FARMASI KLINIK
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. KARIADI
SEMARANG
Disusun oleh:
Skolastika Feranda Wardhani, S. Farm
Nunung Andrianingsih S. Farm
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kanker
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berfungsi fisiologis (Panji, 2011). Kanker terjadi karena timbul dan berkembang
biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (dekstrutif), dapat menyebar
kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker
akan menyebabkan jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan
istilah yang dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh
(Hadi, 2011).
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit
yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah
tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan
sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian
dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut
metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO,
2009). Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu istilah untuk
penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang
jaringan di sekitarnya.
B. Penyebab Kanker
Karsinogen merupakan faktorfaktor tertentu sebagai penyebab yang dapat
menimbulkan pembentukan kanker. Faktor tersebut termasuk senyawa kimia (zat
karsinogen), faktor fisika, virus, hormon, faktor genetik atau keturunan (Sjamsuhidayat,
2005).
a. Senyawa kimia (zat karsinogen)
Zat pengawet, zat pewarna, bahan tambahan pada makanan dan minuman dapat
menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Bahan sintetis
misalnya bahan dalam industri plastik, bahan industri, bahan celup dan juga obatobatan
kemoterapi di dunia kedokteran.
b. Faktor fisika
Faktor fisika dalam hal ini adalah bom atom dan radioteapi agresif (radiasi sinar
pengion).
c. Virus
Virus yang menjadi penyebab kanker sulit dipastikan karena virus sulit untuk
diisolasi. Virus dianggap bisa menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga
mengganggu generasi selanjutnya dari populasi tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). Salah
satu virus yang dapat menyebabkan kanker adalah virus Human Immunodefiency Virus
(HIV) akan rentan terhadap infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Jenis virus tersebut
disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik (Lubis & Hasilda, 2009).
d. Hormon
Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ saja, yaitu organ yang
pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seperti payudara, uterus dan prostat.
e. Kelainan kongenital
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga, semisal dengan kanker payudara hal ini
akan mempunyai resiko yang besar terkena kanker payudara dibanding dengan orang
yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut.
C. Pengertian Kanker Colorectal
Kanker colorectal ditujukan pada tumor ganas yang berasal dari mukosa colon atau
rectum. Kebanyakan kanker colorectal berkembang dari polip, oleh karena itu
polypectomy colon mampu menurunkan kejadian kanker colorectal. Polip colon dan
kanker pada stadium dini terkadang tidak menunjukkan gejala. Secara histopatologis,
hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan
dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda-beda. Tumor dapat menyebar melalui
infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih, melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe pericolon dan mesocolon, dan melalui aliran darah,
biasanya ke hati karena colon mengalirkan darah ke sistem portal.
D. Patologi
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar
sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon
ascenden, transversum sampai batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik
atau polipoid. Pada permulaan, massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor colon
kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi dengan
simtom habit bowel: sakit di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan
merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering
dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastasis
(Desen, 2011). Kemoterapi adalah terapi dengan obat anti kanker. Obat ini selain
bersifat toksik terhadap sel tubuh normal, terutama sel yang mempunyai kemampuan
membelah dengan cepat, seperti sel darah, folikel rambut, mukosa gastrointestinal dan
sistem reproduksi. Pada umumnya obat anti kanker ini mempunyai efektifitas terapi
yang sangat dekat dengan efek toksik (Sukardja, 2003).
b. Tujuan Terapi Kemoterapi
Menurut Sukardja (2003) kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda,
yaitu :
1) Kemoterapi kuratif
Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas
obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masingmasing
efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat
dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi
tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel
kanker dalam tubuh.
2) Kemoterapi adjuvant
Kemoterapi adjuvant adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal. Pada
dasarnya ini adalah bagian dari terapi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra
operasi sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi
primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat
bertambah.
3) Kemoterapi neoadjuvan
Kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlikalisir
tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika terlebih
dahulu kemoterapi 23 siklus dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah,
berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya.
4) Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon dan
lainlain hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam
stadium lanjut kemoterapi bersifat paliatif, hanya berperan mengurangi gejala,
memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter mempertimbangkan keuntungan
dan kerugiannya, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup
pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.
5) Kemoterapi investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau
obat baru yang sedang diteliti.
e. Stadium Kanker
Sistem TNM adalah suatu cara untuk melukiskan stadium kanker. Pentahapan
menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Dalam sistem Tumor Nodus Metastase
(TNM), sistem yang sering digunakan untuk menggambarkan keganasan. Sistem TNM ini, T
mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus/ metastase
kelenjar limfe regional, M mengacu pada keluasan metastasis. Penderajatan mengacu pada
klasifikasi selsel tumor. Sistem penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan
yang menjadi asal dari tumor dan tingkat selsel mempertahankan fungsi dan karakteristik
histologis dari jaringan asal. Penderajatan ini dituliskan dengan nilai numerik, dengan rentang
I sampai IV.
a. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang berdiferensia baik, struktur dan fungsinya
hampir menyerupai jaringan asal.
b. Tumor derajat II dikenal sebagai tumor berdiferensia secara moderat, struktur sel dengan
beberapa imaturitas.
c. Tumor derajat III dikenal sebagai tumor berdiferensiasi buruk, dengan struktur sel imatur
dengan sedikit kemiripan dengan jaringan normal.
d. Tumor derajat IV yaitu tumor yang tidak menyerupai jaringan asal dalam struktur atau
fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi. Sel tumor
tersebut cenderung agresif dan kurang responsif terhadap dengan baik (Smeltzer & Bare,
2002).
e. Penatalaksanaan Ca Colon
BAB II
STUDI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Berat Badan
Tinggi Badan
Keluhan utama
Diagnosa Utama
: Bp. MS
: Laki-laki
: 38 tahun
: 36 kg
: 160 cm
: Hendak kemoterapi ke 4, keluhan mual dan muntah
: Ca Colon
B. RIWAYAT PENYAKIT
Bp. MS datang ke RSDK pada tanggal 28 Oktober 2016 hendak melanjutkan
terapi ke 4 untuk kanker usus besar. Dilakukan penelitian laboratorium dari sampel
darah dan urin pasien untuk mengetahui kondisi pasien sebelum melakukan
kemoterapi. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa hemoglobin, hematokrit,
eritrosit, natrium, kalium dan klorida dibawah batas normal dan menunjukkan bahwa
leukosit, SGOT, ureum, dan kreatinin di atas nilai normal. Pasien mengeluhkan mual
dan muntah sebagai efek samping dari kemoterapi. Pasien tidak mengalami keluhan
nyeri ulu hati, batuk, sesak maupun demam, BAK lancar, BAB lancar tidak ada
keluhan.
BAB III
ANALISIS SOAP
Form Database pasien :
Nama pasien
: Tn. MS
Ruang
: P. Rajawali 5A kanker
No. RM
: C572380
Gol. Darah/Rh : B+
Jenis kelamin
: Lakilaki
Tgl masuk
: 28/10/2016
Umur
: 38 th
Diagnosis
Pemeriksaan lab :
Parameter
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Leukosit
Trombosit
RDW
MPV
Glukosa
sewaktu
SGOT
SGPT
Albumin
Ureum
Kreatinin
Magnesium
Kalsium
Natrium
29/10
11,3
32,7
3,87
29,2
84,5
34,6
14,9
427
11,7
6,24
159
1/11
8,8
27,0
3,2
27,8
85,2
32,6
11,5
297,0
11,9
8,3
44
41
3,8
215
2,30
48
47
3,3
13,5
1,6
0,88
2,02
136
124
2/11
12,0
35,3
4,05
29,7
87,2
34,1
8,46
227
12,0
6,44
3,3
86
1,3
Ket.
L
L
L
Nilai Normal
13,00 16,00 g/Dl
40-54%
4,4-5,9 pg
27,00-36,00 Fl
70-96 g/dl
29,00-36,00
3,8-10,6
150-400 FI
11,60-14,80
4,00-11,00 Fl
159 mg/
15-34 U/L
15-60 U/L
3,4-5,0 g/Dl
15-39 mg/dL
0,60-1,30 mg/dL
0,74-0,99 mmol/L
80-160 mg/DL
136-145 mmol/L
L
H
L
145
Kalium
2,3
Chlorida
70
Tanda Vital :
TTV
TD
(mmHg)
RR
(x/min)
T (C)
HR
(x/min)
2,6
89
2,8
95
L
L
3,5-5,1 mmol/L
98-107 mmol/L
Ke 1
28/10/16
110/80
Ke 2
29/10/16
120/80
Ke 3
30/10/16
120/70
Ke 4
Ke 5
Ke 6
Ke 7
31/11/16 1/11/16 2/11/16 3/11/16
110/70
110/70 110/70 120/80
20
20
20
20
20
20
20
36,5
87
36,5
86
36,8
87
36,6
88
36,8
86
36,6
86
36,6
84
14
15
16
17
28/10
29/10
Tanggal
1/11 2/11
30/10
31/10
3/11
4/11
5/11
6/11
7/11
stop
20 mg
Indikasi
Omeprazole
Untuk terapi
jangka pendek
pada
kasus tukak
lambung,
tukak
duodenum dan
refluks
esofagitis.
Metoclopramid
Dipenhidramin
KSR
KCL
NaCL 3%
Mencegah
mual dan
muntah
Pencegahan
dan
pengobatan,
mual, muntah,
antihistamin,
antispasmodic
dan
antikolinergik
Pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
Cairan
hipertonik
untuk
pengganti
elektrolit
Cairan
hipertonik
untuk
pengganti
cairan dan
elektrolit
Dosis
20 mg/12 jam
10 mg/8 jam
1 amp
Rute
pemb
erian
Po
Po
iv
Interaksi
ESO
Outcome
terapi
Tidak ada
Mengurangi
sekresi asam
lambung
dan Mencegah
stress ulcer
Tidak ada
Tidak ada
Pusing, Mengantuk,
Diare (pada
pengguna dosis
tinggi), Sakit
kepala, Mulut
kering, Ruam pada
kulit, Payudara
terasa nyeri,
Menstruasi yang
tidak teratur, Detak
jantung yang cepat,
Gangguan motorik
pada otot wajah,
mata, serta tubuh.
Mual muntah
Prokemoterapi
Gangguan darah,
gangguan saluran
cerna, reaksi alergi,
efek antimuskarinik
Antiemetik
1 tab/8 jam
Po
Tidak ada
Mual, muntah,
diare, nyeri perut.
Pencegahan
dan
pengobatan
hipokalemia
4 cc/jam
Iv
Tidak ada
Menyeimbang
kan elektrolit
3% 20 tpm
Iv
bolus
Tidak ada
Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis,
hipervolemia
Menyeimbang
kan elektrolit
NaCL 0,9%
(contoh:
hiponatremia
ringan)
Terapi
pengganti
cairan yang
hilang secara
akut
0,9% 20 tpm
iv
bolus
Tidak ada
NaCL caps
Pengganti
cairan dan
elektrolit
po
Tidak ada
Oxaliplatin
Terapi paliatif
karsinoma
kolon
145 mg
iv
Tidak ada
Iv
+ fluorouracil
meningkatkan
toksisitas
fluorouracil
secara
sinergisme
farmakodinam
ik.
Leukovorin
5 FU
5 FU
Meningkatkan
efek
fluorouracil
Terapi paliatif
karsinoma
kolon, rektum,
payudara,
lambung,
pankreas.
Terapi paliatif
karsinoma
kolon, rektum,
payudara,
lambung,
pankreas.
580 mg
580 mg
Iv
1740 mg
Iv
+ leucovorin :
leucovorin
meningkatkan
toksisitas dari
fluouracil
+ leucovorin :
leucovorin
meningkatkan
toksisitas dari
fluouracil
Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis,
hipervolemia
Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis,
hipervolemia
Diare, abdominal
pain, mual muntah,
demam, dan
neuropati
Reaksi alergi,
pireksia.
Stomatitis,
esofagofaringitis,
diare, anoreksia,
mual, muntah,
leukopenia,
alopesia,
dermatitis, kulit
kering,
fotosensitivitas,
fotofobia,
lakrimasi,
epistaksis, euforia,
sindrom
serebelum akut,
perubahan pada
kuku, iskemia
miokardium.
Stomatitis,
esofagofaringitis,
diare, anoreksia,
mual, muntah,
leukopenia,
alopesia,
dermatitis, kulit
kering,
fotosensitivitas,
fotofobia,
lakrimasi,
epistaksis, euforia,
sindrom
Menyeimbang
kan elektrolit
Menyeimbang
kan elektrolit
Kemoterapi
Meningkatkan
efek
fluorouracil
Kemoterapi
Kemoterapi
Avastin
Ondansteron
D5%
Dexametason
Ranitidin
Dipenhidramin
Terapi paliatif
karsinoma
kolon
Pencegahan
mual dan
muntah yang
berhubungan
dengan
kemoterapi
kanker yang
sangat
emetogenik
Rehidrasi,
suplai energi
parenteral,
cairan dasar.
Terutama
sebagai agen
antiinflamasi
atau
immunosuppre
ssan
dalam
pengobatan
berbagai
penyakit dan
sebagai
antiemetik.
Ulkus
duodenal dan
ulkus gaster
ringan, refluks
esofagitis,
hiperasiditas.
Pencegahan
dan
pengobatan
mual, muntah,
antihistamin,
antispasmodic
dan
antikolinergik
moderat
230 mg
serebelum akut,
perubahan pada
kuku, iskemia
miokardium.
Hipertensi,
perdarahan,
trombositopenia,
dan proteinuria
Iv
Tidak ada
Iv
+
dexametason :
dexametason
akan
menurunkan
level atau efek
ondansetron
melalui
metabolisme
CYP3A4
enzim
intestinal
Konstipasi, sakit
kepala, wajah ke
merahan (flushing),
rasa panas atau
hangat di kepala
dan epigastrium
yang bersifat
sementara
Antiemetik
Iv
Tidak ada
Demam, infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis vena
atau fl ebitis.
Rehidrasi
10 mg premed
po
+
ondansetron :
akan
menurunkan
level atau efek
ondansetron
melalui
metabolisme
CYP3A4
enzim
intestinal
Muka tembem,
penebalan seperti
selulit pada
punggung dan
perut, hipertensi,
penurunan toleransi
terhadap
karbohidrat dan
gejala-gejala
lainnya.
Antiemetik
Premed 50
mg
po
Tidak ada
Sakit kepala,
pusing.
Antiemetik
Tidak ada
Gangguan darah,
gangguan saluran
cerna, reaksi alergi,
efek antimuskarinik
Antiemetik
8 mg 1 amp
premed
kecepatan
infus: 3
mL/kgBB/hr
20 mg premed
po
Kemoterapi
METODE SOAP :
Problem
Medik
Adenokarsino
ma kolon
metastase
kemoterapi ke
4
Efek samping
Kemoterapi
(Mual,
Muntah)
obsurmatif
vormitus
Subyektif
-
High emetik
hari 1
kemoterapi
Obyektif
Tekanan darah:
110/70 mmHg
HR (x/menit): 72
RR (x/menit): 21
T: 36,3 C
-
Terapi
-
mFolfox 6 :
Oxaliplatin
Leukovorin
5FU
Avastin
Dipenhidramin
Omeprazol
Metoclopramid
Ondansetron
Ranitidin
Dexametason
Analisis
DRP
Sebagai lini
pertama pengobatan
dengan Kemoterapi
Penggunaan
metoclopramid
dan
difenhidramin
untuk mengatasi
mual dan muntah
pada pasien
kemoterapi.
Ondansentron
sebagai
antiemetik
sebelum dan
pasca kemoterapi
dan
difenhidramin
sebagai
antikolinergik.
Ranitidin
digunakan untuk
menghambat
sekresi asam
lambung
Penggunaan
omeprazol sudah
tepat yaitu
sebagai terapi
profilaksis stress
ulcer untuk
pasien yang akan
di kemoterapi.
Kombinasi
omeprazol+ondan
steron+ranitidin+
dexametason+dip
enhidramin
untuk membantu
keberhasilan
terapi dalam
menurunkan efek
samping mual
muntah
kemoterapi
BSA
CrCL
Obat :
Oxaliplatin : 100 mg/m2 iv 2 jam = 126 mg hari 1
Kemasan = 100-130 mg tiap 2-3 minggu (DIH, 2010)
Leukovorin : 400 mg/m2 iv 2 jam = 504 mg hari 1
Kemasan = 50 mg
5 FU : 400 mg/m2/hari bolus = 504 mg hari 1
2400 mg/m2 drip = 3024 mg hari 1
i.v bolus kemasan : 500-600 mg/m2 (DIH, 2010)
continous i.v infusi kemasan : 1000 mg/m2 untuk 4-5 hari tiap 3-4 minggu dan
2300-2600 mg/m2 1 hari tiap minggu (DIH, 2010)
4. Penatalaksanaan Terapi
Adeno Ca Colon Poorly Differentiated
Terapi Farmakologi
Tujuan : untuk mengecilkan benjolan sebelum pembedahan (stage IIIC dan atau
locally unresectable)
5FU/RT atau Cape/RT atau 5FU/Leuco/RT
Terapi adjuvant
Tujuan : untuk menghabiskan sisa residu sel kanker pasca pembedahan.
Pada kasus terapi adjuvan post operatif, regimen kemoterapi yang dapat diberikan:
mFOLFOX 6 :
- Oxaliplatin 100 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
- Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
- 5-FU 400 mg/m2 IV bolus hari ke-1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (Total
2400 mg/m2 selama 46-48 jam) continuous infusion. Diulang setiap 2 minggu hingga
total 6 bulan terapi perioperatif atau selama 12 siklus
FOLFOX4 :
- Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
- Leucovorin 200 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1 dan ke-2 5-FU 400 mg/m2 IV
bolus hari ke-1, kemudian 600 mg/m2/hari selama 22 jam) continuous infusion, hari
ke-1 dan ke-2. Diulang setiap 2 minggu hingga total 6 bulan terapi perioperatif.
Simplified biweekly Infusional 5-FU/LV (sLV5FU2):
Leucovorin 400 mg/m2 IV hari ke-1, diikuti dengan bolus 5-FU 400 mg/m2,
kemudian 1200 mg/m2/hari
continuous infusion. Diulang setiap 2 minggu hingga total 6 bulan terapi perioperatif.
Capecitabine: Capecitabine 1250 mg/m2, 2 kali sehari, hari ke-1-14 setiap 3 minggu
hingga total 6 bulan terapi perioperatif
5. Plan
-
Jika terjadi efek samping obat dari fluouracil seperti : diare dapat dipertimbangkan
untuk pemberian ciprofloksasin 250 mg bid dan atau loperamide 4 mg po
6. Monitoring
a) Efek samping kemoterapi seperti mual dan muntah
b) Interaksi fluouracil dengan leukovorin dapat meningkatkan efek toksisitas dari
fluouracil, sehingga perlu pemantauan efek samping atau toksisitas dari
fluorouracil.
c) Efek samping masing masing obat seperti obat avastin dengan ESO GI perforasi
merupakan komplikasi yang jarang namun berpotensi fatal yang memerlukan
evaluasi cepat dari sakit perut yang berhubungan dengan muntah atau sembelit
ataupun hipertensi perlu. Efek samping 5 FU seperti handfoot syndrome, diare
dan stomasitis.
d) Monitoring tanda vital, data klinik pasien seperti nilai elektrolit (kalium, natrium,
kalsium), eritrosit, hematokrit dan hemoglobin maupun tanda vital pasien.
e) Monitoring interaksi obat leukovorin+5FU yang dapat meningkatkan toksisitas
5FU, serta interaksi dexametason+ondansetron yang dapat menurunkan efek dari
ondansetron sehingga dosis ondansetron dapat ditingkatkan.
7. Evaluasi Terapi Hasil
- Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi manfaat dari pengobatan dan
-
mendeteksi kekambuhan.
Pasien yang menjalani reseksi bedah kuratif, dengan atau tanpa terapi adjuvant,
Kekambuhan pada pasien tanpa gejala dapat dideteksi karena peningkatan kadar
-
serum CEA.
Memantau indeks kualitas hidup, terutama pada pasien dengan penyakit metastasis.
DAFTAR PUSTAKA