Anda di halaman 1dari 19

STUDI KASUS

FARMASI KLINIK
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. KARIADI
SEMARANG

Disusun oleh:
Skolastika Feranda Wardhani, S. Farm
Nunung Andrianingsih S. Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEMARANG
NOVEMBER
2016

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kanker
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berfungsi fisiologis (Panji, 2011). Kanker terjadi karena timbul dan berkembang
biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (dekstrutif), dapat menyebar
kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker
akan menyebabkan jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan
istilah yang dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh
(Hadi, 2011).
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit
yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah
tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan
sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian
dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut
metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO,
2009). Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu istilah untuk
penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang
jaringan di sekitarnya.
B. Penyebab Kanker
Karsinogen merupakan faktorfaktor tertentu sebagai penyebab yang dapat
menimbulkan pembentukan kanker. Faktor tersebut termasuk senyawa kimia (zat
karsinogen), faktor fisika, virus, hormon, faktor genetik atau keturunan (Sjamsuhidayat,
2005).
a. Senyawa kimia (zat karsinogen)
Zat pengawet, zat pewarna, bahan tambahan pada makanan dan minuman dapat
menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Bahan sintetis
misalnya bahan dalam industri plastik, bahan industri, bahan celup dan juga obatobatan
kemoterapi di dunia kedokteran.
b. Faktor fisika
Faktor fisika dalam hal ini adalah bom atom dan radioteapi agresif (radiasi sinar
pengion).

c. Virus
Virus yang menjadi penyebab kanker sulit dipastikan karena virus sulit untuk
diisolasi. Virus dianggap bisa menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga
mengganggu generasi selanjutnya dari populasi tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). Salah
satu virus yang dapat menyebabkan kanker adalah virus Human Immunodefiency Virus
(HIV) akan rentan terhadap infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Jenis virus tersebut
disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik (Lubis & Hasilda, 2009).
d. Hormon
Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ saja, yaitu organ yang
pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seperti payudara, uterus dan prostat.
e. Kelainan kongenital
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga, semisal dengan kanker payudara hal ini
akan mempunyai resiko yang besar terkena kanker payudara dibanding dengan orang
yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut.
C. Pengertian Kanker Colorectal
Kanker colorectal ditujukan pada tumor ganas yang berasal dari mukosa colon atau
rectum. Kebanyakan kanker colorectal berkembang dari polip, oleh karena itu
polypectomy colon mampu menurunkan kejadian kanker colorectal. Polip colon dan
kanker pada stadium dini terkadang tidak menunjukkan gejala. Secara histopatologis,
hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan
dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda-beda. Tumor dapat menyebar melalui
infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih, melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe pericolon dan mesocolon, dan melalui aliran darah,
biasanya ke hati karena colon mengalirkan darah ke sistem portal.
D. Patologi
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar
sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon
ascenden, transversum sampai batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik
atau polipoid. Pada permulaan, massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor colon
kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi dengan
simtom habit bowel: sakit di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan

dengan makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadang-kadang disertai diare


ringan. Berat badan semakin menurun dan anemia karena adanya perdarahan kecil
tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi, mungkin karena volum colon kanan lebih besar.
Suatu saat dapat dipalpasi massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
Karsinoma usus besar kiri (colon transversum batas flexura lienalis, colon descenden,
sigmoid dan rectum) tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkin-ring. Pada
permulaan, tumor tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk
plak melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian tengah mengalami
ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir dan darah, konstipasi dan
tenesmus mirip dengan sindrom disentri.
E. Terapi Kanker
Menurut Sjamsuhidayat (2005) pengobatan kanker dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Pengobatan kanker didasarkan atas
tahapan penyakit dan beberapa faktor lain.
a. Pembedahan
Pembedahan masih sering dilakukan karena merupakan modalitas pengobatan yang
terbaik. Pembedahan mungkin dipilih sebagai metode pengobatan primer, atau mungkin
sebagai metode diagnostik, profilaktik, paliatif atau rekonstruktif (Smeltzer & Bare,
2002).
b. Radioterapi
Terapi radiasi merupakan terapi yang menggunakan radiasi ionisasi tinggi yang
digunakan untuk mengganggu pertumbuhan selular. Terapi ini merupakan terapi lokal
yang digunakan sendiri atau kombinasi dengan terapi lain (Otto, 2005).
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk membunuh selsel tumor dengan
mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. Obat yang digunakan untuk mengobati kanker
menghambat mekanisme proliferasi sel. Obatobat anti kanker disebut sitostatika. Efek
samping yang mungkin timbul dari kemoterapi ini adalah rambut rontok, mual, diare,
berat badan menurun, mulut kering (Otto, 2005).
d. Kemoterapi
a. Pengertian
Kemoterapi adalah cara pengobatan yang menggunakan obat kimia untuk
membunuh sel kanker dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi adalah
penggunaan obatobatan sitotoksik dalam terapi kanker (Otto, 2005). Kemoterapi

merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering
dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastasis
(Desen, 2011). Kemoterapi adalah terapi dengan obat anti kanker. Obat ini selain
bersifat toksik terhadap sel tubuh normal, terutama sel yang mempunyai kemampuan
membelah dengan cepat, seperti sel darah, folikel rambut, mukosa gastrointestinal dan
sistem reproduksi. Pada umumnya obat anti kanker ini mempunyai efektifitas terapi
yang sangat dekat dengan efek toksik (Sukardja, 2003).
b. Tujuan Terapi Kemoterapi
Menurut Sukardja (2003) kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda,
yaitu :
1) Kemoterapi kuratif
Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas
obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masingmasing
efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat
dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi
tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel
kanker dalam tubuh.
2) Kemoterapi adjuvant
Kemoterapi adjuvant adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal. Pada
dasarnya ini adalah bagian dari terapi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra
operasi sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi
primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat
bertambah.
3) Kemoterapi neoadjuvan
Kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlikalisir
tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika terlebih
dahulu kemoterapi 23 siklus dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah,
berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya.
4) Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon dan
lainlain hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam
stadium lanjut kemoterapi bersifat paliatif, hanya berperan mengurangi gejala,
memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter mempertimbangkan keuntungan
dan kerugiannya, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup
pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.
5) Kemoterapi investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau
obat baru yang sedang diteliti.

e. Stadium Kanker
Sistem TNM adalah suatu cara untuk melukiskan stadium kanker. Pentahapan
menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Dalam sistem Tumor Nodus Metastase
(TNM), sistem yang sering digunakan untuk menggambarkan keganasan. Sistem TNM ini, T
mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus/ metastase
kelenjar limfe regional, M mengacu pada keluasan metastasis. Penderajatan mengacu pada
klasifikasi selsel tumor. Sistem penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan
yang menjadi asal dari tumor dan tingkat selsel mempertahankan fungsi dan karakteristik
histologis dari jaringan asal. Penderajatan ini dituliskan dengan nilai numerik, dengan rentang
I sampai IV.
a. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang berdiferensia baik, struktur dan fungsinya
hampir menyerupai jaringan asal.
b. Tumor derajat II dikenal sebagai tumor berdiferensia secara moderat, struktur sel dengan
beberapa imaturitas.
c. Tumor derajat III dikenal sebagai tumor berdiferensiasi buruk, dengan struktur sel imatur
dengan sedikit kemiripan dengan jaringan normal.
d. Tumor derajat IV yaitu tumor yang tidak menyerupai jaringan asal dalam struktur atau
fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi. Sel tumor
tersebut cenderung agresif dan kurang responsif terhadap dengan baik (Smeltzer & Bare,
2002).

e. Penatalaksanaan Ca Colon

BAB II
STUDI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Berat Badan
Tinggi Badan
Keluhan utama
Diagnosa Utama

: Bp. MS
: Laki-laki
: 38 tahun
: 36 kg
: 160 cm
: Hendak kemoterapi ke 4, keluhan mual dan muntah
: Ca Colon

B. RIWAYAT PENYAKIT
Bp. MS datang ke RSDK pada tanggal 28 Oktober 2016 hendak melanjutkan
terapi ke 4 untuk kanker usus besar. Dilakukan penelitian laboratorium dari sampel
darah dan urin pasien untuk mengetahui kondisi pasien sebelum melakukan
kemoterapi. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa hemoglobin, hematokrit,
eritrosit, natrium, kalium dan klorida dibawah batas normal dan menunjukkan bahwa
leukosit, SGOT, ureum, dan kreatinin di atas nilai normal. Pasien mengeluhkan mual
dan muntah sebagai efek samping dari kemoterapi. Pasien tidak mengalami keluhan
nyeri ulu hati, batuk, sesak maupun demam, BAK lancar, BAB lancar tidak ada
keluhan.

BAB III
ANALISIS SOAP
Form Database pasien :
Nama pasien

: Tn. MS

Ruang

: P. Rajawali 5A kanker

No. RM

: C572380

Gol. Darah/Rh : B+

Jenis kelamin

: Lakilaki

Tgl masuk

: 28/10/2016

Umur

: 38 th

Diagnosis

: Adeno Ca Colon Poorly Differentiated

BB (kg) dan TB (cm) : 36 dan 160 Alergi obat

Pemeriksaan lab :
Parameter
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Leukosit
Trombosit
RDW
MPV
Glukosa
sewaktu
SGOT
SGPT
Albumin
Ureum
Kreatinin
Magnesium
Kalsium
Natrium

29/10
11,3
32,7
3,87
29,2
84,5
34,6
14,9
427
11,7
6,24
159

1/11
8,8
27,0
3,2
27,8
85,2
32,6
11,5
297,0
11,9
8,3

44
41
3,8
215
2,30

48
47
3,3
13,5
1,6
0,88
2,02
136

124

2/11
12,0
35,3
4,05
29,7
87,2
34,1
8,46
227
12,0
6,44

3,3
86
1,3

Ket.
L
L
L

Nilai Normal
13,00 16,00 g/Dl
40-54%
4,4-5,9 pg
27,00-36,00 Fl
70-96 g/dl
29,00-36,00
3,8-10,6
150-400 FI
11,60-14,80
4,00-11,00 Fl
159 mg/

15-34 U/L
15-60 U/L
3,4-5,0 g/Dl
15-39 mg/dL
0,60-1,30 mg/dL
0,74-0,99 mmol/L
80-160 mg/DL
136-145 mmol/L

L
H
L

145

Kalium
2,3
Chlorida
70
Tanda Vital :
TTV
TD
(mmHg)
RR
(x/min)
T (C)
HR
(x/min)

2,6
89

2,8
95

L
L

3,5-5,1 mmol/L
98-107 mmol/L

Ke 1
28/10/16
110/80

Ke 2
29/10/16
120/80

Ke 3
30/10/16
120/70

Ke 4
Ke 5
Ke 6
Ke 7
31/11/16 1/11/16 2/11/16 3/11/16
110/70
110/70 110/70 120/80

20

20

20

20

20

20

20

36,5
87

36,5
86

36,8
87

36,6
88

36,8
86

36,6
86

36,6
84

Waktu Pemberian Obat :


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17

Nama obat dan


dosis
Omeprazole 20
mg/12 jam po
Metoclopramid
10 mg/8 jam po
NaCl caps 500
mg/8 jam po
KSR 1 tab/8 jam
po
KCL 4 cc/jam iv
Dhypenhidramin
1 ampul iv
NaCL Infus 0,9
% 20 tpm iv
Oxaliplatin 145
mg iv
Leukovorin 58
mg iv
5 FU 580 mg iv
bolus
5 FU 1740 mg iv
infus
Avastin 230 mg
iv
Ondansetron 8
mg/8 jam
premed iv
D5%
Dexamethason
10 mg premed
Ranitidin 50 mg
premed
Diphenhidramin

28/10

29/10

Tanggal
1/11 2/11

30/10

31/10

3/11

4/11

5/11

6/11

7/11

stop

20 mg

Obat Yang Digunakan


Nama obat

Indikasi

Omeprazole

Untuk terapi
jangka pendek
pada
kasus tukak
lambung,
tukak
duodenum dan
refluks
esofagitis.

Metoclopramid

Dipenhidramin

KSR

KCL

NaCL 3%

Mencegah
mual dan
muntah

Pencegahan
dan
pengobatan,
mual, muntah,
antihistamin,
antispasmodic
dan
antikolinergik
Pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
Cairan
hipertonik
untuk
pengganti
elektrolit
Cairan
hipertonik
untuk
pengganti
cairan dan
elektrolit

Dosis

20 mg/12 jam

10 mg/8 jam

1 amp

Rute
pemb
erian

Po

Po

iv

Interaksi

ESO

Outcome
terapi

Tidak ada

Mual, sakit kepala,


diare, konstipasi,
flatulen, kemerahan
kulit.

Mengurangi
sekresi asam
lambung
dan Mencegah
stress ulcer

Tidak ada

Tidak ada

Pusing, Mengantuk,
Diare (pada
pengguna dosis
tinggi), Sakit
kepala, Mulut
kering, Ruam pada
kulit, Payudara
terasa nyeri,
Menstruasi yang
tidak teratur, Detak
jantung yang cepat,
Gangguan motorik
pada otot wajah,
mata, serta tubuh.

Mual muntah
Prokemoterapi

Gangguan darah,
gangguan saluran
cerna, reaksi alergi,
efek antimuskarinik

Antiemetik

1 tab/8 jam

Po

Tidak ada

Mual, muntah,
diare, nyeri perut.

Pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia

4 cc/jam

Iv

Tidak ada

Menyeimbang
kan elektrolit

3% 20 tpm

Iv
bolus

Tidak ada

Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis,
hipervolemia

Menyeimbang
kan elektrolit

NaCL 0,9%

(contoh:
hiponatremia
ringan)
Terapi
pengganti
cairan yang
hilang secara
akut

0,9% 20 tpm

iv
bolus

Tidak ada

NaCL caps

Pengganti
cairan dan
elektrolit

500 mg/8 jam

po

Tidak ada

Oxaliplatin

Terapi paliatif
karsinoma
kolon

145 mg

iv

Tidak ada

Iv

+ fluorouracil

meningkatkan
toksisitas
fluorouracil
secara
sinergisme
farmakodinam
ik.

Leukovorin

5 FU

5 FU

Meningkatkan
efek
fluorouracil

Terapi paliatif
karsinoma
kolon, rektum,
payudara,
lambung,
pankreas.

Terapi paliatif
karsinoma
kolon, rektum,
payudara,
lambung,
pankreas.

580 mg

580 mg

Iv

1740 mg

Iv

+ leucovorin :
leucovorin
meningkatkan
toksisitas dari
fluouracil

+ leucovorin :
leucovorin
meningkatkan
toksisitas dari
fluouracil

Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis,
hipervolemia
Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis,
hipervolemia
Diare, abdominal
pain, mual muntah,
demam, dan
neuropati

Reaksi alergi,
pireksia.

Stomatitis,
esofagofaringitis,
diare, anoreksia,
mual, muntah,
leukopenia,
alopesia,
dermatitis, kulit
kering,
fotosensitivitas,
fotofobia,
lakrimasi,
epistaksis, euforia,
sindrom
serebelum akut,
perubahan pada
kuku, iskemia
miokardium.
Stomatitis,
esofagofaringitis,
diare, anoreksia,
mual, muntah,
leukopenia,
alopesia,
dermatitis, kulit
kering,
fotosensitivitas,
fotofobia,
lakrimasi,
epistaksis, euforia,
sindrom

Menyeimbang
kan elektrolit

Menyeimbang
kan elektrolit

Kemoterapi

Meningkatkan
efek
fluorouracil

Kemoterapi

Kemoterapi

Avastin

Ondansteron

D5%

Dexametason

Ranitidin

Dipenhidramin

Terapi paliatif
karsinoma
kolon

Pencegahan
mual dan
muntah yang
berhubungan
dengan
kemoterapi
kanker yang
sangat
emetogenik
Rehidrasi,
suplai energi
parenteral,
cairan dasar.
Terutama
sebagai agen
antiinflamasi
atau
immunosuppre
ssan
dalam
pengobatan
berbagai
penyakit dan
sebagai
antiemetik.
Ulkus
duodenal dan
ulkus gaster
ringan, refluks
esofagitis,
hiperasiditas.
Pencegahan
dan
pengobatan
mual, muntah,
antihistamin,
antispasmodic
dan
antikolinergik
moderat

230 mg

serebelum akut,
perubahan pada
kuku, iskemia
miokardium.
Hipertensi,
perdarahan,
trombositopenia,
dan proteinuria

Iv

Tidak ada

Iv

+
dexametason :
dexametason
akan
menurunkan
level atau efek
ondansetron
melalui
metabolisme
CYP3A4
enzim
intestinal

Konstipasi, sakit
kepala, wajah ke
merahan (flushing),
rasa panas atau
hangat di kepala
dan epigastrium
yang bersifat
sementara

Antiemetik

Iv

Tidak ada

Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis.

Rehidrasi

10 mg premed

po

+
ondansetron :
akan
menurunkan
level atau efek
ondansetron
melalui
metabolisme
CYP3A4
enzim
intestinal

Muka tembem,
penebalan seperti
selulit pada
punggung dan
perut, hipertensi,
penurunan toleransi
terhadap
karbohidrat dan
gejala-gejala
lainnya.

Antiemetik

Premed 50
mg

po

Tidak ada

Sakit kepala,
pusing.

Antiemetik

Tidak ada

Gangguan darah,
gangguan saluran
cerna, reaksi alergi,
efek antimuskarinik

Antiemetik

8 mg 1 amp
premed

kecepatan
infus: 3
mL/kgBB/hr

20 mg premed

po

Kemoterapi

METODE SOAP :
Problem
Medik
Adenokarsino
ma kolon
metastase
kemoterapi ke
4
Efek samping
Kemoterapi
(Mual,
Muntah)
obsurmatif
vormitus

Subyektif
-

High emetik
hari 1
kemoterapi

Obyektif
Tekanan darah:
110/70 mmHg
HR (x/menit): 72
RR (x/menit): 21
T: 36,3 C
-

Terapi
-

mFolfox 6 :
Oxaliplatin
Leukovorin
5FU
Avastin
Dipenhidramin
Omeprazol
Metoclopramid
Ondansetron
Ranitidin
Dexametason

Analisis

DRP

Sebagai lini
pertama pengobatan
dengan Kemoterapi

Penggunaan
metoclopramid
dan
difenhidramin
untuk mengatasi
mual dan muntah
pada pasien
kemoterapi.
Ondansentron
sebagai
antiemetik
sebelum dan
pasca kemoterapi
dan
difenhidramin
sebagai
antikolinergik.
Ranitidin
digunakan untuk
menghambat
sekresi asam
lambung
Penggunaan
omeprazol sudah
tepat yaitu
sebagai terapi
profilaksis stress
ulcer untuk
pasien yang akan
di kemoterapi.
Kombinasi
omeprazol+ondan

steron+ranitidin+
dexametason+dip
enhidramin
untuk membantu
keberhasilan
terapi dalam
menurunkan efek
samping mual
muntah
kemoterapi

Regimen dosis obat sitostatika :


Diketahui : TB = 160 cm dan BB = 36 kg
TB BB
BSA
= 36 00
16 0 36
= 36 00
= 1,6
= 1,26
= 40,73 mL/min

BSA
CrCL
Obat :
Oxaliplatin : 100 mg/m2 iv 2 jam = 126 mg hari 1
Kemasan = 100-130 mg tiap 2-3 minggu (DIH, 2010)
Leukovorin : 400 mg/m2 iv 2 jam = 504 mg hari 1
Kemasan = 50 mg
5 FU : 400 mg/m2/hari bolus = 504 mg hari 1
2400 mg/m2 drip = 3024 mg hari 1
i.v bolus kemasan : 500-600 mg/m2 (DIH, 2010)
continous i.v infusi kemasan : 1000 mg/m2 untuk 4-5 hari tiap 3-4 minggu dan
2300-2600 mg/m2 1 hari tiap minggu (DIH, 2010)

Avastin 5 atau 10 mg/kgBB : 180 mg atau 124 mg


Kemasan = 100 mg/4 mL dan 400 mg/16 mL (DIH, 2010)
Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan regimen dosis mFolfox6 = Dosis sudah
sesuai.

4. Penatalaksanaan Terapi
Adeno Ca Colon Poorly Differentiated
Terapi Farmakologi

Terapi Neo adjuvant

Tujuan : untuk mengecilkan benjolan sebelum pembedahan (stage IIIC dan atau
locally unresectable)
5FU/RT atau Cape/RT atau 5FU/Leuco/RT

Terapi adjuvant
Tujuan : untuk menghabiskan sisa residu sel kanker pasca pembedahan.
Pada kasus terapi adjuvan post operatif, regimen kemoterapi yang dapat diberikan:
mFOLFOX 6 :
- Oxaliplatin 100 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
- Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
- 5-FU 400 mg/m2 IV bolus hari ke-1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (Total
2400 mg/m2 selama 46-48 jam) continuous infusion. Diulang setiap 2 minggu hingga
total 6 bulan terapi perioperatif atau selama 12 siklus
FOLFOX4 :
- Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
- Leucovorin 200 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1 dan ke-2 5-FU 400 mg/m2 IV
bolus hari ke-1, kemudian 600 mg/m2/hari selama 22 jam) continuous infusion, hari
ke-1 dan ke-2. Diulang setiap 2 minggu hingga total 6 bulan terapi perioperatif.
Simplified biweekly Infusional 5-FU/LV (sLV5FU2):
Leucovorin 400 mg/m2 IV hari ke-1, diikuti dengan bolus 5-FU 400 mg/m2,
kemudian 1200 mg/m2/hari

x 2 hari (Total 2400 mg/m2 selama 46-48 jam)

continuous infusion. Diulang setiap 2 minggu hingga total 6 bulan terapi perioperatif.
Capecitabine: Capecitabine 1250 mg/m2, 2 kali sehari, hari ke-1-14 setiap 3 minggu
hingga total 6 bulan terapi perioperatif
5. Plan
-

Sebelum dilakukan kemoterapi, terlebih dahulu memperbaiki kondisi pasien seperti


hasil laboratorium dan tanda vital.

Jika terjadi efek samping obat dari fluouracil seperti : diare dapat dipertimbangkan
untuk pemberian ciprofloksasin 250 mg bid dan atau loperamide 4 mg po

Pada pemberian oxaliplatin dapat menyebabkan efek samping seperti neuropati


perifer, dapat dipertimbangkan untuk pemberian kalsium glukonat 1g dan
magnesium sulfat 1g diberikan bersama-sama di 250mL 5% glukosa IV lebih dari
20 menit sebelum dan sesudah infus oxaliplatin.

Pemberian metoclopramid perlu dipertimbangkan masih diberikan atau tidak


dengan kondisi post operatif high emetik dapat dianjurkan dengan pemberian

ondansetron 8 mg iv/8 jam dan dimenhidramin 1 ampul iv sebelum dan sesudah


menjalani kemoterapi sebagai antiemetik sesuai dengan protokol.
-

Pasien mengeluh efek samping mukositis dapat disarankan pemberian obat


Nystatin.

Menyarankan ke pasien mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran hijau


sebagai antioksidan alami.

Memberikan semangat dan motivasi ke pasien agar kuat menjalani terapi


penyembuhan kanker.

6. Monitoring
a) Efek samping kemoterapi seperti mual dan muntah
b) Interaksi fluouracil dengan leukovorin dapat meningkatkan efek toksisitas dari
fluouracil, sehingga perlu pemantauan efek samping atau toksisitas dari
fluorouracil.
c) Efek samping masing masing obat seperti obat avastin dengan ESO GI perforasi
merupakan komplikasi yang jarang namun berpotensi fatal yang memerlukan
evaluasi cepat dari sakit perut yang berhubungan dengan muntah atau sembelit
ataupun hipertensi perlu. Efek samping 5 FU seperti handfoot syndrome, diare
dan stomasitis.
d) Monitoring tanda vital, data klinik pasien seperti nilai elektrolit (kalium, natrium,
kalsium), eritrosit, hematokrit dan hemoglobin maupun tanda vital pasien.
e) Monitoring interaksi obat leukovorin+5FU yang dapat meningkatkan toksisitas
5FU, serta interaksi dexametason+ondansetron yang dapat menurunkan efek dari
ondansetron sehingga dosis ondansetron dapat ditingkatkan.
7. Evaluasi Terapi Hasil
- Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi manfaat dari pengobatan dan
-

mendeteksi kekambuhan.
Pasien yang menjalani reseksi bedah kuratif, dengan atau tanpa terapi adjuvant,

membutuhkan tindak lanjut rutin. Konsultasikan pedoman praktek untuk spesifik.


Evaluasi pasien untuk efek samping seperti diare, mual atau muntah, sariawan,

kelelahan, dan demam.


Kebanyakan pasien mengalami gejala kekambuhan, seperti sindrom nyeri,
perubahan kebiasaan buang air besar, anoreksia, dan penurunan berat badan.

Kekambuhan pada pasien tanpa gejala dapat dideteksi karena peningkatan kadar
-

serum CEA.
Memantau indeks kualitas hidup, terutama pada pasien dengan penyakit metastasis.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro et al. 2014. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Ninth Edition. The


McGraw-Hill Companies: USA
Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Kanker Usus Besar. 2007
Drug Information Handbook 17th Edition. 2009. Apha: Amerika.
Formularium Spesialistik Ilmu Penyakit Dalam. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Jakarta
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Rektum
Medscape
National Health System

Anda mungkin juga menyukai