Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HEMATOLOGI II

’’MEMAHAMI JUMLAH RETIKULOSIT’’

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8

 Mardiana Ondy (P07172320024)

 Lukman Sangaji (P07172320022)

 Maharani Afriyani Atmoyo (P07172320023)

 Yeti Purnama Sari (P07172320044)

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha-Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah yang bejudul ”Memahami Jumlah Retikulosit” ini tepat pada waktunya..

Adapun tujuan dari tugas makalah ini adalah untuk menuntaskan dan memenuhi

tugas dari dosen Pak Abdul Rivai S . Dunggio, A.Kp., M.Kes. pada Mata Kuliah

Hematologi II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan

tentang Retikulosit bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Abdul Rivai S . Dunggio, A.Kp.,

M.Kes selaku Dosen Mata kuliah Hematologi II, yang telah memberikan tugas ini

sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan Kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

walaupun makalah kami jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami

mengharapakan, kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan

makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya.

Ambon, 03 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Retikulosit..............................................................................................................6
B. Spesimen Yang Digunakan..................................................................................7
C. Nilai Rujukan Retikulosit.......................................................................................7
D. Masalah Klinis.......................................................................................................8
E. HITUNG RETIKULOSIT........................................................................................9
F. Kesalahan yang dapat terjadi pada saat pemeriksaan jumlah retikulosit.........12
BAB III PENUTUP......................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium kesehatan merupakan pelayanan
kesehatan yang diperlukan dalam upaya peningkatan kesehatan. Hasil
pemeriksaan laboratorium untuk penetapan diagnosis, pemberian
pengobatan, dan pemantauan hasil pengobatan, oleh karena itu hasil
pemeriksaan laboratorium harus terjamin mutunya (Muttaqin,2009).
Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium kesehatan salah satunya
adalah pemeriksaan hitung retikulosit. Retikulosit adalah sel eritrosit muda
yang masih memiliki sisa – sisa ribosom dan RNA (Ribonucleid acid) yang
disebut retikulum. Ribosom mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan
pewarna tertentu seperti Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue untuk
membentuk endapan granula atau filamen yang berwarna biru. Reaksi ini
hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup dan tidak
difiksasi sehingga disebut pewarnaan supravital. Pemeriksaan hitung
retikulosit dalam darah tepi sangat penting karena merupakan indikator
produktifitas dan aktivitas pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Jumlah
retikulosit meningkat pada saat sumsum tulang menjadi sangat aktif
memproduksi eritrosit seperti pada keadaan pendarahan, menstruasi pada
wanita dan penderita anemia (Riswanto, 2013).

Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan


digunakan untuk mendiagnosis anemia, banyaknya retikulosit dalam darah
tepi menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah
retikulosit di darah tepi menggambarkan produksi eritrosit dalam sumsum
tulang.

Retikulosit adalah Sel Darah Merah(SDM) yang masih muda yang


tidak berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum
tulang. Sel ini mempunyai jaringan organela basofilik yang terdiri dari RNA
dan protoporfirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila dicat
dengan pengecatan biru metilen. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah
tepi dan bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami
pematangan menjadi eritrosit. Hitung retikulosit pada pasien tanpa anemia
berkisar antara 1 - 2%. Jumlah ini penting karena dapat digunakan sebagai
indikator produktivitas dan aktivitas eritropoiesis di sumsum tulang dan
membantu untuk menentukan klasifikasi anemia sebagai hiperproliferatif,
normoproliferatif, atau hipoproliferatif. Penghitungan jumlah retikulosit ini bisa
dilakukan dengan metode manual menggunakan pengecatan supravital dan
bisa dengan analisa otomatis flowsitometer. (Suega, K, 2010)

Hitung retikulosit digunakan untuk menilai ketepatan reaksi sumsum


tulang terhadap anemia. Hitung retikulosit relatif akurat untuk menunjukkan
jumlah produksi eritrosit dalam sisitem eritropoetik. (Rosita, L, 2006)

Serangkaian pemeriksaan penyaring untuk menetapkan klasifikasi


anemia, seperti jumlah sel darah merah yang terdiri dari hitung eritrosit,
hemoglobin, dan hematokrit; indeks eritrosit yang terdiri dari mean cell
volume (MCV), mean cell hemoglobin(MCH), mean cell
concentration(MCHC), dan red blood cell distribution width(RDW); serta
pemeriksaan tambahan berupa morfologi darah tepi, dan hitung retikulosit.
(Rosita, L, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan retikulosit ?

2. Spesimen apa yang digunakan dalam pemeriksaan retikulosit ?

3. Berapa nilai rujukan retikulosit ?

4. Apa saja masalah klinis dari retikulosit ?

5. Bagaimana cara menghitung jumlah retikulosit ?

6. Apa saja kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada saat pemeriksaan


jumlah retikulosit ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari retikulosit.

2. Untuk spesimen apa yang digunakan dalam pemeriksaan retikulosit

3. Untuk nilai rujukan retikulosit.

4. Untuk mengetahui masalah klinis dari retikulosit.

5. Untuk mengetahui cara menghitung jumlah retikulosit.

6. Untuk megetahui kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada saat


pemeriksaan jumlah retikulosit.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Retikulosit
Retikulosit merupakan eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel dan
masih mengandung sisa RNA serta masih tetap mensintesis hemoglobin
yang selanjutnya mengalami pematangan selama 1-2 hari dalam darah tepi
untuk menjadi eritrosit dewasa. Ukuran diameternya 8-9 mikron dan didalam
sitoplasmanya terdapat sisa-sisa inti yang tersusun secara retikulair.
Retikulosit mudah dikenal karena didalam sitoplasmanya masih terdapat sisa
RNA. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik bintik
basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosom. Retikulum
tersebut hanya dapat tercatat dalam retikulosit.
Banyak retikulum tergantung pada umur retikulosit yaitu makin muda
makin banyak, makin tua makin kurang retikulumnya.Retikulosit dapat
dibedakan dari eritrosit matang dengan pewarnaan Wright karena berukuran
lebih besar dan berwarna lebih biru dari pada eritrosit (Widman FK, 2000).
Dalam keadaan normal jumlah retikulosit didalam darah perifer hanya
1-2%. Sediaan hapus darah perifer dengan perwarnaan supravitural yang
memberi warna biru pada setiap RNA dalam sel darah merah yang imatur.
Sel-sel ini seperti kelihatan memiliki jala-jala atau retikulum didalamnya, oleh
karena itu dinamakan retikulosit. Sisa RNA menghilang setelah satu atau dua
hari pertama setelah sel berada diluar sumsum tulang dan sel itu menjadi sel
darah merah (Moore, 2003).
Retikulosit merupakan eritosit muda, jumlah retikulosit dalam darah
menunjukan peningkatan eritrosit selama jumlah retikulosit dalam sumsum
tulang tidak berkurang. Hitung retikulosit yang tinggi dalam darah yang diikuti
oleh penurunan jumlah retikulosit dalam sumsum tulang menunjukan
pengeluaran sel-sel tersebut yang lebih cepat kedalam sirkulasi tanpa
peningkatan pembentukan retikulosit dalam sumsum tulang (Carneiro, 2001).
Retikulosit adalah sel darah merah yang belum masak, umumnya lebih
besar dari sel darah merah masak. Retikulosit didalam darah 0,5-2% dari
jumlah sel darah merah total. Bayi yang baru lahir, normal hitung retikulosit
berkisar 2-6% pada saat kelahiran dan menurunya kadar dewasa dalam 1-2
minggu. Orang dewasa sekitar 2 juta sel darah merah baru diproduksi setiap
detik. Seiring dengan pematangan diperlukan waktu beberapa hari untuk sel
berisihemoglobin ini menyingkirkan RNA sitoplasma setelah nuhcleus
dikeluarkan. Selama fase terakhir pematangan retikulosit yang berisi RNA
berukuran sedikit lebih besar dari sel matang (Sacher & Mcpherson, 2004).

B. Spesimen Yang Digunakan


Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah kapiler
atau vena, dengan antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan (segar).

1. Pembuluh Vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah
menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida.
Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan.
Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya
tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya.
Katup ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya
katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena
terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.

2. Pembuluh Kapiler

Pembuluh darah kapiler (dari bahasa Latin capillaris) ialah pembuluh


darah terkecil di tubuh, berdiameter 5-10 μm, yang menghubungkan
arteriola dan venula, dan memungkinkan pertukaran air, oksigen, karbon
dioksida, serta nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan jaringan di
sekitarnya.

Darah mengalir dari jantung ke arteri, yang bercabang dan menyempit


ke arteriola, dan kemudian masih bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah
terjadinya perfusi jaringan, kapiler bergabung dan melebar menjadi vena,
yang mengembalikan darah ke jantung.

C. Nilai Rujukan Retikulosit


Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya
dalam eritrosit manusia sekitar 1%. Nilai normal retikulosit = 0,5 – 1,5 % atau
5 – 15 0/00, sedangkan nilai normal jumlah mutlak retikulosit = 25.000 –
75.000 /ul. Adapun nilai rujukan dari retikulosit adalah:

1. Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %


2. Bayi : 0.5 - 3.5 %
3. Anak – anak : 0.5 - 2.0 %
4. Dewasa : 0.5 - 1.5 %

D. Masalah Klinis
Peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar HB normal
mengindikasikan adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit
berlebihan yang diimbangi dengan peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan
retikulosit disertai dengan kadar HB yang rendah menunjukkan bahwa respon
tuubuh terhadap anemia tidak adekuat. Penyakit yang disertai peningkatan
jumlah retikulosit antara lain anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia
mayor, eritroblastik feotalis, HB C dan D positif, kehamilan, dan kondisi paska
pendarahan berat.

Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis


aplastik yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara
produksi eritrosit terhenti, misalnya pada anemia hemolitik kronis karena
HBS, anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi
radiasi, hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis
hati.

1. Peningkatan Retikulosit

a) Anemia hemolitik

Anemia hemolitik adalah penyakit anemia yang terjadi ketika sel-sel


darah merah mati lebih cepat daripada kecepatan sumsum tulang
menghasilkan sel darah merah. Istilah ilmiah untuk penghancuran sel
darah merah adalah hemolisis atau hemolitik (yang bersifat hemolisis).
http://annanyo22.blogspot.co.id

b) Anemia sel sabit

Anemia sel sabit adalah kondisi anemia dimana terdapat


ketidaknormalan bentuk sel darah merah, dari yang semestinya bulat
dan fleksibel, menjadi berbentuk sabit dank eras. Pada anemia sel
sabit, tubuh menjadi kekurangan sel darah merah normal untuk
memenuhi tranportasi nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh.

c) Thalassemia Mayor

Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh


faktor genetika dan menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah
merah, atau disebut hemoglobin, tidak berfungsi secara normal. Zat
besi yang diperoleh tubuh dari makanan digunakan oleh sumsung
tulang untuk menghasilkan hemoglobin.

d) Eritroblastik feotalis

Eritroblastik feotalis adalah suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya


sel darah merah) pada janin yang akan Nampak pada bayi yang baru
lahir karena perbedaan golongan darah dengan ibunya.

e) Hemoglobin c

Hemoglobin c adalah bentuk abnormal dari hemoglobin (protein pada


sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen) yang
disebabkan oleh kalainan gen yang diturunkan.
f) Kehamilan

Retikulosit akan meningkat pada ibu hamil, karena ibu hamil


merupakan golongan yang rentan terkena anemia.

g) Pendarahan hebat

Pada pendarahan hebat sering kali ditemukan jumlah retikulosit


meningkat, karena banyaknya darah yang keluar akibat pendarahan
hebat.

2. Penurunan retikulosit

a) Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa adalah salah satu penyakit kronis berupa


berkurangnya produksi sel darah merah akibat defisiensi vitamin B12
dan asam folat, salah satu fungsi vitamin B12 adalah untuk
pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang menjadi aktif.

b) Anemia defisiensi asam folat

Anemia defisiensi asam folat adalah berkurangnya sel darah merah


atau anemia akibat kurangnya asam folat.

c) Anemia aplastic

Anemia aplastik adalah suatu kondisi dimana sumsum tulang tubuh


berhenti memproduksi sel-sel darah baru yang cukup. Pada anemia
aplastik tidak hanya sel darah merah yang berhenti, akan tetapi juga
sel darah putih dan trombosit.

E. HITUNG RETIKULOSIT
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya mengandung
sisa-sisa ribosom dan RNA yang berasal dari sisa inti. Ribosom mempunyai
kemampuan untuk bereaksi dengan cat tertentu seperti Brilliant Cresyl Blue
atau New Methylene Blue untuk membentuk endapan granula atau filamen
yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel
yang masih hidup dan tidak difiksasi, oleh karena itu disebut pewarnaan
Supravital. Retikulosit paling muda (imature) mengandung ribosome
terbanyak, sebaliknya retikulosit tua hanya mempunyai beberapa titik
ribosom.

Hitung retikulosit sering digunakan sebagai ukuran produksi eritroid oleh


sumsum tulang. Hitung retikulosit sampai saat ini masih didasarkan pada
penilaian visual terhadap sel yang diwarnai oleh atau dengan perwarna
supravital yang memperlihatkan serat-serat retikulum. Hitung ini adalah
penilaian semikuantitatif jumlah retikulosit (Sacher & Mcpherson, 2004).

Ada dua macam cara pemeriksaan retikulosit yang dapat digunakan yaitu :

1. Sediaan kering
2. Sediaan basah

Tahap kerja pemeriksaan retikulosit :

1. Pra Analitik

a) Persiapan pasien

b) Persiapan sampel

c) Prinsip :

Sel darah yang masih hidup diwarnai dengan pewarnaan


supravital, sisa RNA dalam retikulosit akan terwarnai dengan adanya
zat warna BCB (Brilliant Crecyl Blue) atau NMB (New Methylene Blue),
kemudian dibuat sediaan. Dan jumlah retikulositnya dihitung dibawah
mikroskop. Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan
dalam %.

d) Alat dan reagen

1) Tabung serologi atau Khan

2) Pipet

3) Kaca objek dan kaca penutup

4) Mikroskop.

5) Larutan pewarna supravital

BCB (Brilliant Crecyl Blue)

Brilliant Crecyl Blue 1,0 g

NaCl 99 mL

Larutkan pewarna dalam sedikit pemanasan.

NMB (New Methylene Blue)

New Methylene Blue 0,5 g

NaCl 0,8 g
Aquadest 100 mL

2. Analitik

a) Sediaan kering

1) Masukkan 3 tetes zat warna supravital kedalam tabung serologi.

2) Tambahkan 3 tetes darah, campurkan baik-baik dan biarkan pada


suhu ruangan selama 15 menit agar pewarnaan sempurna.

Cara yang lain :

Setelah ditambahakan 3 tetes darah, campurkan baik-baik, tabung


ditutup dengan parafilm dan diinkubasi pada 37 C selama 30-60
menit.

3) Setelah inkubasi, tabung dihomogenkan lagi dan ambil 1 tetes


untuk membuat sediaan apus. Keringkan di udara dan diperiksa di
bawah mikroskop.

4) Periksalah dengan perbesaran obyektif 100 kali.

Dicari daerah yang baik yaitu eritrosit tidak tumpang tindih.


Retikulosit tampak sebagai sel yang lebih besar dari eritrosit. Dan
mengandung filamen atau granula. Dengan BCB, eritrosit berwarna
biru keunguan dengan filamen atau granula berwarna ungu.

Bila menggunakan NMB, retikulosit berwarna biru dengan filamen


atau granula berwarna biru tua.

5) Hitunglah jumlah retikulosit per 1000 eritrosit dengan lensa emersi

6) Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap


jumlah eritrosit total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.

Jumlah Retikulosit
Hitung Retikulosit = × Hitung retikulosit
Jumlah Eritrosit

Misal : dalam 10 lapangan pandang dijumpai 2000 eritrosit dan


retikulosit 76.

1000
Jumlahretikulosit ( % )= × 76=38 permil
2000

Bila diketahui jumlah eritrosit 3,5 juta/μl maka

Jumlahretikulosit =38 ×3.500 .000=133.000/µl 1000


b) Sediaan basah

1) Letakkan 1 tetes larutan supravital di tengah kaca objek.

2) Letakkan 1 tetes darah di atas zat pewarna.

3) Campurkan kedua tetesan sampai homogen.

4) Tutup campuran tersebut dengan kaca penutup hingga lapisan


dasarnya menjadi benar-benar tipis.

5) Inkubasi dalam cawan petri lembab selama beberapa menit.

6) Periksa dibawah mikroskop denhan pembesaran 100 kali.

7) Pilih area dimana eritrosit tersebar merata, hingga jumlah retikulosit


dalam 1000 eritrosit.

8) Tentukan hasilnya dengan menggunakan perhitungan yang sama


dengan sediaan kering.

3. Pasca Analitik
a) Penulisan hasil.
b) Interpretasi hasil.
c) Pelaporan hasil.

F. Kesalahan yang dapat terjadi pada saat pemeriksaan jumlah retikulosit


Kesalahan dalam pemeriksaan jumlah retikulosit cara manual (supravital)
terbagi dalam tiga tahap, yaitu pra analitik, analitik dan pasca analitik.
1. Tahap Pra Analitik
a. Pemberian identitas pada spesimen salah atau tertukar
b. Kesalahan persiapan sampel, antara lain :
1) Pengambilan sampel darah vena, ikatan pembendung terlalu kuat
dan lama sehingga menyebabkan hemokonsentrasi.
2) Terjadinya bekuan dalam spuit karena lambat dalam bekerja.
3) Terjadinya bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur tepat
dengan antikoagulan .
4) Volume sampel tidak cukup, sehingga perbandingan sampel darah
dan EDTA tidak seimbang.
5) Antikoagulan yang dipakai tidak sesuai.
6) Sampel darah EDTA tidak disimpan di lemari es dengan suhu 4°C
dan melebihi batas waktu pemeriksaan untuk retikulosit adalah 6
jam.
(Gandasoebrata, 2013).
2. Tahap Analitik
a. Pembuatan darah hapus yang tidak baik, karena darah cepat
menggumpal atau mengering saat diteteskan pada kaca obyek.
b. Darah hapus terlalu tebal sehingga mempengaruhi sel.
c. Waktu inkubasi campuran antara darah dan zat warna kurang lama.
d. Cat tidak disaring sehingga membentuk endapan pada eritrosit.
e. Pemanasan smear dapat merusak reticulum sehingga akan tampak
seperti batang dan granula.
f. Perubahan pH cat ke arah asam akan menyebabkan reticulum
berbentuk granula halus, sedangkan perubahan ke arah alkali akan
menyebabkan reticulum berbentuk noktah.
g. Campuran darah dan zat warna tidak dicampur sampai homogen
sebelum membuat sediaan. Retikulosit mempunyai berat jenis yang
lebih rendah dari eritrosit sehingga cenderung berada di bagian atas
dari campuran. Campuran antara darah dengan zat warna perlu
dicampur dengan baik sebelum dibuat sediaan apus.
3. Pasca Analitik
a. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi
salah memberikan diagnosis terhadap pasien.
b. Kesalahan dalam menginterpretasikan dan melaporkan hasil
pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi pasie
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Retikulosit merupakan eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel dan
masih mengandung sisa RNA serta masih tetap mensintesis hemoglobin
yang selanjutnya mengalami pematangan selama 1-2 hari dalam darah tepi
untuk menjadi eritrosit dewasa. Ukuran diameternya 8-9 mikron dan didalam
sitoplasmanya terdapat sisa-sisa inti yang tersusun secara retikulair.
Retikulosit mudah dikenal karena didalam sitoplasmanya masih terdapat sisa
RNA.
Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah
kapiler atau vena, dengan antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan
(segar). nilai rujukan dari retikulosit adalah:

1. Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %


2. Bayi : 0.5 - 3.5 %
3. Anak – anak : 0.5 - 2.0 %
4. Dewasa : 0.5 - 1.5 %

Penyakit yang disertai peningkatan jumlah retikulosit antara lain


anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia mayor, eritroblastik feotalis, HB
C dan D positif, kehamilan, dan kondisi paska pendarahan berat. Penurunan
jumlah retikulosit misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS, anemia
pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi radiasi,
hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis hati.

Hitung retikulosit sampai saat ini masih didasarkan pada penilaian


visual terhadap sel yang diwarnai oleh atau dengan perwarna supravital yang
memperlihatkan serat-serat retikulum. Hitung ini adalah penilaian
semikuantitatif jumlah retikulosit (Sacher & Mcpherson, 2004).

Ada dua macam cara pemeriksaan retikulosit yang dapat digunakan yaitu :

5. Sediaan kering
6. Sediaan basah

Menghitung jumlah retikulosit dapat ,enggunakan rumus dibawah ini :

Jumlah Retikulosit
Hitung Retikulosit = × Hitung retikulosit
Jumlah Eritrosit
Kesalahan yang dapat terjadi dalam pemeriksaan jumlah retikulosit
cara manual (supravital) terbagi dalam tiga tahap, yaitu pra analitik, analitik
dan pasca analitik.

B. Saran
Hematologi mengenai Retikulosit yang telah disajikan dalam makalah
ini, dapat dijadikan bahan pembelajaran ataupun tambahan wawasan bagi
pembaca sehingga dapat membedakannya dan dapat menerapkanya secara
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

TANDA, A. R. U. T. (2017). GAMBARAN JUMLAH RETIKULOSIT PADA PEKERJA


YANG TERPAPAR ASAP PEMBAKARAN SATE (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang).

Aningrum, W. Y. (2018). Perbedaan jumlah Retikulosit Langsung Diperiksa dan


Ditunda 7 Jam (Doctoral dissertation, UNIMUS).

Suega, K. (2010). Aplikasi Klinis Retikulosit. Jurnal Penyakit Dalam, 11(3).

Sulistianingsih , D. (2017). PERBEDAAN JUMLAH RETIKULOSIT TERHADAP


PENYIMPANAN DARAH EDTA PADA PASIEN ANEMIA (Doctoral
dissertasion, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Nugraha, G., & badrawi, I. (2018). Pedoman Teknik PEmeriksaan Laboratorium


Klinik.

ASIH RIANTI, R. O. D. A. H. (2019). GAMBARAN JUMLAH ERITROSIT PADA


PENDERITA LEUKIMIA DI RSUD JEND. A. YANI KOTA METRO TAHUN
2017-2018 ( Dpctpral dissertation, Polyekkes tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai