETASI HASIL
Nilai Rujukan :
 MCV = 82 – 92 fl
Mikrositik <82 fl
Normositik 82 – 92 fl
Makrositik >92 fl
 MCH = 27 – 32 pg
Normokromik 27-32 pg
Hipokromik <27 pg
 MCHC = 32-37%
Normokromik >32%
Hipokromik <32 %
J. HASIL PERCOBAAN
Percobaan Pada Pasien
Nama: Kadek Ayu Widya Paramitha
Umur: 19 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Mendapatkan hasil : MCV = 86,2 fl. MCH = 29,3 pg . MCHC = 34 %
K. PEMBAHASAN
Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobineritriosit. Indeks
eritrosit terdiri atas Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscula
Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
(MCHC).Indeks tersebut dihitung dari hasil pemeriksaan hitung eritrosit,kadar
hemoglobin dan nilai hemaktorit. Indeks eritrosit digunakan secara luas dalam
mengklasifikasikan anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai
macam anemia. Bila dipergunakan bersama dengan pemeriksaan eritrosit dalam
sediaan apus maka gambaran morfologi eritrosit menjadi lebih jelas.
Pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil dari perhitungan dengan
rumus, yaitu: MCV= 86,2 fl. (normal) MCH = 29,3 pg. (normal) MCHC = 34%.
(normal) . MCV dalam pemeriksaan dipakai sebagai indikator kadar anemia
seseorang MCH memberikan informasi rata-rata hemoglobin yang ada di dalam satu
eritrosit, nilai MCH rendah menunjukkan hipokromik (jumlah rata-rata hemoglobin
kurang dari normal), nilai MCH yang normal menunjukkan normokromik (jumlah
rata-rata hemoglobin normal), dan nilai MCH tinggi menunjukkan hiperkromik
(jumlah rata-rata hemoglobin tinggi). MCHC memberikan informasi berat rata-rata
hemoglobin persatuan volume sel darah merah.
L. KESIMPULAN
Probandus dengan nama Kadek Ayu Widya Paramitha berusia 19 th yang berjenis
kelamin perempuan, mendapatkan hasil MCV = 86,2, MCH= 39,3pg, MCHC=34%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien atas nama Kadek Ayu Widya Paramitha
memiliki indeks anemia normositik dan anemia normokrom.
DAFTAR PUSTAKA

Ni Nyoman Astika Dewi, M.Biomed , Dr. drg I G.A.A Dharmawati, M.Biomed,

Bayu Surya Kurniawan, S.Si ,I Gusti Agus Ferry Sutrisna Putra, S.ST., M.Si. 2022.

Buku Pedoman Praktikum Hematologi I. Denpasar. Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

Anda mungkin juga menyukai