Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN DISTOSIA BAHU

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Obstetrik dan Neonatal
Dosen Pembimbing : Triatmi Andri Yanuarini, M.Keb

Disusun Oleh:
OCHA NATASYA P (P17321174050)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
2020
RANGKUMAN DISTOSIA BAHU DAN LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN
PERSALINAN DISTOSIA BAHU
(sumber : https://youtu.be/xoNDCxVRDVQ )

A. Pengertian Distosia Bahu


Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan
tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada
persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan
dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut.
(Prawirohardjo, 2012).
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi terdapat halangan dari tulang sacrum
(Oxorn, 2013).
B. Komplikasi
1. Bagi janin :
a) Fraktur tulang : tulang klavikula dan humerus
b) Cedera fleksus brakialis
c) Hipoksia
d) Dislokasi tulang servikalis
2. Bagi Ibu :
a) Perdarahan akibat laserasi jalan lahir
b) Atonia uteri
C. Faktor resiko Distosia Bahu
1. Diabetes
2. Obesitas
3. Persalinan lama
4. Riwayat bayi besar
Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang
berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada
ibu
(Hakimi, 2013).
D. Diagnosis Distosia Bahu
Turtle Sign
1. Kepala bayi sudah lahir tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
2. Kepala bayi sudah lahir tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial
simphysis pubis.
E. Penanganan Distodia Bahu
1. Manuver Mc Robert ➡ dilakukan pada distosia bahu ringan dan sedang.
Langkah 1 : ibu dengan posisi telentang, kemudian kita memfleksikan paha sehingga
paha dekat dengan arah dada. Rotasikan bagian kaki ke luar.
Langkah 2 : Lakukan episiotomi supaya bahu lebih mudah keluar.

2. Manuver Massanti
Langkah 1 : menekan bagian supra shympisis dengan menggunakan telapak tangan
dan di dorong ke arah posterior.
Langkah 2 : Tarik kepala janin ke arah postero caudle.
3. Manuver Rubin
Tujuan : merubah posisi bahu yang semula postero anterior menjadi oblyc atau
transfersal.
Langkah 1 : Lakukan teknik manuver massanti
Langkah 2 : Masukkan tangan penolong ke bagian postero vagina
Langkah 3 : Raih ketiak bayi (Fosa Cubiti)
Langkah 4 : Putar posisi bayi jadi posisi oblyc.
Langkah 5 : Tarik kepala bayi ke arah postero caudle secara mantap.
(Jika tidak berhasil, lahirkan bahu posterior)
Langkah 1 : Masukkan tangan bayi bersebrangan dengan punggung bayi.
Langkah 2 : Cari fosa cubiti kemudian fleksikan.
Langkah 3 : Arahkan tangan bayi ke arah dada sehingga gerakannya seperti mengusap
muka.

4. Manuver Wood
Tujuan : Memutar bahu posterior menjadi anterior
Langkah : Gunakan 2 jari yang bersebrangan dengan punggung kemudian putar 180°.
Bahu yang awalnya posterior berubah menjadi anterior (Prawirohardjo, 2012).
5. Manuver Schwartz Dixon ( Manuver Manual Removal Of Posterior Arm )
a. Masukan tangan mengikuti lengkung scrum sampai jari penolong mencapai fossa
antecubiti ( tangan yang masuk bersebrangan dengsn punggung bayi , misal
punggung kanan maka yang masuk tangan kiri dan sebaliknya
b. Dengan tekanan jari tengah, lipat lengan bawah kearah dada
c. Setelah terjadi fleksi tangan keluarkanlengan bayi dari vagina ( menggunakan jari
telunjuk untuk melewati dada dan kepala bayi atau seperti mengusap muka )
kemudian tarik hingga bahu belakang dan seluruh lengan belakang dapat
dilahirkan
dapat dilahirkan

d. Minta asisten untuk melakukan tekanan supra simpisis kearah posterior


e. Lakukan tarikan kelapa kearah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan
bahu anterior
6. Delivery of The Posterior Arm ( Manuver Melahirkan Bahu Belakang )
Merupakan pilihan terakhir
Langkah 1 : minta ibu untuk menungging
Langkah 2 : lahirkan kepala bayi secara biparietal
F. Yang tidak boleh dilakukan ketika menemukan Distosia Bahu (4P) :
1. Panic : Jangan panik
2. Pulling : Jangan tarik kepala
3. Pushing : Jangan menekan bagian fundus
4. Pivoting : Jangan memungut kepala secara tajam dengan tumpuan os coxsigys
Manajemen penanganan distosia bahu disebut ALARMER, yang terdiri dari :
a. Ask for help (Minta bantuan)
b. Lift/ hyperflex Legs
c. Anterior shoulder disipaction (disimpaksi bahu depan)
d. Rotaion of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang)
e. Manual removal posterior arm (Manuver Jacquimer)
f. Episiotomi
g. Roll over onto ‘all fours’ (Knee-chest posttion/Manuver Gaskin)
(Allen, Robert H.2016)

Pencegahan distosia bahu :


Kekhawatiran utama dalam melarhikan janin makrosomik adalah distosia bahu dan risiko
kelumpuhan permanen pleksus brakialis. Distosia bahu terjadi jika panggul ibu memiliki
ukuran sukup untuk melahirkan kepala janin, tetapi tidak cukup besar untuk melahirkan bahu
janin yang diamternya sangat besar. Dalam keadaan ini, bahu anterior tersangkut di simfisis
pubis ibu. Bahkan dengan bantuan obstetris yang cakap selama persalinan, peregangan dan
cedera pleksus brakialis dibahu yang bersangkutan mungkin tak terhindarkan.
Berdasarkan fakta bahwa sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diperkirakan atau
dicegah makan kebijakan sesar terencana berdasarkan kecurigaan adanya makrosomia pada
populasi umum tidak memiliki alasan yang kuat karena jumlah sesar yang harus dilakukan
dan biayanya. Sesar terencana mungkin merupakan strategi yang masuk akal bagi wanita
penderita diabetes dengan taksiran berat janin melebihi 4250 sampai 4500 gr.
[ CITATION Ken09 \l 1057 ]
Daftar pustaka
https://youtu.be/xoNDCxVRDVQ
Allen, Robert H. Shoulder dystosia 2016
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Leveno, K. J. (2009). Obestetri Williams : Panduan ringkas. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai