Pencernaan
Pengantar Biopsikologi
Editor:
Raysha Agustini., S.Psi., M.Si
SISTEM PENCERNAAN
2) Lidah (Lingua)
Permukaan lidah dilapisi oleh lapisan mukosa yang penuh
dengan bintil-bintil (papilla) yang mengandung saraf pengecap.
Lidah berfungsi sebagai indera pengecap makanan, mengatur
makanan pada saat mengunyah dan menelan makanan, serta
membantu menghasilkan suara ketika berbicara. Lidah juga
berfungsi untuk membantu mencampur makanan dengan air liur
dan mendorong makanan masuk ke esofagus.
b. Tekak (Faring)
Tekak merupakan pertemuan saluran pernapasan antara rongga
hidung dengan tenggorokan dan saluran pencernaan antara rongga
mulut dan kerongkongan. Tekak memiliki lubang yang menuju
tenggorokan, disebut glotis dan ditutup oleh klep yang disebut epiglotis
pada waktu proses menelan. Tekak terdiri dari tiga bagian, yaitu
nasofaring, orofaring, dan tubaeustachius.
1) Nasofaring adalah ruang di atas langit-langit lunak di bagian
belakang hidung yang menghubungkan hidung ke mulut.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan berupa tabung otot yang panjangnya sekitar 25
cm, memanjang dari akhir rongga mulut hingga lambung. Fungsinya
adalah sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah dari mulut
menuju lambung (menelan makanan), mencegah benda asing masuk ke
perut, menghasilkan gerak peristaltik, dan mencegah laju cairan dari
perut.
Kerongkongan terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan mukosa,
lapisan submukosa, lapisan muskularis, dan lapisan adventitia. Satu
pertiga bagian atasnya terdiri dari otot lurik dan dua pertiga bagian
bawahnya terdiri dari otot polos. Makanan pada saluran ini hanya
membutuhkan waktu enam detik untuk sampai ke lambung karena
kontraksi otot lurik pada satu pertiga kerongkongan bagian atas.
Gerakan ini terjadi karena otot memanjang dan melingkar dinding
esofagus berkontraksi secara bergantian.
g. Anus (Rektum)
Bagian kolon paling akhir disebut anus (rectum) yang panjangnya
±15 cm. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses, menahan feses agar tidak keluar secara tiba-tiba, membantu feses
keluar dengan gerak peristaltik. Pada anus terdapat otot volunter yang
dikendalikan oleh kehendak kita.
b. Hati (Hepar)
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam
rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Hati
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan zat makanan dalam darah,
sebagai penyekresi empedu, dan membentuk eritrosit.
Berdasarkan fungsinya hati termasuk alat ekskresi, hal ini dilihat
karena hati membantu fungsi ginjal dengan mendetoksifikasi beberapa
senyawa yang memiliki sifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan
asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino.
c. Kantung Empedu
Kantung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya.
d. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar eksokrin sekaligus kelenjar
endokrin. Pankreas disebut sebagai kelenjar eksokrin karena
menghasilkan getah-getah pankreas yang disekresikan ke usus halus.
Sementara itu, sebagai kelenjar endokrin, pankreas menghasilkan
hormon insulin dan glukagon.
Pankreas terletak pada kuadran kiri atas abdomen atau perut dan
bagian kaput atau kepalanya menempel pada organ duodenum. Fungsi
pankreas:
1) Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glukagon,
yang menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat
tingkat pelepasan dari hati.
2) Pengurangan kadar gula dalam darah yang mengeluarkan insulin
yang mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel tubuh,
terutama otot.
G. Studi Kasus
Terdapat dua studi kasus yang berkaitan dengan sistem pencernaan manusia,
yaitu autisme dan stres.
1. Autisme
a. Aspek Fisik
Kondisi flora yang ada di usus (gut flora) jadi penentu kondisi
kesehatan organ vital secara keseluruhan. Sejak bayi seseorang telah
mendapat kondisi awal gut flora, tepat saat dilahirkan. Kesehatan flora
yang terdapat di dinding rahim dan vagina berasal dari gut flora di
dalam usus.
b. Aspek Psikologis
Dalam kasus penderita autisme, gut flora menjadi studi kasus
yang kerap dipelajari lebih lanjut hubungannya dengan kondisi
emosional pasien. Ketidak seimbangan bakteri baik dan buruk dalam
usus dapat menghambat kinerja otak dalam mencerna informasi.
Informasi sensorik menjadi rusak, sehingga menyebabkan gangguan
pada otak anak penderita autisme.
REFERENSI
Harlan, J. (2018). Biopsikologi. Depok: Universitas Gunadarma.
Editor:
Raysha Agustini, S.Psi., M.Si
Disusun Oleh: