2. LINAAPRILYA(1703013) 3. TIA WULAN SARI (1703020) A. PENGERTIAN DISTOSIA BAHU Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacralpromontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2012). B. FAKTOR RESIKO 1. Ibu dengan diabetes 2. Janin besar (makrosomia) 3. Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar 4. Ibu dengan obesitas 5. Mutiparitas 6. Kehamilan posterm 7. Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu. C. TANDA DAN GEJALA TERJADINYA DISTOSIA BAHU a. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar normal. b. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. c. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan bahu. D. KOMPLIKASI Pada ibu • Perdarahan pospartum,disebabkan atonia uteri, ruptue uteri, atau karena laserasi vagina dan servik yang merupakan resiko utama kematian ibu Pada bayi • Distsosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortilitas janin yang signifikan • Kecacatan fleksus branchialis transien adalah cedera paling sering dijumpai • Selain itu dapat terjadi fraktur klavikula, fraktur humerus, dan kematian neonatal. PENATALAKSANAAN • Beritahu ibu bahwa terjadi komplikasi yang gawat dan diperlukan kerja sama lebih lanjut. • Geser posisi ibu sehingga bokong berada dipinggir tempat persalinan agar memudahkan traksi curam bawah kepala anak. • Pakai sarung tangan DTT atau steril. • Lakukan episotomi secukupnya • Lakukan manuver Mc Robert s - Posisi ibu berbaring pada punggungya, minta ibu untuk menarik lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami atau anggota keluarga untuk membantu ibu Maneuver Mc Robert. - Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah vertikal) • Lakukan fleksi maksimal pada sendi paha dan sendi lutut kedua tungkai ibu sedemikian rupa sehingga lutut hampir menempel pada bahu. Penolong persalinan menahan kepala anak dan pada saat yang sama seorang asisten memberikan tekanan diatas simfisis. • Tekan kepala bayi secara mantap dan terus menerus kearah bawah(kearah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di bawah simfisis pubis. • Ibu diminta untuk meneran sekuat tenaga saat penolong persalinan berusaha untuk melahirkan bahu. • Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan kearah bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu. Catatan : - Jangan lakukan dorongan pada fundus, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan rupture uteri. - Tekanan ringan pada suprapubic • Manuver Rubin • Masih dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik atau transversa. Lebih menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang membuat punggung bayi menghadap ke arah anterior (Manuver Rubin anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu anteroposterior atau punggung bayi menghadap ke arah posterior. Ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi punggung janin anterior akan membuat bahu lebih abduksi, sehingga diameternya mengecil. Dengan bantuan tekanan siprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior (Prawirohardjo, 2012). • Langkah ketiga: Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau manuver Wood • Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu posisi punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke vagina. Temukan bahu posterior, telusuri lengan atasdan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti). Peganglah lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk ke bawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior (Prawirohardjo, 2012). • Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sandi sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior melewati promontorium. Pada posisi telentang atau litotomi, sandi sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya. Pada manuver ini bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu dengan melakukan tarikan kepala (Prawirohardjo, 2012). • Bahu melalui panggul ternyata tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar sebagai uliran sekrup. Berdasarkan hal itu, memutar bahu akan mempermudah melahirkannya. Manuver wood dilakukan dengan menggunakan dua jari tangan dan berseberangan dengan punggung bayi yang diletakkan dibagian depan bahu posterior menjadi bahu anterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat. Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada di bawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan mudah dapat dilahirkan (Prawirohardjo, 2012). • Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia bahu, tindakan selanjutnya adalah melakukan proses dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan serta perawatan pascatindakan. Perawatan pascatindakan termasuk menuliskan laporan di lembar catatan medik dan memberikan konseling pascatindakan (Prawirohardjo, 2012).