DISUSUN OLEH :
DISTOSIA BAHU
I. PENDAHULUAN
Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung spontan dalam 18 jam. Yang dimaksud dengan Distosia adalah persalinan
yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.. Penyebab distosia
dapat dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu :
1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, yaitu :
Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia, Kekuatan
mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti luka parut baru pada
dinding perut, diastase muskulus rektus abdominis ; atau kelainan keadaan umum ibu
seperti sesak napas atau adanya kelelahan ibu,
2. Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin, misalnya
presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, anak besar,
hidrosefal, dan monstrum
3. Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir baik bagian keras (tulang), seperti
adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian yang lunak
seperti adanya tumor-tumor baik pada genitalia interna maupun pada visera lain di
daerah panggul yang menghalangi jalan lahir.
Distosia Bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory, karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum.
II. DEFINISI
Menurut Smeltzer (1986) Distosia Bahu adalah kegagalan bahu dengan spontan
melewati pelvis setelah kepala lahir. Distosia Bahu sebenarnya terjadi ketika bahu depan
tertahan dibelakang sympisis pubis (Kasser & Pallaske). Ini merupakan kelainan yang
ditandai oleh situasi dimana pelvis ibu baik pintu masuk atau pintu keluar tidak dapat
mengakomodasikan lebar bahu fetus (janin). Ketika kepala bayi telah lahir dan ada
perlambatan putaran bahu kedalam diameter antero-posterior atau ketidakmampuan bahu
lahir dengan manuver tangan biasa.
Distosia Bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh
karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir, bahu tidak
dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut.
Distosia Bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri yang berat karena morbiditas dan
mortalitas perinatal yang tinggi. Hal ini disebabkan karena teknik operasi persalinan bahu
yang sulit,berat dan memerlukan tim yang baik (Dokter anak, Dokter anestesi, asisten yang
sudah terlatih dan alat resusitasi yang cukup baik), terbatasnya waktu untuk melahirkan bahu
yang tertahan di atas simphysis, tarikan berat terhadap leher menimbulkan trauma, teknik
penekanan bahu di atas simphysis sangat penting dan menentukan keberhasilan jalan
persalinan dan distosia bahu sebelumnya sulit diduga.
Atas pertimbangan itu, distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri yang perlu
mendapat perhatian khusus. Persalinan kepala umumnya diikuti oleh persalinan bahu dalam
waktu 24 detik, sedangkan jika persalinan bahu lebih dari 60 detik dianggap distosia bahu.
Waktu 60 detik sebagai batas persalinan bahu dipergunakan sebagai dasar diagnosis karena
sulit menegakkan diagnosis sebelumnya.
Biasanya ada perlambatan kemajuan turunnya kepala pada kala II yang ditandai
dengan kesulitan dalam melahirkan bahu,
Biasanya ada kelahiran kepala yang perlahan, dengan ekstensi kepala mengambil
waktu lebih lama daripada biasanya,
Sekali kepala lahir, kepala masuk lagi ke vagina dan kepala terlihat tidak mampu
bergerak,
Tidak terjadi putaran paksi luar.
Distosia Bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :
Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan,
Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang,
Dagu tertarik dan menekan perineum,
Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di cranial
simphysis pubis.
Begitu Distosia Bahu dikenali, maka prosedur tindakan untuk menolongnya harus segera
dilakukan.
V. KOMPLIKASI
Komplikasi Distosia Bahu pada janin adalah fraktur tulang (klavikula dan humerus),
cedera pleksus brachialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di
otak. Dislokasi tulang servikalis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dan
putaran pada kepala dan leher. Fraktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa
sekuele, apabila didiagnosis dan di terapi dengan memadai. Cedera pleksus brachialis dapat
membaik dengan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapat terjadi pada 50% kasus. Pada ibu,
komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomy
ataupun atonia uteri.
Persalinan Distosia Bahu mempunyai komplikasi yang cukup serius. Terbagi 2, yaitu :
VII. PENANGANAN
Makin pendek waktu melahirkan bahu, hasilnya akan makin baik. Karena dugaan
distosia bahu sulit ditentukan, setiap ahli obstetri harus dapat mengerjakan Secara sistematis
tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut :
1. Manuver McRobert
Teknik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik, dkk tahun 1983 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston. Manuver
McRobert dimulai dengan memposisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu ibu
telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin ke dada,
dan rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi). Ternyata penarikan paha ke arah badan
menyebabkan : sacrum bertambah lurus, memutar simphysis pubis ke arah kepala ibu
hamil, mengurangi sudut inklinasi tulang pelvis dan membebaskan bahu depan dari
cengkraman simphysis pubis. Kemudian lakukan episiotomy. Gabungan episiotomy
dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan
masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan suprasimphysis ke arah posterior
menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior agar masuk di bawah
simphysis. Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin ke arah posterokaudal
dengan mantap. Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang
berlebihan karena akan mencederai pleksus brachialis. Setelah bahu anterior dilahirkan,
langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan presentasi kepala. Manuver
ini cukup sederhana, aman dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat
ringan sampai sedang.
3. Manuver Rubin
Mengubah posisi bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu : (2).
Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua
bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari
simphysis pubis.
Gambar 5 : manuver rubin II → Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah, bahu anak yang
paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan
membebaskan bahu anterior yang terjepit.
4. Manuver Wood
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw (Masukkan satu
tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior ke arah sternum
bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu)” maka bahu anterior
yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
7. Pematahan Klavikula
Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain : Patahkan
klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan, kemudian Lakukan
tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.
8. Manuver Zavanelli
Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui Seksio
Cessaria, memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior bila kepala janin
sudah berputar dari posisi tersebut, membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara
perlahan mendorong kepala kedalam vagina dan yang terakhir lakukan Seksio Cessaria
darurat dengan anestesi lokal (+ ketamin drip).
melakukan episiotomy,
melakukan manuver McRobert dengan tekanan supra pubik.
Biasanya dengan manuver tersebut janin dengan Distosia Bahu sudah dapat dilahirkan.
Namun jika bahu tidak lahir, direkomendasikan manuver Corkscrew Woods, teknik pelahiran
bahu belakang dan melahirkan dengan posisi merangkak. Sedangkan fraktur klavikula
merupakan pilihan terakhir.(2)
a. Panggil bantuan (mobilisasi asisten, anestesiolog, dan dokter anak). Pada saat ini
dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila
penuh,
b. Lakukan episiotomy luas (mediolateral) untuk memperluas ruangan posterior,
c. Penekanan suprapubik dilakukan pada saat awal oleh banyak dokter karena alasan
kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan penekanan
suprapubik sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala janin,
d. Manuver McRobert memerlukan dua asisten, tiap asisten memegangi satu tungkai
dan memfleksikan paha ibu ke arah abdomen.
Manuver-manuver di atas biasanya dapat mengatasi sebagian besar kasus distosia
bahu. Namun, bila manuver ini gagal, langkah-langkah berikut dapat dicoba :
a. Manuver Corkscrew Woods.
b. Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi jika lengan belakang dalam posisi
ekstensi sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan,
c. Teknik-teknik lain sebaiknya dilakukan bila manuver-manuver lain telah gagal,
yang termasuk teknik ini adalah fraktur klavikula dan manuver Zavanelli.