Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEGAWATDARURATAN

PERSALINAN KALA I DAN KALA II

DISUSUN OLEH

KELOMPOK V
1. ANDI AMRIANI ( BK 1909389 )
2. RAHMATIA ( BK 1909426 )
3. ARNITA IBRAHIM ( BK 1909395 )
4. SUFRIANI ( BK 1909439 )
5. ROSDIANA ( BK 1909430 )
6. ERNIWATI ( BK 1909399 )
7. ANDI MARLINA ANSAR (BK 1909391)

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah kelompok kami dapat mengerjakan tugas mata kuliah
kegawatdaruratan, yang diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut.

Dalam pengumpulan dan penyusunan makalah ini, kelompok kami memulainya dari
metode studi kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencari,
mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupun atau media informasi
lainnya.

Kelompok kami menyadari bahwa dalam penulisn makalah ini masih banyak kekurangan
dana masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan di masa
mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi kelompok kami
agar dapat menambah wawasan dan umumnya bagi para pembaca, amin

Penyusun

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

1. Jenis Kegawatdaruratan Kala 1 dan Kala 2


A. Emboli Air Ketuban
B. Distosia Bahu
C. Preeklamsi
D. Partus lama

BAB III penutup

1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan
momok terbesar bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan. MDGs
2015telah menetapkan target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup serta Angka Kematian Byi (AKB) menjadi 23 per 100.000
kelahiran hidup. Sebenarnya kematian ibu dan bayi ini dapat dicegah melalui deteksi
dini terjadinya kasus serta rujukan yang cepat dan tepat untuk setiap kasus
kegawatdaruratan pada maternal dan neonatal.
Dari berbagai factor yang berperan pada kematian ibu, kemampuan kinerja
petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah
persalinan yang bersifat kegawatdaruratan.

2. Masalah
Kegawatdaruratan dalam kebidanan merupakan kondisi yang mengancam jiwa
yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan seudah persalinan dan kelahiran. Yang
dapat menyebabkan keadaan gawatdarurat dalam hal ini adalah penyulit persalinan
yaitu hal-hal yang berhubungan langsung dengan persalinan yang menyebabkan
hambatan bagi persalinan yang lancar
Kategori dalam penyulit persalinan kala 1 dan 2 diantaranya yaitu emboli air
ketuban, distosia bahu, preeklamsi dan partus lama.

3. Tujuan
Dengan disusunnya makalah ini, kami berharap agar petugas atau teman-teman
sejawat dapat mengetahui dan mengenal kasus kegawatdaruratan pada persalinan
kala1 dan 2, agar pertolongan yang cepat dan tepat dapat diberikan.

4. Manfaat
a. Menambah pengetahuan teman sejawat untuk mengenal kasus
kegawatdaruratan persalinan kala 1 dan 2
b. Menambah pengetahuan dan kemampuan daya pikir serta daya analisis dalam
menentukan kasus kegawatdaruratan.
c. Menambah pengetahuan teman sejawat untuk menentukan langkah-langkah
penanganan kasus kegawatdaruratan persalinan kala 1 dan 2

BAB II PEMBAHASAN

JENIS KEGAWATDARURATAN KALA 1 DAN KALA 2

1. Emboli Air Ketuban


a. Pengertian
Merupakan syndrome dimana cairan ketuban memasuki sirkulasi darah
maternal, tiba-iba terjadi gangguan pernapasan yang akut dan syok.
b. Diagnosis
Beberapa tes yang akan dilakukan untuk mendiagnosis emboli air
ketuban yaitu
 Tes darah, termasuk yang mengevaluasi pembekuan, enzim
jantung, elektrolit dan jenis darah, serta hitung darah lengkap
(CBC)
 Elektrokardiogram (ECG/EKG) untuk mengevaluasi ritme jantung
anda
 Pulse oksimetri untuk memeriksa jumlah oksigen dalam darah
anda.
 X-ray dada untuk memeriksa cairan di sekitar jantung anda.
 Echocardigrafi (ECG) untuk mengevaluasi fungsi jantung anda
c. Gejala Klinis
 Pada umumnya emboli air ketuban terjadi secara mendadak dan
diagnose emboli air ketuban harus pertama kali di pikirkan pada
pasien hamil yang tiba-tiba mengalami kolaps.
 Pasien dapat memperlihatkan tanda dan gejala yang berfariasi,
namun umumnya gejala dan tanda yang terlihat adalah :
 Sesak nafas
 Wajah kebiruan
 Terjadi gangguan sirkulasi jantung
 Tekanan darah mendadak turun
 Nadi kecil/cepat
d. Etiologi
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi
kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus
cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk ke
dalam sirkulasi paru dan menyebabkan:
 Kegagalan perfusi secara massif
 Bronchospasme
 Renjatan
e. Patofisiologi
Emboli air ketuban menyebabkan komplikasi dan gejala klinik yang
bersumber dari kardiovaskular kolap, gangguan pembekuan darah.
f. Penanganan / asuhan dalam kebidanan
 Menggunakan Keteter
 Pemberian Oksigen
 Pemberian obat-obatan
 Memberikan transfuse darah

2. Distosia Bahu
a. Pengertian
Adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahrkan setelah
kepala janin dilahirkan
b. Diagnosis
 Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva
 Dagu tertarik dan menekan perineum
 Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di
belakang simfisis pubis
c. Gajala klinis
 Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau
dicegah
 Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat
badan janin yang dikandung oleh penderita diabetes lebih dari
4500 gram.
d. Etiologi
 Maternal
 Kelainan bentuk panggul
 Diabetes gestasional
 Kehamilan post matur
 Riwayat persalinan dengan distosia bahu
 Ibu yang pendek
 Fetal
 Dugaan makrosomia
e. Patofisiologi
 Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang
belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring
(oglique) di bawah ramus pubis
 Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu
depan ( anterior) berada di bawah pubis , bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan
tetap berada posisi anterior posterior, pada bayi yang besar akan
terjadi benturan bahu depan terhadap shimfisis sehingga bahu
tidak lahir mengikuti kepala.
f. Penanganan / asuhan dalam kebidanan
 Penanganan umum
 Pada setiap persalinan bersiaplah untuk menghadapi
distosia bahu, khususnya pada persalinan dengan bayi
besar
 Siapkan beberapa orang untuk membantu
 Penanganan khusus
 Buatlah episiotomy yang cukup luas untuk mengurangi
obstruksi jaringan lunak dan memberi ruangan yang
cukup untuk tindakan
 Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk
menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejah mungkin kearah dadanya.
 Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi
tingkat tinggi
 Lakukan tarikan yang kuat dan terus enerus kea
rah bawah pada kepala janin untuk menggerakkan
bahu depan di bawa shimfisis pubis
Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada
kepala yang dapat mengakibatkan trauma pada
lepsus brakhialis
 Mintalah seorang asisten untuk melakukan
tekanan secara simultan kea rah bawah pada
daerah suprapubic untuk membantu persalinan
bahu
Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini
dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut yang dapat
mengakibatkan rupture uteri
 Jika bahu masih belum dapat dilahirkan
 Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi
tingkat tinggi, masukkan tangan kedalam vagina.
 Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di
depan dengan arah sternum bayi untuk memutar
bahu dan mengecilkan diameter bahu.
 Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu
belakang sesuai dengan arah sternum.
 Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan
tindakan di atas :
 Masukkan tangan ke dalam vagina
 Raih humerus dari lengan belakang dan dengan
menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakan
lengan kearah dada. Tindakan ini akan membrikan
ruangan untuk bahu depan agar dapat bergerak di
bawah shimfisis pubis.
 Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan
bahu, pilihan lain adalah :
 Patahkan clavikula untuk mengurangi lebar bahu
dan bebaskan bahu depan.
 Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk
mengeluarkan lengan belakang.

3. Preeklamsi
a. Pengertian
Adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan
pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam
urin/proteinuria.
b. Diagnosis
Diagnosis preeklamsi terbagi 2 yaitu
 Preeklamsi ringan
 Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria +1 atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil lebih
300 mg/24 jam
 Preeklamsi berat
 TD >160/110 mmHg pada usia kehamilan lebih 20 minngu
 Proteinuria > +2 atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil > 5 gr/24 jam.
 Atau disertai keterlibatan lain :
 Sakit kepala, scotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan atau gagal jantung kongesti
 Oliguria (>500 ml/24 jam) kreatinin >1,2 mg/dl
 Superimposed preeklamsia pada hipertensi kronik
 Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum
usia kehamilan 20 minggu)
 Proteinuria > +1
c. Gejala klinis
 Kriteria minimal dari preeklamsi adalah :
 TD 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
 Proteinuria 300 mg/24 jam atau +1 pada distik
 Preeklamsi berat
 TD 160/110 mmHg
 Proteinuria 2gr/24 jam atau +2 pada distik
 Nyeri kepala menetap atau gangguan penglihatan
 Nyeri epigastrium menetap
d. Etiologi
 Primigravida 85% terjadi pada kehamilan pertama
 Grandemultigravida
 Janin besar
 Distensi Rahim berlebihan (hidramnion, hamil kembar,
molahidatidosa)
e. Patofisiologi
Patofisiologi preeklamsi masih belum diketahui secara pasti. Terdapat
beberapa teori mengenai mekanisme yang menjadi penyebab terjadinya
preeklamsi. Dari beberapa teori tersebut yang dianggap substansial
 Impalntasi plasenta dengan infasi tropoblas abnormal pada
pembuluh darah uterus
 Toleransi maladaptif imunologi antara jaringan maternal,
plasenta, dan fetal
 Mal adaptasi maternal terhadap perubahan kardifaskular dan
respon inflamasi pada kehamilan normal
 Factor genetic, nutrisi, dan lingkungan.
f. Penanganan / asuhan dalam kebidanan
Ibu hamil dengan preeklamsia harus segera di rujuk ke rumah sakit.
Penanganan preeklamsia berat sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia.
 Pengelolaan kejang :
 Perlengkapan untuk penanganan kejang ( jalan nafas,
penghisap lender, masker oksigen, oksigen)
 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
 Aspirasi mulut dan tenggorokan
 Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelemburg
(posisi yang menempatkan pasien di tempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah dari kaki) untuk mengurangi
resiko aspirasi
 Berikan O2 4-6 liter/menit
 Penanganan umum
 Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan antihipertensi
sampai tekanan diastolic antara 90-100 mmHg
 Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi
overload
 Katerisasi urin untuk pengukuran volume dan
pemeriksaan proteinuria
 Infus cairan dipertahankan 1,5-2 liter/24 jam
 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
 Observasi tanda vital, reflex dan denyut jantung janin
setiap 1 jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya
kreepitasi merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada
edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan
diuretic (missal furosemide 40 mg IV)
 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika
pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan
terdapat koagulopati.
 Anti konvulsan
MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklamsi dan eklamsi alternative lain adalah
diazepam dengan resiko terjadinya depresi neonatal.
Dosis pemberian MgSO4
 Alternative 1 dosis awal :
 MgSO4 4 g IV selama 5 menit
 segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g
dalam larutan RL selama 6 jam
 Dosis pemeliharaan
 Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan
MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit
 MgSO4 1 g/ jam melalui infus RL yang diberikan
sampai 24 jam post partum
Sebelum pemberian pasien akan merasa agak panas pada
saat pemberian MgSO4
 MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan :
 Reflex patella (+)
 Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
 Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
 Hentikan pemberian MgSO4, jika:
 Reflex patella (-), bradipnea (< 16 kali/menit)
Jika terjadi henti nafas :
 Siapkan antidotum
 Bantu pernapasan dengan ventilator
 Berikan kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan
10%) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai
lagi.
 Anti hipertensi
 Obat pilihan adalah nifedipine, yang diberikan 5-10 mg
oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam
 Jika respons tidak membaik setalah 10 menit, berikan
tambahan 5 mg nifedipine sublingual.

4. Partus lama
a. Pengertian
 Fase laten lebih dari 8 jam
 Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran
bayi atau persalinan lama
 Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf
b. Diagnosis
 His tidak efisien atau tidak adekuat
 Factor janin
 Factor jalan lahir
c. Gejala klinis
 Serviks tidak membuka
 Tidak didapatkan his atau his tidak teratur
 Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu
dengan his yang teratur
 Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf
 Frekuensi his < 3 his per 10 menit dan lamanya < 40 detik
 Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentase tidak maju, sedangkan his baik
 Pembukaan serviks dan turunnya janin yang dipresentasi
tidak maju dengan kaput, terdapat moulase hebat, edema
serviks, tanda rupture uteri iminens, gawat janin
 Kelainan presentase (selain vertex dengan oksiput
arterior)
 Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada
kemajuan penurunan
d. Etiologi
Bergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan persalinan
yang baik, dan pelaksanaannya. Penyebabnya yaitu, kelainan letak janin,
kelainan his, janin besar, kelainan panggul, pimpinan persalinan yang
salah, kelainan kongenital, primitua, perut gantung, grandemulti,
ketuban pecah dini.
e. Patofisiologi
Patofisiologi partus lama tergantung pada penyebabnya baik itu
kekuatan kontraksi, obstruksi pada jalan lahir, dan kelainan janin / 3 P
(power, passage, passenger)
f. Penanganan / asuhan dalam kebidanan
 Persalinan palsu/belum inpartu (fase laten)
Periksa apakah ada saluran kemih atau ketuban pecah. Jika
didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat. Jika tidak ada,
pasien boleh rawat jalan
 Fase laten memanjang
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan, lakukan penilain ulang terhadap serviks :
 Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau
pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin
pasien belum inpartu.
 Jika ada kemajuan pada pendataran dan pembukaan
serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin
 Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
 Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC
 Jika didapatkan tanda-tanda infeksi ( demam, cairan
vagina berbau) :
 Laukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
 Berikan antibiotic kombinasi sampai persalinan
 Ampisilin 2 g I.V setiap 6 jam
 Ditambah gentamicin 5 mg/kg BB I.V setiap
24 jam
 Jika terjadi persalinan pervaginam stop
antibiotika pasca persalinan
 Jika dilakukan SC lanjutkan antibiotika
tambah metronidazole 500 mg I.V setiap 8
jam sampai ibu bebas demam selama 48
jam
 Fase aktif memanjang
 Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sevalopelvic atau
obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban
 Nilai his :
 Jika his tidak adekuat (< 3 his dalam 10 menit dan
lamanya < 40 detik) pertimbangkan adanya inersia
uteri
 Jika his adkuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya
> 40 detik, pertimbangkan adanya disproporsi,
obtruksi, malposisi dan malpresentasi
 Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his
dan mempercebat kemajuan persalinan.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk penyulit persalinan
kala 1 adalah preeklamsia, sedangkan yang masuk dalam klafisikasi penyulit kala 2 persalinan
adalah emboli air ketuban (juga dapat terjadi pada kala 1), distosia bahu,dan partus lama.

Emboli air ketuban Merupakan syndrome dimana cairan ketuban memasuki sirkulasi
darah maternal, tiba-iba terjadi gangguan pernapasan yang akut dan syok. Pasien dapat
memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namum umumnya gejala dan
tanda yang terlihat adalag segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir persalinan,
pasien batuk-batuk, sesak, terengah-engah dan kadang “cardiac arrest”
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin dilahirkan. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah.
Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung
oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram diduga sebagai factor predisposisi terjadinya
distosia bahu.
Preeklamsia Adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan
laboratorium dijumpai protein di dalam urin/proteinuria.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida,
dan lebih dari 18 jam pada multigravida.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar,R. 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta, EGC

Manuaba. 2005, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta EGC

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal

Ika Setyarini Suprapti,Didien. Pusdik SDM Kesehatan, Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan


Maternal Neonatal

http: //www.slideshare.net. keegawatdaruratan Masa Persalinan kala I dan Kala II

http: //bppsdmk.kemkes.go.id, pdf. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

https://my.clevelendclinic.org/health/diseases/154amniotic-fluid-embolism-anaphylactic-
syndrome-of-pregnancy.

Anda mungkin juga menyukai