BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Etika
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut
etik, berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Selain itu dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin
ethicus yang berarti kebiasaan (Rakhmat, 2009).
Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan
masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik
dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif, maka
dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menilai tingkah laku apakah baik atau buruk, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
1. Drs. O.P. Simorangkir: Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam: Etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia, etika memberi manusia orientasi bagaimana menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini,
7
dapat juga berwujud: Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
etis, cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tindakan dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
3. Etika khusus
Menurut Hanafi (2013) macam-macam etika khusus, yaitu sebagai berikut:
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia
terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara),
sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi
maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Menurut Hanafi (2013), dengan demikian luasnya lingkup dari
etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak
bagian atau bidang, dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini
adalah sebagai berikut:
1) Sikap terhadap sesama
2) Etika keluarga
3) Etika profesi
4) Etika politik
5) Etika lingkungan
6) Etika idiologi
9
B. Pengertian Komunikasi
Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan
dalam kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi
yang dapat diterima semua pihak. Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya,
komunikasi mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli
komunikasi yang memberikan batasan pengertian
(http://www.bangdewa.wordpress.etika-komunikasi/2013/17/01).
Menurut Prianto (2013) beberapa contoh definisi komunikasi menurut
beberapa tokoh antara lain:
1. Wilbur Schramm (1955)
Komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim
dan pengirim, dengan bantuan pesan, pengirim dan penerima memiliki
beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol
yang dikirim oleh pengirim dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima
2. Theodore Herbert (1981)
Komunikasi ialah proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud
mencapai beberapa tujuan khusus.
10
di ruang publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang
didasarkan pada kebebasan untuk berekspresi. Jadi, untuk menjamin otonomi
demokrasi ini hanya merupakan bagian dari upaya untuk menjamin otonomi
demokrasi tersebut.
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu
antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik.
Menurut prianto (2013) Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terikat
satu dengan yang lain, yaitu:
1. Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terikat dengan
perilaku aktor komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola
rumah produksi). Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu
dimensi etika komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek
etisnya ditunjukkan pada kehendak baik ini diungkapkan dalam etika
profesi dengan maksud agar ada norma intern yang mengatur profesi.
2. Sarana
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan
oleh hubungan kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi
tergantung pada penerapan fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau
teknologi. Semakin banyak fasilitas yang dimiliki semakin besar akses
informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku
pihak lain atau publik.
3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan
untuk berekspresi, kebebasan dan juga hak akan informasi yang benar.
Dalam negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga
negara, dan politis harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan
tersebut.
14
c) Norma Moral
Norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk
menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena
ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya.
Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja,
melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata
lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari
seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas,
penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap
manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai
kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebgai
manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini
memiliki kekhususan yaitu, sebagai berikut:
(1) Norma moral merupakan norma yang paling dasariah,
karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai
manusia.
(2) Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia
dalam bentuk perintah atau larangan.
(3) Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
(4) Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada
kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
5. Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berarti
kewajiban, etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak
secara baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu
tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau
tujuan baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu
sendiri baik pada dirinya sendiri (http://www.merry./2013/06/29/etika-
komunikasi).
18
6. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati
tujuan, etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik
buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik
jika bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau jika akibat yang
ditimbulkan baik (http://www.merry./2013/06/29/etika-komunikasi).
7. Kegunaan Etika
Meurut Hanafi (2013) kegunaan etika, yaitu sebagai berikut:
a. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam berbagai pandangan
moral yang dihadapi
b. Etika membentuk agar tidak kehilangan orientasi dalam transformasi
budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda
dunia kita
c. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi
yang merebak di dalam masyarakat secara kritis dan obyektif
d. Etika membantu agamawan untuk menemukan dasar dan kemapanan
iman kepercayaan sehingga tidak tertutup dengan perubahan jaman
E. Unsur-unsur Etika Komunikasi
Menurut Rakhmat (2009) ada beberapa unsur-unsur etika komuniksi, yaitu
sebagai berikut:
1. Komunikator atau penyampaian pesan
Yaitu yang dimaksud dengan komunikator adalah subyek yang
membawa dan menyampaikan pesan, baik pesan kepada seseorang atau
kepada komunitas.
2. Pesan
Yaitu isi yang ingin disampaikan
3. Komunikan atau penerima pesan
Yaitu subyek yang menerima pesan yang dibawakan tadi
4. Tujuan
Yaitu tujuan dari penyampaian pesan
19
5. Umpan Balik
Yaitu maksudnya sudah jelas adalah umpan balik atau feedback
yang diharapkan dari penerimaan dan penyampaian pesan tadi
6. Halangan
Yaitu terkadang dalam sebuah proses komunikasi menemui
beberapa kendala yang cukup berarti atau biasa saja. Hal ini merupakan
batas kewajaran pada saat terjadinya sebuah komunikasi.
F. Dasar-dasar Etika Komunikasi
Diawal telah dijelaskan tentang makna komunikasi dan unsur-unsur
komunikasi, dimana sebuah komunikasi memiliki etika komunikasi yang
tidak boleh dilampaui batasnya. Lebih jauh lagi sebuah etika komunikasi pada
umumnya dilakukan secara dua arah, maupun multiple andience yang artinya
adalah komunikasi dilakukan antara 2 orang atau 1 orang kepada lebih dari 1
lawan bicara dan dalam komunikasi juga dibutuhkan atura-aturan atau rambu-
rambu sehingga komunikasi tidak berarti lebih dari sekedar asal bicara
apabila asal bunyi (http://www.merry./2013/06/29/etika-komunikasi).
Menurut Merry (2013) ada beberapa etika yang harus ditaati baik
yang tersurat maupun yang tersirat, namun demikian pada dasarnya etika itu
dapat berdasarkan 5W + 1H, yaitu sebagai berikut:
1. Who (siapa)
Dengan mengetahui siapa yang diajak berkomunikasi, kita dapat
langsung menyesuaikan diri, nada suara, gerak tubuh, pandangan mata,
kaedahnya seirama dengan siapa kita berbicara.
2. What (apa)
Setelah mengetahui siapa yang menjadi teman dalam
berkomunikasi, sehingga sudah bisa menyesuaikan apa yang ingin
dibicarakan.
3. Where (dimana)
Dimana tempat yang sesuai untuk berkomunikasi, misalnya
membahas tentang rapat tahunan akademik. Maka tidaklah tepat jika
20
2. Isi Pesan
Pesan yang disampaikan sebaiknya mengandung isi yang
bermanfaat bagi kebutuhan klien atau yang dapat memecahkan masalah
klien.
3. Kesesuain dengan Kepentingan Sasaran
Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan
sasaran, karena itu dalam berkomunikasi dengan klien harus memahami
terlebih dahulu permasalahan klien.
4. Kejelasan
Pesan yang tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga
tidak terjadi perubahan perilaku dan klien tidak melakukan pesan yang
diberikan oleh konselor
5. Kesinambungan dan Konsistensi
Agar pesan yang disampaikan bisa konsisten dan
berkesinambungan, seorang konselor perlu membuat perencanaan yang
matang sebelum melakukan intervensi atau berkomunikasi dengan klien.
Disamping itu perlu adanya pemahaman yang sama antara tenaga
kesehatan yang tergabung dalam tim agar informasi yang diberikan kepada
klien sama atau konsisten agar terjadi perubahan perilaku klien.
6. Saluran
Saluran terdapat dan berperan pada media, media yang digunakan
harus disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan. Pemilihan media
yang tepat dapat meningkatkan pemahaman klien sehingga perubahan
yang diharapkan dapat tercapai.
7. Kapabilitas Sasaran
Kapabilitas sasaran terdapat pada komunikan dalam
menyampaikan pesan, komunikator harus memeperhitungkan kemampuan
sasaran dalam menerima pesan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial ekonomi, sosial budaya dan sebagainya.
22