Anda di halaman 1dari 31

Distosia Bahu

dr. Muhammad Jadi Jacob, Sp.OG., KFER., Mediator


BAB I
PENDAHULUAN

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal


umumnya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai
kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu
bangsa.

Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah


distosia bahu saat proses persalinan.

Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu  bila dalam


persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus
dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan
episiotomi.
BAB II
Tinjauan Pustaka

Definisi
Distosisa bahu merupakan suatu keadaan diperlukan
tambahan manuver obstetri oleh karena dengan tarikan
biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan bayi.
Pada persalinan dengan persentasi kepala, setelah kepala
lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan pertolongan
biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala
dilahirkan, maka bahu memasuki panggul dalam posisi
oblik.
Dalam persalinan pervaginam, distosia bahu dicurigai
pada taksiran besar, waktu persalinan yang memanjang,
dan pertolongan persalinan dengan ekstraksi vakum.
Epidemiologi
 Insidens distosia bahu secara keseluruhan berkisar
antara 0,3% - 1%
 Pada berat badan bayi diatas 4000 gram insiden
menjadi meningkat 5-7%
 Pada berat badan bayi lebih dari 5500 gram
insidennya menjadi antara 8-10%.
Faktor Resiko
 Makrosomia ( > 4000 gr).
 Taksiran berat janin pada kehamilan
 Riwayat persalinan dengan bayi makrosomia

 Riwayat keluarga makrosomia


 Diabetes gestational

 Multiparitas
 Persalinan lewat bulan
Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh :
 Deformitas panggul

 Kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul


 Kelainan tenaga

 Kelainan letak dan bentuk janin


 Kelainan jalan lahir
Tanda dan Gejala
 Kepala bayi lahir tapi tetap berada di vagina
 Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar

 Kepala bayi sangkut di perineum, seperti masuk


kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura)
Diagnosis
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:
 Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak
dapat dilahirkan.
 Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva
dengan kencang.
 Dagu tertarik dan menekan perinium.
 Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang
terperangkap di belakang simfisis pubis.
 Gambaran Klinis dan Diagnosis Distosia Bahu :
 Biasanya ada perlambatan kemajuan turunnya kepala pada kala
II yang ditandai dengan bidan kesulitan dalam melahirkan bahu
 Biasanya ada kelahiran kepala yang perlahan, dengan ekstensi
kepala mengambil waktu lebihlama daripada biasanya
 Sekali kepala lahir, kepala masuk lagi ke vagina dan kepala
terihat tidak mampu bergerak 
 Tidak terjadi restitusi dan putaran paksi luar 
 Kepala bayi dipenuhi dengan darah, dan wajah menjadi
bengkak dan biru tua.
Komplikasi

1. Distosia bahu dapat menyebabkan terjadinya kompresi pada tali


pusat dan mengakibatkan :
 Penurunan pH arterial

2. Komplikasi karena distosia bahu


 Kerusakan pleksus brachialis
 Patah tulang, fraktur klavikula, fraktur humerus
 Asfiksia janin

 Kematian janin
Pengelolaan

Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai


berikut :
Diagnosis

Hentikan traksi kepala, segera memanggil bantuan

Manuver McRobert (episiotomi bila perlu, tekan supra pubik, tarikan


kepala)

Manuver Rubin (posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan


suprapubik, tarikan kepala)

Lahirkan bahu posterior atau posisi merangkak atau maneuver wood


1. Manuver Mcrobert

Manuver ini dimulai dengan memposisikan ibu


dalam posisi McRobert, yaitu ibu terlentang
Memfleksikan kedua paha, lutut menjadi sedekat
mungkin dengan dada, rotasi abduksi
Episiotomi cukup lebar (bahu posterior melewati
promontorium dan masuk ke dalam panggul
Asisten ( menekan suprasimfisis keposterior)
Lakukan tarikan pada kepala janin kearah
posterokaudal (nelahurkan bahu anterior)
McRobert Maneuver
McRobert maneuver dan suprapubic pressure
2. Maneuver Rubin

Diameter anteroposterior > sempit dari pada


diameter oblik/ transversa
Memutar bahu secara langsung / melakukan
tekanan suprapubik ke dorsal
Masih dalam posisi Mc.Robert masukan tangan
pada bagian posterior vagina tekan daerah ketiak
bayi bahu menjadi posisi oblik
Lanjutan

Lakukan penekanan suprapubik pada posisi


punggung janin anterior bahu lebih abduksi,
diameter mengecil
Dibantu dengan tekanan suprasimfisis ke
posterior
Lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal ,
melahirkan bahu anterior.
3. Melahirkan Bahu Posterior

Melahirkan bahu posterior dilakukan dengan


mengidentifikasi dulu posisi punggung bayi.
Masukkan tangan penolong yang
berseberangan dengan punggung bayi ke
vagina.
Temukan bahu posterior, telusuri lengan atas
dan buatlah sendi siku menjadi fleksi.
Langkah ini akan membuat bahu posterior
lahir dan membuat ruang cukup bagi bahu
posterior masuk ke bawah simfisis. Dengan
bantuan tekanan suprasimfisis ke arah
posterior, lakukan tarikan kepala ke arah
posterokaudal untuk melahirkan bahu
anterior
Melahirkan Bahu Posterior
4. Gaskin Maneuver

Ibu diposisikan pada tangan dan lutut. Hal


ini memungkinkan rotasi panggul ibu
dengan disimpaksi bahu anterior dibawah
simfisis.
Selanjutnya lahirkan bahu posterior dengan
traksi ke bawah lembut. Diikuti dengan dengan
pengeluaran bahu anterior dengan traksi ke atas
lembut.
Gaskin Maneuver
5. Maneuver Zavanelli

Manuever Zavanelli digunakan untuk


menempatkan kembali cephalic ke dalam
panggul diikuti dengan kelahiran sesar.
Bagian pertama dari manuver ini terdiri dari
kepala kembali ke posisi oksiput anterior atau
posterior. Operator memfleksikan kepala dan
perlahan-lahan mendorong kembali ke dalam
vagina, setelah persalinan sesar dilakukan .
Maneuver Zavanelli
BAB III
KESIMPULAN

Distosia bahu adalah peristiwa dimana


tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Tanda dan gejala distosia bahu adalah pada
proses persalinan normal kepala lahir melalui
gerakan ekstensi.
Pada distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam
dan tidak dapat mengalami putaran paksi luar
yang normal.
Disebabkan oleh karena faktor-faktor
komplikasi pada maternal atau neonatal.
Untuk penatalaksanaannya dilakukan episiotomi
secukupnya dan dilakukannya Manuver
Mc.Robert, karena manuver ini cukup sederhana,
aman, dan dapat mengatasi sebagian besar
distosia bahu.
Daftar Pustaka
 Siswanto Rukmono. Distosia bahu. Dalam: Prawirohardjo Sarwono
dkk, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Bina Pustaka; 2008. Hal.
599-605.
 Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar. Edisi 5. Jakarta; 2008.
Hal 6.8-6.12
 Cunningham S Gary. Shoulder Dystocia. In: Kenneth J. Leveno et al,
editors. Wiliams Obstetric. 23 ed. United States: McGraw Hill; 2010.
Chapter 20.
 Lawson Shari M. Shoulder Dystocia. In : Linda M et al, editors. Johns
Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. 3 ed. Phyladelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007. P 86-87.
 Voughan mary C. Shulder dystocia. In : Evans Arthur T et al, editor.
Manual of Obstetric. 7 ed. Phyladelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2007. P. Chapter 10.
 Delke isaac. Delivery in the emergency department. In : Abdu A band et al,
editors. Handbook of Obstetric and Gynecologic Emergency. 4 ed.
Phyladelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. P. 161-169.
 Obstetric operatif. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung. Bandung. Hal 90-94.
 Galan Henry. Shoulder dystociia. In : Gabbe Steven et al, editor. Obstetric
Normal and Abnormal Pregnancies. 5 ed. Phyladelphia: Churchill
Livingstone; 2007. Chapter 17.
 Decherney Alan H. Dystocia. In: Laurent Nathan et al, editor. Current
Diagnosis and Management in Obstetric and Gynecologic. United States:
McGraw Hill; 2010. Chapter 28.
 Barnhart Kurt. Distocia. In: Pfeifer Samantha M et al, editors. NMS Obstetric
and Gynecology. 6 ed. Phyladelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. P.
Chapter 12
 Goodwin T Murphy. Shoulder dystocia. In: adams Paula J et al, editors. 5-
minute Obstetric & Gynecology Consult. 1 ed. Phyladelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2008. P. Section 8.
 Homko Carol J et al. Diabetes in Pregnancy. In: Reece E Albert et al, editors.
Clinical Obstetric. 3 ed. UK. Blackwell; 2007. P 750.
 Alhamad Esam H. Shaulder Dustosia. In: Pearlman Mark D et al,
editors. Obstetric and Gynecologic Emergency. United States:
McGraw Hill; 2008. Chapter 20.
 Norwits Errol R. Obstetric Emergency. In: Fowlie A et al, editors.
Oxford American Handbook of Obstetric and Gynecology. 1 ed.
New York: Oxford University press. Chapter 8.
 Joan Pitkin. Obstetric Emergency. In: Magowan Brian A et al,
editors. Obstetric and Gynecology an Ilustrated. Phyladelphia:
Churchill Livingstone; 2003. P 62.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai