MENGATASINYA
1. Perineum
Pada kala II bila perineum sangat teregang dan kulit perineum terlihat putih,
terlihat jaringan parut pada perineum/vagina, perineum kaku dan pendek, adanya
episiotomi. Adapun indikasi tindakan episiotomi telah di bahas dalam bab 6 pada
tindakan episiotomi.
Bila tidak ada pendamping persalinan seperti: suami, keluarga, teman, dukun,
3. Gawat janin
Bila DJJ < 100 atau >160 kali per menit, lemah tidak teratur maka persalinan
kala II perlu segera diakhiri dengan episiotomi dan tindakan seperti vakum
4. His
Bila his menjadi iemah, atau dalam 10 menit tidak terjadi 3 kali perlu
Bila presentasi kepala, bahu anerior terjepit di atas sinrpisis pubis sehingga bahu
tidak dapat masuk ke panggul kecil atau bidang sempit panggul. Bahu posterior
Distosia bahu secara sederhana adalah kesulitan persalinan pada saat melahirkan
bahu (Varney, 2004). Pada presentasi kepala, bahu anterior terjepit di atas simpisis.
pubis sehingga bahu tidak dapat melewati panggul kecil atau bidang sempit panggul.
Bahu posterior tertahan di atas promontorium bagian atas. Distosia bahu terjadi jika
bahu masuk kedalam panggul kecil dengan diameter biakromial pada posisi
anteroposterior dari panggul sebagai pengganti diameter oblik panggul yang mana
diameter oblik sebesar 12,75 cm lebih panjang dari diameter anteroposterior (11 cm).
janin. Makrpsomia adalah berat badan janin lebih besar dari 4.000 gram.
4. Ibu mengalami obesitas sehingga ruang gerak janin ketika melewati jaian lahir
lebih sempit karena ada jarin.gan berlebih pada jalan lahir dibanding ibu yang
kepala.
karena:
dan kecelakaan.
9. Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang
10. Penurunan kepala sangat iambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.
11. Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga
memerlukan tindakan forsep atau vafcum. Hal ini menunjukan adanya CPD dari
kerusakan otak.
steril.
a. Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh
membantu.
b. Lakukan penekan ke bawah dengan ma map di atas simfisis pubis untuk
4. Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas.
b. Tekan kepala janin man tap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
2. Memanggil dokter. Bila bidan masih terns menolong sampai bayi lahir sebelum
dokter da tang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi
7. Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik
dari pelvis atau antero posterior bila melintang. Kelima. jari satu tangan diletakkan
pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggnng janin sebelah
kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan
menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke
bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara menekan
daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk di letakkan di antara
b. Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena
tumor.
10. Mencoba kembali melahirkan bahu Bila distokia bahu rinpnn, janin akan dapat
dilahirkan.
11. Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botoi
pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian
di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan beilawanan
arah dengan jarum jam putar 180, Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4
kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang
12. Bila beium berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11.
13. Bila tetap beium berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan clavikula
anterior kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior dan badan janin.
14. Melakukan manuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala
kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina,
halaman 663
Gambar 7.3 Pertolongan distokia bahu. A: Penekanan suprapubik, B: menarik kepala
C. Presentasi Bokong
Yang dimaksud dengan presentasi bokong diartikan bahwa bagian terendah janin
adalah bokong. Presentasi bokong merupakan suatu keadaan dirnana janin dalam
posisi membujur/ menianjang, kepala berada pada fundus sedangkan bagian terendah
adalah bokong.
Pada bagian terendah janin adalah bokong saja dan kedua tungkai terangkat
keatas.
Pada bagian terendah janin. adalah bokong dan kaki atau lutut yang terbagi atas :
2. Kematian janin/Intra uteri fetal death (IUFD) yang sudah lama terjadi.
3. Kehamilan ganda/gemelli.
misalnya adanya hidrosefalus dimana kepala janin lebih besar dari ukuran
normal; anensefali yaitu tidak ada tulang tengkorak janin; panggul sempit,
terdapat tumor pelvis atau placenta previa yaitu placenta berimplantasi tidak di
fundus, tetapi pada segmen bawah uterus sehingga menghalangi janin masuk
PAP.
Diagnosis
b. Leopold II: bagian kanan atau kiri teraba punggung dan bagian kecil janin.
2. Pemeriksaan auskultasi
Pada pemeriksaan ini punktum maksimum/letak DJJ yang paling jelas terdengar
di atas pusat.
Teraba sakrurn, anus, tuber isciadikum, kadang-kadang kaki atau lutut. Perlu di
a. Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang, tidak ada hisapan, terdapat
d. Apabila menemukan jari-jari panjang tidak rata dan tidak terdapat sudut
Mekanisme persalinan
daripada presentasi kepala. Hal ini sebagai dampak dari bokong yang strukturnya
lebih lunak dari pada tulang kepala janin sehingga penekanan pada bagian bawah
3. Persalinan bertarnbah maju dengan adanya pangkal paha/ trokhanter depan turun
terlebih dahulu sampai dasar panggul. Pada saat paha/trokhanter depan sampai
sehingga paha depan berputar ke depan sampai di bawah arkus pubis sebagai
diameter antero posterior panggul. Jika paha posterior yang turun terlebih dahulu
maka interna rotasi sebesar 135, atau sebesar 225 bila berputar ke arah yang
berlawanan.
vulva, dan dengan gerakan latero-fleksi tubuh janin (punggung), maka pangkal
retraksi melewati bagian gluteus janin sehingga janin menjadi iurus ketika
pangkal paha depan dilahirkan. Kemudian diikuti kelahiran tungkai dan kaki
5. Setelah itu bokong mengadakan eksternal rotasi (putar paksi luar) sehingga
bagian punggung berputar kearah depan dan bahu berhubungan dengan salah
satu diameter oblik rongga panggul. Bahu selanjutnya turun dan mengalami
anteroposterior pintu bawah panggul, Kemudian seteiah kedua belah bahu lahir
bagian kepala memasuki rongga panggul yang pada umumnya dalam keadaan
fleksi yang tajam pada torak dengan salah satu diameter oblik.
6. Seteiah itu kepala melakukan rotasi internal sehingga bagian posterior leher
maka bertutui-turut lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi, ubun-ubun besar, dan
mekanisme persalinan yaitu dalam hal pada saat rotasi internal terjadi 90. Rotasi
pada punggung janin terkadang tidak mengarah ke perut ibu, tetapi mengarah ke
vertebra, maka hal ini perlu dihindarkan. Walaupun kepala janin tetap bisa lahir
dengan membiarkan dagu dan muka melewati tepi bawah simpisis, tetapi dapat
menimbulkan ekstensi kepala dengan tarikan yang ringan sekalipun. Jadi tetap
harus dicegah dan diperbaiki karena ekstensi kepala ini dapat meningkatkan
Prognosis
peredaran darah plasenta setelah bokong dan perut lahir dimana tali pusat terjepit
Risiko terkena infeksi karena robekan perineum yang lebih besar dan karena
tindakan yang dilakukan, ketuban pecah lebih cepat, dan partus lama.
4. Lakukan episiotomi, terlebih adanya tafsiran berat badan janin dan kondisi
7. Posisi ibu litotomi atau di pinggir tempat tidur untuk memperluas bagian lateral
8. Kolaburasi dokter.
1. Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang terjadi
secara spontan dengan tenaga ibu dan kontaksi uterus tanpa dilakukan tarikan
2. Ekstarksi parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai umbilikus,
tetapi selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his
3. Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di
1. Fase Lambat
Seteiah bayi lahir sampai pusat, janin hams dilahirkan dalam waktu maksimal 8
menit karena tali pusat terhimpit antara badan dan panggul. Bila tidak terjadi
secara spontan, maka harus dilakukan manual aid dengan persalinan ekstraksi
parsial seperti dengan cara klasik, muller, lovset, mouritceau yang akan di bahas
berikut.
3. Fase lambat
Pada saat mulut lahir, seluruh kepala kemudian dilahirkan dengan peian-pelan untuk
dan di dunia luar dimana tekanan luar lebih rendah. Pertolongan persalinan
kesempitan panggul maupun adanya tumor di jalan lahir. Episiotomi dilakukan pada
Bracht
secara spontan, persalinan spontan terjadi sepenuhnya merupakan hal secara spontan
tanpa dilakukan tarikan atau manipulasi sedikitpun selain rnemegang janin ketika
2. Bila bokong sudah lahir, penolong kemudian rnemegang bokong janin tanpa
melakukan tarikan dengan cara kedua ibu jari penolong di letakkan pada paha
janin sedangkan keempat jari pada ke dua tangan mencengkeram bagian sakrum
janin. Pada saat perut lahir, penolong rnengendorkan tali pusat. Karena tali pusat
terjepit antara kepala jauin dan panggul, maka janin harus lahir maksimal 8
menit.
parsial.
4. Untuk pertolongan bayi segera seteiah lahir dengan presentasi bokong perlu
asfiksia.
Ekstraksi Parsial
Cara kiasik bertujuan untuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Bahu
belakang mempunyai daerah yang lebih luas dengan adanya kurvatura sakrii. Adapun
1. Seteiah bokong bayi lahir, pegang bokong hingga kaki lahir. Tangan lupa untuk
mengendorkan tali pusat. Pegang bokong janin dengan menggunakan ibu jari
Bila bahu belakang bayi bahu kiri, maka bayi di pengahgf dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kaki; dengan cara jari telunjuk diselipkan pada kedua
kaki janin, kemudian bayi di tarik ke arah kanan atas ibu. Bahu dan lengan belakang
kiri bayi dilahirkan dengan tangan kiri penolong. Caranya dua jari tangan kiri
menelusuri punggung bayi sampai dengan fosa cubiti. Lengan kiri bayi dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah tangan bayi mengusap mukanya. Bila bahu belakang bayi
bahu kanan, maka bayi di pengang dengan tangan kiri penolong pada pergelangan
kaki, dengan cara jari telunjuk diselipkan pada kedua kaki janin, kemudian bayi di
tarik ke arah kiri atas ibu. Bahu dan lengan belakang sebelah kanan bayi dilahirkan
dengan tangan kanan penolong. Caranya dua jari tangan kiri menelusuri punggung
janin sampai dengan fosa cubiti. Bahu kanan bayi dilahirkan dengan gerakan seolah-
olah tangan bayi mengusap mukanya. Langkah selanjutnya rnemegang kaki janin
dengan tangan penolong pada pergelangan kaki, kemudian bayi ditarik ke bawah
samping berlawanan arah dengan tarikan pertama, dengan gerakan yang sama seperti
1. Setelah janin lahir sampai perut, longgarkan tali pusat, pegang bokong janin
dengan menggunakan ibu jari sejajar pada os sakrurn dan keempat jari di femur
bagian depan.
3. Kemudian melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan cara yang sama
dengan kiasik, untuk melahirkan bahu depan, bayi di tarik ke bawah samping,
kemudian dua jari menelusuri punggung bayi sampai fosa cubiti, lengan depan
lahir dengan cara seperti gerakan tangan janin mengusap muka serta di tarik ke
Cara lovset
1. Mekanisme kerja metode ini, bahwa bahu belakang selalu berada pada letak
yang lebih rend ah dibanding dengan bahu depan sehingga dengan rnemutar
bahu belakang menjadi bahu depan, maka bahu akan lahir dengan mudah di
bawah simfisis.
2. Seteiah bayi dalam posisi anteroposterior, pegang bokong bayi dengan kedua
3. Pegang bayi pada dada dan punggung, kemudian bayi ' diputar 180 sampai bahu
4. Dengan arah yang berlainan dengan putaran pertama, bavi diulangi diputar
Melahirkan kepala
Cara mouritceau
Manuver ini tujuannya untuk melahirkan kepala janin. Janin diletakkan di lengan
kiri bawah penolong seperti mermnggang kuda. Jari tengah di masukkan ke dalam
mulut sedangkan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada rnaksila untuk menjaga
kepala janin dalam keadaan fleksi. Tangan kanan rnemegang kedua bahu janin
dengan dua jari diletakkan pada bahu kanan dan kiri. Pendamping persalinan diminta
menekan supra pubik. Janin kemudian ditarik kebawah sea rah sumbu panggul
dua tangan
Tangan janin akan terlepas dengan cara mengusap muka, maka putar janin
Untuk melepaskan kedua tangan janin yang menjungkit, maka bebaskan dengan
gerakan seperti di atas, kemudian janin diputar 180 ke arah yang berlawanan
Ekstraksi kaki
Ekstraksi kaki relatif lebih mudah dilakukan dibanding ekstraksi bokong. Adapun
akhirnya ke lutut. Lakukan gerakan abduksi dan fleksi pada paha janin. Tangan
kiri melakukan tekanan ke arah bawah pada fundus. Tangan yang berada di
dalam vagina rnemegang pergelangan tungkai janin dan di tarik keluar dengan
2. Setelah kedua kaki lahir, maka kedua tangan penolong rnemegang betis bayi lalu
berpindah rnemegang pangkal paha dan diulangi di tarik ke arah bawah hingga
Ekstraksi bokong
Dilakukan pada presentasi bokong murni dan bokong berada di dasar panggul.
Jari telunjuk dimasukkan ke dalam intruitus vagina menelusuri bokong hingga sampai
pada lipat paha kemudian melakukan tarikan ke arah bawah hingga trokhanter lahir.
Agar tarikan lebih kuat, maka tangan kiri penolong rnemegang tangan kiri. Seteiah
kedua lipat paha kelihatan, maka kedua jari mengait kedua lipat paha dan melakukan
kaki.
muka janin dengan presentasi bokong karena sama-sama lunak. Mulut kadang
tuber iskiadii. Bedanya adalah anus dan tuber iskhiadii membentuk garis lurus
Etiologi
Penyebab presentasi muka pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
hiperekstensi.
1. Panggul sempit.
janin menggantung ke depan atau ke arah lateral. Vertebra torakal dan servikal
menjadi ekstensi.
Mekanisme persalinan
Pada awal persalinan pada mulanya adalah presentasi dahi. Pada saat kepala
sudah melewati panggul, terjadi ekstensi dan menjadi presentasi muka. Mekanisme
persalinan pada presentasi muka dipengaruhi oleh faktor yang sama pada presentasi
belakang kepala.
Pada presentasi muka, rotasi interna menjadikan dagu berada di bawah simpisis
pubis, kemudian dagu lahir dilanjutkan gerakan fleksi kepala maka lahirlah hidung,
mata, dahi dan ubun-ubun kecil. Setelah kepala lahir, ubun-ubun kecil terletak di atas
anus. Kemudian dagu mengadakan rotasi eksterna atau putar paksi luar. Bahu dan
badan dilahirkan dengan cara yang sama seperti pada presentasi belakang kepala.
Penanganan
1. Apabila tidak terdapat kesempitan panggul, maka persalinan akan dapat terjadi
presentasi muka pada janin aterm karena kemungkinan terdapat kesempitan pada
E. Letak Lintang
Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin
memotong atau tegak lurus dengan sumbu panjang ibu. Pada letak oblik biasanya
hanya bersifat sementara, sebab hal ini rnerupakan perpindahan letak janin menjadi
Pada letak lintang, bahu biasanya berada di atas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Kondisi seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau.presentasi akromion. Posisi
letak lintang ini dapat dibedakan menjadi letak lintang dorso anterior dan dorso
posterior.
Insiden
Letak lintang terjadi pada 117 dari hampir 50.000 kelahiran janin tunggal selama
lebih dari 4 tahun, dengan insiden 1:420 (Cunningham, MacDonald, dan Gant, 1995).
Etiologi
multiparitas. Pada ibu hamii dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir
sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding adomen pada
depan. Hal ini mengakibatkan defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu
2 Janin prematur. Pada janin prematur letak janin beium menetap, perputaran janin
3 Plasenta previa atau tumor pada jalan lahir. Dengan adanya plasenta atau tumor
di jalan lahir, maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
4. Abnormalitas uterus. Bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin
tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan
lahir.
Diagnosis
c. Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat
panggul. Bila pada bagian depan perut ibu teraba suatu dataran keras yang
melintang maka berarti punggung anterior. Bila pada bagian perut ibu teraba
bagian-bagian yang tidak beraturan atau bagian kecil janin berarti punggung
posterior.
3. Pada pemeriksaan dalam teraba bagian yang bergerigi yaitu tulang rusuk pada
dada janin di atas pintu atas panggul pada awal persalinan. Pada persalinan lebih
lanjut teraba klavikula. Posisi aksila menunjukan kemana arah bahu janm
menghadap tubuh ibu. Bila persalinan terus berlanjut bahu janin akan masuk
rongga panggul dan salah satu lengan sering menumbung (lahir terlebih dahulu)
Proses Persalinan
Pada letak lintang persisten (letak lintang yang menetap) dengan umur kehamilan
aterm, persalinan tidak mungkin dapat terjadi secara normal pervaginam, kecuali
badan dan kepala janin dapat masuk ke dalam panggul secara bersamaan. Apabila
tidak dilakukan tindakan yang tepat, janin dan ibu dapat meninggal.
Pada saat ketuban sudah pecah, bila ibu tidak ditolong dengan tepat, maka bahu
janin akan masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai akan menumbung.
Kemudian terjadi penurunan bahu sebatas PAP (pintu atas panggul). Sedangkan
Kontraksi uterus semakin kuat dalam upayanya mengatasi halangan pada PAP.
Semakin meningkat kontraksi' uterus maka lama kelamaan terbentuk cincin retraksi
yang semakin lama semakin tinggi, akhirnya terjadi lingkaran bandl sebagai tanda
akan terjadi ruptura uteri. Keadaan ini disebut letak lintang kasep. Apabila keadaan
ini tidak mendapatkan penanganan gawat darurat semestinya maka akan terjadi
Apabila panggul ibu cukup besar dan janin sangat kecil, meskipun kelainan letak
lintang menetap, persalinan spontan dapat terjadi. Pada keadaan ini kepaia terdorong
ke perut ibu dengan adanya tekanan pada janin. Tampak di vuva bagian dinding dada
di bawah bahu menjadi bagian yang bergantung. Kepala dan dada secara bersamaan
dilahirkan.
Prognosis
Kebanyakan kematian maternal disebabkan oleh ruptur uteri spontan atau ruptura
uteri traumatik akibat versi dan ekstraksi. Kadang pertolongan sudah dilakukan
dengan baik, namun masih tetap terjadi kematian ibu yang meningkat dikarenakan:
terjadi sepsis.
Penatalaksanaan
2. Bila ketuban masih utuh dilakukan versi luar. Namun hal ini banyak
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan
bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta
menjadi tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi
dalam 15 detik seteiah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan untuk
C. Retensio Plasenta
Keadaan ini terjadi apabila plasenta beium lahir setengah jam seteiah janin lahir
dan penyebabnya antara lain : plasenta beium. lepas dari dinding uterus atau plasenta
sudah lepas akan tetapi beium dilahirkan. Jika plasenta beium lepas sama sekali, tidak
terjadi perdarahan; jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang rnerupakan indikasi
untuk mengeluarkannya. Plasenta beium lepas sama sekali dari dinding uterus
karena :
2 plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi beium keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan
Kala III, akibatnya terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang
Persalinan serirtg kali menyebabkan perlukaan jalan lahir. Luka yang terjadi
biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi luka yangluas dan berbahaya, untuk itu
pervaginam.
Akibat persalinan terutama pada primipara bisa timbul luka pada vulva disekitar
introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul
b. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
janin dengan cepat. Dan adanya robekan perineum ini dibagi menjadi : robekan
perineum derajat 1, robekan perineum derajat 2, 3 dan 4. Derajat laserasi jalan lahir
b. Derajat II: mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum.
c. Derajat III: mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
d. Derajat IV: mukosa vagina, fauchette posterior, kulit rerineum, otot perineum, otot
Robekan perineum yang melebihi derajat 1 harus dijahit. Hal ini dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan
secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai menunggu plasenta lahir.
tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit
dibawahnya.
dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan
muskulus sfingter ani eksternus yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan
robekan seperti pada robekan perineum derajat 2. Untuk mendapatkan hasil yang baik
pada robekan perineum total perlu diadakan penanganan pasca pembedahan yang
sempurna.
Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan mulai hari ke 2
diberi paraffinum liquidum sesendok makan 2 kali sehari dan jika perlu pada hari ke-
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum jarang sekali
terjadi. Mungkin ditemukan sesudah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi
akibat ekstraksi dengan curiam, lebih-lebih apabila kepala janin harus diputar.
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan dengan
spekulum, perdarahan biasanya banyak namun mudah untuk diatasi dengan jahitan.
uterina terputus akan timbul perdarahan yang banyak dan membahayakan jiwa ibu.
Apabila perdarahan sukar diatasi dari bawah terpaksa dilakukan laparatomi dan
ligamentum latum dibuka untuk menghentikan perdarahan jika tidak berhasil arteria
d. Robekan serviks
serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah
uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti waliupun plasenta sudah lahir
keadaaan ini serviks harus diperiksa dengan spekulum. Pemeriksaan juga harus
dilakukan secara rutin seteiah cindakan obstetrik yang sulit. Apabila ada robekan
serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum, supaya batas antara
robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka,
baru kemudian dilakukan jahitan terus ke bawah. Apabila serviks kaku. dan his kuat,
serviks uteri mengalami tekanan kuat oleh kepala janin sedangkan pembukaan tidak
maju. Akibat tekanan kuat dan lama iaiah pelepasan sebagian serviks atau pelepasan
serviks secara serkuler. Pelepasan ini dapat dihindari dengan tindakan seksio sesarea
jika diketahui ada distosia servikalis. Apabila sudah terjadi pelepasan serviks
biasanya tidak dibutuhkan pengobatan hanya jika ada perdarahan, tempat perdarahan
dijahit. Jika bagian serviks yang terlepas masih berhubungan dengan janngan lain
E. Ruptura Uteri .
Ruptura uteri atau robekan uterus rnerupakan penstiwa yang sangat berbahaya
yang umumnya terjadi pada persalinan kadang-kadang juga pada kehamilan tua.
Robekan uterus yang sering terjadi adalah robekan bagian bawah uterus apabila
terjadi robekan pada vagina bagian atas hal ini dinamakan koipaporeksis dan kadang-
kadang sulit untuk membedakannya! Kalau terjadi ruptura uteri dan peritonium pada
permukaan uterus ikut robek ini dinamakan rupturan uteri kompleta; kalau tidak
dinamakan ruptura uteri inkompleta. Pinggir ruptura biasanya tidak rata, letaknya
pada uterus melintang atau membujur atau miring ke kiri atau ke kanan.
uteri di rumah sakit besar di Indonesia berkisar antara 1:92 sampai 1:294 persalinan.
Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara maju (antara 1:1250 dan
1:2000 persalinan).