DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KELOMPOK PENYUSUN
2. Prosedur
a. Metode
Cara langsung (Direct)
Darah diencerkan serta dicat dengan larutan Rees Ecker
Sel trombosit di hitung dalam kamar penghitung IN
b. Cara perhitungan ada dua :
Secara langsung
Pada umumnya sama dengan perhitungan eritrosit, pipet yang digunakan adalah
pipet eritrosit dari Thoma
Secara tidak langsung
Menghitung trombosit dengan perbandingan jumlah trombosit dan eritrosit, pada
hapusan darah, cara lainnya adalah dengan menghitung jumlah trombosit pada 40
lapangan pandang (dengan minyak emersi) dan mengalikan hasilnya dengan
1000.
3. Cara Kerja
Mengisi Pipet Eritrosit
1. Gunakan sarung tangan (handscoon)
2. Bagian pipet kapiler Thoma untuk eritrosit harus dibilas dahulu dengan larutan
Rees Ecker.
3. Siapkan kamar hitung, yaitu caver glass penutup diletakkan di atas kamar
penghitung sehingga gelas penutup menutupi kedua daerah penghitung.
4. Ambil darah pasien dengan cara dihisap sejumlah 0,5 cc dengan pipet pengencer
eritrosit.
5. Ditambahkan larutan Rees Ecker hingga skala 101.
6. Kedua ujung pipet pengencer ditutup menggunakan ibu jari dan jari telunjuk agar
larutan tidak keluar.
7. Lalu kocok dengan posisi mendatar secara perlahan selama ±2menit.
8. Larutan yang terdapat dalam pipet pengencer dikeluarkan 1-3 tetes untuk
mengecek apakah larutan dapat keluar dari pipet pengencer.
9. Teteskan larutan pada kamar hitung yang sudah dilapisi cover glass.
10. Lakukan penghitungan trombosit dengan cara diletakkan di bawah mikroskop,
dan perhitungan di lakukan setelah kita tunggu 10 menit, dengan tjuan agar
trombosit mengendap, menggunakan obyektif 45X
4. Percobaan
1. Hitung jumlah trombosit
- Identitas orang coba
Nama : Ona Rindi Galung Marlinda
Umur : 20 tahun
Golongan darah :
2. Hasil
Kamar Hasil
1 153
2 102
3 111
4 87
Total 453
1
x200 x T =
0,4
1 T
x 200 x 453 = 226.500 (Normal)
0,4 mm3
5. Pembahasan
Penghitungan jumlah kandungan sel trombosit dalam darah adalah salah satu
topic yang penting dalam menentukan beberapa masalah kesehatan atau penyakit. Jumlah
trombosit dalam keadaan normal antara 200.000-500.000 per µl darah. Jumlah trombosit
dalam darah dapat diketahui dengan cara pemeriksaan hitung jumlah trombosit.
Dari praktikum kali ini didapatkan hasil yang normal, dengan perhitungan
trombosit secara langsung di kamar penghitung Improved Neubauer dan gelas penutup.
Secara langsung menggunakan metoda Rees Ecker, metoda Brecher Cronkite dan Cell
Counter Automatic Metode Rees Ecker. Darah diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant
Cresyl Blue), sehingga trombosit akan tercat terang kebiruan. Trombosit dihitung dengan
bilik hitung dibawah mikroskop, kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker 16-25%
kemungkinan dikarenakan penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang
menyebabkantrombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat
danpenyebaran trombosit yang tidak merata. Dan hasil yang kita dapat trombosit normal.
6. Daftar Pustaka
Alat-alat
1. Mikroskop
2. Spuit dan tourniquet
3. Gelas obyek dan gelas penutup (cover glass)
Bahan-bahan
Larutan brilliant crecyl blue dalam larutan garam fisiologis untuk pengecatan retikulosit
yang terdiri dari :
2. Prosedur
PENGHITUNGAN RETIKULOSIT (METODE BASAH)
Usia : 20 tahun
4. Pembahasan
Definisi
Retikulosit adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda yang tidak berinti
dan berasal dari proses pematangan normoblas disumsum tulang. Sel ini mempunyai
jaringan organel abasofilik yang terdiri dari RNA dan protoforpirin yangdapat berupa
endapan dan berwarna biru apabila dicat dengan pengecatan Retikulositadalah Sel Darah
Merah (SDM) yang masih muda berasal dari proses pematangan normoblas disumsum
tulang. Sel ini mempunyai jaringan organel abasofilik yang terdiri dari RNA dan
protoforpirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila dicat dengan
pengecatan birumetilin. Retikulosit akan masuk kesirkulasi darah tepi dan bertahan
kurang lebih selama 24jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
Pada pasien tanpa anemia hitung retikulositnya berkisa rantara1 –2%. Jumlah ini penting
karena dapat digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitas eritropoiesis
disumsum tulang dan membantu untuk menentukan klasifikasi anemia sebagai
hiperproliferatif, normoproliferatif, atau hipoproliferatif. Penghitungan jumlah
retikulositinibisa dilakukan dengan metode manual menggunakan pengecatan supravital
dan bisa dengan analisa otomatis flowsito meter.
Kadar retikulosit darah mencerminkan ukuran kuantitatif dari eritropoiesis,
sedangkan parameter retikulosit lebih memberikan informasi kondisi tentang kualitas
retikulosit. Sekarang ini indek retikulosit yang banyak dipakai di klinis adalah CHr.
Kandungan hemoglobin dianggap konstan sepanjang masa hidup dari eritrosit dan
retikulosit kecuali kalau ada perubahan struktural yang menyebabkan terjadinya
gangguan fungsi dan fragmentasi intraseluler. Selama proses perkembangannya
retukulosit didalam sumsum tulang akan membuat hemoglobin.CHr yang merupakan
refleksi pembuatan hemoglobin yang terbaru di sumsum tulang juga merupakan cermin
dari adanya cadangan besi yang adekuat. Hal ini lebih bermanfaat dibandingkan
pemeriksaan butir-butir besi disumsum tulang yang merupakan perkiraaan kasar dari
cadangan besi didalam sistem retikuloendotelial.
Fungsi
Merupakan indikator yang baik dari kemampuan sumsum tulang memproduksi sel
darah merah (eritropoiesis). Eritropo iesis Seperti sel lainnya yang beredar didarah tepi,
berasal dari pluripotential hematopoiesist stemcell di bawah pengaruh lingkungan mikro
sumsum tulang dan beberapa jenis sitokin tertentu yang bekerja pada fase awal dari
hematopoiesis. Sel induk ini akan berkembang menjadi stem cel yang committed untuk
satu jenis sel darah. Pada proses eritropoiesis sel ini disebut sebagai committed eritroid
progenitor cel. Pada fase ini sel ini belum bisa dibedakan dengan stem cel lainya dan
seperti juga stem cel, sel induk eritroid ini beredar secara bebas di darah tepi. Pada
tingkat ini mulai akan diekspresikan reseptor sitokin khusus yaitu EpoR (receptor fore
rythropoietin).
Pembahasan
Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa retikulosit didasarkan pada temuan
adanya protein RNA pada sitoplasma dari retikulosit. Sejak tahun1940 sampai awal 1980
pemeriksaan retikulosit seluruhnya ditentukan dengan pemeriksaan mikroskop pada
hapusan darah tepi, dimana retikulosit diwarnai dengan pewarna supravital walaupun
metode ini relatif tidak akurat, lambat dan lebih merepotkan. Namun sejak tahun 80an
mulai dikembangkan pemeriksaan yang lebih canggih, lebih cepat, lebih akurat yaitu
flowcytometer yang menggunakan pewarna yang ber floresensi spesifik dengan RNA.
Alat ini dapat menilai tingkat maturasi dari retikulosit dengan menghitung fraksi
floresensi dari retikulosit pada masing-masing regio baik pada floresensi rendah,
floresensi sedang maupun pada intensitas floresensi tinggi. Tinggat intensitas floresensi
dari retikulosit ini secara langsung berkorelasi dengan kuantitas RNA intraseluler dan
oleh karenanya dapat mencerminkan fungsi maturitas seluler. Floresensi tinggi dari
retikulosit dengan kandungan RNA yang banyak yang disebut sebagai retikulosit imatur
dipakai sebagai indikator aktifi tas eritropoietik pada beberapa kasus anemia dalam
perawatan terapi tertentu. Oleh karena indek eritrosit tidak bisa memberikan informasi
tentang perubahan yang cepat maka dibutuhkan markeryang lebih sensitifuntuk
mendeteksilebih awal kelainan ADB atau eritropoiesis pada penderita yang mendapatkan
eritropoitin yang rekombinan yaitu dengan melihat IRF(retikulositimatur).
Untuk dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang maka hasil penghitungan retikulosit tersebut harus dilakukan
koreksi terhadap kadar hematokrit pasien yang bersangkutan dan koreksi terhadap efek
dari eritropoietin terhadap proses pelepasanretikulositmudadarisumsum tulangkedarah
tepi. Pada kebanyakan laboratorium biasanya secara otomatis dilakukan koreksi dengan
jumlah absolut seldarah merah sehingga didapatkan jumlah absolut dariretikulosit,
ataudengan mengalikan dengan fraksi hematokrit pasien dengan hematokrit normal(45%)
sehingga didapatkan indek produksiretikulosit(RPI = Reticulocyte Production Index).
RPIadalah angka yang mencerminkan indek sebenarnya dariproduksi sel darah
meraholehsumsum tulang pada pasienyang menderita anemia.
Seperti diketahui pada saat terjadinya anemia maka dengan adanya rangsangan
dari eritropoietin maka akan terjadi pengeluaran sel retikulosit muda yang seharusnya
belum waktunya dikeluarkan dari sumsum tulang sehingga selini akan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk pematangannya. Dalam keadaan normalwaktu yang
dibutuhkan untuk pematangan retikulositadalah sekitar2 hari, sedang waktu yang
dibutuhkanolehselretikulosityangdirangsangkeluar karena eritropoietin (stress
reticulocytes) biasanya antara 2 – 4 haritergantung berat ringannya anemia
(kadarhematokrit).
Koreksi selanjutnya harus dilakukan terhadap waktu pematangan dari retikulosit
yang dikeluarkan dari sumsum tulang akibat adanya rangsangan dari hormon eritropoietin
pada saat terjadinya anemia. Waktu pematangan ini akan berbeda tergantung kadar dari
hematikrit pasien tersebut, seperti terlihat pada gambar dibawah.
Koreksi terhadap adanya pengeluaran retikulosit yang terlalu muda ini harus dilakukan
untuk mendapatkan gambaran produksi SDM yang sebenarnya terjadi di sumsum tulang. Untuk
membuktikan adanya peran stres yang dilakukan oleh adanya rangsangan oleh eritropoietin
terhadap pelepasan retikulositmuda ini dapat dilekukan dengan memeriksa adanya sel makrosit
polikromasi dihapusan darah tepi.Tanpa adanya sel makrosit polikromasi ini maka dapat
diasumsikan tidak adanya rangsangan dari eritropoietin.
RPI merupakan ukuran yang sangat akurat untuk mengukur adanya produksiSDM
yangefektif. Apabila seorang pasien anem ia dengan kadar hematokrit 30% mempunyai RPI
sebesar3xnormal, maka hal ini dapat diartikan bahwa pasien tersebut mempunyai ginjal yang
berfungsi normal, respon eritropoietin yang bagus dan fungsi sumsum tulang yang normal.
Disamping itu pasien tersebut dapat diduga kuat menderita anemia karena perdarahan atau
karena hemolisis. Apabila anemia nya berhubungan dengan adanya gangguan pada proses
proliferasi dan maturasi sumsum tulang maka dapat diharapkan RPInya akan lebih
kecildari2yaitu yang disebut sebagaiinefective erythropoiesis.
Dengan diketemukannya metode yang lebih canggih dengan pengukuran
tingkatfloresensiikatan RNA maka akurasi dan presisi pemeriksaan parameter retikulosit menjadi
lebih maksimal. Peningkatan sensitifitas ini walaupun pada sempel kadar retikulosit yang rendah
memungkinkan pemeriksaan parameter retikulositdigunakan sebagai alat bantu diagnostik lebih
luas lagi diluar diagnostik penyakit anemia, diantaranya sebagai monitoring proses regenerasi
eritroid setelah pemberian kemoterapi atau tanspantasi sumsum tulang dan respon eritropoisis.
normalakan terjadi pada pasien-pasien anemi dengan fungsi sumsum tulang yang masih bagus,
1) Hemolisis
2) Antikoagulan Tidak semua antikoagulan dapat dipakai, karena ada yang terlalu
berpengaruh pada bentuk morfologi sel, EDTA tidak berpengaruh terhadap ukuran dan
bentuk eritrosit dan juga leukosit, juga mencegah trombosit menggumpal.
4) Penyimpanan Darah EDTA dapat disimpan pada almari es selama 24 jam tanpa
mendatangkan penyimpangan yang bermakna pada pemeriksaan (Gandasoebrata,
2007).
b. Analitik
1. Volume darah yang dipakai tidak sesuai dengan volume zat warna, bila eritrosit sedikit
diperlukan darah yang lebih banyak daripada zat warna yang demikian pula sebaliknya.
2)
2. Waktu inkubasi campuran zat warna dan darah kurang lama, paling sedikit diperlukan
30 menit.
3. Sebelum membuat sediaan campuran darah dan zat warna tidak dicampur sampai
homogen, retikulosit mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari eritrosit sehingga
berada dibagian atas campuran, maka campuran harus dicampur baik-baik sebelum
dilakukan apusan.
5. Pengendapan cat pewarna pada eriterosit akan tampak sebagai retikulosit, sehingga
kemungkinan dihitung sebagai retikulosit.
c. Pasca Analitik
1. 1) Pencacatan hasil
2. 2) Pelaporan hasil
Lampiran
Trombosit
Retikulosit