Anda di halaman 1dari 15

HITUNG RETIKULOSIT

I. TUJUAN

a. Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara hitung Reticulosit darah probandus.


2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara hitung Reticulosit darah probandus.

b. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan hitung Reticulosit darah probandus.


2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah Reticulosit dalam %.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung Reticulosit darah
probandus.
II. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sediaan basah
dan sediaan kering.

III. PRINSIP

Sel-sel Retikulosit adalah eritrosit muda mengandung sisa dari RNA yang
basophilic (berwarna bino. Materi yang bervvarna biru ini akan tercat secara
supravital oleh cat tertentu seperti New Methylene Blue atau Brilliant Cresyl Blue
untuk membentuk suatu granula yang berwarna biru.
IV. DASAR TEORI
Reticulocytes adalah sel eritrosit dalam darah perifer yang berada dalam
fase pematangan, kedua dari belakang. Nukleus telah dihilangkan, biasanya
sebelum sel darah merah memasuki darah perifer. Namun, beberapa RNA
ekstranuklear tetap ada. RNA residual ini umumnya hilang secara progresif
selama 24 jam setelah sel memasuki sirkulasi. Retikulosit dengan demikian
mewakili kohort sel yang khas, yang paling baru memasuki darah perifer.
Retikulosit berbeda dari sel darah merah lainnya karena memiliki bentuk yang
lebih berbelit-belit, dan sekitar 8% lebih besar dari sel yang lebih matang. Dua
perbedaan terakhir ini tidak begitu jelas seperti adanya RNA residual. Dengan
pewarnaan khas Wright yang digunakan untuk pemeriksaan rutin, hanya
retikulosit paling awal dengan RNA paling residual yang akan menjadi
"polychromatophilia" (Kalahasthi and Barman, 2016).
Retikulosit adalah sel transisi dari eritroblast ke eritrosit dewasa. Retikulosit
hadir dalam darah untuk periode 1-4 hari dan dapat dikenali dengan pewarnaan
dengan pewarna supravital, seperti metilen biru baru, atau penanda fluoresen,
yang berpasangan dengan molekul asam nukleat residu, ciri khas bentuk eritrosit
yang belum matang (Banfi, 2008).
Persentase retikulosit dalam darah tepi merupakan indikasi kecepatan
pergantian sel darah merah jika pasien dalam keadaan stabil. Namun, jumlahnya
retikulosit yang dilepaskan ke dalam darah mencerminkan jumlah erythropoiesis
pada hari tertentu. Jumlah absolut retikulosit ditentukan sebagai indeks
retikulosit, atau jumlah retikulosit yang "dikoreksi". Untuk menentukan ini,
persentase retikulosit disesuaikan dengan rasio hematocrit yang diamati dengan
hematocrit yang diharapkan, menghasilkan jumlah absolut retikulosit. Terkadang
"koreksi kedua" dibuat. Jika, secara subyektif dinilai, terdapat polychromatophilia
yang jelas dalam film darah tepi, diasumsikan bahwa retikulosit yang lebih muda
jumlahnya sangat banyak. (Kalahasthi and Barman, 2016).
V. ALAT dan BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu
a. Alat
1. Objek glass
2. Cover glass
3. Tabung serologis
4. Mikroskop binokuler
5. Mikropipet
b. Bahan Pemeriksaan :
1. Darah kapiler atau darah vena (antikoagulan EDTA)
c. Reagen
1. Brilliant Cresyl Blue atau
2. New Methylene Blue (Colour Index 52030)..................1g
3. Larutan sitrat salin..........................................................100 ml
4. Larutan sitrat salin dibuat dengan mencampur
1 bagian natrium sitrat 30 g/l
4 bagian larutan NaCl 9,0 g/l
VI. PROSEDUR KERJA
a. Sediaan Basah
1. Satu tetes larutan brilliant cresyl blue dalam alkohol ditengah kaca obyek
dan biarkan sampai kering (kaca dengan bercak zat itu boleh disimpan
untuk menjadi persediaan yang dapat dipakai)
Kalau akan menggunakan larutan brilliant cresyl blue dalam garam,
langkah l. a. diganti dengan:
*Taruhlah 1 tetes larutan zat warna tersebut di atas kaca obyek
kemudian lanjutkan dengan langkah 2.
2. Setetes darah kecil darah ditaruh pada bercak kering atau ke arah tetes
zat warna, dan segera campur darah dan zat warna itu dengan memakai
sudut kaca obyek lain.
3. Tetes darah itu ditutup dengan kaca penutup.
Lapisan darah dalam sediaan basah ini harus tipis benar.
4. dibiarkan beberapa menit atau dimasukkan dalam cawan petri yang
berisi kertas saring basah jika pemeriksaan ditunda.
5. Ditentukan berapa banyak reticulosit didapat antara 1000 eritrosit.
b. Sediaan Kering
1. Ke dalam tabung reaksi kecil diteteskan 3 tetes larutan Brilliant Cresyl
Blue atau New Methylene Blue.
2. Ditambahkan 3 tetes darah, campurkan baik-baik dan biarkan pada suhu
ruangan selama 15 menit agar pewarnaan sempurna.
Cara yang lain : Setelah ditambahkan 3 tetes darah, dicampurkan dengan
baik-baik, tabung ditutup dengan parafilm dan diinkubasi pada 37°C selama
30-60 menit

1. Setelah inkubasi, tabung dihomogenkan lagi dan ambil 1 tetes untuk


membuat sediaan apus. Dikeringkan di udara dan diperiksa di bawah
mikroskop.
2. Diperiksa dengan pembesaran obyektif 100 kali.
3. Dicari daerah yang baik yaitu eritrosit tidak tumpang tindih. Retikulosit
tampak sebagai sel yang lebih besar dari eritrosit. Dan mengandung
filamen atau granula Dengan BCB, eritrosit berwarna biru keunguan
dengan filamen atau granula berwarna ungu.
4. Bila menggunakan NMB, retikulosit berwarna biru dengan filamen atau
granula berwarna biru tua.
5. Dihitung jumlah retikulosit per 1000 eritrosit dengan lensa emersi
6. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah
eritrosit total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.

VII. NILAI NORMAL


Jumlah Retikulosit biasanya dihitung dengan % atau perseribu eritrosit. Nilai
normal retikulosit adalah 0.5 — 1.5 % dari jumlah eritrosit. Dapat menyebut
jumlah eritrosit per µl darah. Nilai normal 25.000 — 75.000 reticulosit per µl
darah.

VIII. HASIL PENGAMATAN


Adapun hasil pengamatan pada praktikum hitung jumlah retikulosit yang di
lakukan pada hari Kamis, 17 oktober 2019 sebagai berikut :
a. Identitas Pasien
Nama : Ni Putu Puspa Trisnawati
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
b. Hasil pemeriksaan
jumlah retikulosit
%retikulosit = ×100 %
jumlah eritrosi
14
= × 100 %
958
= 1,46%
Sisa Cat

Eritrosit

Retikulosit

(Hasil pengamatan di bawah lensa 100x)


IX. PEMBAHASAN

Pada praktikum hitung jumlah retikulosit yang di lakukan pada hari


Kamis, 17 oktober 2019 pada pasien atas nama Ni Putu Puspa Trisnawati yang
berumur 19 tahun dengan jenis kelamin perempuan, didapatkan hasil 1,46%
sehingga dapat disimpulkan nilai retikulosit pada pasien normal karena masih
dalam rentang normal nilai retikulosit.

Reticulocytes adalah sel darah merah yang belum matang (RBC) yang
diproduksi di sumsum tulang dan dilepaskan ke dalam darah perifer di mana
reticulocytes matang menjadi RBC dalam 1 sampai 2 hari. Peningkatan atau
penurunan jumlah retikulosit dapat menjadi indikator aktivitas erythropoiesis atau
kegagalan, terutama relatif terhadap anemia dan disfungsi sumsum tulang (Piva,
2015).
Retikulosit mengalami beberapa perubahan struktural karena ia berubah
menjadi sel darah merah matang. Prosesnya dimulai di dalam sumsum tulang, di
mana erythroblast mengalami kondensasi kromatin dan nuklir. Proses ini
memungkinkan enukleasi terjadi dengan berinteraksi dengan makrofag,
membentuk retikulosit. Kerusakan dan penghilangan organelle dimulai saat di
sumsum tulang dan berlanjut ketika retikulosit berada dalam aliran darah
termasuk retikulum endoplasma, peralatan Golgi, lysosome, mitokondria, dan
ribosom melalui jalur autophagic dan non-autophagic. Begitu masuk dalam aliran
darah, kerusakan RNA terjadi dengan difasilitasi oleh ribonukleas (Moras, 2017).
Beberapa rRNA akan tetap untuk pembentukan RBC (Mast, 2008).  Perubahan
volume sel dan remodeling membran diperkirakan terjadi melalui
eksosom. Semua perubahan ini terjadi secara selektif sehingga protein yang
diperlukan tersedia selama masa retikulosit, tetapi dapat dikeluarkan jika perlu
untuk membuat sel darah merah bikonkaf yang matang (Mast, 2008).

Dibandingkan dengan RBC matang, retikulosit memiliki volume yang


lebih besar, kadar hemoglobin yang lebih tinggi, dan konsentrasi hemoglobin
yang lebih rendah. Retikulosit hanya dapat menyintesis hemoglobin saat berada di
sumsum tulang. Jadi, begitu Retikulosit memasuki darah tepi, Retikulosit
memiliki kandungan hemoglobin maksimum (Mast, 2008).

Retikulosit terbentuk di sumsum tulang di mana reticulocytes terus


berkembang selama 1 hingga 3 hari. Reticulocytes kemudian dilepaskan ke dalam
aliran darah dengan rentang hidup 1 hingga 2 hari sebelum reticulocytes menjadi
sel darah merah yang matang (Riley,2002). Selama waktu ini, retikulosit
mengalami banyak perubahan untuk menjadi sel darah merah yang berfungsi
matang. Peningkatan kadar erythropoietin (EPO) merangsang sumsum tulang
untuk meningkatkan produksi retikulosit. Tingkat EPO biasanya meningkat
selama 3 hingga 4 hari sebelum peningkatan jumlah retikulosit muncul (Piva,
2015). 

Dalam pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, sampel pertama-


tama harus diwarnai supravitally, biasanya menggunakan New Methylene Blue
atau Brilliant Cresyl Blue, yang mengikat RNA. Noda memungkinkan sel untuk
dikenali oleh endapan intracytoplasmic biru, mulai dari penampilan butiran
hingga jaringan bahan reticular (Mast, 2008). Ini dicampur dengan bagian yang
sama seluruh darah dan di inkubasi pada suhu kamar. Persiapan slide adalah
dengan counterstain Wright, yang membantu menerangi perbedaan retikulosit
dengan latar belakang. Penguji secara manual menghitung retikulosit di bawah
mikroskop elektron (Koury,2005).
Brilliant cresyl blue atau New methylene blue adalah salah satu cat yang
digunakan pada metode manual, dimana cat ini akan bereaksi dengan ribosom
sehingga terbentuk granula pada retikulosit akan terwarnai menjadi biru.
Pewarnaan tersebut dapat dikatakan pewarnaan supravital karena reaksi tersebut
terjad pada pewarnaan pada sel yang masih hidup dan tidak difiksasi. Pada
metode ini digunakan sel yang masih hidup karena apabila menggunakan sel yang
sudah terlalu lama atau mati maka saat pengamatan akan sulit
Mengukur jumlah retikulosit dengan mikroskop cahaya tidak umum
digunakan lagi. Ini memiliki reproduksibilitas yang rendah dan dapat tidak dapat
diandalkan dengan koefisien variasi mulai dari 25% hingga 48% (Riley,2001).
Hitung retikulosit dipengaruhi oleh variasi biologik, jenis kelamin, merokok
dan umur.
a. Pada variasi biologis dilaporkan terdapatnya variasi diurnal, hitung retikulosit
20% lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan sore hari.
b. Hitung retikulosit pada wanita lebih tinggi daripada pria karena adanya
rangsangan eritropoisis oleh adanya siklus haid.
c. Pada pasien perokok, pasien akan mengalami hipoksia yang menyebabkan
terpicunya eritropoitin oleh ginjal yang mengakibatkan rangsangan
pembentukan eritrosit di sumsum tulang.
d. Hitung retikulosit pada usia lanjut lebih rendah daripada dewasa karena
aktifitas eritropoisis pada usia lanjut berkurang dibandingkan dengan orang
dewasa.

Dan beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan


ialah:
a. Pencampuran antara darah dengan pewarna kurang sempurna atau tidak sesuai
perbandingan 1:1 atau 2:1 antara zat warna dan darah, apabila darah lebih
banyak dari pewarna maka sel dalam darah akan colorless atau warna akan
seperti pudar dan akan sulit membedakan eritrosit dengan retikulosit.
Sedangkan apabila zat pewarna lebih banyak dari darah maka sel eritrosit
dapat saja terwarnai lebih banyak dan akan sulit juga membedakannya dengan
retikulosit.
b. Inkubasi kurang dari 15 menit, yang menyebabkan penyerapan cat yang
kurang sempurna sehingga dapat saja ribosom retikulosit tidak terwarnai
dengan baik sehingga sulit dibedakan dengan eritosit.
c. Zat warna yang tidak disaring atau mengendap, menyebabkan terdapat
butiran-butiran halus yang menyulitkan pembacaan.
d. Kurang teliti saat pembacaan sehingga retikulosit terlewatkan dan tidak dapat
membedakan antara retikulosit dengan benda inklusi atau sisa cat sehingga
retikulosit akan berlebih.
e. Menghitung pada lapang pandang / daerah yang padat eritrosit.
f. Jumlah erotrosit yang dihitung jauh 1000 eritrosit.
Retikulosit adalah indikator klinis yang berguna untuk anemia dan respons
sumsum tulang terhadap anemia. Jumlah retikulosit pada orang sehat harus antara
0,5 hingga 2,5% (Raja-Sabudin, 2014). Ketika seorang pasien mengalami anemia,
dan sumsum tulang tidak dapat merespons, jumlah retikulosit akan rendah. Ketika
sumsum tulang dapat merespon dengan tepat, jumlah retikulosit akan meningkat
(Piva, 2015).
Penurunan jumlah retikulosit pada pasien dapat disebabkan oleh (Moras, 2017):
a. Anemia hipokromik: Anemia defisiensi besi, anemia sideroblastik, talasemia,
dan anemia penyakit kronis adalah semua penyebab penurunan jumlah
retikulosit karena menyebabkan penurunan sintesis hemoglobin.
b. Anemia aplastik: Ini adalah pansitopenia sebagai respons terhadap kegagalan
sumsum tulang. Meskipun ada banyak penyebabnya, reticulocytes semua
mengurangi erythropoiesis ketika retikulosit terbentuk di sumsum tulang
(Piva, 2015).
c. Kekurangan nutrisi: Jumlah vitamin B12 dan folat yang tidak mencukupi
adalah penyebab anemia megaloblastik. Nutrisi ini diperlukan di sumsum
tulang untuk mensintesis DNA dan tanpa itu akan menyebabkan penurunan
produksi retikulosit.
d. Krisis aplastik pada anemia hemolitik: Krisis aplastik adalah pengurangan
sementara erythropoiesis karena penurunan prekursor pada sumsum
tulang. Ini biasanya merupakan hasil dari infeksi seperti parvovirus B19,
salmonella, dan Streptococcus pneumoniae. Pasien dengan anemia hemolitik
mengalami peningkatan jumlah retikulosit, sehingga ketika reticulocytes
menunjukkan jumlah yang rendah, kemungkinan ini adalah krisis aplastik.
e. Sindrom Myelodysplastic: Sindrom ini secara khas menunjukkan kerusakan
sumsum tulang dari berbagai penyebab. Garis sel erythropoietic biasanya
terpengaruh, dan sumsum tulang tidak mampu menghasilkan retikulosit.
Penyebab peningkatan jumlah retikulosit meliputi (Piva, 2015):
a. Anemia hemolitik: Anemia ini adalah hasil dari penghancuran sel darah
merah. Sumsum tulang masih berfungsi dan memiliki komponen yang
diperlukan untuk membuat retikulosit. Ini menanggapi anemia dengan
meningkatkan sintesis retikulosit.
b. Kehilangan darah: Kehilangan darah akut atau kronis akan menyebabkan
peningkatan erythropoiesis.
Analisis retikulosit, terutama fraksi retikulosit imatur (IRF), juga telah
digunakan pada pasien kemoterapi dengan leukemia untuk menentukan aktivitas
regeneratif sumsum tulang selama dan setelah perawatan. Gagasan yang sama ini
berlaku untuk pasien transplantasi sumsum tulang (Raja-Sabudin, 2014).
Penggunaan klinis lain dari jumlah retikulosit adalah pada pasien yang
menggunakan hidroksiurea untuk anemia sel sabit. Obat ini merusak produksi
retikulosit sumsum tulang, oleh karena itu, menyebabkan penurunan
jumlah. Untuk alasan ini, jumlah retikulosit yang sering diperlukan selama
pengobatan ini (Chang, 1997).
Pada pasien penyakit ginjal stadium akhir yang menerima terapi EPO,
jumlah retikulosit telah digunakan sebagai parameter untuk mengukur respons
terhadap terapi (Piva, 2015). 
Nilai-nilai lain selain dari jumlah retikulosit yang dapat dihitung untuk
menilai fungsi:
a. Indeks produksi retikulosit (Reticulocyte production index/RPI) = [% jumlah
retikulosit x Hct Pasien] / 45 (Hct normal).
Ini adalah jumlah retikulosit yang dikoreksi yang digunakan dalam
anemia. Pada anemia, jumlah retikulosit yang meningkat secara keliru dapat
terjadi. Penurunan sel darah merah secara otomatis meningkatkan jumlah
retikulosit bahkan jika erythropoiesis belum terjadi karena jumlah tersebut
merupakan persentase dibandingkan dengan sel darah merah. Mungkin
peningkatan erythropoiesis yang tepat belum terjadi sebagai respons terhadap
anemia. Nilai ini, karenanya, mengoreksi untuk masalah ini (Mast, 2008).

b. Fraksi retikulosit imatur (Immature reticulocyte fraction/IRF).


Ini adalah nilai retikulosit imatur yang diukur sebagai rasio retikulosit
imatur terhadap jumlah total retikulosit (Agrawal, 2014).
c. Kandungan hemoglobin retikulosit (Reticulocyte hemoglobin content/Chr).
Ini adalah ukuran tidak langsung yang berguna untuk anemia
defisiensi besi. Ini mengukur jumlah zat besi yang tersedia di sumsum tulang
yang dapat digunakan oleh retikulosit untuk produksi hemoglobin. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa Chr kurang dari 28 pg adalah predictor
yang baik untuk anemia defisiensi besi (Noulin, 2012).
X. SIMPULAN
Pada praktikum hitung jumlah retikulosit yang di lakukan pada hari
Kamis, 17 oktober 2019 pada pasien atas nama Ni Putu Puspa Trisnawati yang
berumur 19 tahun dengan jenis kelamin perempuan, didapatkan hasil 1,46%
sehingga dapat disimpulkan nilai retikulosit pada pasien normal karena masih
dalam rentang normal nilai retikulosit.
Retikulosit adalah indikator klinis yang berguna untuk anemia dan respons
sumsum tulang terhadap anemia. Jumlah retikulosit pada orang sehat harus antara
0,5 hingga 2,5% (Raja-Sabudin, 2014). 
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal RK, Patel RK, Shah V, Nainiwal L, Trivedi B. Hydroxyurea in sickle cell
disease: drug review. Indian J Hematol Blood Transfus. 2014 Jun;30(2):91-6.
[PMC free article] [PubMed]

Banfi, G., 2008. Reticulocytes in Sports Medicine. Sports Med 25.

Chang CC, Kass L. Clinical significance of immature reticulocyte fraction


determined by automated reticulocyte counting. Am. J. Clin. Pathol. 1997
Jul;108(1):69-73. [PubMed]
Kalahasthi, R., Barman, T., 2016. Effect of Lead Exposure on the Status of
Reticulocyte Count Indices among Workers from Lead Battery
Manufacturing Plant. Toxicol. Res. 32, 281–287.
https://doi.org/10.5487/TR.2016.32.4.281

Koury MJ, Koury ST, Kopsombut P, Bondurant MC. In vitro maturation of nascent
reticulocytes to erythrocytes. Blood. 2005 Mar 01;105(5):2168-74. [PubMed]

Mast AE, Blinder MA, Dietzen DJ. Reticulocyte hemoglobin content. Am. J.
Hematol. 2008 Apr;83(4):307-10. [PubMed]

Moras M, Lefevre SD, Ostuni MA. From Erythroblasts to Mature Red Blood Cells:
Organelle Clearance in Mammals. Front Physiol. 2017;8:1076. [PMC free
article] [PubMed]

Noulin F, Borlon C, van den Eede P, Boel L, Verfaillie CM, D'Alessandro U, Erhart
A. Cryopreserved reticulocytes derived from hematopoietic stem cells can be
invaded by cryopreserved Plasmodium vivax isolates. PLoS ONE.
2012;7(7):e40798. [PMC free article] [PubMed]
Piva E, Brugnara C, Spolaore F, Plebani M. Clinical utility of reticulocyte
parameters. Clin. Lab. Med. 2015 Mar;35(1):133-63. [PubMed]

Preloznik-Zupan I, Cernelc P, Zontar D. Reticulocyte analysis using light microscopy


and two different flow cytometric procedures. Pflugers Arch. 2000;440(5
Suppl):R185-7. [PubMed]

Raja-Sabudin RZ, Othman A, Ahmed-Mohamed KA, Ithnin A, Alauddin H, Alias H,


Abdul-Latif Z, Das S, Abdul-Wahid FS, Hussin NH. Immature reticulocyte
fraction is an early predictor of bone marrow recovery post chemotherapy in
patients with acute leukemia. Saudi Med J. 2014 Apr;35(4):346

Riley RS, Ben-Ezra JM, Goel R, Tidwell A. Reticulocytes and reticulocyte


enumeration. J. Clin. Lab. Anal. 2001;15(5):267-94. [PubMed]

Riley RS, Ben-Ezra JM, Tidwell A, Romagnoli G. Reticulocyte analysis by flow


cytometry and other techniques. Hematol. Oncol. Clin. North Am. 2002
Apr;16(2):373-420, vii. [PubMed]

Anda mungkin juga menyukai