Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mendukung keberlangsungan peran seorang wanita, sudah

selayaknyalah kesejahteraan wanita diperhatikan, salah satu caranya yaitu

dengan memperhatikan beberapa masalah yang sedang dihadapi wanita saat

ini yaitu tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya adalah

malpresentasi dan malposisi saat persalinan (Manuaba, 2005 &

Prawirohardjo, 2009).

Morbiditas dan mortalitas persalinan letak sungsang lebih berat

dibandingkan letak kepala. Ini disebabkan oleh hal-hal berikut:Bagian yang

paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.Terdapat 3

komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat menimbulkan

komplikasi yaitu : Persalinan bokong, Persalinan bahu dengan lengan,

Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali

pembukaan serviks semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi

terperangkap, Kelambatan persalinan kepala bayi akan menimbulkan asfiksia

karena tali pusat tertekan sehingga aliran darah menuju bayi mengalami

penurunan dan kekurangan nutrisi serta oksigen, Dipaksa melahirkan kepala

bayi yang hanya mempunyai waktu terbatas sekitar 5-10 menit dapat

menimbulkan trauma pada:Persendian leher, Trauma langsung pada kepala

bayi, Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat

menimbulkangangguan mental dan intelegensi (Sastrawinata, 2004).


Dan tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah

malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada beberapa cara yang

dipakai untuk mengubah presentasi bokong (letak sungsang) pada ibu. Bukti-

buktinya tentang manfaat dari berbagai versi itu sudah cukup

(Prawirohardjo, 2009).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan distosia bahu, dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut varney dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan tersebut dalam bentuk catatan
SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori kehamilan fisiologis
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu hamil
fisiologis.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil fisologis dengan
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebituhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibi hamil dalam
bentuk catatan SOAP.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian Distosia Bahu


Merupakan penyulit yg berat. Baru diketahui saat kepala sudah lahir
dan tali pusat sdh terjepit antara panggul dan badan anak Angka kejadian pd
bayi dgn BB >2500 gr : 0,15%. Angka kejadian pd bayi dgn BB > 4000 gr :
1,7%.
B. Etiologi
Makrosomia : ukuran badan relatif lebih besar dari ukuran kepala
dan bukan semata-mata BB bayi yang > 4000 gr. Kemungkinan
makrosomia dipikirkan pd pasien DM , obesitas , kehamilan lewat
waktu , pemanjangan kala II.

C. III. Pengelolaan
Persiapan :
1. Dokter penolong yg berpengalaman.
2. Didampingi ahli anestesi.
3. Didampingi dokter anak.
Segera setelah kepala anak lahir dan terjadi Distosia bahu harus dibuat
episiotomi mediolateral yg lebar dan anestesi adekuat.
Upaya melahirkan bahu pd distosia bahu.
1. Penekanan di daerah suprapubis oleh pembantu penolong.
2. Perasat Mc Roberts.
3. Perasat Wood.
4. Berusaha melahirkan bahu belakang.
5. Bila anak mati dilakukan kleidotomi
Penekanan di daerah suprapubis
Penekanan dilakukan sementara penolong menggerakkan kepala anak
ke bawah, ke arah sakrum ibu untuk melepaskan bahu depan yang
tersangkut di bawah simfisis.
Perasat Mc Roberts
 Ibu memegang dan menarik kedua pahanya ke arah perutnya sambil
meregangkan kedua pahanya ke kiri dan ke kanan. Sementara penolong
berusaha membebaskan bahu anak yg tersangkut dg menggerakkan kepala
anak ke bawah.
Perasat Wood
 Memutar bahu depan 180º sehingga bahu depan menjadi bahu belakang
dan bahu belakang yg sudah diputar ke depan akan lahir dibawah simfisis.
Hal ini terjadi krn bahu belakang sdh turun lebih jauh dari bahu depan.
Berusaha melahirkan bahu belakang
 Secara hati-hati melahirkan lengan belakang dengan gerakan
lengan anak dgn tangan dalam sedemikian rupa sehingga seolah-olah
lengan anak menyapu mukanya dan selanjutnya menyapu dadanya,
dilanjutkan dgn melahirkan lengan belakang.
 Kemudian bahu diputar shg diameter biakromialis mengisi diameter oblik
dari pintu bawah panggul dan selanjutnya bahu depan dilahirkan di bawah
simfisis.
 Risiko : lengan atas yang dilahirkan lebih dulu patah.
D. IV. Prognosis
 Morbiditas dan mortalitas cukup tinggi
 Fraktur humeri , klavikula , kematian janin.
 Perdarahan pasca salin ( atonia uteri , robekan jalan lahir ).
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Dengan Distosia Bahu
1. Pengkajian Kala I
Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Umur :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Alasan Datang Periksa/ Keluhan Utama


a. Alasan Datang Periksa :
b. Keluhan Utama :

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat kesehatan sekarang :
b. Riwayat alergi :
c. Lain-lain :

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Diabetes maternal, terutama diabetes gestasional atau diabetes kelas
A tipe I, karena kemungkinan makrosomia. Bayi dari ibu dengan
diabetes mempunyai rasio lingkar bahu-kepala yang lebih besar
daripada ibu non diabetes walaupun memliki berat lahir yang sama.

5. Riwayat Menstruasi :
HPHT :
Riwayat siklus, lama, dan jumlah menstruasi klien.
Wanita sering kali keliru mengartikan bercak darah akibat
implantasi sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat
berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami.
Siklus : 28 ± 2 hari
Lama : 3-8 hari (Mochtar,2011)
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/ H M Abnor Lak Peny
PB
malitas tasi
1
2

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Berisi riwayat kehamilan ibu yang dimulai sejak trimester I hingga
sebelum datang tanda inpartu.

8. Riwayat Ginekologi
1. Paritas, Penyulit dan Riwayat persalinan:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah
keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum
hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya (Sarwono, 2005).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma
persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum
(Rayburn, 2001).

9. Riwayat Kontrasepsi:
10. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal
hygiene
Kebiasaan
Seksualitas

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual :


1) Psikologis :
2) Sosial : Pernikahan keberapa, lama menikah,
status pernikahan sah/tidak
Jika orang hamil sudah lama menikah, nilai anak tentu besar
sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan.
(Sulaiman,1983 : 155)
3) Kultural :
4) Spiritual :

Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
Tekanan darah :
Nadi :
Suhu Tubuh :
Pernapasan :
Antropometri :
Tinggi Badan : >145 cm
Tinggi Badan ibu lebih dari 145 cm.
Bila kurang curiga kesempitan
panggul (CPD).
Berat Badan Sebelum Hamil :
Berat Badan Sekarang : penambahan BB ≥ 15
kg
Berat badan ditimbang untuk memperoleh kenaikan
berat badan total selama kehamilan (Varney,2006)
Pertambahan BB lebih dari 15 kg dapat diindikasikan
bahwa ibu mengalami PEB,DM, dan janin mengalami
makrosomia (Varney,2006)
Ukuran LILA :
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Telinga :
Leher :
Dada :
Payudara :
Abdomen :
Genetalia :
Ekstremitas :

Palpasi
Leher :
Payudara :
Abdomen :
TFU Mc. Donald :
Leopold I : TFU menggunakan Jari : (obstetri
fisiolofi ,1983; 162)
Usia Kehamilan TFU
Sebelum 12 minggu belum dapat diraba dari luar
12 minggu fundus uteri teraba 1-2 jari
atas symphysis
16 minggu teraba pertengahan antara
syim-pusat
20 minggu teraba 3 jari bawah pusat
24 minggu teraba setinggi pusat
28 minggu teraba 3 jari atas pusat
32 minggu teraba pertengahan PX-Pusat
36 minggu teraba 3 jari bawah PX
40 minggu teraba pertengahan PX-Pusat
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian
janin yang berada di fundus perkiraan berat janin,
tinggi fundus, lingkar abdomen berkaitan dengan
jumlah minggu kehamilan, dapat menunjukkan
kesalahan dalam menentukan HPHT (Varney,2006)
Leopold II :
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada
kedua sisi uterus.
Teraba bagian panjang dan keras seperti papan
pada sebelah kanan/kiri ibu dan sebaliknya teraba
bagian kecil janin.
Leopold III :
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada
bagian SBR dan sudah masuk PAP atau belum.
Pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan
melenting, bagian ini masih/ sudah tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV :
Untuk menentukan presentasi dan engangement.
Bagian terendah janin sudah masuk PAP (Divergen)
atau belum masuk PAP (Konvergen).
TBBJ :
> 4000 gram. Terdapat 50-60 % kejadian distosia bahu
dengan berat badan lebih dari 4000 gram
TBJ (gr) = (TFU-12)x155, jika kepala masih diatas
spina ischiadika
Penurunan Kepala Janin:
5/5 : Jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di
atas simfisis pubis.
4/5 : Jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
3/5 : Jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul
2/5 : jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin
masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian
telah turun melewati bidang tengah rongga pangul.
1/5 : jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba
bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis dan
4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul.
0/5 : jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat
diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian
terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggul.
HIS :

Genetalia :

Ekstremitas :

Auskultasi
Dada :
Abdomen :
Perkusi
Dada :
Ekstremitas :

c) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam :
d) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboatorium
 Kadar Hb normal lebih dari 11 gr%
 Albumin urine negative
 Reduksi urine negative (Sulaiman, 1983:157)
Pemeriksaan Radiologi
 Ultrasonografi (UNPAD,1983)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis :
G PAPAH usia kehamilan ....... minggu, inpartu kala I fase
laten/aktif(akselerasi/dilatasi maksimal/deselerasi)
Janin tunggal, hidup, intrauterine
Intrauterine hanya ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa
USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan
merupakan kehamilan intrauterine

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah actual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis masalah potensial tersebut tidak terjadi
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Ruusan ini mencakup
tidakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
Rasional : penjelasan hasil pemeriksaan merupakan hak ibu dan
keluarga.
2. Pantau kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin menggunakan
partograf
Rasional: partograf merupakan alat ukur kemajuan persalinan (Varney,
2007)
3. Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
Rasional : makan dan cairan yang cukup dapat member energy (Varney,
2007).
4. Anjurkan ibu untuk miring kiri
Rasional: berbaring miring kiri dapat mengurangi tekanan pada vena
cava inferior yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan dapat
membantu mempercepat penurunan bagi terendah janin (Varney, 2007).
5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
Rasional: kandung kemih yang penuh berpotensi untuk memperlambat
proses persalinan (Varney, 2007).
6. Berikan KIE teknik nafas dalam pada waktu his
Rasional: latihan nafas dalam dapat membantu mengurangi rasa nyeri
(Varney, 2007).
7. Berikan KIE tentang posisi saat meneran
Rasional: informed choice mengenai bebagai pilihan posisi saat meneran
yang paling nyaman untuk klien (Marilynn Doenges, 2001).
8. Cek alat-alat persalinan dan pelindung diri penolong untuk menolong
persalinan
Rasional: Untuk memeriksa kelengkapan alat pada proses pertolongan
persalinan serta sebagai alat pelindung diri (Marilynn Doenges, 2001).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP
II. Pengkajian Kala II
A. PENGKAJIAN
Data Subjektif
Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80
mmHg, <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
Pernapasan : 16-20 x/menit
Adanya tanda dan gejala Kala II Persalinan
(1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum/vaginanya
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva vagina dan spingter ani membuka
(5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Genetalia : tampak perineum menonjol, vulva-
sfingter ani membuka (APN,2008)
Palpasi
Abdomen :
HIS : >3 x 10’ = 50”
Kala II: His menjadi lebih kuat selama 50 detik
datang setiap 3 menit .(IGG manuaba, 1998)
Auskultasi
Abdomen : DJJ : terdengar jelas, teratur,
frekuensi 120-160 x/menit, interval
teratur tidak lebih dari 2 punctum
maximal (Mochtar, 1998:51)
Daerah/letak DJJ : kuadran kiri/kanan
bawah
c) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam :
Tanggal : jam :

Vulva,vagina : tampak membuka


Pengeluaran pervaginam : lendir darah, cairan ketuban
Dinding vagina : tidak oedema
Pembukaan : 10 cm
Effacement : 100%
Ketuban : jernih/utuh
Presentasi : belakang kepala
Denominator : UUK kanan/kiri depan
Tidak teraba bagian terkecil
janin
Hodge : III/IV

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis :
G PAPAH UK ... minggu, inpartu kala II dengan Distosia Bahu
Janin tunggal, hidup.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

V. INTERVENSI
1. Anjurkan Ibu untuk bersikap tenang dan relaks.

R/ : Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam

menangani situasi gawat darurat secara efektif.

2. Memanggil dokter yang bertanggung jawab untuk segera datang.


R/ : Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum dokter
datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin
terjadi atau untuk t indakan resusitasi.

3. Siapkan peralatan tindakan resusitasi.

R/ : komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang


(klavikula dan humerus), cedera pleksus brakhialis, dan hipoksia
yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak.

4. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.

R/ : Banyak penyebab distosia bahu juga mengakibatkan pembesaran


uterus dan menjadi predisposisi perdarahan postpartum

5. Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.

R/ : Memberitahu ibu agar ibu dapat tenang dan agar dapat


bekerjasama bersama bidan selama tindakan dan beritahu
kepada ibu bahwa bidan akan melakukan hal - hal yang
menyakitkan bagi ibu. Beritahukan ibu bahwa ibu tidak boleh
mengejan sekarang.

6. Atur posisi Mc Robert.

R/ : Perasat Mc Robert merupakan perasat pertama yang paling efektif


untuk mengurangi distosia bahu dengan sedikit cedera pada bayi.

7. Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu ke salah satu
diameter oblik pelvis jika berada dalam diameter transversal atau
anteropoeterior pada pelvis ibu. Putar bahu menjadi diameter oblik dari
pelvis atau anteroposterior bila melintang.

R/ : Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat


menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
8. Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik
untuk menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam
melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan
pleksus syaraf brakhialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan
cara kedua tangan saling menumpuk diletakkan di atas simpisis.
Selanjutnya ditekan ke arah luar bawah perut.

R/ : Bidan tidak boleh memberikan tekanan pada fundus. Takanan pada


fundus hanya lebih jauh mengimpaksi bahu, membuang waktu,
kemungkinan menyebabkan cedera pada janin dan
kemungkinan menyebakan ruptur uterus dengan akibat yang
membahayakan baik bagi ibu maupun bagi janin.

9. Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung


kemih karena dapat menganggu turunnya bahu, melakukan episiotomi,
melakukan pemeriksaan dalam untuk mencari kemungkinan adanya
penyebab lain distosia bahu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
menyingkirkan penyebab lain distosia persalianan setelah kepala lahir
dan mengharuskan untuk memasukan seluruh tangan ke dalam vagina
sejauh mungkin, penyebab lain distosia yang harus disingkirkan antara
lain :

- Tali pusat pendek

- Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh


karena tumor

- Lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptur uteri

R/ : Bidan sebaiknya tidak menolong persalinan dengan tiga penyebab


terakhir atau distosia persalinan. Lingkaran Bandl adalah tanda pada
persalinan yang diabaikan.
10. Mencoba kembali melahirkan bahu dengan perasat Mc Robert dan
tekanan supra pubic terarah, jika distoia persalinan didiagnosis sebagai
akibat dari distosia bahu.

R/ : Bayi akan dilahirkan setelah langkah ini jika kondisinya adalah


distosia bahu ringan atau sedang.

11. Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka


botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood.
Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah
jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang
menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180⁰.
Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan
bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang disertai dengan
penekanan daerah suprapubik

R/ : Dalam melakukan perasat ini tahan setiap keinginan untuk


mengaitkan jari - jari dibawah axilla bayi. Tindakan ini tidak akan
membantu dalam melahirkan bahu posterior secepat yang
dijelaskan oleh perasat dan paling sering menyebabkan cedera
pleksus saraf

12. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti
langkah 11

R/ : Hal ini akan menggantikan bahu posterior yang akan dilahirkan


sekarang dengan bahu anterior.

13. Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan


klavikula anterior kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior,
dan badan janin

R/ : Klavikula anterior dipatahkan terlebih dahulu untuk meruntuhkan


bahu anterior dan mengeluarkannya dari belakang simfisis pubis.
Namun bahaya mematahkan klavikula adalah kemungkinan melukai
paru dibawahnya dengan ujung tulang yang patah dan
menyebabkan pneumothoraks atau mencederai pembuluh darah
subklavia.

14. Melakukan maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk


memasukkan kepala kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan
dinding posterior vagina, selanjutnya kepala janin di tahan dan
dimasukkan, kemudian dilakukan SC

R/ : Maneuver Zavenelli merupakan pilihan terakhir karena tidak


memungkinkan untuk melahirkan bayi melalui vagina.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP

III. Pengkajian Kala III


A. PENGKAJIAN
1) Data Subjektif
2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg - 120/80 mmHg, <140/90
mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
Pernapasan : 16-20 x/menit
Bayi baru lahir tanggal........ Jam..... WITA
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
A/S : 7 - 10
BB : 2500-4000 gram
PB : 48 – 52 cm
Adanya tanda tanda lepasnya plasenta
Perubahan bentuk dan tinggi uterus
Tali pusat memanjang
Semburan darah mendadak dan singkat.

b) Pemeriksaan fisik
Genetalia : tampak tali pusat memanjang, tampak
semburan darah mendadak dan singkat
(APN,2008)
Palpasi
Abdomen : teraba tinggi fundus berada diatas
pusat (APN,2008)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : GPAPAH kala III

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada
V. INTERVENSI
1. Lakukan MAK kala III
Rasional : Melahirkan placenta dan untuk mencegah terjadinya
kompilkasi pada kala III (Varney, 2007).
2. Cek Kelengkapan Placenta
Rasional : Menghindari terjadinya perdarahan akibat tertinggalnya sisa
placenta (Varney,2007).
3. Evaluasi kemungkinan laserasi dan lakukan penjahitan apabila terjadi
laserasi
Rasional : Sebagai acuan untuk melakukan heacting (Varney, 2007).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP

IV. Pengkajian Kala IV


A. PENGKAJIAN
1) Data Subjektif
2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80
mmHg, <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
Pernapasan : 16-20 x/menit
Placenta lahir lengkap tanggal ..... jam .... WITA
Kontraksi uterus baik
Perdarahan < 500 cc
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Abdomen : tampak mengecil
Genetalia : ada/tidak ada laserasi, tidak ada
memar ataupun hematoma (Varney,
2007)
Palpasi
Abdomen : teraba uterus di tengah-tengah
abdomen, teraba membulat keras
(Varney,2007)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : PAPAH kala IV

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

VI. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada
V. INTERVENSI
1. Bersihkan ibu dan bantu ibu mengenakan pakaian
Rasional : memberikan rasa nyaman pada ibu untuk beristirahat dan
menjaga privasi ibu
2. Bersihkan dan dekontaminasi alat
Rasional: mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial
(Marilynn Doenges, 2001).
3. Lakukan pemantauan kala IV
Rasional: Perubahan keadaan tubuh ibu dari saat hamil, mempengaruhi
KU dan TTV ibu yang menggambarkan kondisi ibu, pemantauan
kontraksi uterus untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum.
(Varney, 2007).
4. Ajarkan ibu untuk masase uterus
Rasional: memberikan rangsangan taktil pada uterus mencegah
terjadinya perdarahan (Varney, 2007).
5. Anjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat
Rasional: mengembalikan energy dan dehidrasi yang digunakan selama
proses persalinan (Marilynn Doenges, 2001).
6. Dekontaminasi tempat persalinan
Rasional: Pencegahan infeksi melalui peralatan-peralatan persalinan.
7. Lengkapi partograf
Rasional: Pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
dilakukan

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP

Anda mungkin juga menyukai