PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu
pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif), dan berdaya guna (efisien) perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu
tatanan sistem rujukan.
Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah
yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Diharapkan
dengan adanya sistem rujukan pasien dapat pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, selain itu dengan
adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
bermutu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan
Agar pembaca mengetahui komponen yang ada dalam rujukan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Rujukan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah
sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). (Muchtar, 1977)
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik
atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan
yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,
2
juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari unit
kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus patologis
pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah
reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan
spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan laboratorium. Jika penderita telah
sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika
perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan). Rujukan informasi medis
membahas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas
kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan
data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan
pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional
pemantauan perkembangan maupun penelitian.
Sistem Rujukan
3
2. Jenis-Jenis Rujukan
Rujukan saran dan logistik meliputi peminjaman peralatan fogging, alat laboratrium,
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai, dan bahan makanan.
Rujukan tenaag, meliputi dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa,
bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, dan penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
Rujukan operasional menyerahkan sepenuhnya kewenangan/tanggug jawab
penyelesaian masalah/pemyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, meliputi Usaha
Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, dan pemeriksaan
contoh air bersih. Rujukan operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak
mampu
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan rujukan
kesehatan.
1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit
4
kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis
rujukan medik:
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah
untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita,
diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan
kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang
lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam
kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of
personel).
5
3. Alur Rujukan
Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan
yang sifatnya sementara atau menetap.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih
tinggi dilakukan apabila:
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih
rendah dilakukan apabila:
6
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan atau ketenagaan.
Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan penyakit atau
permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali dengan alasan yang sah dan mendapat
persetujuan pasien atau keluarganya. Alasan yang dimaksud adalah pasien tidak dapat
ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi ketentuan alur rujukan dan wilayah
rujukan dapat diberikan sanksi berupa teguran lisan sampai dengan tertulis
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan.
7
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud dapat berupa :
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif. Pelayanan kesehatan komprehensif
yang dimaksud dapat berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
pelayanan kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang
yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perjanjian kerja sama berlaku sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
kembali atas kesepakatan bersama.
BPJS Kesehatan dalam melakukan kerja sama dengan Fasilitas Kesehatan juga harus
mempertimbangkan kecukupan antara jumlah Fasilitas Kesehatan dengan jumlah Peserta yang
harus dilayani.
Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, terdiri atas:
8
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi
Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan
lain.
3. Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan.
4. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.
d. Untuk Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara harus memiliki :
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdiri atas:
9
4. Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, radiologi, dan jejaring lain jika diperlukan;
dan Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.
Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan penetapan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik
bidan dan/atau praktik perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan.
Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan di suatu wilayah tertentu, BPJS Kesehatan
dapat bekerja sama dengan praktik bidan.
Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat dimaksud terdiri atas :
Dalam menetapkan pilihan Fasilitas Kesehatan, BPJS Kesehatan melakukan seleksi dan
kredensialing dengan menggunakan kriteria teknis yang meliputi :
10
Fasilitas kesehatan dapat mengajukan keberatan terhadap hasil kredensialing dan
rekredensialing yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam menindaklanjuti keberatan yang diajukan oleh Fasilitas Kesehatan
yang dimaksud adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membentuk tim
penyelesaian keberatan. Tim tersebut terdiri dari unsur dinas kesehatan dan asosiasi fasilitas
kesehatan.
a. Identitas pasien.
b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang
telah dilakukan.
c. Diagnosis kerja.
d. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan.
11
e. Tujuan rujukan.
f. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan ketersediaan sarana
transportasi. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk dengan
ambulans dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Dalam hal tidak tersedia
ambulans pada fasilitas pelayanan kesehatan perujuk, dapat dilakukan dengan menggunakan
alat transportasi lain yang layak.
Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan. Penerima
rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima
rujukan. Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai
perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan.
Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan atau
jaminan kesehatan. Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta asuransi kesehatan
atau jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab pasien dan/atau keluarganya.
Standar Operasional Prosedur merujuk pasien Emergency (gawat darurat) sebagai berikut :
1. Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilitas pasien sesuai indikasi
medis
2. Menginformasikan kepada keluarga tentang diagnosis, dan terapi dan atau tindakan
medis, yang dilakukan rencana rujukan, alasan dan tujuan dilakukan rujukan, risiko
yang timbul apabila rujukan tidak dilakukan, transportasi rujukan dan risiko atau
prnyulit yang dapat timbul selama perjalanan
3. Petugas meminta persetujuan/penolakan keluarga untuk tidakan rujukan secara tertulis
4. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan penerima rujukan
bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal gawat darurat
5. Membuat surat rujukan pengantar rujukan ut=ntuk disampaikan kepadapenerima
rujukan
6. Menyiapkan transportasi rujukan dan petugas kesehatan mendampingi yang
berkompeten dalam hal kegawatdaruratan
12
7. Untuk pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk dengan
ambulans dan didampingi petugas kesehatan yang berkompeten
8. Dalam hal tidak tersedia ambulan, rujukan dapat dilakukan alat transportasi lain yang
layak dan didampingi petugas kesehatan yang berkompeten
9. Petugas yang mendampingi harus memantau keadaan pasien selama perjalanan rujukan
ke tempat rujukan
10. Apabila terjadi tindakan kegawatdaruratan pasien selama perjalanan petugas
pendamping harus melakukan tindakan penanganan sesuai kompetensinya, dan apabila
tidak dapat ditangani petugas wajib mencari bantuan ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat
11. Sesampainya di tempat penerima rujukan, dilakukan serah terima pasie yang ditandai
dengan bukti serah terima pasien yang ditanda tangani oleh petugas oenerima dan
distempel oleh institusi penerima rujukan.
Standar Operasional Prosedur merujuk pasien non emergency (non gawat darurat) sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan fisik pasien sudah dapat dipastikan tidak dapat diatasi oleh tenaga
kesehatan.
2. Petugas kesehatan menyatakan pasien perlu dirujukan.
3. Pasien dirujuk 1x24 sejak diagnosa ditegakan
4. Petugas kesehatan menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien untuk
dirujuk.
5. Petugas kesehatan menghubungi tujuan rujukan sebelum mengirim pasien rujukan.
6. Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk sampai ke tempat rujukan dengan
menggunakan ambulance transport.
7. Petugas kesehatan menunggu di IGD sampai mendapat kepastian pasien apakah dirawat
jalan atau rawat inap.
13
8. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Sebagai Tempat Rujukan atau Merujuk
1. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya bahwa karena alasan medis
pasien harus dirujuk, atau karena ketiadaan tempat tidur pasien harus dirujuk;
2. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang dituju sebelum merujuk.
3. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan resume
catatan medis.
4. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan.
5. Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan stabilitas
pasien dipertahankan selama dalam perjalanan.
6. Pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan umum
pasien dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien tiba di tempat rujukan.
7. Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan surat rujukan kepada
pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan (PPK 2 dan PPK 3) tempat
rujukan.
8. Surat rujukan pertama harus dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar (PPK 1) kecuali
dalam keadaan darurat.
9. Ketentuan-ketentuan yang ada pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda dan SKTM dan
badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku.
14
7. Membuat rujukan balik ke PPK 2 atau PPK 1 untuk menindaklanjuti perawatan
selanjutnya yang tidak memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik
setelah kondisi pasien stabil.
Tindak Lanjut adalah Tindak lanjut berarti langkah selanjutnya (tentang penyelesaian perkara,
perbuatan, dan sebagainya) : usaha ini akan gagal kalau tidak ada tindak lanjutnya.
Langkah-Langkah Kerja :
1. Petugas puskesmas menerima pasien dan meminta hasil rujukan balik dari keluarga
pasien
2. Petugas meneliti berupa hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang di instruksikan
dari rumah sakit atau dokter spesialis atau klinik sebagai rujukan pasien.
3. Petugas menulis diagnose dan terapi lanjutan hasil rujukan di status pasien sebelumnya
atau status baru.
4. Petugas Melaksanakan Instruksi terapi dari fasilitas rujukan kepada pasien.
5. Petugas memasukkan pasien kembali ke ruang perawatan.
1. Pencatatan
Pencatatan kasus rujukan menggunakan Buku Register rujukan, dimana setiap pasien rujukan
yang diterima dan yang akan dirujuk dicatat dalam buku register rujukan
Alur Registrasi Pasien Rujukan di fasilitas pelayanan kesehatan layanan primer sebagai
berikut:
1. Pasien umum yang masuk melalui rawat jalan (loket - Poliklinik) dan UGD dicatat
pada buku register pasien di masing-masing unit pelayanan. Apabila pasien di rawat,
dicatat juga pada buku register rawat inap.
2. Pasien datang dengan surat rujukan dari Poskesdes/ Pustu/Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya tetap dicatat pada buku register pasien di masing-masing
unit pelayanan dan selanjutnya juga dicatat pada buku registrasi rujukan.
15
3. Apabila pasien telah mendapatkan perawatan baik di UGD, Rawat Inap dan unit
pelayanan lainnya yang diputuskan untuk dirujuk, maka langsung dicatat pada buku
register rujukan pasien.
4. Setelah menerima surat rujukan balasan maka dicatat tanggal rujukan balik diterima
pada buku register rujukan pasien (kolom balasan rujukan).
5. Pada setiap akhir bulan, semua pasien rujukan (asal rujukan, di rujuk dan rujukan
balasan) dijumlahkan dan dicatat pada baris terakhir format buku register rujukan
pasien dan dilaporkan sesuai dengan ketentuan.
6. fMengumpulkan data dan informasi mengenai kegiatan Pelayanan rujukan yang telah
dilaksanakan di unit pelayanan kesehatannya.
7. Pimpinan unit pelayanan kesehatan ini menyusun laporan pelaksanaan sistem rujukan,
dan kegiatan rujukan pasien.
8. Laporan ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap dua. (Rangkap pertama dari
laporan ini dikirimkan ke Dinas Kesehatan setempat untuk bahan penilaian dari
pelaksanaan sistem rujukan). Rangkap kedua dari laporan ini disimpan sebagai arsip
oleh unit pelayanan kesehatan tersebut.
2. Pelaporan
Secara rutin sarana pelayanan kesehatan Puskesmas dan Rumah sakit melaporkan kasus
rujukan menggunakan format sebagai berikut :
1. P 001
Merupakan laporan rujukan PPK I yg mencakup berbagai kegiatan Rujukan Pasien, Rujukan
Spesimen/Penunjang Diagnostik lainnya
Yang merupakan rekapan rujukan PPK I yg mencakup berbagai kegiatan Rujukan Pasien,
Rujukan Spesimen/Penunjang Diagnostik lainnya.
Frekuensi, Periode Laporan dan Format yang digunakan dijelaskan sebagai berikut :
1. P 001
Laporan rujukan Puskesmas yang menggunakan format P 001 dibuat setiap bulan oleh masing-
masing Puskesmas berdasarkan registrasi pasien rujukan, rujukan spesimen/penunjang
16
diagnostik lainnya dan pengetahuan. Laporan ini dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
2. K 001
3. R 001 Tabel
Laporan kegiatan rujukan pasien yang mengunakan formulir R 001 dibuat setiap triwulan oleh
masing-masing Rumah Sakit berdasarkan kompilasi pencatatan harian /register pasien rujukan
setiap bulan. Laporan ini disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan pertama triwulan
berikutnya dan dilaporkan jadi satu dengan data kegiatan pelayanan rawat inap rumah sakit.
Seluruh laporan/format monitoring dan evaluasi dibuat rangkap 2 (dua), 1 (satu) rangkap untuk
dilaporkan dan 1 (satu) rangkap sebagai tertinggal/arsip.
Pencatatan dan Pelaporan dilakukan oleh perujuk maupun penerima rujukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan dan
ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik. Ketentuan pelaporan dikecualikan bagi bidan
yang melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan selain Praktik Mandiri Bidan.
Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
Pencatatan dan pelaporan terhadap penyakit wabah atau penyakit tertentu lainnya yang dapat
menimbulkan wabah, dan pasien penderita ketergantungan narkotika dan/atau psikotropika
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Rumah Sakit wajib menyelenggarakan penyimpanan terhadap pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pemusnahan atau penghapusan terhadap berkas pencatatan dan pelaporan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
17
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah
sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). (Muchtar, 1977)
Jenis-Jenis Rujukan:
Alur Rujukan:
18
b. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima
rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat.
c. Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.
Tindak Lanjut adalah Tindak lanjut berarti langkah selanjutnya (tentang penyelesaian
perkara, perbuatan, dan sebagainya): usaha ini akan gagal kalau tidak ada tindak lanjutnya.
Pencatatan dan Pelaporan dilakukan oleh perujuk maupun penerima rujukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
B. Saran
Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan/bidan kita harus mentaati aturan-aturan yang sesuai
dengan perundang-undangan sistem rujukan. Agar kita terhindar dari kesalahan yang fatal
atau dapat menjerumuskan tenaga kesehatan/bidan yang bersifat negatif dan dalam masalah
hukum serta membahayakan nyawa pasien/klien yang dapat menyebabkan kematian.
19
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta: Kemenkes.
20