PENDAHULUAN
ini yaitu tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya adalah
Prawirohardjo, 2009).
karena tali pusat tertekan sehingga aliran darah menuju bayi mengalami
bayi yang hanya mempunyai waktu terbatas sekitar 5-10 menit dapat
bayi, Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat
malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada beberapa cara yang
dipakai untuk mengubah presentasi bokong (letak sungsang) pada ibu. Bukti-
(Prawirohardjo, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan distosia bahu, dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut varney dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan tersebut dalam bentuk catatan
SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori kehamilan fisiologis
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu hamil
fisiologis.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil fisologis dengan
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebituhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibi hamil dalam
bentuk catatan SOAP.
BAB II
TINJAUAN KASUS
C. III. Pengelolaan
Persiapan :
1. Dokter penolong yg berpengalaman.
2. Didampingi ahli anestesi.
3. Didampingi dokter anak.
Segera setelah kepala anak lahir dan terjadi Distosia bahu harus dibuat
episiotomi mediolateral yg lebar dan anestesi adekuat.
Upaya melahirkan bahu pd distosia bahu.
1. Penekanan di daerah suprapubis oleh pembantu penolong.
2. Perasat Mc Roberts.
3. Perasat Wood.
4. Berusaha melahirkan bahu belakang.
5. Bila anak mati dilakukan kleidotomi
Penekanan di daerah suprapubis
Penekanan dilakukan sementara penolong menggerakkan kepala anak
ke bawah, ke arah sakrum ibu untuk melepaskan bahu depan yang
tersangkut di bawah simfisis.
Perasat Mc Roberts
Ibu memegang dan menarik kedua pahanya ke arah perutnya sambil
meregangkan kedua pahanya ke kiri dan ke kanan. Sementara penolong
berusaha membebaskan bahu anak yg tersangkut dg menggerakkan kepala
anak ke bawah.
Perasat Wood
Memutar bahu depan 180º sehingga bahu depan menjadi bahu belakang
dan bahu belakang yg sudah diputar ke depan akan lahir dibawah simfisis.
Hal ini terjadi krn bahu belakang sdh turun lebih jauh dari bahu depan.
Berusaha melahirkan bahu belakang
Secara hati-hati melahirkan lengan belakang dengan gerakan
lengan anak dgn tangan dalam sedemikian rupa sehingga seolah-olah
lengan anak menyapu mukanya dan selanjutnya menyapu dadanya,
dilanjutkan dgn melahirkan lengan belakang.
Kemudian bahu diputar shg diameter biakromialis mengisi diameter oblik
dari pintu bawah panggul dan selanjutnya bahu depan dilahirkan di bawah
simfisis.
Risiko : lengan atas yang dilahirkan lebih dulu patah.
D. IV. Prognosis
Morbiditas dan mortalitas cukup tinggi
Fraktur humeri , klavikula , kematian janin.
Perdarahan pasca salin ( atonia uteri , robekan jalan lahir ).
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Dengan Distosia Bahu
1. Pengkajian Kala I
Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Umur :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
5. Riwayat Menstruasi :
HPHT :
Riwayat siklus, lama, dan jumlah menstruasi klien.
Wanita sering kali keliru mengartikan bercak darah akibat
implantasi sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat
berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami.
Siklus : 28 ± 2 hari
Lama : 3-8 hari (Mochtar,2011)
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/ H M Abnor Lak Peny
PB
malitas tasi
1
2
8. Riwayat Ginekologi
1. Paritas, Penyulit dan Riwayat persalinan:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah
keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum
hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya (Sarwono, 2005).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma
persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum
(Rayburn, 2001).
9. Riwayat Kontrasepsi:
10. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal
hygiene
Kebiasaan
Seksualitas
Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
Tekanan darah :
Nadi :
Suhu Tubuh :
Pernapasan :
Antropometri :
Tinggi Badan : >145 cm
Tinggi Badan ibu lebih dari 145 cm.
Bila kurang curiga kesempitan
panggul (CPD).
Berat Badan Sebelum Hamil :
Berat Badan Sekarang : penambahan BB ≥ 15
kg
Berat badan ditimbang untuk memperoleh kenaikan
berat badan total selama kehamilan (Varney,2006)
Pertambahan BB lebih dari 15 kg dapat diindikasikan
bahwa ibu mengalami PEB,DM, dan janin mengalami
makrosomia (Varney,2006)
Ukuran LILA :
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Telinga :
Leher :
Dada :
Payudara :
Abdomen :
Genetalia :
Ekstremitas :
Palpasi
Leher :
Payudara :
Abdomen :
TFU Mc. Donald :
Leopold I : TFU menggunakan Jari : (obstetri
fisiolofi ,1983; 162)
Usia Kehamilan TFU
Sebelum 12 minggu belum dapat diraba dari luar
12 minggu fundus uteri teraba 1-2 jari
atas symphysis
16 minggu teraba pertengahan antara
syim-pusat
20 minggu teraba 3 jari bawah pusat
24 minggu teraba setinggi pusat
28 minggu teraba 3 jari atas pusat
32 minggu teraba pertengahan PX-Pusat
36 minggu teraba 3 jari bawah PX
40 minggu teraba pertengahan PX-Pusat
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian
janin yang berada di fundus perkiraan berat janin,
tinggi fundus, lingkar abdomen berkaitan dengan
jumlah minggu kehamilan, dapat menunjukkan
kesalahan dalam menentukan HPHT (Varney,2006)
Leopold II :
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada
kedua sisi uterus.
Teraba bagian panjang dan keras seperti papan
pada sebelah kanan/kiri ibu dan sebaliknya teraba
bagian kecil janin.
Leopold III :
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada
bagian SBR dan sudah masuk PAP atau belum.
Pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan
melenting, bagian ini masih/ sudah tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV :
Untuk menentukan presentasi dan engangement.
Bagian terendah janin sudah masuk PAP (Divergen)
atau belum masuk PAP (Konvergen).
TBBJ :
> 4000 gram. Terdapat 50-60 % kejadian distosia bahu
dengan berat badan lebih dari 4000 gram
TBJ (gr) = (TFU-12)x155, jika kepala masih diatas
spina ischiadika
Penurunan Kepala Janin:
5/5 : Jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di
atas simfisis pubis.
4/5 : Jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
3/5 : Jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul
2/5 : jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin
masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian
telah turun melewati bidang tengah rongga pangul.
1/5 : jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba
bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis dan
4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul.
0/5 : jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat
diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian
terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggul.
HIS :
Genetalia :
Ekstremitas :
Auskultasi
Dada :
Abdomen :
Perkusi
Dada :
Ekstremitas :
c) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam :
d) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboatorium
Kadar Hb normal lebih dari 11 gr%
Albumin urine negative
Reduksi urine negative (Sulaiman, 1983:157)
Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi (UNPAD,1983)
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
Rasional : penjelasan hasil pemeriksaan merupakan hak ibu dan
keluarga.
2. Pantau kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin menggunakan
partograf
Rasional: partograf merupakan alat ukur kemajuan persalinan (Varney,
2007)
3. Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
Rasional : makan dan cairan yang cukup dapat member energy (Varney,
2007).
4. Anjurkan ibu untuk miring kiri
Rasional: berbaring miring kiri dapat mengurangi tekanan pada vena
cava inferior yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan dapat
membantu mempercepat penurunan bagi terendah janin (Varney, 2007).
5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
Rasional: kandung kemih yang penuh berpotensi untuk memperlambat
proses persalinan (Varney, 2007).
6. Berikan KIE teknik nafas dalam pada waktu his
Rasional: latihan nafas dalam dapat membantu mengurangi rasa nyeri
(Varney, 2007).
7. Berikan KIE tentang posisi saat meneran
Rasional: informed choice mengenai bebagai pilihan posisi saat meneran
yang paling nyaman untuk klien (Marilynn Doenges, 2001).
8. Cek alat-alat persalinan dan pelindung diri penolong untuk menolong
persalinan
Rasional: Untuk memeriksa kelengkapan alat pada proses pertolongan
persalinan serta sebagai alat pelindung diri (Marilynn Doenges, 2001).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP
II. Pengkajian Kala II
A. PENGKAJIAN
Data Subjektif
Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80
mmHg, <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
Pernapasan : 16-20 x/menit
Adanya tanda dan gejala Kala II Persalinan
(1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum/vaginanya
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva vagina dan spingter ani membuka
(5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Genetalia : tampak perineum menonjol, vulva-
sfingter ani membuka (APN,2008)
Palpasi
Abdomen :
HIS : >3 x 10’ = 50”
Kala II: His menjadi lebih kuat selama 50 detik
datang setiap 3 menit .(IGG manuaba, 1998)
Auskultasi
Abdomen : DJJ : terdengar jelas, teratur,
frekuensi 120-160 x/menit, interval
teratur tidak lebih dari 2 punctum
maximal (Mochtar, 1998:51)
Daerah/letak DJJ : kuadran kiri/kanan
bawah
c) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam :
Tanggal : jam :
V. INTERVENSI
1. Anjurkan Ibu untuk bersikap tenang dan relaks.
7. Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu ke salah satu
diameter oblik pelvis jika berada dalam diameter transversal atau
anteropoeterior pada pelvis ibu. Putar bahu menjadi diameter oblik dari
pelvis atau anteroposterior bila melintang.
12. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti
langkah 11
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP
b) Pemeriksaan fisik
Genetalia : tampak tali pusat memanjang, tampak
semburan darah mendadak dan singkat
(APN,2008)
Palpasi
Abdomen : teraba tinggi fundus berada diatas
pusat (APN,2008)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP