Anda di halaman 1dari 17

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Etika
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut
etik, berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Selain itu dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin
ethicus yang berarti kebiasaan (Rakhmat, 2009).
Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan
masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik
dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif, maka
dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menilai tingkah laku apakah baik atau buruk, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
1. Drs. O.P. Simorangkir: Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam: Etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia, etika memberi manusia orientasi bagaimana menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini,
7

etika pada akhirnya membantu dalam mengambil keputusan tentang tindakan


apa yang perlu dilakukan dan yang perlu dipahami bersama bahwa etika ini
dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia, dengan
demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek
atau sisi kehidupan manusianya (Rakhmat, 2009).
1. Macam-macam Etika
Menurut Rahkmat (2009) macam-macam Etika, yaitu sebagai berikut:
a. Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
b. Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akandiputuskan.
2. Etika secara umum
Menurut Hanafi (2013) beberapa etika secara umum, yaitu sebagai berikut:
a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat
di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
b. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud :
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu
8

dapat juga berwujud: Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
etis, cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tindakan dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
3. Etika khusus
Menurut Hanafi (2013) macam-macam etika khusus, yaitu sebagai berikut:
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia
terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara),
sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi
maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Menurut Hanafi (2013), dengan demikian luasnya lingkup dari
etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak
bagian atau bidang, dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini
adalah sebagai berikut:
1) Sikap terhadap sesama
2) Etika keluarga
3) Etika profesi
4) Etika politik
5) Etika lingkungan
6) Etika idiologi
9

4. Sistem Penilaian Etika


Menurut Shindo (2011) sistem penilaian etika, yaitu sebagai berikut:
a. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan
baik atau jahat, susila atau tidak susila
b. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya
atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi
pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam
bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal
penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-
angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan
nyata.

B. Pengertian Komunikasi
Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan
dalam kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi
yang dapat diterima semua pihak. Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya,
komunikasi mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli
komunikasi yang memberikan batasan pengertian
(http://www.bangdewa.wordpress.etika-komunikasi/2013/17/01).
Menurut Prianto (2013) beberapa contoh definisi komunikasi menurut
beberapa tokoh antara lain:
1. Wilbur Schramm (1955)
Komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim
dan pengirim, dengan bantuan pesan, pengirim dan penerima memiliki
beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol
yang dikirim oleh pengirim dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima
2. Theodore Herbert (1981)
Komunikasi ialah proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud
mencapai beberapa tujuan khusus.
10

3.    Edward Depari (1990)


Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
Dari beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa tokoh diatas,
dapat kita kemukakan pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi ialah
suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari
seseorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu.
a. Komponen-komponen Komunikasi
Menurut Shindo (2011) komponen-komponen komunikasi, yaitu sebagai
berikut:
1) Komunikator atau Pengirim Pesan
Komunikator ialah individu atau orang yang mengirim pesan.
Seorang komunikator menciptakan pesan, untuk selanjutnya
mengirimkannya dengan saluran tertentu kepada orang atau pihak
lain.
2) Pesan atau Informasi
Pesan adalah informasi yang diciptakan komunikator dan
akan dikirimkan kepada komunikan. Pesan ini dapat berupa pesan
verbal maupun non-verbal. Pesan verbal ialah pesan yang berbentuk
ungkapan kata/kalimat baik lisan maupun tulisan. Pesan non-verbal
ialah pesan isyarat, baik berupa isyarat gerakan badan, ekspresi
wajah, nada suara, dan sebagainya.
3) Media atau Saluran
Media ialah suatu sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada komunikan.
Ada berbagai macam media, meliputi media cetak, audio, audio
visual.
11

4) Komunikan atau Penerima


Komunikan adalah pihak penerima pesan. Selain menerima
pesan, komunikan juga bertugas untuk menganalisis dan
menafsirkan sehingga dapat memahami makna pesan tersebut.
5) Umpan Balik atau Feedback.
Umpan balik atau feedback disebut pula respon, dikarenakan
komponen ini merupakan respon atau tanggapan dari seorang
komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator.
6) Gangguan atau Noise
Gangguan komunikasi sering kali terjadi, baik gangguan
yang bersifat teknis maupun semantis. Gangguan teknis bisa saja
terjadi karena saluran tidak berfungsi secara baik. Sementara itu
gangguan semantis bermula dari perbedaan dalam pemaknaan arti
lambang atau simbol dari seorang komunikator dengan komunikan.
b. Fungsi komunikasi
Menurut Hanafi (2013) fungsi komunikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
2) Eksistensi Diri (Self Existence)
3) Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
4) Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
5) Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free From Pressure and
Stress)

C. Pengertian Etika dan Komunikasi


Etika komunikasi perkuliahan merupakan suatu rangkuman istilah
yang mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah
laku yang baik dalam kegiatan komunikasi dalam kegiatan komunikasi di
suatu perkuliahan.
Pada dasarnya komunikasi perkuliahan dapat berlangsung secara lisan
maupun tertulis. Secara lisan dapat terjadi secara langsung (tatap muka),
12

maupun dengan menggunakan media telepon. Secara tertulis misalnya dengan


mempergunakan surat. Baik komunikasi langsung maupun tidak langsung,
norma etika perlu diperhatikan (http://www.prianto/2013/06/29/etika-
komunikasi).
Komunikasi perkuliahan merupakan proses komunikasi antara dosen
dengan mahasiswa, antar anggota dosen, maupun antar atasan institusi. Untuk
menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tidak
menimbulkan dampak negatif, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara
paling mudah menerapkan etika komunikasi perkuliahan adalah, semua
anggota dan pimpinan perkantoran perlu memperhatikan beberapa hal berikut
ini:
1.         Tata krama pergaulan yang baik
2.         Norma kesusilaan dan budi pekerti
3.         Norma sopan santun dalam segala tindakan
Apabila etika dan tata krama berlaku di mana saja dan kapan saja,
maka dalam ruang lingkup ini komunikasi dengan orang lain dalam pergaulan
masyarakat maupun dalam kehidupan perkuliahan merupakan arena yang
benar-benar menuntut jatah diterapkannya etika. Karena itu ada orang yang
mengatakan bahwa antara etika dan komunikasi dalam pergaulan merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Dimanapun orang berkomunikasi, selalu memerlukan pertimbangan
etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik, berkomunikasi tidak
selamanya mudah, apalagi jika tidak mengetahui jati diri mereka yang
dihadapi, tentu akan menebak-nebak dan merancang persiapan komunikasi
yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika kita paham tentang
karakter orang yang kita hadap akan lebih mudah berusaha menampilkan diri
sebaik-baiknya dalam berkomunikasi (http://www.prianto/2013/06/29/etika-
komunikasi).
Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling
mendasar, jika hak itu tidak dijamin akan memberi kebebasan berpikir
sehingga tidak mungkin bisa ada otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi
13

di ruang publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang
didasarkan pada kebebasan untuk berekspresi. Jadi, untuk menjamin otonomi
demokrasi ini hanya merupakan bagian dari upaya untuk menjamin otonomi
demokrasi tersebut.
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu
antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik.
Menurut prianto (2013) Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terikat
satu dengan yang lain, yaitu:
1. Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terikat dengan
perilaku aktor komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola
rumah produksi). Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu
dimensi etika komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek
etisnya ditunjukkan pada kehendak baik ini diungkapkan dalam etika
profesi dengan maksud agar ada norma intern yang mengatur profesi.
2. Sarana
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan
oleh hubungan kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi
tergantung pada penerapan fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau
teknologi. Semakin banyak fasilitas yang dimiliki semakin besar akses
informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku
pihak lain atau publik.
3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan
untuk berekspresi, kebebasan dan juga hak akan informasi yang benar.
Dalam negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga
negara, dan politis harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan
tersebut.
14

D. Jenis-jenis Etika Komunikasi


Menurut Hanafi (2013) jenis-jenis Etika Komunikasi, yaitu sebagai berikut:
1. Etika filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat.
Kata filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari
bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang
berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang
menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat.
Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah
hak-kewajiban, masalah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau
hubungan antara moral dan kemanusiaan secara mendalam dengan
menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.
2. Etika teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik
dan buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua
perbuatan moral, yaitu sebagai berikut:
a. Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan atau sesuai
dengan kehendak Tuhan
b. Perbuatan-perbuatan sebagai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
c. Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin
moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran
etika ini adalah kitab suci.
3. Etika sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya, etika ini
menitik beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup
bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai
keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi
etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang
15

bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam


hubungannya dengan masyarakat.
4. Etika Diskriptif dan Etika Normatif
Menurut Hanafi (2013) dalam kaitan dengan nilai dan norma yang
digumuli dalam etika ditemukan dua macam etika, yaitu :
a. Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang
kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku
manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas
konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas
penghayatan nilai, namun tidak menilai. Etika ini hanya
memaparkan, karenanya dikatakan bersifat diskriptif.
b. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku
yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak.
Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang menuntun
perilaku manusia serta memberi penilaian dan himbauan kepada
manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya dengan demikian
etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia
harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika
normatif yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak.
Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi
manusia baik atau buruk, salah atau benar.
Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
1) Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku
dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti
16

etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, etika wahyu,


aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut
hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur
semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa dipakai
untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur
permainan bola.
2) Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena norma umum
bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan
kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu.
Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:
a) Norma Sopan Santun
Norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan
sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu,
cara duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara
lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya
kurang mendalam karena hanya dilihat sekedar yang
lahiriah.
b) Norma Hukum
Norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat.
Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan
bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan,
masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan
kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum
dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegas dan
lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman
terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum
ini juga kurang berbobot karena hanya memberikan
penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak
menentukan moralitas seseorang.
17

c) Norma Moral
Norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk
menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena
ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya.
Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja,
melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata
lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari
seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas,
penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap
manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai
kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebgai
manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini
memiliki kekhususan yaitu, sebagai berikut:
(1) Norma moral merupakan norma yang paling dasariah,
karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai
manusia.
(2) Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia
dalam bentuk perintah atau larangan.
(3) Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
(4) Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada
kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
5. Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berarti
kewajiban, etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak
secara baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu
tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau
tujuan baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu
sendiri baik pada dirinya sendiri (http://www.merry./2013/06/29/etika-
komunikasi).
18

6. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati
tujuan, etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik
buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik
jika bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau jika akibat yang
ditimbulkan baik (http://www.merry./2013/06/29/etika-komunikasi).
7. Kegunaan Etika
Meurut Hanafi (2013) kegunaan etika, yaitu sebagai berikut:
a. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam berbagai pandangan
moral yang dihadapi
b. Etika membentuk agar tidak kehilangan orientasi dalam transformasi
budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda
dunia kita
c. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi
yang merebak di dalam masyarakat secara kritis dan obyektif
d. Etika membantu agamawan untuk menemukan dasar dan kemapanan
iman kepercayaan sehingga tidak tertutup dengan perubahan jaman
E. Unsur-unsur Etika Komunikasi
Menurut Rakhmat (2009) ada beberapa unsur-unsur etika komuniksi, yaitu
sebagai berikut:
1. Komunikator atau penyampaian pesan
Yaitu yang dimaksud dengan komunikator adalah subyek yang
membawa dan menyampaikan pesan, baik pesan kepada seseorang atau
kepada komunitas.
2. Pesan
Yaitu isi yang ingin disampaikan
3. Komunikan atau penerima pesan
Yaitu subyek yang menerima pesan yang dibawakan tadi
4. Tujuan
Yaitu tujuan dari penyampaian pesan
19

5. Umpan Balik
Yaitu maksudnya sudah jelas adalah umpan balik atau feedback
yang diharapkan dari penerimaan dan penyampaian pesan tadi
6. Halangan
Yaitu terkadang dalam sebuah proses komunikasi menemui
beberapa kendala yang cukup berarti atau biasa saja. Hal ini merupakan
batas kewajaran pada saat terjadinya sebuah komunikasi.
F. Dasar-dasar Etika Komunikasi
Diawal telah dijelaskan tentang makna komunikasi dan unsur-unsur
komunikasi, dimana sebuah komunikasi memiliki etika komunikasi yang
tidak boleh dilampaui batasnya. Lebih jauh lagi sebuah etika komunikasi pada
umumnya dilakukan secara dua arah, maupun multiple andience yang artinya
adalah komunikasi dilakukan antara 2 orang atau 1 orang kepada lebih dari 1
lawan bicara dan dalam komunikasi juga dibutuhkan atura-aturan atau rambu-
rambu sehingga komunikasi tidak berarti lebih dari sekedar asal bicara
apabila asal bunyi (http://www.merry./2013/06/29/etika-komunikasi).
Menurut Merry (2013) ada beberapa etika yang harus ditaati baik
yang tersurat maupun yang tersirat, namun demikian pada dasarnya etika itu
dapat berdasarkan 5W + 1H, yaitu sebagai berikut:
1. Who (siapa)
Dengan mengetahui siapa yang diajak berkomunikasi, kita dapat
langsung menyesuaikan diri, nada suara, gerak tubuh, pandangan mata,
kaedahnya seirama dengan siapa kita berbicara.
2. What (apa)
Setelah mengetahui siapa yang menjadi teman dalam
berkomunikasi, sehingga sudah bisa menyesuaikan apa yang ingin
dibicarakan.
3. Where (dimana)
Dimana tempat yang sesuai untuk berkomunikasi, misalnya
membahas tentang rapat tahunan akademik. Maka tidaklah tepat jika
20

membicarakan hal tersebut ditempat pesta, sebaiknya dibicarakan pada


tempatnya.
4. When (kapan)
Waktu sangatlah penting untuk diperhitungkan dalam menjaga
etika berkomunikasi tidak mudah untuk menjadi pintar mengetahui kapan
waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu, mengetahui tentang
kebiasaan seseorang yang diajak berkomunikasi sangatlah penting agar
apa yang dibicarakan menjadi efektif dan efisien.
5. Why (mengapa)
Mengapa, suatu pertanyaan yang bisa menjadi tujuan dari arah
pembicaraan, tujuan ini disesuaikan dengan siapa, apa, dimana dan kapan
ketika mengutarakan maksud dan tujuan pembicaraan. Menentukan arah
pembicaraan itu penting, selain agar bisa lebih fokus, tujuan akan
membuat seseorang memilih kata-kata yang tepat untuk mendapatkan
sasaran. Arah pembicaraan akan membuat pembicaraan menjadi lebih
efektif.
6. How (bagaimana)
Tujuan baik tetapi cara penyampaian tidak baik hancurlah sudah,
komunikasi dapat saja dianggap tidak beretika. Cara akan mebawa rupa,
rupa bisa membawa berkah atau petaka. Cara ini sangat penting untuk
dipertimbangkan dan matang, jika semua yang telah direncanakan dapat
menjadi berantakan hanya gara-gara salah melangkah.
G. Faktor-faktor Etika Komunikasi
Menurut Prianto (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
setiap unsur etika komunikasi baik bersifat positif maupun negatif, yaitu
sebagai berikut:
1. Kredibilitas
Kredibiilitas terdapat dan berpengaruh pada sumber (komunikator)
dalam keberhasilan proses komunikasi, karena hal ini mempengaruhi
tingkat kepercayaan sasaran terhadap pesan yang disampaikan.
21

2. Isi Pesan
Pesan yang disampaikan sebaiknya mengandung isi yang
bermanfaat bagi kebutuhan klien atau yang dapat memecahkan masalah
klien.
3. Kesesuain dengan Kepentingan Sasaran
Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan
sasaran, karena itu dalam berkomunikasi dengan klien harus memahami
terlebih dahulu permasalahan klien.
4. Kejelasan
Pesan yang tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga
tidak terjadi perubahan perilaku dan klien tidak melakukan pesan yang
diberikan oleh konselor
5. Kesinambungan dan Konsistensi
Agar pesan yang disampaikan bisa konsisten dan
berkesinambungan, seorang konselor perlu membuat perencanaan yang
matang sebelum melakukan intervensi atau berkomunikasi dengan klien.
Disamping itu perlu adanya pemahaman yang sama antara tenaga
kesehatan yang tergabung dalam tim agar informasi yang diberikan kepada
klien sama atau konsisten agar terjadi perubahan perilaku klien.
6. Saluran
Saluran terdapat dan berperan pada media, media yang digunakan
harus disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan. Pemilihan media
yang tepat dapat meningkatkan pemahaman klien sehingga perubahan
yang diharapkan dapat tercapai.
7. Kapabilitas Sasaran
Kapabilitas sasaran terdapat pada komunikan dalam
menyampaikan pesan, komunikator harus memeperhitungkan kemampuan
sasaran dalam menerima pesan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial ekonomi, sosial budaya dan sebagainya.
22

Menurut Prianto (2013) selain faktor-faktor diatas faktor lain yang


mempengaruhi etika komunikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor psikologis
seperti sikap, pengalaman hidup, motivasi, kepribadian dan konsep
diri.
b. Faktor Sosial
Seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan dan
peran sosial.

Anda mungkin juga menyukai