0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
193 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan distosia bahu pada persalinan, termasuk berbagai manuver seperti McRoberts, Zavanelli, dan Woods corkscrew untuk membebaskan bahu yang terjepit. Manuver utama yang dianjurkan adalah McRoberts, penekanan suprapubik, dan corkscrew Woods, diikuti opsi-opsi seperti pelahiran lengan belakang, fraktur tulang sengaja, atau Zavanelli jika opsi-opsi sebelumnya gagal.
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan distosia bahu pada persalinan, termasuk berbagai manuver seperti McRoberts, Zavanelli, dan Woods corkscrew untuk membebaskan bahu yang terjepit. Manuver utama yang dianjurkan adalah McRoberts, penekanan suprapubik, dan corkscrew Woods, diikuti opsi-opsi seperti pelahiran lengan belakang, fraktur tulang sengaja, atau Zavanelli jika opsi-opsi sebelumnya gagal.
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan distosia bahu pada persalinan, termasuk berbagai manuver seperti McRoberts, Zavanelli, dan Woods corkscrew untuk membebaskan bahu yang terjepit. Manuver utama yang dianjurkan adalah McRoberts, penekanan suprapubik, dan corkscrew Woods, diikuti opsi-opsi seperti pelahiran lengan belakang, fraktur tulang sengaja, atau Zavanelli jika opsi-opsi sebelumnya gagal.
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, pelaku
praktek obstetrik harus mengetahui betul prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang dapat sangat melumpuhkan ini. Pengurangan interval waktu antara pelahiran kepala sampai pelahiran badan amat penting untuk bertahan hidup. Usaha untuk melakukan traksi ringan pada awal pelahiran, yang dibantu dengan gaya dorong ibu, amat dianjurkan. Traksi yang terlalu keras pada kepala atau leher, atau rotasi tubuh berlebihan, dapat menyebabkan cedera serius pada bayi. Beberapa ahli menyarankan untuk melakukan episiotomi luas dan idealnya diberikan analgesi yang adekuat. Tahap selanjutnya adalah membersihkan mulut dan hidung bayi. Setelah menyelesaikan tahap-tahap ini, dapat diterapkan berbagai teknik untuk membebaskan bahu depan dari posisinya yang terjepit di bawah simfisis pubis ibu:
1. Penekanan suprapubik sedang dilakukan oleh seorang asisten sementara dilakukan traksi ke bawah terhadap kepala bayi.
Gambar.
Suprapubic Pressure (Massanti Maneuver)
2. Manuver McRoberts yang ditemukan oleh Gonik dan rekan (1983) dan dinamai sesuai nama William A. McRoberts, Jr., yang mempopulerkan penggunaannya di University of Texas di Houston. Manuver ini terdiri atas mengangkat tungkai dari pijakan kaki pada kursi obstetris dan memfleksikannya sejauh mungkin ke abdomen. Gherman dan rekan (2000) menganalisa manuver McRoberts dengan pelvimetri radiologik. Mereka mendapati bahwa prosedur yang menyebabkan pelurusan relatif sakrum terhadap vertebra lumbal, bersama dengan rotasi simfisis pubis ke arah kepala ibu yang menyertainya serta pengurangan sudut kemiringan panggul. Meski manuver ini tidak memperbesar ukuran panggul, rotasi panggul ke arah kepala cenderung membebaskan bahu depan yang terjepit. Gonik dan rekan (1989) menguji posisi McRoberts secara obyektif pada model di laboratorium dan menemukan bahwa manuver ini mampu mengurangi tekanan ekstraksi pada bahu janin.
Gambar. Manuver McRoberts
3. Woods (1943) melaporkan bahwa, dengan memutar bahu belakang secara progresif sebesar 180 derajat dengan gerakan seperti membuka tutup botol, bahu depan yang terjepit dapat dibebaskan. Tindakan ini sering disebut sebagai manuver corkscrew Woods.
4. Pelahiran bahu belakang meliputi penyusuran lengan belakang janin secara hati-hati hingga mencapai dada, yang diikuti dengan pelahiran lengan tersebut. Cingulum pektorale kemudian diputar ke arah salah satu diameter oblik panggul yang diikuti pelahiran bahu depan.
5. Rubin (1964) merekomendasikan dua manuver. Pertama, kedua bahu janin diayun dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan tekanan pada abdomen. Bila hal ini tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah diakses, yang kemudian didorong ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan abduksi kedua bahu, yang kemudian akan menghasilkan diameter antar-bahu dan pergeseran bahu depan dari belakang simfisis pubis.
Rubin Maneuver
6. Hibbard (1982) menganjurkan untuk menekan dagu dan leher janin ke arah rektum ibu, dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu depan dibebaskan. Penekanan kuat pada fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan mengakibatkan semakin terjepitnya bahu depan. Gross dan rekan (1987) melaporkan bahwa penekanan fundus tanpa disertai manuver lain akan "menyebabkan angka komplikasi sebesar 77 persen dan erat dihubungkan dengan kerusakan ortopedik dan neurologik (janin)." 7. Sandberg (1985) melaporkan penggunaan manuver Zavanelli untuk mengembalikan kepala ke dalam rongga panggul dan kemudian melahirkan secara sesar. Bagian pertama dari manuver ini adalah mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau oksiput posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut. Langkah kedua adalah memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina, yang diikuti dengan pelahiran secara sesar. Terbutaline (250 g, subkutan) diberikan untuk menghasilkan relaksasi uterus. Sandberg (1999) kemudian meninjau 103 laporan kasus yang menerapkan manuver Zavanelli. Manuver ini berhasil pada 91 persen kasus presentasi kepala dan pada semua kasus terjepitnya kepala pada presentasi bokong. Cedera pada janin biasa terjadi pada keadaan-keadaan sulit yang menerapkan manuver Zavanelli; terdapat delapan kasus kematian neonatal, enam kasus lahir mati, dan 10 neonatus menderita kerusakan otak. Ruptur uteri juga pernah dilaporkan. 8. Fraktur klavikula yang dilakukan secara sengaja dengan cara menekan klavikula anterior terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit. Namun, pada praktiknya, sulit mematahkan klavikula secara sengaja pada bayi besar. Fraktur klavikula biasanya akan sembuh dengan cepat, dan tidak seserius cedera nervus brakhialis, asfiksia atau kematian. 9. Kleidotomi, yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, dan biasanya dilakukan pada janin mati (Schramm, 1983). 10. Simfisiotomi tampaknya juga dapat diterapkan dengan sukses, seperti dijelaskan oleh Hartfield (1986). Goodwin dan rekan (1997) melaporkan tiga kasus yang mengerjakan simfisiotomi setelah manuver Zavanelli gagalketiga bayi mati dan terdapat morbiditas ibu yang signifikan akibat cedera traktus urinarius.
Zavenelli manoeuvre Manajemen ALARMER :
A Ask for help (Minta bantuan) L Lift/hyperflex Legs - Hyperflexi kedua kaki ( McRobert's Manoeuver) - Distosia Bahu umumnya dapat tertanggulangi sampai dengan 70% kasus oleh manoeuver ini. A Anterior shoulder disimpaction (disimpaksi bahu depan) - Pendekatan secara abdominal penekanan suprapubic terhadap bahu depan (Mazzanti Manuver) - Pendekatan pervaginal Adduction bahu depan dengan tekanan untuk mempermudah aspek bahu belakang( yaitu. bahu didorong ke arah dada) dimana hal Ini menghasilkan diameter tekecil ( Rubin Manuver)
R Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang) - Seperti sekrup manoeuver. Bahu belakang diputar 180 menjadi bahu depan. M Manual removal posterior arm (mengeluarkan bahu belakang secara manual) E Episiotomy R Roll over onto all fours(knee-chest position)
Hindari : - Panik - Menarik - Mendorong - Pivot (mengalungasi kepala secara paksa menggunakan coxy sebagai fulcrum) Jika cara-cara tersebut diatas telah dicoba berulang kali namun tidak berhasil, ada cara-cara lain yang diusulkan, yaitu: 1. Patahkan tulang klavikula atau humerus 2. Symphysiotomy 3. Zavenelli manoeuver ( cephalic rep[lacement)- membalikkan gerakan perputaran dalam persalinan. Putar kepala ke OA, fleksikan, dorong keatas, putar menjadi lintang, disengage dan lakukan suatu seksio sesarea
Yang harus dikerjakan setelah distosia bahu terjadi : 1. Selalu ingat akan adanya resiko perlukaan jalan lahir ibu dan perdarahan postpartum. Penanganan aktif kala tiga. Meriksa dan memperbaiki laserasi jalan lahir. 2. Lakukan resusitasi bayi yang sesuai dan benar. Mencari adanya trauma pada bayi. 3. Setiap kejadian distosia bahu harus didokumentasikan dan manoeuvers apa yang digunakan untuk mengatasinya harus diuraikan sepenuhnya. 4. Informed consent kepada pasien dan keluarga.
Hernandez dan Wendel (1990) menyarankan perlunya pelatihan distosia bahu untuk mengatur penatalaksanaan darurat bahu yang terjepit dengan lebih baik. Pelatihan itu merupakan seperangkat manuver yang dilakukan secara sekuensial seperti yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelahiran per vaginam. The American College of Obstetricians and Gynecologists (1991) merekomendasikan langkah- langkah berikut iniurut-urutannya bergantung pada pengalaman dan pilihan pribadi masing-masing operator: 1. Panggil bantuanmobilisasi asisten, anestesiolog, dan dokter anak. Pada saat ini dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila penuh. 2. Lakukan episiotomi luas (mediolateral atau episioproktotomi) untuk memperluas ruangan di posterior. 3. Penekanan suprapubik digunakan pada saat awal oleh banyak dokter karena alasan kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan penekanan suprapubik sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala janin. 4. Manuver McRoberts memerlukan dua asisten. Tiap asisten memegangi satu tungkai dan memfleksikannya paha ibu tajam ke arah abdomen. Manuver-manuver ini biasanya dapat mengatasi sebagian besar kasus distosia bahu. Namun, bila manuver ini gagal, langkah-langkah berikut dapat dicoba: 5. Manuver corkscrew Woods 6. Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi bila lengan belakang dalam posisi ekstensi sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan. 7. Teknik-teknik lain sebaiknya hanya dilakukan pada kasus-kasus ketika manuver lain telah gagal. Yang termasuk dalam teknik ini adalah fraktur klavikula atau humerus depan dengan sengaja dan manuver Zavanelli.
Penanganan distosia bahu pada kasus ini sudah benar. Awalnya kepala bayi dilahirkan dengan menggunakan vakum ekstraksi karna pasien juga menderita pre- eklampsia berat dengan tekanan darah yang masih fluktuatif pada saat pasien memasuki kala II. Dalam 5 menit kepala bayi lahir tanpa adanya kesulitan, dan bahu dapat dilahirkan dalam waktu 7-8 menit dengan menggunakan woods cookscrew manuver. Tetapi pada kasus ini sempat terjadi turtle sign dimana kemungkinan tali pusat terjepit selama terjadinya distosia bahu dan kemungkinan rongga dada bayi tidak dapat berkembang selama distosia bahu karna ruangan yang terlalu sempit antara rongga dada bayi dengan panggul ibu. Setelah bayi lahir sebenarnya kemungkinan bayi masih dapat terselamatkan dengan apgar score 1/3/5, namun karna selama perawatan bayi di NICU keluarga pasien tidak ada yang pernah menjenguk dan menebus obat-obatan yang telah diresepkan, jadi selama perawatan bayi, tidak ada obat-obatan yang diberikan. Bayi meninggal pada hari ke 3 perawatan dengan penyebab kematian asfiksia berat.