Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN RETIKULOSIT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
KELOMPOK PENYUSUN

Muhammad Setio Widodo (6130018016)

Fitria istifarin (6130018017)

Ninda Lucida Al-zalia (6130018018)

Mimhadah Zahrotul Ulya (6130018019)

Ona Rindi Galung Marlinda (6130018020)

Mila Ayu Veradika (6130018021)

Afif Fifin Risqiana (6130018022)


Pemeriksaan Hitung Sel Darah

A. Pemeriksaan Trombosit Dengan Kamar Hitung Improved Neubauer


1. Alat dan Bahan
 Pipet pengencer Thoma untuk eritrosit
 Kamar Hitung IN dan gelas penutup
 Gelass obyek
 Plate inkubasi
 Tisu
 Mikroskop
 Spuit dan torniquet
 Darah Vena
 Larutan Rees Ecker untuk pengecatan Trombosit :
a. Sodium Citrate 3,8 g
b. Briliant Cherecyl Blue 0,1 g
c. Formalin 40% 2,2 ml
d. Aquadest add 100 ml

2. Prosedur
a. Metode
Cara langsung (Direct)
 Darah diencerkan serta dicat dengan larutan Rees Ecker
 Sel trombosit di hitung dalam kamar penghitung IN
b. Cara perhitungan ada dua :
 Secara langsung
Pada umumnya sama dengan perhitungan eritrosit, pipet yang digunakan adalah
pipet eritrosit dari Thoma
 Secara tidak langsung
Menghitung trombosit dengan perbandingan jumlah trombosit dan eritrosit, pada
hapusan darah, cara lainnya adalah dengan menghitung jumlah trombosit pada 40
lapangan pandang (dengan minyak emersi) dan mengalikan hasilnya dengan
1000.

3. Cara Kerja
Mengisi Pipet Eritrosit
1. Gunakan sarung tangan (handscoon)
2. Bagian pipet kapiler Thoma untuk eritrosit harus dibilas dahulu dengan larutan
Rees Ecker.
3. Siapkan kamar hitung, yaitu caver glass penutup diletakkan di atas kamar
penghitung sehingga gelas penutup menutupi kedua daerah penghitung.
4. Ambil darah pasien dengan cara dihisap sejumlah 0,5 cc dengan pipet pengencer
eritrosit.
5. Ditambahkan larutan Rees Ecker hingga skala 101.
6. Kedua ujung pipet pengencer ditutup menggunakan ibu jari dan jari telunjuk agar
larutan tidak keluar.
7. Lalu kocok dengan posisi mendatar secara perlahan selama ±2menit.
8. Larutan yang terdapat dalam pipet pengencer dikeluarkan 1-3 tetes untuk
mengecek apakah larutan dapat keluar dari pipet pengencer.
9. Teteskan larutan pada kamar hitung yang sudah dilapisi cover glass.
10. Lakukan penghitungan trombosit dengan cara diletakkan di bawah mikroskop,
dan perhitungan di lakukan setelah kita tunggu 10 menit, dengan tjuan agar
trombosit mengendap, menggunakan obyektif 45X

Mengisi Kamar Hitung


1. Kamar Hitung dan Deck Glass dalam keadaan bersih
2. Letakkan kamar hitung dalam keadaan horizontal lalu basahi kedua tanggulnya
dengan air. Letakkan deck glass diatasnya sampai menempel
3. Kocok pipet tadi, jangan sampai ada cairan yang tumpah
4. Buang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar hitung.
5. Masukkan dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan
sudut 30° pada permukaan kamar hitung. Maka dengan sendirinya kamar hitung
akan terisi cairan.
6. Biarkan kamar hitung selama 2-3 menit, jika tidak segera dihitung simpan kamar
hitung dalam cawan petri yang diberi kapas basah.
7. Letakkan kamar hitung pada meja mikroskop kemudian gunakan lensa objektif
10x, amati penyebaran sel yang merata lalu hitung jumlah eritrosit pada 5 bidang
R ditengah.

4. Percobaan
1. Hitung jumlah trombosit
- Identitas orang coba
Nama : Ona Rindi Galung Marlinda
Umur : 20 tahun
Golongan darah :

2. Hasil

Kamar Hasil
1 153
2 102
3 111
4 87
Total 453
1
x200 x T =
0,4

1 T
x 200 x 453 = 226.500 (Normal)
0,4 mm3

5. Pembahasan

Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan


terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 µm, berbentuk cakram
bikonveks dengan volume 5-8 fl. Fungsi trombosit berhubungan dengan pertahanan,
untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka.Trombosit ikut serta dalam
usaha menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung
dari penyusupan benda atau sel asing (Sadikin,2013).

Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme fisiologi


tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah.
Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel
akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka
pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan
adhesi  (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka)
dan agregasi  (perlekatan antar sel trombosit).

Penghitungan jumlah kandungan sel trombosit dalam darah adalah salah satu
topic yang penting dalam menentukan beberapa masalah kesehatan atau penyakit. Jumlah
trombosit dalam keadaan normal antara 200.000-500.000 per µl darah. Jumlah trombosit
dalam darah dapat diketahui dengan cara pemeriksaan hitung jumlah trombosit. 

Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan dengan


kotoran kecil, dan cenderung melekat pada permukaan asing (bukan endotel utuh)
dan membentuk gumpalan (Gandasoebrata, 2010). Trombosit dapat dihitung secara
langsung maupun tak langsung. Cara langsung dilakukan secara manual yaitu dengan
metode Rees Ecker, Ammonium Oxalat 1% dan otomatis (automatic cell counter). Ada
cara tak langsung yaitu dengan metode Fonio dan Barbara Brown. Setiap metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari hitung jumlah
trombosit secara manual yaitu mudah dan sederhana serta biaya lebih murah, tetapi
kekurangannya hitung trombosit secara manual yaitu pengamatan dengan mata seseorang
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketahanan pengamat serta membutuhkan waktu
yang cukup lama. Berbeda dengan cara Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) mempunyai
kelebihan karena dapat mengamati ukuran dan morfologi trombosit, tetapi
kekurangannya adalah penyebaran trombosit yang tidak merata karena perlekatan
trombosit padakaca sehingga mengakibatkan penilaian jumlah trombosit yang berbeda-
beda (Gandasoebrata, 2010).

Dari praktikum kali ini didapatkan hasil yang normal, dengan perhitungan
trombosit secara langsung di kamar penghitung Improved Neubauer dan gelas penutup.
Secara langsung menggunakan metoda Rees Ecker, metoda Brecher Cronkite dan Cell
Counter Automatic Metode Rees Ecker. Darah diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant
Cresyl Blue), sehingga trombosit akan tercat terang kebiruan. Trombosit dihitung dengan
bilik hitung dibawah mikroskop, kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker 16-25%
kemungkinan dikarenakan penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang
menyebabkantrombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat
danpenyebaran trombosit yang tidak merata. Dan hasil yang kita dapat trombosit normal.

6. Daftar Pustaka

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan Keenambelas,Dian


Rakyat. Jakarta.

Sadikin, H.M., 2013. Kimia Darah. Widya Medika. Jakarta.


Praktikum Hitung Retikulosit

1. Alat Dan Bahan

Alat-alat

1. Mikroskop
2. Spuit dan tourniquet
3. Gelas obyek dan gelas penutup (cover glass)

Bahan-bahan

Larutan brilliant crecyl blue dalam larutan garam fisiologis untuk pengecatan retikulosit
yang terdiri dari :

a) Brilliant crecyl blue 1,0 g


b) NaCl 0,85 g
c) Citras Natricus 0,40 g
d) Aquades ad 100 ml

2. Prosedur
PENGHITUNGAN RETIKULOSIT (METODE BASAH)

1. Sarung tangan (handschoon) digunakan sebelum melakukan pemeriksaan


2. Dua tetes darah lapiler atau darah vena dengan antikoogulan dan 2 tetes cat Brilliant
Cresyl Blue dimasukkan kedalam botol kecil
3. Dicampurkan dengan baik dan ditunggu sampai 15 menit
4. Botol tersebut digoyang lalu diambil satu tetes larutan darah tersebut dan ditempatkan
diatas gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas penutu[. Gelas penutu[ ini ditekan
supaya terjadi lapisan darah yang tipis antara gelas obyek dan gelas penutup. Tepi
gelas penutup diberi Vaseline (apabila ada) untuk mencegah kekeringan
5. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa 100x dan digunakan minyak emersi
6. Hitung sebanyak 1000 eritrosit dan diantra 1000 eritrosit itu dicatat berapa jumlah
retikulosit yang ditemukan
3. Percobaan

a. Identitas orang coba

Nama : Afif fifin

Jenis kelamin : perempuan

Usia : 20 tahun

b. Hasil penghitungan Retikulosit

jumlah retikulosit= jumlah yang ditemukan/1000 eritrosit x100%

(9/1031) X 100% = 0,87%

4. Pembahasan

Definisi
Retikulosit adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda yang tidak berinti
dan berasal dari proses pematangan normoblas disumsum tulang. Sel ini mempunyai
jaringan organel abasofilik yang terdiri dari RNA dan protoforpirin yangdapat berupa
endapan dan berwarna biru apabila dicat dengan pengecatan Retikulositadalah Sel Darah
Merah (SDM) yang masih muda berasal dari proses pematangan normoblas disumsum
tulang. Sel ini mempunyai jaringan organel abasofilik yang terdiri dari RNA dan
protoforpirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila dicat dengan
pengecatan birumetilin. Retikulosit akan masuk kesirkulasi darah tepi dan bertahan
kurang lebih selama 24jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
Pada pasien tanpa anemia hitung retikulositnya berkisa rantara1 –2%. Jumlah ini penting
karena dapat digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitas eritropoiesis
disumsum tulang dan membantu untuk menentukan klasifikasi anemia sebagai
hiperproliferatif, normoproliferatif, atau hipoproliferatif. Penghitungan jumlah
retikulositinibisa dilakukan dengan metode manual menggunakan pengecatan supravital
dan bisa dengan analisa otomatis flowsito meter.
Kadar retikulosit darah mencerminkan ukuran kuantitatif dari eritropoiesis,
sedangkan parameter retikulosit lebih memberikan informasi kondisi tentang kualitas
retikulosit. Sekarang ini indek retikulosit yang banyak dipakai di klinis adalah CHr.
Kandungan hemoglobin dianggap konstan sepanjang masa hidup dari eritrosit dan
retikulosit kecuali kalau ada perubahan struktural yang menyebabkan terjadinya
gangguan fungsi dan fragmentasi intraseluler. Selama proses perkembangannya
retukulosit didalam sumsum tulang akan membuat hemoglobin.CHr yang merupakan
refleksi pembuatan hemoglobin yang terbaru di sumsum tulang juga merupakan cermin
dari adanya cadangan besi yang adekuat. Hal ini lebih bermanfaat dibandingkan
pemeriksaan butir-butir besi disumsum tulang yang merupakan perkiraaan kasar dari
cadangan besi didalam sistem retikuloendotelial.

Aktifitas eritropoitik didalam sumsum tulang dan kecepatan pengeluaran


seldarisumsum tulang kedarah tepi akan menentukan jumlah retikulosit didarah tepi, oleh
karenanya pemeriksaan retikulosit ini mempunyai peran klinis yang krusial dalam hal:
membantu diagnosis penderita anemia, untuk monitoring proses transplantasi sumsum
tulang, juga penderita-penderita yang mendapatkan kemoterapi serta m onitoring
penderita yang m endapat perawatan untuk anemianya.

Fungsi
Merupakan indikator yang baik dari kemampuan sumsum tulang memproduksi sel
darah merah (eritropoiesis). Eritropo iesis Seperti sel lainnya yang beredar didarah tepi,
berasal dari pluripotential hematopoiesist stemcell di bawah pengaruh lingkungan mikro
sumsum tulang dan beberapa jenis sitokin tertentu yang bekerja pada fase awal dari
hematopoiesis. Sel induk ini akan berkembang menjadi stem cel yang committed untuk
satu jenis sel darah. Pada proses eritropoiesis sel ini disebut sebagai committed eritroid
progenitor cel. Pada fase ini sel ini belum bisa dibedakan dengan stem cel lainya dan
seperti juga stem cel, sel induk eritroid ini beredar secara bebas di darah tepi. Pada
tingkat ini mulai akan diekspresikan reseptor sitokin khusus yaitu EpoR (receptor fore
rythropoietin).
Pembahasan
Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa retikulosit didasarkan pada temuan
adanya protein RNA pada sitoplasma dari retikulosit. Sejak tahun1940 sampai awal 1980
pemeriksaan retikulosit seluruhnya ditentukan dengan pemeriksaan mikroskop pada
hapusan darah tepi, dimana retikulosit diwarnai dengan pewarna supravital walaupun
metode ini relatif tidak akurat, lambat dan lebih merepotkan. Namun sejak tahun 80an
mulai dikembangkan pemeriksaan yang lebih canggih, lebih cepat, lebih akurat yaitu
flowcytometer yang menggunakan pewarna yang ber floresensi spesifik dengan RNA.
Alat ini dapat menilai tingkat maturasi dari retikulosit dengan menghitung fraksi
floresensi dari retikulosit pada masing-masing regio baik pada floresensi rendah,
floresensi sedang maupun pada intensitas floresensi tinggi. Tinggat intensitas floresensi
dari retikulosit ini secara langsung berkorelasi dengan kuantitas RNA intraseluler dan
oleh karenanya dapat mencerminkan fungsi maturitas seluler. Floresensi tinggi dari
retikulosit dengan kandungan RNA yang banyak yang disebut sebagai retikulosit imatur
dipakai sebagai indikator aktifi tas eritropoietik pada beberapa kasus anemia dalam
perawatan terapi tertentu. Oleh karena indek eritrosit tidak bisa memberikan informasi
tentang perubahan yang cepat maka dibutuhkan markeryang lebih sensitifuntuk
mendeteksilebih awal kelainan ADB atau eritropoiesis pada penderita yang mendapatkan
eritropoitin yang rekombinan yaitu dengan melihat IRF(retikulositimatur).

Hitung retikulosit merupakan komponen esensial dari pemeriksaan darah lengkap


(CBC = Complete BloodCount) dan berperan penting pada klasifikasi jenis anemia. Ada
2 cara untuk menghitung retikulositdidarah tepi. Cara manual yaitu dengan menghitung
retikulosit pada gambaran darah tepi yang diwarnaidenganpewarnabirumetilen.
Pewarnaini akan mengendapkan dan mewarnaiRNA sehingga sel retikulosit dapat
dikenal diantara sel darah m erah matang lainnya dan retikulosit dihitung dengan
membandingkan jumlah retikulosit dengan sekitar 1000 sel darah merah. Hasil hitungan
ini dinyatakan dalam persentase, yang harga normalnya berkisaran antara 1 –2%. Sedang
caralainnya adalah dengan memakai alatflowcytometer. Dengan cara ini disamping hitung
retikulosit juga dapat dikenal tingkat pematangan retikulosit yaitu dengan meliha tjumlah
kandungan RNA dari sel tersebut. M akin banyak jumlah RNA maka makin muda sel
retikulosititu.

Untuk dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang maka hasil penghitungan retikulosit tersebut harus dilakukan
koreksi terhadap kadar hematokrit pasien yang bersangkutan dan koreksi terhadap efek
dari eritropoietin terhadap proses pelepasanretikulositmudadarisumsum tulangkedarah
tepi. Pada kebanyakan laboratorium biasanya secara otomatis dilakukan koreksi dengan
jumlah absolut seldarah merah sehingga didapatkan jumlah absolut dariretikulosit,
ataudengan mengalikan dengan fraksi hematokrit pasien dengan hematokrit normal(45%)
sehingga didapatkan indek produksiretikulosit(RPI = Reticulocyte Production Index).
RPIadalah angka yang mencerminkan indek sebenarnya dariproduksi sel darah
meraholehsumsum tulang pada pasienyang menderita anemia.

Seperti diketahui pada saat terjadinya anemia maka dengan adanya rangsangan

dari eritropoietin maka akan terjadi pengeluaran sel retikulosit muda yang seharusnya
belum waktunya dikeluarkan dari sumsum tulang sehingga selini akan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk pematangannya. Dalam keadaan normalwaktu yang
dibutuhkan untuk pematangan retikulositadalah sekitar2 hari, sedang waktu yang
dibutuhkanolehselretikulosityangdirangsangkeluar karena eritropoietin (stress
reticulocytes) biasanya antara 2 – 4 haritergantung berat ringannya anemia
(kadarhematokrit).
Koreksi selanjutnya harus dilakukan terhadap waktu pematangan dari retikulosit
yang dikeluarkan dari sumsum tulang akibat adanya rangsangan dari hormon eritropoietin
pada saat terjadinya anemia. Waktu pematangan ini akan berbeda tergantung kadar dari
hematikrit pasien tersebut, seperti terlihat pada gambar dibawah.

Untuk menghitung indek produksinya (RPI) maka6%x(22/45):2 =1,5 dengan catatan


pematangan retikulosit dengan hematokri t22% adalah sekitar 2 hari.

Koreksi terhadap adanya pengeluaran retikulosit yang terlalu muda ini harus dilakukan
untuk mendapatkan gambaran produksi SDM yang sebenarnya terjadi di sumsum tulang. Untuk
membuktikan adanya peran stres yang dilakukan oleh adanya rangsangan oleh eritropoietin
terhadap pelepasan retikulositmuda ini dapat dilekukan dengan memeriksa adanya sel makrosit
polikromasi dihapusan darah tepi.Tanpa adanya sel makrosit polikromasi ini maka dapat
diasumsikan tidak adanya rangsangan dari eritropoietin.

RPI merupakan ukuran yang sangat akurat untuk mengukur adanya produksiSDM
yangefektif. Apabila seorang pasien anem ia dengan kadar hematokrit 30% mempunyai RPI
sebesar3xnormal, maka hal ini dapat diartikan bahwa pasien tersebut mempunyai ginjal yang
berfungsi normal, respon eritropoietin yang bagus dan fungsi sumsum tulang yang normal.
Disamping itu pasien tersebut dapat diduga kuat menderita anemia karena perdarahan atau
karena hemolisis. Apabila anemia nya berhubungan dengan adanya gangguan pada proses
proliferasi dan maturasi sumsum tulang maka dapat diharapkan RPInya akan lebih
kecildari2yaitu yang disebut sebagaiinefective erythropoiesis.
Dengan diketemukannya metode yang lebih canggih dengan pengukuran
tingkatfloresensiikatan RNA maka akurasi dan presisi pemeriksaan parameter retikulosit menjadi
lebih maksimal. Peningkatan sensitifitas ini walaupun pada sempel kadar retikulosit yang rendah
memungkinkan pemeriksaan parameter retikulositdigunakan sebagai alat bantu diagnostik lebih
luas lagi diluar diagnostik penyakit anemia, diantaranya sebagai monitoring proses regenerasi
eritroid setelah pemberian kemoterapi atau tanspantasi sumsum tulang dan respon eritropoisis.

Retikulositosis ( peningkatan jumlah retikulosit yang beredardisirkulasi)secara

normalakan terjadi pada pasien-pasien anemi dengan fungsi sumsum tulang yang masih bagus,

termasuk pasien-pasien dengan perdarahan atau anemia hemolitik(anemiasickle cel, thalasemia,


sperositosis,defisiensi G6PD, penyakit hemolitikautoimun, danhipersplenisme), danpasien-
pasien anemia yangt elah berhasil diterapi. Sedangkan pada pasien dengan kelainan sumsum
tulang, gangguan eritropoiesis atau penurunan produksi eritropoetin akan didapat jumlah
retikulosit yang normal atau menurun(retikulositopenia)walaupun penderita dalam
keadananemia. Pasien anemia dengan defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12, anemia
pernisiosa, anemia aplastik akibat proses imunologis ataupun obat, leukemia atau proses
metastase keganasan, mielofibrosis idiopatik dan kelainan-kelainan lain akan ditemukan dengan
retikulositopenia. Perhitungan retikulositsecara akurat adalah sangat penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit-penyakit kelainan hematologi.Perhitungan retikulosit juga memegang
peranan penting dalam monitoring progresivitas pasien-pasien yang diberikan terapi
konvensional ataupun experimental untuk berbagai jenis penyakit kelainan darah. Selanjutnya
pemberian rekombinan eritropoitin dan growthfactor lainya yang penting untuk meningkatkan
regenerasi sumsum tulang pada pasien yang mendapatkan kemoterapi atau pada pasien yang
menjalani transplantasi sumsum tulang perlu untuk dilakukan pemeriksaan kadar retikulosit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kegagalan pemeriksaan hitung retikulosit:


a. Pra Analitik

1) Hemolisis
2) Antikoagulan Tidak semua antikoagulan dapat dipakai, karena ada yang terlalu
berpengaruh pada bentuk morfologi sel, EDTA tidak berpengaruh terhadap ukuran dan
bentuk eritrosit dan juga leukosit, juga mencegah trombosit menggumpal.

3) Waktu Pemeriksaan memakai antikoagulan EDTA maupun Oxalat jangan ditunda,


kalau terpaksa ditunda sebaiknya diperhatikan waktu yang boleh untuk menunda
pemeriksaan.

4) Penyimpanan Darah EDTA dapat disimpan pada almari es selama 24 jam tanpa
mendatangkan penyimpangan yang bermakna pada pemeriksaan (Gandasoebrata,
2007).

b. Analitik

1. Volume darah yang dipakai tidak sesuai dengan volume zat warna, bila eritrosit sedikit
diperlukan darah yang lebih banyak daripada zat warna yang demikian pula sebaliknya.
2)

2. Waktu inkubasi campuran zat warna dan darah kurang lama, paling sedikit diperlukan
30 menit.

3. Sebelum membuat sediaan campuran darah dan zat warna tidak dicampur sampai
homogen, retikulosit mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari eritrosit sehingga
berada dibagian atas campuran, maka campuran harus dicampur baik-baik sebelum
dilakukan apusan.

4. Menghitung didaerah yang terlalu padat.

5. Pengendapan cat pewarna pada eriterosit akan tampak sebagai retikulosit, sehingga
kemungkinan dihitung sebagai retikulosit.

6. Jumlah eritrosit yang dihitung tidak mencapai seribu.


7. Ada badan inklusi lain yang terdapat pada eritrosit yang juga terwarnai oleh zat warna
Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue (Howell Jolly dan Pappenheimer)
(Balai Labkes,1998).

c. Pasca Analitik

1. 1)  Pencacatan hasil

2. 2)  Pelaporan hasil
Lampiran

Trombosit

Retikulosit

Anda mungkin juga menyukai