Anda di halaman 1dari 7

RETIKULOSIT dan

CARA PEMERIKSAANN
YA
APA ITU RETIKULOSIT???

Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya masih


mengandung sejumlah besar sisa-sisa ribosom dan
RNA (Ribonucleic acid) yang berasal dari sisa inti dari bentuk
penuh pendahulunya. Ribosom mempunyai kemampuan untuk
bereaksi dengan pewarna tertentu seperti Brilliant Cresyl
Blue atau New Methylene Blue untuk membentuk endapan
granula atau filamen yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi
pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup dan tidak
difiksasi sehingga disebut pewarnaan supravital (Riswanto, 2013).
Jumlah retikulosit dihitung pada mikroskop cahaya dengan
perbesaran 100 x 10, dihitung minimal per 1000 eritrosit dalam
lapang pandang lebih dari 10. Jumlah retikulosit yang ditemukan
dalam lapang pandang tersebut dicatat (Riadi Wirawan, 2011).
Jumlah retikulosit dapat dilaporkan dalam persen atau permil
terhadap jumlah eritrosit total atau dilaporkan dalam jumlah
mutlak (Riadi Wirawan, 2011).

Pemeriksaan retikulosit
Prinsip pemeriksaan
Retikulosit adalah eritrosit muda yang tidak berinti dan di dalam
sitoplasmanya masih terdapat sisa ribosom dan RNA. Sisa
ribosom dan RNA dapat dilihat dengan pewarnaanNew Methylene
Blue (NMB) atau Brilliant Cresyl Blue (BCB). Sisa RNA tampak
sebagai filamen atau granula berwarna ungu atau biru tergantung
zat warna yang dipakai dan hanya terlihat pada sediaan yang
tidak difiksasi dan diwarnai dalam keadaan vital (Riadi Wirawan,
2011).
Metode pemeriksaan
Ada 2 metode pemeriksaan, yaitu cara sediaan basah dan
sediaan kering.
Sediaan basah
1 Taruhlah satu tetes larutan BCB dalam metilalkohol (metanol)
di tengah-tengah kaca obyek dan biarkan sampai kering atau
taruhlah satu tetes larutan zat warna BCB di atas kaca obyek.
2 Taruhlah setetes kecil darah di atas bercak kering atau ke atas
tetes zat warna dan segeralah campur darah dan zat warna itu
dengan memakai sudut kaca obyek lain.
3 Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penutup, lapisan darah
dalam sediaan basah ini harus tipis benar.
4 Biarkan beberapa menit atau masukkanlah ke dalam cawan
petri yang berisi kertas saring basah jika sekiranya
pemeriksaan selanjutnya terpaksa ditunda.
5 Periksalah memakai lensa minyak imersi dan tentukan berapa
banyak retikulosit didapat antara 1000 eritrosit.
Sediaan kering
1 Masukkanlah 0,5 sampai 1 mL larutan pewarna (dalam garam)
ke dalam tabung kecil.
2 Campurlah 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan
selama 30 menit.

3 Mengambil 1 tetes dari campuran itu untuk membuat sediaan


apus seperti biasa yang kemudian dipulas Wright atau Giemsa.
Campuran di atas boleh juga dipakai untuk membuat sediaan
basah: setetes diletakkan ke atas kaca obyek dengan ditutup
kemudian oleh kaca penutup.
4 Periksalah dengan lensa imersi dan hitunglah jumlah retikulosit
yang terlihat per 1000 eritrosit (Gandasubrata, 2007).
Kelebihan dan kekurangan metode pemeriksaan
Kelebihan cara basah adalah lebih mudah, ringkas dan waktu
yang diperlukan lebih singkat/efisien. Kelemahan cara basah
adalah tidak dapat disimpan dengan waktu yang cukup lama
dan sel retikulosit bergerak menyebabkan sel dapat terhitung
ulang.
Kelebihan cara kering yaitu, sediaan dapat disimpan dalam
waktu yang cukup lama jika harus dilakukan penundaan
pemeriksaan. Kelemahan cara kering ada pada proses
pembuatan sediaan karena dikerjakan cukup lama (Kusnadi
Supriadi Hidayat).
Pewarnaan
Komposisi larutan BCB atau larutan NMB adalah sebagai berikut:
Brilliant cresyl blue/new methylene blue
Larutan sitrat salin

1g
100 mL

Larutan sitrat salin dibuat dengan mencampur 1 bagian larutan


natrium sitrat 30 g/L dengan 4 bagian larutan NaCl 9,0 g/L,
kemudian larutan disaring (Riadi Wirawan, 2011).
Sumber kesalahan dalam pemeriksaan
1 Zat warna yang tidak disaring mungkin mengendap pada
eritrosit sehingga mengganggu pembacaan sediaan.
2 Waktu inkubasi campuran antara darah dan zat warna kurang
lama, paling sedikit diperlukan waktu 30 menit.

3 Campuran darah dan zat warna tidak dicampur sampai


homogen sebelum membuat sediaan. Retikulosit mempunyai
berat jenis yang lebih rendah dari eritrosit sehingga cenderung
berada di bagian atas dari campuran. Campuran antara darah
dengan zat warna perlu dicampur dengan baik sebelum dibuat
sediaan apus.
4 Menghitung di daerah yang jumlah eritrositnya terlalu padat.
5 Jumlah eritrosit yang dihitung tidak mencapai 1000 atau tidak
mencapai 10 lapang pandang.
6 Kesalahan dalam membedakan benda inklusi (benda Heinz dan
hemoglobin H) dan retikulosit. Retikulosit berwarna biru
dengan filamen dan granula berwarna biru tua. Badan Heinz
tampak sebagai badan inklusi yang berukuran 1-3 mikrometer,
berwarna biru tua dan biasanya berada dekat membran
eritrosit, kadang-kadang tampak di luar eritrosit. Inklusi
hemoglobin H terlihat sebagai badan bulat yang multipel
berwarna biru kehijauan (Riadi Wirawan, 2011).

Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti (RNA, organela, dan
mitokondria) yang berbentuk seperti jala. Retikulosit berukuran lebih besar dari eritrosit dan
berwarna lebih biru. Ciri-ciri Morfologi : Ukuran : 8 - 12 mm, Bentuk: bulat, Warna sitoplasma:
pucat,Granularitas:granul tunggal atau multipel, pekat,lembayung, Bentuk inti: tidak ada,
Distribusi dalam darah: 0.5 - 1.5 % dari jumlah eritrosit

Metode
: Supravital staining
Prinsip
:
Ke dalm darah dimana sel-sel darah dalam keadaan hidup ditambahkan larutan
BCB selam beberapa menit. Kemudian dibuat sediaan apus tipis dan dihitung
sel-sel retikulosit secara mikroskopik. Prosentase retikulosit ditentukan terhadap
sejumlah eritrosit.

Reagensia
:
Larutan Brillian Cresyl Blue (BCB)
New Methylen Blue 1 gram
Larutan Citras Saline 100 ml
Larutan Citras Saline berisi campuran : Natrium Citrate 30 g/L 1 bagian dan NaCl
9 g/L 4 bagian.
Alat-alat
:
Objek glass
Tabung reaksi
Pipet 100 L dan 50 L
Mikroskop
Cell counter

Spesimen
: Darah EDTA
Cara kerja
:
1. 100 L darah dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 50 L larutan BCB,
dicampur hingga homogen, didiamkan selama 15-20 menit

2. Campur dibuat sediaan apus tipis pada obyek glass dan dibiarkan mongering
diudara.
3. Menghitung jumlah retikulosit secara mikroskopik dengan perbesaran kuat
(100X).
Perhitungan :
1. Jumlah retikulosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit
2. Prosentase retikulosit dihitung dengan rumus :
= N/1000 X 100%
Nilai normal

: 0,5 1,5 %

Interpretasi Hasil :
Peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar HB normal mengindikasikan
adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan yang diimbangi
dengan peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan retikulosit disertai dengan
kadar HB yang rendah menunjukkan bahwa respon tuubuh terhadap anemia
tidak adekuat. Penyakit yang disertai peningkatan jumlah retikulosit antara lain
anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia mayor, leukimia, eritroblastik
feotalis, HBC dan D positif, kehamilan, dan kondisi paska pendarahan berat.
Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis aplastik
yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara produksi
eritrosi terhenti, misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS, anemia
pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi radiasi,
hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis hati.

Anda mungkin juga menyukai