Anda di halaman 1dari 9

Lampiran 1

URAIAN MATERI
PERSALINAN DENGAN DISTOCIA BAHU

A. Pengertian
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet
diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul,
atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sakrum. Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan (Kurniawati, 2010)
B. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan
(anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala
(Cunningham, 2005).

C. Etiologi
Menurut Aprilia (2011), menyebutkan etiologi distocia bahu adalah:
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu
untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan
oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga
penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada
saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke
dalam panggul.

1
Penilaian Klinik
1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum
sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.
5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di
belakang symphisis.

D. Penanganan Distocia Bahu


1. Perasat Mc.Robert
Posisikan pasien untuk maneuver Mc.Robert dengan benar:
 Geser posisi pasien sehingga bokong berada dipinggir tempat
persalinan sedemikian rupa sehingga memudahkan traksi curam
bawah kepala anak.
 Minta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan
lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu
berbaring terlentang. Minta bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi
kedua lutut ibu kearah dada (Saifudin dkk, 2006 dalam buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal)

2
Melakukan Manuver Mc.Robert:
 Lakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus kearah bawah pada
kepala janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis
pubis.
 Minta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan
kearah bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan
bahu.
Prasat ini akan memutar sudut simfisis pubis ke superior dan
menggunakan berat tungkai ibu untuk memberikan tekanan yang
lembut pada abdomen, membebaskan jepitan pada bahu anterior.
Prasat Mc. Roberts merupakan prasat yang memilki tingkat
morbiditas terendah dan membutuhkan tenaga yang paling sedikit
untuk menyelesaikan kelahiran (Rahayu dkk, 2009 dalam buku ajar
bidan MYLES).

3
2. Tekanan Suprapubik
Tekanan harus dilakukan pada posisi punggung bayi, ke arah dada
bayi. Prasat ini membantu aduksi bahu dan mendorong bahu anterior
menjauh dari simfisis pubis (Cunningham, 2005).

3. Mengubah Posisi Ibu


Posisi Mc. Roberts seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
digunakan, atau bisa juga dengan posisi litotomi dengan bokong ibu
berada di tepi bawah tempat tidur sehingga tidak ada retriksi pada sakrum.
Jika posisi Mc. Roberts atau litotomi tidak sesuai, posisi merangkak telah
terbukti bermanfaat. Perasat berikut ini dapat dilakukan pada saat ibu
berada dalam salah satu posisi tersebut.
4. Episiotomi
Harus diingat bahwa masalah yang dihadapi bidan adalah obstruksi
pintu atas pelvis dan distocia tulang, bukan obstruksi akibat jaringan
lunak. Walaupun episiotomi tidak akan membantu melepaskan bahu, bidan
harus tetap melakukanny untuk memberikan akses pada janin tanpa
merobek perinium dan dinding vagina (Rahayu dkk, 2009 dalam buku ajar
bidan MYLES).
5. Perasat Rubin
Merekomendasikan dua manuver pertama, kedua bahu janin di
goyang-goyangkan dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan tekanan
pada abdomen, bila hal ini tidak berhasil tangan yang beada di panggul
meraih bahu yang paling mudah diakses, kemudian mendorong ke
permukaan anterior. Hal ini biasanya akan menyebabkan aduksi kedua

4
bahu, kemudian akan menghasilkan diameter antar bahu dan pergeseran
bahu depan dari belakang simfisis pubis (Cunningham, 2005).
6. Perasat Woods
Memutar bahu belakang secara progresif sebesar 180o dengan
gerakan seperti membuka tutup botol, bahu depan yang terjepit dapat
dibebaskan. Tindakan ini sering disebut sebagai manuver Corkscrew
Woods (Cunningham, 2005).
7. Pelahiran lengan posterior
Untuk melahirkan lengan posteior, bidan harus memasukkan
tangannya kedalam vagina dengan menggunakan ruang yang diciptakan
oleh lubang sakrum. Kemudian dua jari membelat humerus lengan
posterior, memfleksikan siku, dan menggeser lengan bawah melewati dada
untuk melahirkan tangan. Jika proses pelahiran kemudian tidak selesai,
lengan kedua dapat dilahirkan setelah rotasi bahu dengan menggunakan
prasat Woods atau prasat rubin atau dengan membalik prasat lovset
(Cunningham, 2005)..
8. Perasat Zavanelli
Jika prasat yang dijelaskan sebelumnya tidak berhasil, dokter
spesialis obstetrik dapat mempertimbangkan penggunaan prasat Zavanelli
sebagai harapan terakhir untuk pelahiran bayi hidup.
Perasat Zavanelli dilakukan dengan membalik mekanisme
pelahiran dan kepala janin dimasukkan kembali ke dalam vagina.
Pelahiran kemudian diselesaikan dengan seksio sesaria
Metode kepala dikembalikan ke posisi pra-restitusi. Kemudian,
diberi tekanan pada oksiput dan kepala dikembalikan ke vagina.
Kemudian, diperlukan pelahiran yang segera dengan seksio sesarea
(Cunningham, 2005)..
9. Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah pemisahan simfisis pubis melalui pembedahan
yang bertujuan memperbesar pelvis untuk pelahiran. Metode ini biasanya
dilakukan pada kasus disproporsi sefalopelfvik dan lebih sering dilakukan
dinegara dunia ketiga. Hanya sedikit kasus yang berhasil menggunakan

5
simfisiotomi untuk membebaskan distocia bahu, tetapi prosedur ini
biasanya mengakibatkan tingkat morbiditas maternal yang tinggi.
Jarangnya kasus yang dilaporkan menyulitkan pengkajian untuk
mengetahui apakah teknik ini dapat digunakan untuk membebaskan
distocia bahu (Rahayu dkk, 2009 Dalam Buku Ajar Bidan MYLES).
10. Hibabard (1982) menganjurkan untuk menekan dagu dan leher janin ke
arah rektum ibu, dan seorang asisten menekan kuat funduds saat bahu
depan dibebaskan. Penekanan kuat pada fundus yang dilakukan pada saat
yang salah akan mengakibatkan semakin terjepitnya bahu depan. Gross,
dkk ( 1987) melaporkan bahwa penekanan fundus tanpa disertai manuver
lain akan menyebabkan angka komplikasi sebesar 77% dan erat
dihubungkan dengan kerusakan ortopedik dan neurologoik (janin)
(Cunningham, 2005)..
11. Fraktur Klavikula
Fraktur klavikula yang dilakukan secara sengaja dengan cara
menekan klavikula anterior terhadap rumus pubis dapat dilakukan untuk
membebaskan bahu yang terjepit. Namun pada praktiknya, sulit
mematahkan klavikula secara sengaja pada bayi besar. Fraktur klavikula
biasanya akan sembuh dengan cepat dan tidak serius cedera nervus
brakialis, asfiksia atau kematian (Cunningham, 2005)..
12. Kleidotomi
memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, dan
biasanya dilakukan pada janin mati (Schramm, 1983).
E. PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN DENGAN DISTOSIA
BAHU

LANGKAH KLINIK

a. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK


b. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN

6
I .Pasien

1. Geser posisi pasien sehingga bokong berada dipinggir tempat persalinan


sedemikian rupa sehingga memudahkan traksi curam bawah kepala anak

2. Minta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya


sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang

3. Minta bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu kearah
dada

II. Instrumen (bahan dan alat)


Persiapan Bahan :

1. Phanthom ibu

2. Phanthom bayi

Persiapan Alat :
1. Penutup kepala
2. Masker
3. Kacamata google
4. Celemek
5. Sepatu both
6. 1 pasang sarung tangan panjang
7. Bak instrumen berisi partus set dan gunting episiotomi
8. Lidokain 1 %
(Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam tabung suntik steril ukuran
10 ml. Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutan 1 bagian lidokain 2%
dengan 1 bagian cairan aquades atau air steril)
9. Aquades
10. Spuit 5 cc
11. jarum no 23 (sekali pakai)
12. Povidin iodine 10%
13. Larutan klorin 0,5 % dan DTT pada tempatnya

7
(Tambahkan 9 bagian air ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentrat
5,25% )
14. Kain Linen
15. Handuk dan kain bersih
III. Penolong
1. Pakai baju dan alas kaki ruang
tindakan, masker dan kaca mata pelindung
2. Cuci tangan hingga siku dengan sabun
dibawah air mengalir
3. Keringkan tangan dengan handuk DTT
4. Pakai sarung tangan DTT/steril
5. Memasang duk (kain penutup)

c. TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN DENGAN DISTOSIA


BAHU
1. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan
lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring
terlentang. Meminta bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut
ibu ke arah dada.
2. Melakukan manuver Mc Robert:

a. Lakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada


kepala janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis

b. Minta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan


kearah bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan
bahu

3. Melahirkan bahu secara biparietal


4. Melakukan Perasat Massanti :

Dengan melakukan penekanan suprapubik dengan ujung


genggaman tangan pada bgian belakang bahu depan.(tidak boleh
melakukan tekanan pada fundus).

8
5. Lakukan perasat rubin
Dengan memasukkan empat jari tangan untuk mengadduksi
bahu depan dengan menekan bagian belakang bahu (bahu didorong
kearah dada),apabila belum berhasil,lakukan perasat woods screw.
6. Lakukan Perasat Wood’s Screw
Dengan memasukkan dua jari untuk melakukan penekanan
pada bagian depan bahu belakang dan diputar 1800, apabila belum
berhasil lakukan perasat wood’s screw lagi
7. Lakukan Perasat Wood’s Screw sekali lagi
Dengan memutar balikkan bahu, apabila belum berhasil,
lakukan manual removal of posterior arm
8. Lakukan Manual Removal Of Posterior Arm
Dengan memasukkan dua jari penolong untuk
memfleksikan tangan bayi, mengusapkannya didepan dada lalu
mengeluarkan tangan belakang
9. Apabila belum berhasil juga rujuk untuk dilakukan Fraktur
Klavikula/Cephalic Replacement/Simfisotomi.

Anda mungkin juga menyukai