Pre-Eklampsia
Partus Lama
Persalinan Letak
Sungsang
Distosia Bahu
Faktor Resiko
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi pada
saat inparu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%) Faktor
resiko
4. Multipara
5. Solusio plasenta
6. IUFD
7. Partus presipitatus
8. Suction curettahge
9. Terminasi kehamilan
10. Trauma abdomen
11. Versi luar
12.Amniosentesis
Tanda dan gejala
Gelisah, Dyspnea
Mual dan dan
Muntah Sianosis
Takikardi
dan Kesadaran
Menurun
Takipnea
Kejang
Fase
AFE
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif
2. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
3. Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan
umum ibu stabil
4. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan ventrikel
kanan
5. Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
6. Terapi tambahan :
a. Resusitasi cairan
b. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
d. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
e. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
f. Segera rawat di ICU
Distosia
Bahu
Definisi :
Distosia bahu Distosia ialah kesulitan jalannya persalinan
atau dapat didefinisikan Distosia ialah
persalinan atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan
dengan lima faktor persalinan (Rustam,
1998)
Manuver Mc Robert
(Posisi Mc Robert, episiotomi bila perlu, tekanan supra pubic, tarikan
kepala)
Manuver Rubin
(Posisi tetap Mc Robert, rotasikan bahu, tekanan supra pubic, tarikan
kepala)
Melahirkan Bayi
1. Cara Bracht
a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam
secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar
dengan panjang paha, jari yang lain memegang
daerah panggul)
b. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin
c. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada
d. Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula
inferior tampak di bawah simfisis (dengan mengikuti
gerak rotasi anterior, yaitu: punggung janin di
dekatkan kearah perut ibu, tanpa tarikan) disesuaikan
dengan lahirnya badan bayi
e. Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi
dan kepala
Pertolongan Persalinan Bayi
Sungsang
Melahirkan Bayi
2. Cara Klasik
a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam dan
dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
b. Tali pusat di kendorkan
c. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu
tangan dan tarik ke atas
1) Dengan tangan kiri tarik ke arah kanan atas ibu
untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di
belakang
2) Dengan tangan kanan tarik kearah
kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi
yang berada di belakang
d. Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai
letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi,
untuk melahirkan lengan belakang bayi
e. Setelah bahu dan lengan belakan lahir kedua kaki di tarik
kearah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya
untuk melahirkan bahu dan lengan bayi, bagian depan
dilakukan dengan cara yang sama
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang
Melahirkan Bayi
3. Cara Muller
Pegeluaran bahu dan tangan secara muller dilakukan jika
dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.
Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik
kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, kearah
belakang kontra lateral dari letak bahu depan. Setelah
bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang
sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang
Pertolongan Persalinan Bayi
Sungsang
Melahirkan Bayi
4. Cara Lovset
Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di
belakang kepala atau nuchl arm
a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang bayi
dengan kedua tangan. Putar bayi 180 derajat dengan
lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari
tangan yang muchal.
b. Memutar kembali 180 derajat kearah yang
berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara
klasik atau muller
Cara Melahirkan Kepala Bayi Sungsang
Melahirkan Kepala
5. Cara Mauriceu
Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila
dengan bracht kepala belum lahir
a. Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga
badan bayi seolah – olah memegang kuda (untuk
penolong kidal, letakkan badan bayi diatas tangan
kanan)
b. Satu jari di masukkan di mulut dan dua jari di
maksila
c. Tangan kanan memegang atau mencekam bahu dan
tengkuk bayi
d. Pinta seorang asisten menekan fundus uteri
e. Bersama dengan adanya HIS, asisten menekan
fundus uteri, penolong persalinan melakukan tarikan
kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir di bimbing
jari yang di masukkan untuK menekan dagu atau
mulut
Partus Lama
Partus Lama
Partus Lama
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih,
bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif
Etiologi
1. Kelainan Tenaga (Kelainan HIS)
2. Kelainan Janin
3. Kelainan Jalan Lahir
Komplikasi Komplikasi
1. Komplikasi pada ibu 2. Komplikasi pada janin
a. Solutio Plasenta a. Kelahiran prematur
b. Koagulopati b. RDS ( Respiratory
Distress Syndrome)
c. Gagal ginjal akut
c. PPHN (Persistent
d. Kerusakan hati
Pulmonary
e. Edema paru Hypertension)
f. Hematoma e. Kegagalan
respirasi
g. Penyakit kardiovaskuler
h. Defek neurologi.
Klasifikasi Eklampsia
Berdasarkan waktu terjadinya, yaitu:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar
dibedakan terutama saat mulai inpartu
3. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir
Penanganan Kejang
1. Beri obat antikonvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker dan balon)
3. Beri oksigen 4-6 liter per menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
Penanganan Umum
7. Jika tekanan diastolic tetap, lebih dari 110mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai tekanan siastolik di antara 90-100 mmHg
8. Pasang infuse dengan jarum besar (16 gauige atau lebih besar)
9. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
10.Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
11.Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per-jam: hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V. (NaCL 0,9% atau Ringer
Laktat) pada kecepatan 1 liter per-8 jam, pantau kemungkinan oedema paru
12.Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
13.Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
14.Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru
15.Hentikan pemberian cairan I.V. dan berikan diuretic, misalnya : furosemid 40mg I.V , satu kali saja jika ada oedema paru 10.Nilai
pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test).
11.Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koadulopati
THANKKEGAWATDARURATA
YOU
N PERSALINAN KALA I
DAN II