Definisi
Impaksi bahu anterior dibelakang simfisis pubis yang menghambat pelahiran bayi
secara spontan. Distosia bahu juga didefinisikan kelahiran kepala janin dengan bahu
anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu merupakan kejadian
dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan.
Etiologi
Menurut Sujiatini, (2011; h. 105-106) dan Gulardi, et al. (2008) Tanda dan
gejala distosia bahu yaitu:
a) Kecurigaan bayi besar
d) Kelahiran instrumental
Obesitas maternal
Diabetes maternal
Lewat Bulan, > 41 minggu
Distosia bahu sebelumnya atau melahirkan bahu yang besar
Makrosomia pada kehamilan saat ini
Kala 1 atau kala 2 persalinan memanjang
Pelahiran operatif,terutama pelahiran instrumental di rongga tengah untuk
keterlambatan persalinan
Faktor presdiposisi mungkin tidak ada pada setiap kasus sehingga tanda pertama
sering kali adalah kegagalan dagu bayi untuk keluar dari perineum atau kegagalan
kepala bayi untuk mengalami rotasi.
Hal tersebut disebut sebagi tanda kura-kura.Kepala bayi menekan perineum dengan
sangat kuat sehingga tidak mungkin memasukan sebuah jari kedalam vagina, dan
wajah bayi menjadi tertutup dan warna kulit wajahnya berubah.
Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) di bawah rambut pubis. Dorongan pada saat ibu
meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap
berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu
depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
Komplikasi
Menurut Sarwono (2009; h. 516) Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
a) Maternal
Komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan akibat laserasi jalan
lahir, episiotomy, ataupun atonia uteri.
b) Fetal
Fraktur humerus atau klavikula,Trauma pleksus brachialis,Asfiksia
Penatalaksanaan
Singkatan berikut HELPER diadaptasi dari advanced life support dalam bidang
obstetric
E : ENTER PELVIS
Episiotomy
Tekanan pada aspek posterior bahu anterior bayi, coba untuk membuat bahu
bayi ke diameter miring
Lanjutkan tekanan dan rotasikan bayi sebesar 180 derajat (bahu anterior bayi
kini berada di bagian posterior)
Beri tekanan pada aspek posterior bahu posterior bayi,coba pindahkan bahu
bayi ke diameter miring.
Lanjutkan tekanan dan rotasikan bayi sebesar 180 derajat (bahu posterior bayi
menjadi anteroir)
Pilihan lain :
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen
sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan
suprapubic secara bersamaan (panah vertikal).
b) Manuver Zevanelli
1. Kepala janin sudah berada diluar, dimasukkan kembali kedalam
vagina Diikuti dengan persalinan seksio sesarea
2. Bahaya besar karena akan terjadi ekstensi luka operasi di SBR dan
menimbulkan trauma jalan lahir lebih besar.
c) Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
1. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan
melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka
dilakukan langkah berikutnya yaitu :
2. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan
kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk
melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu
mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.