Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RESUME

KEGAWATDARURATAN MATERNAL

Dosen Pengajar :
dr. Rully P. Adhie., SpOG

OLEH :
NURYATI
NIM.PO.62.24.2.20 291

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN


PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun tugas resume untuk
menyelesaikan tugas Kegawatdaruratan Maternal.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak dr. Rully P. Adhie., SpOG, selaku dosen pengajar
yang telah membimbing dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan tugas yang akan datang.

Palangka Raya, 18 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Distosia Bahu......................................................................................2

B. Sungsang.............................................................................................6

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan


yang sangat penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang. Berdasarkan
riset World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu
(AKI) di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara
berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak
179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak
16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia
sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam sebanyak 49 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand sebanyak 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei
sebanyak 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia sebanyak 29 per 100.000
kelahiran hidup (WHO, 2017).

Kegawatdaruratan obstetri maternal dan neonatal merupakan suatu kondisi


yang dapat mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan,
ketika kelahiran bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan
selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan
dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat dalam
menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir (Walyani &
Purwoastuti, 2015).

1
BAB II

TINJAUN TEORI

A. DISTOSIA BAHU
1. Definisi
Merupakan kegawatan obstetri yang terjadi pada persalinan letak
kepala dimana terjadi kegagalan saat melahirkan bahu dengan manuver
obstetri yang rutin. Tertahannya bahu depan bayi pada simpisis ibu.
Kegagalan melahirkan bahu bayi pada proses persalinan normal.
2. Insiden
Berkisar antara 0,15 1,7 % dari seluruh persalinan pervaginam.
Peningkatan berat badan janin meningkatkan risiko kejadian distosla bahu
1 dari 1000 pada bayi < 3500 gr, 16 dari 1000 pada bayi < 4000 gr.
3. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu
depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan
bahu depan terhadap simfisis pubis sehingga terjadi distosia bahu.
4. Faktor Risiko
a. Fetal makrosemia
b. Obesitas
c. Diabetes melitus tidak terkontrol
d. Kehamilan lewat bulan,
e. Riwayat distosia bahu sebelumnya
f. Kala Il lama
g. Ekstraksi dengan menggunakan forcep tengah atau vacum yang tinggi

2
3

Komplikasi
a. Ibu
1) Ruptura uteri
2) Perdarahan post partum
b. Bayi
1) Kematian bayi
2) Asfiksia
3) Fraktur klavilaula / humerus
4) Palsi pleksus Brachyalis
5. Diagnosis
a. Persalinan pervaginam letak kepala
b. Kepala sudah lahir (gambaran kepala kura-kura)
c. Badan/bahu bayi belum lahir beberapa saat setelah kepala lahir
6. Prinsip
a. Lepaskan bahu depan bayi dari tekanan simpisis ibu
b. Kurangi diameter biokromial
c. Perbesar kapasitas pelvis
7. Penatalaksanaan
a. Hindari 4 P
b. Panic
c. Pulling (pada kepala)
d. Pushing (pada fundus)
e. Pivoting (memutar kepala secara tajam dengan koksigis sebagai
tumpuan)
8. ALARM
a. Ask for help ( minta pertolongan teman, asisten atau keluarga pasien,
jangaan menolong distosia bahu sendirian)
b. Lift ( bokong dan kaki) manuver Mc Robert ( menurunkan sudut
inklinasi 70% efektif pada penanganan awal distosia bahu
c. Anterior disimpaction (rotate to oblique (rubin) suprapubic pressure
(massanti)
4

Prinsip : Membebaskan Jepitan bahu anterior terhadap tulang simpisis


Tehnik: Manuver Massanti, Anterior disimpaction, Suprapubic
pressure
1) Manuver Massanti
Asisten menekan suprapubik untuk melahirkan bahu anterior.
Tidak boleh menekan fundus. Tekanan harus diarahkan 45 derajat
dari vertical untuk melahirkan bahu
2) Manuver Rubin
Bahu anterior berada pada posisi transabdominal Bahu yang
paling mudah diraih ditekan sehingga diameter transversal
berkurang. Penekanan bahu anterior janin kearah abdomen.
Manuver rubin mengurangi diameter bisakromial antero posterior
d. Rotate the posterior shoulder (manuver woods)
Prinsip :
1) Bahu sebagai 1 bidang
2) Bahu posterior memiliki rongga yang longgar untuk melalankan
putaran
3) Dengan memutar buhu posterior akan menyebabkan bahu anterior
juga berputar
e. Manual removal of the posterior arm (schwartz)
Prinsip :
Dilakukan persalinan tangan belakang sehingga volume bahu
mengecil. Selanjutnya persalinan bahu dapat dilakukan
f. Episiotomi
Lakukan pada langkah pertama sebelum melakukan manuver karena
episiotomi dapat membantu memudahkan tindakan tindakan yang
akan dilakukan dan memberi ruang mengeluarkan pergelangan tangan
belakang.
5

g. Roll ober (Gaskin)


Ibu dalam posisi sujud ( knee chest position), dilakukan persalinan
dengan mengubah posisi bahu belakang janin menjadi bahu depan
dengan cara mengubah posisi ibu.
h. Tindakan terakhir
1) Fraktur Klavikula
Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anterior
terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk membebaskan bahu
yang terjepit.
2) Manuver Zavanelli
a) Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau
posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut
b) Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya
masuk kembali ke vagina yang diikuti dengan pelahiran secara
sesar.
c) Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk menghasilkan
relaksasi uterus.
3) Simfisiotomi
Simfisotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah
persalinan juga dapat diterapkan dengan sukses.
9. Evaluasi pasca tindakan
a. Eksplorasi laserasi dan trauma jalan lahir
b. Pemeriksaan fisik bayi untuk melihat adanya perlukaan
c. Menjelaskan proses persalinan dan maneuver yang dilakukan
d. Catat tindakan yang dilakulan
6

B. SUNGSANG
1. Definisi
Sungsang : keadaan dimana janin terletak memanjang, dengan kepala di
fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri
Insiden : 3-4% pada kehamilan aterm dan janin tunggal
2. Klasifikasi
a. Frank breech (presentasi bokong)
b. Complete breech (presentasi bokong kaki)
c. Incomplete / complete footling presentation(presentasi kaki)
3. Etiologi
Faktor Uterus :
a. Malformasi uterus (bkornu, septum)
b. Mioma uteri
c. Grandemultipara
d. Polihidramnion
e. Plasenta previa
Faktor Janin:
a. Prematuritas
b. Kehamilan multipel
c. Riwayat sungsang
d. Malformas janin (hidrosefalus, anensefal)
Faktor Panggul :
a. Massa di rongga panggul (kista ovarium, pelvic hodney)
b. Kelainan bentuk panggul (kongenital atau didapat)
4. Diagnosis
a. Anamnesa
b. Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak
dibagian bawah.
c. Permeriksaan Obstetri
7

d. Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balotemen negatif, teraba


kepala di bagian fundus uteri, denyut jantung Janin ditemukan setinggi
atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus
e. Pemeriksaan Dalam
f. Setelah ketuban pecah teraba anus, bila teraba bagian kecil bedakan
apakah kaki atau tangan
g. Konfirmasi dengan USG
5. Penatalaksanaan
a. Persalinan spontan Bracht
b. Manual Aid
c. Ekstraksi Total
d. Persalinan perabdominal
e. Seksio sesaria
6. Metode persalinan pervaginam
a. Tentukan ada atau tidak indikasi SC
b. Pantau kemajuan persalinan lebih ketat
c. Ridak melakukan banyak manipulasi saat bokong lahir bila tidak
diperlukan
d. Penarikan talipusat untuk mencegah peregangan
e. Waktu untuk melahirkan bahu dan kepala setwlah bokong tidak terlalu
lama (<8menit)
Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui seven
cardinal movement yang terjadi pada masing masing tahapan persalinan
sungsang pervaginam :
a. Persalinan bokong
b. Persalinan bahu
c. Persalinan kepala
Metode Persalinan Bokong
a. Persalinan sungsang spontan (Bracht)
Prosedur pertolongan persalinan spontan pada presentasi bokong
dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:
8

1) Tahap pertama : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong


sampai pusar (skapula depan). Disebut fase lambat karena fase
ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang
tidak berbahaya.
2) Tahap kedua : Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala
janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan
tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera
diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut
sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.
3) Tahap ketiga : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampaiseluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala
akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke
dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus
dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya
perdarahan intrakranial.
4) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara brach yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari
yang lain memegang daerah panggul. Jangan melakukan
intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
5) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
6) Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula inferior
tampak di bawah sisfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior
yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
7) Bersamaan dengan hiperlordosis sorang asisten melakukan
ekspresi kristeler
8) Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi hingga
seluruh kepala anak.
9

Metode Persalinan Bahu


b. Ekstraksi bokong parsial (partial breech extraction) :manual aid
Apabila terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin mencapai
daerah skapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara
klasik atau muller dan lovset (manual aid).
1) Teknik lovset : Persalinan bahu dengan cara lovset
a) Prinsip
Memutar badan janin 180 derajat searah dan berlawanan
jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah
sehingga bahu yang semula dibelakang akan lahie didepan
(dibawah simpisis)
b) Keuntunga dengan persalinan bahu dengan cara lovset
c) Teknik sederhana : Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa
melihat posisi lengan janin
d) Kemungkinan infeksi intrauterin minimal
e) Langkah Melahirkan bahu dengan cara lovset
(1) Pegang bayi secara pemuropelcim yairu sedwmikian
rupa sehingga ibu jari penolong berdampingan pada os
sacrum dwngan kedua jari telunjuk pada kriata illiaka
anterior superior. Ibu jari pada sacrum sedangkan jari
jari lain bwrada didepan pangkal paha.
(2) Dilakukan pemutaran 180 derajat sambil melakukan
traksi curam kebawah sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan dibawah arkus pibis dan dapat dilahirkan
(3) Tubuh janin diputar kembali 180 derajat kearah yang
berlawanan sehingga bahu belakang kembali menjadi
bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan.
2) Teknik klasik
a. Disebut pula sebagai twhnik deventer
b. Melahirkan lengan belakang dahulu kemudian melahirkan
lengan depan dibawah simfisis
10

c. Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul


d. Prinsip : Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh
karwna ruangan panggul sebelah belakang /sacrum rwlatif
lwbih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan
kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis
e. Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada
persalinan bahu
f. Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir
meningkatkan resiko infeksi.
c. Ekstraksi bokong total (total breech extraction) : ekstraksi kaki,
elstraksi bokong
Teknik
1) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan
tarik ke atas. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah
kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada
di belakang. Dengan tangan kanan dan menariknya ke arah
kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada
di belakang.
2) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu
belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan
lengan belakang bayi.
3) Untuk melahirkan bahu lengan depan, pegangan pada
pergelangan kaki janin diubah.
Teknik muller
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah
simpisis melalui ekstraksi : disusul melahirkan lengan
belakang di belakang (depan sacrum). Dipilih bila bahu
tersangkut di pintu bawah panggul
Keuntungan : Oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu
jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang
1) Bokong dipegang dengan pegangan femuropelvik
11

2) Dilakukan traksi curam kebawah pada tubuh janin sampai


bahu depan lahir dibawah arcus pubis dan selanjutnya
lengan depan dilaklhirkan dengan mengait lengan depan
bagian bawah.
3) Setelah bahu dan lengan depan lahir pergelangan kaki
dicekap dengan tangan kanan dan dilakukan elevasi serta
traksi keatas sampai bahu belang lahir dengan sendirinya.
4) Bila tidak lahir dengan sendirinya, dialkukan kaitan untuk
melahirkan lengan belakang anak.
Teknik melahirkan kepala
1) Pertolongan Melahirkan Kepala dengan Cara Maureceau
a. Tangan penolong yang dekat muka janin (tangan yang dekat
dengan perut janin) dimasukkan ke dalam jalan lahir yaitu jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut janin, jari telunjuk dan jari
manis pada fossa kanina (melakukan fleksi pada kepala janin),
sedangkan jari lain mencekam leher, kemudian badan bayi
ditunggangkan pada lengan bawah seperti menunggang kuda.
b. Asisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah
suprasimpisis untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin
traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang
dileher.
b. Setelah tampak oksiput, tarikan diarahkan curam ke atas
sehingga berturut-turut lahir mulut hidung dahi dan seluruh
kepala
2) Teknik Praque Terbalik
Dilakukan bila okciput belakang (dekat dengan sacrum) dan muka
janin menghadap simpisis satu tangan mencekap leher dari sebelah
belakng dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut
tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian
dielevasi ke atas sambil melakukan traksi pada bahu janin
12

sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan


laring sebagi hipomoklion kepala anak dilahirkan.
3) Cunam piper
Pada persalinan alat forceps harus selalu siap digunakan Keuntungan
forceps, tarikan akan tidak terlalu kuat, tapi akan meningkatkan
posisi fleksi yang merupakan aspek penting dalam proses persalinan.
4) Nuchal Arm
Kondisi dimana salah satu lengan anak berada di belakang leher dan
menunjuk ke satu arah tertentu. Pada situasi seperti ini, persalinan
bahu tidak dapat terjadi sebelum lengan yang bersangkutan dirubah
menjadi di depan dada.
5) Seksio Sesaria
6. Komplikasi persalinan sungsang
a. Maternal
1) Laserasi vagina dan serviks
2) Robekan perinium luas
3) Infeksi
b. Perinatal
1) Fraktur humerus, klavikula, femur
2) Paralisis eksteemitas atas (cedera fleksus brakialis)
3) Cedera tulang belakang
4) Prolaps tali pusat
13
BAB III

KESIMPULAN

Distosia Bahu Merupakan kegawatan obstetri yang terjadi pada persalinan


letak kepala dimana terjadi kegagalan saat melahirkan bahu dengan manuver
obstetri yang rutin. Tertahannya bahu depan bayi pada simpisis ibu. Kegagalan
melahirkan bahu bayi pada proses persalinan normal.
Insiden berkisar antara 0,15 1,7 % dari seluruh persalinan pervaginam.
Peningkatan berat badan janin meningkatkan risiko kejadian distosla bahu 1 dari
1000 pada bayi < 3500 gr, 16 dari 1000 pada bayi < 4000 gr.
Sungsang : keadaan dimana janin terletak memanjang, dengan kepala di
fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Insiden : 3-4% pada
kehamilan aterm dan janin tunggal

13
DAFTAR PUSTAKA

KEGAWATDARURATAN MATERNAL.mp4

14

Anda mungkin juga menyukai