Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “H” DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN DENGAN NON
HEMORAGIC STROKE (NHS) DI RUANGAN LILY
4B RSUP DR. TAJUDDIN CHALID MAKASSAR

Oleh:
Kelompok III

CI Lahan CI Institusi

(Risna) (Eva Arna Abrar S.Kep.,Ns.,M.Kep)


NIP/NIDN : NIDN : 0909059003

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan limpahannya kami dapat menyelesaikan Laporan Kelompok kami
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn “H” dengan Gangguan Sistem
Persarafan Dengan Non Hemoragic Stroke (Nhs) Di Ruang Lily 4B Rsup
Dr. Tajuddin Chalid Makassar” ini berjalan dengan baik.
Dengan laporan ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan
Keperawatan dengan benar. Ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan
CI Lahan di RSUP. Dr. Tadjuddin Chalid yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk belajar dalam menyusun tugas ini. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
berupa konsep, pemikiran dalam penyusunan tugas ini.Semoga laporan ini dapat
bermanfaaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati,saran dan kritik sangat kami harapkan


dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan
waktu mendatang.

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
BAB I LAPORAN KASUS...............................................................................
1.1 Pengkajian.....................................................................................................
1.2 Diagnosa keperawatan...................................................................................
1.3 Rencana asuhan keperawatan........................................................................
1.4 Implementasi keperawatan............................................................................
1.5 Evaluasi.........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
2.1 Konsep Penyakit/Kasus.................................................................................
2.2 Definisi Kasus................................................................................................
2.3 Etiologi..........................................................................................................
2.4 Patofisiologi...................................................................................................
2.5 Penyimpanan KDM.......................................................................................
2.6 Manifestasi Klinik.........................................................................................
2.7 Komplikasi.....................................................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................
2.9 Penatalaksanaan.............................................................................................
BAB III ANALISIS...........................................................................................
3.1 Analisi Tindakan Keperawatan Yang Diberikan Dengan Konsep Dan
Penelitian Terkait.................................................................................................
3.2 Alternatif Pemecahan Masalah......................................................................
BAB 1V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
LAPORAN KASUS

Data Umum Pasien


Nama : Tn.H No. RM : 095392
Umur : 37 Diagnosa Medis : Non
Hemoragic
Jenis Kelamin : Laki-laki
Stroke (NHS)
Agama : Islam
Tanggal Pengkajian:
Suku : Bugis
23/03/2023
Pendidikan :
Tanggal Masuk RS :
Pekerjaan :Polri
22/03/2023
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl.sudiang raya blok 6 no 20
Informan/Keluarga
Nama : Ny.A
Umur : 36tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Hubungan dengan Pasien: istri
GENOGRAM
Keterangan:
Generasi 1:
Generasi 2:
Generasi 3:
Simbol Genogram :
: Laki-laki - - - - - - : Serumah ? : Tidak diketahui

: Perempuan X : Meninggal : Klien

Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama: Otot Lemah
Riwayat Keluhan Utama: Pasien masuk di UGD dengan pusing, demam naik
turun,badan terasa gatal, dan susah menggerakkan tangan dan kaki pada bagian
sebelah kiri
Riwayat Penyakit/Gejala yang Pernah Dialami: pasien mengatakan satu hari
sebelum masuh RSUP Dr Tadjuddin Chalid Makassar pasien mengeluh pusing
dan tiba tiba tangan dan kaki sebelah kiri tidak dapat digerakan,pasien mengeluh
demam naik turun dan terasa gatal seluruh tubuh.
Riwayat opname: Tidak pernah opname
Pernah opname dengan sakit:
Pernah operasi:  Tidak,
Ya,dengan jenis operasi: ………………………
Riwayat Kesehatan Sekarang pasien mengatakan satu hari sebelum masuh
RSUP Dr Tadjuddin Chalid Makassar pasien mengeluh pusing dan tiba tiba
tangan dan kaki sebelah kiri tidak dapat digerakan,pasien mengeluh demam naik
turun dan terasa gatal seluruh tubuh.
Riwayatalergi:  Tidak
Ya,dengan alergi:………………….
RiwayatMedikasi :
Pernahmendapatpengobatan:Tidak
 Ya : pengobatan
Kesadaran: Composmentis
Somnolen
Apatis
Soporos
Koma
GCS: 15
E :4
M :5
V :6
Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Kepala
Inspeksi:
Warnarambut : Hitam
Kuantitasrambut : Lebat
Distribusirambut : Merata
KulitKepala : Tidak ada benjolan
BentukKepala : Mesocephalus
Wajah : Kesimetrisan (simetris)
: Ekspresi wajah (mood)
KulitWajah : Warna (pucat)
: Distribusi rambut(berbulu)
: Lesi (tidakadalesi)
Palpasi:
Tekstur rambut :Kasar (miksedema)
Kulitkepala :Tidakadabenjolan
Kulitwajah :Tekstur(halus)
: Nyeritekan (Tidakada)
: Benjolan (Tidakada)
2. Mata
UjiPenglihatan :
Tajampenglihatan: Visus (OD/OS) : tidak dilakukan pengkajian
Lapangpandang : Normal
Inspeksi:
Posisi/kesejajaran:Sejajar/Eksoftalmus
Alismata : Tidak ada dermatitis seborea
Kelopakmata : Tidak ada bengkak pada tepi kelopak mata
Aparatus lakrimal: Tidak ada pembengkakan sakuslakrimalis
Kongjuntiva : Merah
Sklera : Putih
Otot Ekstraokuler : Refleks kornea terhadap cahaya tengah (ada ketidak
seimbangan muscular
Enamarahcardinalpandangan: Mengikuti segala arah
Palpasi:
Kelopakmata :Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Bola mata teraba lunak(sama kiri dan kanan)
3. Telinga
Inspeksi:
Aurikula :Tidak ada keloid
Liang telinga: Tidak ada serumen/Tidak ada bengkak
Gendang telinga : Tidak menonjol
Palpasi:
Tragus,mastoid:Tidak ada nyeri Aurikula
Aurikula : Tidak ada benjolan
Uji Pendengaran:
Uji bisikan :Dapat mendengar bisikan atau lainnya
Uji detikjam:Dapat mendengar detik jam
Uji garputala : Rinne (Positif) Weber (Positif)
4. Mulut dan Sinus
Inspeksi
Hidung luar : Lurus
Hidung dalam : Mukosa nasal (Tidak ada pembengkakan Septum nasal
(Tidak ada deviasi)
Palpasi:
Hidung, sinus :Tidak ada nyeri tekan/Tidak ada pembengkakan/ Tidak ada
benjolan
5. Mulut dan Faring
Bibir : Lembab
Mukosa oral : Lembab
Gusi :Tidak ada gingivitis
Gigi :Tidak ada karies
Jumlah gigi : tidak dilakukan pengkajian
Palatum : Tidak ada torus palatines
Lidah : Selaput merah
Dasar mulut :Tidak ada benjolan atau lainnya
Faring :Tidak ada kemerahan atau lainnya
Kesimetrisan palatum durum (Simetris)
Palpasi:
Bibir, mukosaoral : Tidak ada benjolan/Tidak ada nyeri tekan
Lidah :Tidak ada benjolan/Tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Leher : Ada jaringan parut / Tidak ada jaringan parut / Ada massa / Tidak
adamassa/Adatortikollis/Tidak ada torticollis atau lainnya, sebutkan:……..
Trakea : Ada deviasi trakea/ Tidak ada deviasi trakea atau lainnya,sebutkan:……..
Kelenjar tiroid : Ada pembesaran/Tidak ada pembesaran atau lainnya, sebutkan:
……..…..
Palpasi:
Kelenjar limfe : Ada limfa denopati servikal/Tidak ada limfa denopati servikal atau
lainnya, sebutkan:……..…..
Trakea :Ada deviasi trakea/ Tidak ada deviasi trakea atau lainnya,sebutkan:……..
Denyut karotis : Ada amplitudo/Tidak ada amplitudo/Ada kontur denyut
karotis/Tidak ada kontur denyut karotis atau lainnya,sebutkan:………………….
Kelenjar tiroid : Ada nodul / Tidak ada nodul / Ada goiter / Tidak ada goiter / Ada
nyeri tekan (istirahat / menelan) / Tidak ada nyeri tekan (istirahat / menelan) atau
lainnya,sebutkan:……..…..
Auskultasi:
Arterikarotis : Ada bruit/Tidak ada bruit atau lainnya, sebutkan:………………….
Kelenjar tiroid: Ada bruit /Tidak ada bruit atau lainnya,sebutkan:………………….
7. Toraks dan Paru
Toraks, geraknafas : Frekuensi (takipena/bradipnea atau lainnya,sebutkan Tidak ada
deformitas
Bentuk dada pasien : Normochest
Dada Posterior: Tidak ada deformitas
Palpasi :
Dada : tidak ada nyeri tekan/ tidak ada fraktur iga
Perkusi :
Paru : resonan
Auskultasi :
Bunyi nafas : vesikular
Bunyi nafas tambahan : tidak ada bunyi nafas tambahan
8. Jantung
Inspeksi :
Thrill : Tidak terkaji
Palpasi :
Parasternum kiri, area kiri : Tidak ada pembesaran ventrikel kanan
Perkusi :
Jantung : Tidak terkaji
Auskultasi :
Bunyi jantung : Tidak terkaji
9. Payudara dan Aksila
Inspeksi :
Payudara : tidak dikaji
Pria : tidak ada ginekomastia
Putiing : tidak dikaji
Aksila : ada ruam/tidak ada infeksi/tidak ada pigmentasi
Palpasi :
Payudara : tidak dikaji
Aksila : tidak ada bengkak/tidak ada nyeri tekan
10.Abdomen
Inspeksi
Inspeksi :
Kulit : Tidak ada jaringan parut
Umbilikus : ada hernia
Bentuk, kesimetrisan : Tidak ada pembesaran hati atau limpa
Gelombang peristaltic : Tidak terkaji
Auskultasi :
Bising usus : Terdapat bising usus
Bruit : Tidak bunyi bruit
Palpasi :
Ringan : ada nyeri tekan
Dalam : Tidak ada tumor
Dinding abdomen : Tidak kaku seperti papan
Hati : Tidak ada nyeri tekan / Tidak ada massa tumor
atau lainnya,
Ginjal : Tidak ada pembesaran
11. Genitalia dan Anus
Inspeksi :
Kulit : Tidak terkaji
Anus : Tidak terkaji
Palpasi :
Kulit : Tidak terkaji
Anus : Tidak terkaji
12. Ekstremitas
Inspeksi
Bahu : Tidak ada dislokasi
Siku : Tidak ada dislokasi
Pinggul : Cara berjalan: pasien sulit berjalan
Lutut : Gaya berjalan: Tidak terkaji
Kesejajaran : Sejajar
Palpasi
Bahu, Siku, Pergelangan : Tidak ada benjolan
Pinggul, lutut, pergelangan: Tidak ada benjolan ,Tidak ada parut
Refleks
Refleks Biceps : Fleksi pada perkusi 2 (0 - 4) sebutkan:Tidak terkaji
Refleks Triceps : Ekstensi pada perkusi 2 (0 - 4) sebutkan:Tidak
terkaji
Achilles Percussion Reflex: Plantar fleksi pada perkusi 2 (0 - 4)
sebutkan:Tidak terkaji
Knee Percussion Reflex: Ekstensi pada perkusi 2 (0 - 4) sebutkan: Tidak
Terkaji
Babinsky Reflex: Kelima jari kaki plantar flexi atau lainnya, sebutkan:Tidak
terkaji
Kaku kuduk: Dagu tidak bisa menyentuh dada
Brudsinsky I: Tungkai tidak fleksi pada saat dagu ditekuk ke dada / Tungkai
fleksi pada saat dagu ditekuk ke dada atau lainnya, sebutkan:Tidak terkaji
Brudsinsky II: Tungkai kanan tidak fleksi pada saat tungkai kiri difleksikan
pada panggul dan lutut / Tungkai kanan fleksi pada saat tungkai kiri
difleksikan pada panggul dan lutut
Kernig Sign: Fleksi panggul 90 derajat kemudian mengekstensikan lutut
pasien, tidak nyeri pada paha / nyeri pada paha atau lainnya, sebutkan:Tidak
terkaji
Laseque : Tidak nyeri sepanjang m. ischiadika pada saat tungkai diangkat
ke atas lurus / nyeri sepanjang m. ischiadika pada saat tungkai diangkat ke
atas lurus atau
lainnya, sebutkan: Tidak terkaji
13.Nervus
Nervus I (Olfaktorius):
Dapat membedakan bau
Nervus II (Optikus):
Ketajaman penglihatan: Baik
Hasil pemeriksaan lapang pandang :Tidak terkaji
Nervus III (Okulomotorius):
Reaksi pupil terhadap cahaya: Ada
Nervus IV (Troklearis):
Bola mata bergerak ke semua arah : Ya
Nervus V (Trigeminalis):
Refleks kornea: Ada
Nervus VI (Abdusen):
Bola mata bergerak ke semua arah : Ya
Nervus VII (Fasialis):
Mengangkat kedua alis: Ya
Cemberut: Tidak
Menutup mata dengan rapat: Ya
Memperlihatkan gigi: Ya
Tersenyum: Tidak
Menggembungkan pipi: Ya
Nervus VIII (Akustikus):
Uji kemampuan pendengaran: Uji Bisikan
Nervus IX (Glossofaring):
Menelan : Ya
Nervus X (Vagus):
Mengeluarkan suara: Ya
Palatum durum naik saat pasien mengatakan "ah": Bisa
Refleks muntah: Ya
Nervus XI (Aksesorius):
Mengangkat bahu: Ya
Memalingkan kepala melawan tangan: Ya
Nervus XII (Hipoglosal):
Artikulasi suara : Jelas
Lidah bergerak ke segala arah : Bisa

Kebutuhan Dasar Masalah Keperawatan


1. Nutrisi
 TB : cm BB : Kg IMT: Kg/cm2
 Kebiasaan makan :
 Konjungtiva : merah
 Sklera : putih
 Pembesaran tyroid : tidak
 Hernia / massa : ada
 Bising usus: 20x/menit
Jenis cairan : Nacl 28 tpm
Dipasang di : tangan Kanan
 Porsi makan : dihabiskan 10 sendok
 Makanan yang disukai : sayur bening
 Diet :
 Data lain :
2. Cairan
 Kebiasaan minum : 1000 ± cc/hari
Jenis : air putih
 Turgor kulit : Kering Warna : Sawo matang
 CRT : ≤ 2 detik
 Mata cekung : Ya
 Edema : Tidak ada edema
 Distensi vena jugularis : tidak terdapat distensi
3. Eliminasi
 BAB : 5-6x/Hari
 Warna : hitam
 Konsistensi : encer
 Bau : Khas
 BAK :
 Warna : kekuningan
 Bau : khas
 Volume : 600 cc
 Penggunaan Kateter : Tidak
4. Oksigenasi
 Bentuk dada : Simetris
 Bunyi Napas : Bronchial
 Respirasi : TAK  Dispnea 
Ronchi
 Stridor  Whezing  Batuk
 Hemoptisis  sputum
 Pernapasan cuping hidung
 Penggunaan otot otot aksesoris
 Jenis pernafasan : -
 Sputum : Putih
 Sirkulasi oksigenasi : Akral hangat
5. Istirahat dan Tidur
 Kebiasaan tidur : Malam
 Siang
 Lama tidur :
 Siang :
 Kebiasaan tidur :
 Faktor yang mempengaruhi : pasien selalu ingin
BAB
 Cara mengatasi : -
6. Personal Hygiene
 Kebiasaan Mandi
 Sebelum Masuk RS : 3x sehari
 Setelah Masuk RS : diwaslap
 Kebiasaan Mencuci rambut
 Sebelum Masuk RS : 2 hari sekali
 Setelah Masuk RS : tidak pernah
 Kebiasaan Memotong Kuku
 Sebelum Masuk RS : kalau sudah panjang
 Setelah Masuk RS : Tidak pernah
 Kebiasaan mengganti baju
 Sebelum Masuk RS : 2x sehari
 Setelah Masuk RS : 1x/sehari
7. Aktivitas – Latihan
 Aktivitas waktu luang : Istirahat
 Aktivitas / Hoby : Menonton
 Kesulitan bergerak : tidak
 Kekuatan otot :
5 3
5 3
 Tonus otot :
5 3

5 3
 Postur :
 Tremor : tidak
 Rentang gerak (ROM) :
Ekstermitas atas kanan
(√) Flexi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√)
Adduksi
(√) Supinasi (√) Pronasi (√) Sirkumduksi
Ekstermitas atas kiri
() Flexi () Ekstensi () Abduksi () Aduksi
() Supinasi () Pronasi () Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kanan
(√) Flexi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√)
Aduksi
(√) Supinasi (√) Pronasi (√) Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kiri
() Flexi () Ekstensi () Abduksi () Aduksi
() Supinasi () Pronasi () Sirkumduksi
 Keluhan saat ini : Nyeri
 Pelaksanaan aktivitas : Parsial
 Jenis aktivitas yang perlu dibantu : Aktivitas
sehari hari
Terapi
- Infus RL 20 tpm
- PCT 4x500 mg
- Cetrizin Tablet 1x1
- Loperanid 2x1
- Zinc 1x1
- Neurobion

Pengkajian Risiko Jatuh Masalah


Faktor Risiko Skala Skor Keperawatan
Riwayat jatuh baru atau dalam 3 bulan Tidak 0 Risiko rendah
Diagnosa medis sekunder > 1 Tidak 0
Menggunakan alat bantu Bed rest 0
Obat(sedative,hipnotik,antidepresan, Tidak 0
nalokson,barbiturate,
phenotiazin,narkotik/metadon,
laksatif,diuretic)
Gaya berjalan Lemah 10
Kesadaran Baik 0
Data Fokus Masalah
Keperawatan
1. Inspeksi :
2. Auskultasi :
3. Perkusi :
4. Palpasi :
Pemeriksaan Diagnostik Masalah
Keperawatan
1. Tanda – Tanda Vital
TD : 180/110 mmHg
N : 63x/mnt
P : 20x/mnt
S : 36,3ºC
Spo2 : 99%
Jenis
Hasil satuan Nilai rujukan
pemeriksaan
Darah rutin
WBC H 10.2 10^3/uL 4.0 – 10.0
RBC L 4.20 10^6/uL 4.50 – 6.20
HB L 11.8 g/dL 13.0 – 17.0
HCT L 33.9 % 40.1 – 51.0
MCV 80.7 fL 79.0 – 92.2
MCH 28.1 pg 25.6 – 32.2
MCHC 34.8 g/L 32.2 – 36.5
PLT 161 10^3/ul 150 – 400
SDW-SD 40.2 fL 37 – 54
SDW-CV 13.5 % 10.0 – 15.0
PDW L 8.0 fL 10.0 – 18.0
MPV L 8.8 fL 9.0 – 13.0
P-LCR 15.0 % 13.0 – 43.0
PCT L 0.14 % 0.17 – 0.35
Hitungan jenis
Neutrofil H 94.7 % 50 – 70
Limfosit L 3.8 % 20 – 40
Monosit L 1.3 % 2–8
Eosinofil 0.1 % 0-4
Kimia Darah
Ureum Darah H 147 mg/dL 10 – 50
Psikososial Masalah
Keperawatan
1. Bagaimana Pasien menghadapi penyakit yang diderita?
= pasien mengatakan sudah ikhlas menerima keadaan atas penyakit
yang diderita
2. a. Apakah tugas/peran yang diemban Pasien dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat?
b. Bagaimana inisiatif Pasien dalam memenuhi tugas/ peran dan
tanggungjawab tersebut?
3. Bagaimana hubungan Pasien dengan keluarga dan masyarakat?
Hubungan pasien dekat dengan keluarga dan masyarakat terjalin baik
4. Apakah kondisi ini membuat anda stress? Pasien mengatakan kondisi
saat ini tidak stress
5. Apakah anda pernah mengalami berbagai macam stress yang
menpengaruhi kondisi ini? Tidak pernah
6. Uraikan apa yang anda lakukan bila anda merasa stress. Pasien
mengatakan hanya baring di tempat tidur
7. Uraikan bagaimana hubungan atau aktivitas spesifikasi membantu
anda mengatasi masalah ini. Pasien mengatakan beristirahat saat
penyakitnya kambuh dan mengurangi rasa sakit
8. Uraikan keyakinan atau praktik budaya spesifikasi yang memengaruhi
cara perawatan dan perasaan anda mengenai masalah ini. Pasien
mengatakan ketika sakit pasien berdoa meminta kesembuhan
9. Apakah ada yang mengganggu keyakinan spiritual anda, kebutuhan
atau praktik selama sakit anda? Apa yang dapat saya atau pemberi
asuhan lain untuk membantu kebutuhan spiritual anda. Tidak ada yang
mengganggu keyakinan spiritual
10. Apakah ada terapi spesifikasi yang tidak ingin anda gunakan
untuk mengobati kondisi ini? Tidak ada
PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN
ANALISIS DATA
No Analisis Data Diagnosa Keperawatan
1 Ds :
- Klien mengatakan lemah pada
otot
- Tangan dan kaki sebelah kiri Gangguan mobilitas fisik
tidak bisa digerakkan
Do :
- kekuatan otot klien melemah
- kelemahan fisik menurun

2 Ds :
- Klien mengatakan tidak mampu
untuk mandi, makan, ke toilet, Defisit perawatan diri
ganti baju dan menghias diri
Do :
- klien tampak tidak rapih dan
kusam
- klien Nampak di bantu saat
melakukan aktivitas saat
melakukan perawatan diri

3 Ds :
- klien mengatakan susah
melakukan aktivitas Intoleransi aktivitas
- klien mengatakan tangan kiri dan
kaki kiri susah di gerakkan
Do :
- klien tampak di bantu saat
melakukan aktivitas
- kekuatan klien tampak lemah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan mobilitas fisik
2 Defisit perawatan diri
3 Intoleransi aktivitas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. H
Ruangan : Lily 4B
No. RM : 095392
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 Observasi:
jam, diharapkan: 1. Identifikasi adanya
Mobilitas fisik (L.05042) nyeri atau keluhan
meningkat dengan kriteria fisik lainnya
hasil: 2. Identifikasi toleransi
1. Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
meningkat pergerakan
2. Kekuatan otot meningkat 3. Monitor frekuensi
3. Nyeri menurun jantung dan tekanan
4. Kaku sendi menurun darah sebelum
5. Gerakan terbatas memulai mobilisasi
menurun 4. Monitor kondisi
6. Kelemahan fisik umum selama
menurun melakukan mobilisasi
Terapeutik:
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur).
2 Defisit Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan
perawatan diri keperawatan selama 3x24 Diri
jam, diharapkan: Observasi:
Perawatan diri meningkat 1. Identifikasi
dengan kriteria hasil: kebiasaan
1. Kemampuan mandi aktivitas
meningkat perawatan diri
Kemampuan sesuai usia
2. Kemampuan 2. Monitor tingkat
mengenakan pakaian kemandirian
meningkat 3. Identifikasi
3. Kemampuan makan kebutuhan alat
meningkat
bantu kebersihan
4. Kemampuan ke
toilet (BAB/BAK) diri, berpakaian,
meningkat berhias, dan
5. Verbalisasi makan
keinginan Terapeutik:
melakukan 1. Sediakan
perawatan diri lingkungan yang
meningkat
teraupetik
6. Mempertahankan
kebersihan mulut 2. Siapkan keperluan
meningka pribadi
3. Dampingi dalam
melakukan
perawatan diri
sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk
menerima
keadaan
ketergantungan
5. Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi:
1. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi:


aktivitas keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi
jam, diharapkan kemudahan gangguan fungsi
dalam melakukan aktivitas tubu yang
membaik dengan kriteria mengakibatkan
hasil: kelelahan
1. Kemudahan dalam 2. Monitor pola dan
melakukan aktivitas jam tidur
sehari-hari meningkat 3. Monitor kelelahan
2. Kecepatan berjalan fisik dan
meningkat emosional
3. Kekuatan tubuh bagian Terapeutik:
atas meningkat 1. Sediakan
4. Kekuatan tubuh bagian lingkungan
bawah meningkat nyaman dan
rendah stimulus
2. Lakukan latihan
rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berjalan atau
berpindah
Edukasi:
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi:
Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Implementasi H-1
Nama : Tn. H No. Medical Record : 095392

Umur : 37 tahun Diagnosa Medis : NHS


Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang Rawat : Lily 4B

Tgl/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Pukul Keperawatan
Tgl/23-03- Gangguan Observasi: S:
2023 mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau - Klien mengatakan
Pkl 09.30 keluhan fisik lainnya. lemah pada otot
- Tangan dan kaki
Hasil : nampak klien
sebelah kiri tidak
merasakan nyeri saat bisa digerakkan
bergerak saat melakukan O:
pergerakan - kekuatan otot klien
2. Identifikasi toleransi fisik melemah
melakukan pergerakan - kelemahan fisik
Hasil : klien enggan dan menurun
- TTV
cemas saat melakukan
TD : 180/115
pergerakan MmHg
3. Monitor frekuensi jantung N : 80x/mnt
dan tekanan darah sebelum S : 36,2 C
memulai mobilisasi P : 20x/mnt
Hasil : SPO2 : 99%
TTV
- Kekuatan otot
TD : 180/115 MmHg
N : 80x/mnt 5 3
S : 36,2 C
P : 20x/mnt 5 3
SPO2 : 99%
Terapeutik:
A : Masalah belum teratasi
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu P : Lanjutkan Intervensi
Hasil : Pasien menggunakan
kursi roda
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
Hasil : Pasien belum bisa
melakukan pergerakan pada
tangan dan kaki
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Hasil : Tampak keluarga
pasien membantu jika klien
ingin melakukan pergerakan

Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Hasil : klien dan kelurga
mendengarkan tujuan dan
prosedur mobilisasi yang di
sampaikan
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Hasil : pasien nampak belum
bisa melakukan mobilisasi
yang dianjurkan
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur).
Hasil : pasien mengatakan
belum bisa melakukan
anjuran mobilisasi seperti
duduk ditempat tidur
Tgl/23-03- Defisit Observasi: S:
2023 perawatan diri 1. Identifikasi kebiasaan - Klien mengatakan
Pkl 09.30 aktivitas perawatan diri tidak mampu untuk
mandi, makan, ke
sesuai usia
toilet, ganti baju
Hasil : klien mengatakan dan menghias diri
belum biasa melakukan O:
perawatan diri seperti - klien tampak tidak
sebelumnya rapih dan kusam
2. Monitor tingkat kemandirian - klien Nampak di
Hasil : tingkat kemandirian bantu saat
melakukan
pasien menurun
aktivitas saat
3. Identifikasi kebutuhan alat melakukan
bantu kebersihan diri, perawatan diri
berpakaian, berhias, dan A: Masalah belum teratasi
makan P : Lanjutkan intervensi
Hasil : Nampak klien
menolak melakukan diri
seperti menjaga kebersihan,
berpakaian,berhias, makan,
dam ke toilet

Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan yang
teraupetik
Hasil : lingkungan pasien
tampak bersih dan nyaman
2. Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai
mandiri
Hasil : perawat dan keluarga
klien mendampingi dalam
melakukan perawatan diri
3. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Hasil : pasien dianjurkan
untuk melakukan perawtan
diri yang sederhana seperti
waslap, keramas, sikat gigi,
dan merias.

Edukasi:\
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan.
Hasil : Klien
mengdengarkan anjuran
perawatan diri yang
diberikan.

Tgl/23-03- Intoleransi Observasi: S:


2023 aktivitas 1. Identifikasi gangguan - klien mengatakan
Pkl 09.30 fungsi tubuh yang susah melakukan
aktivitas
mengakibatkan kelelahan
Hasil : klien mengeluh - klien mengatakan
lelah. tangan kiri dan
2. Monitor pola dan jam kaki kiri susah di
gerakkan
tidur
O:
Hasil : klien mengatakan - klien tampak di
sulit tidur. bantu saat
3. Monitor kelelahan fisik melakukan
dan emosional aktivitas
Hasil : klien merasa tidak - kekuatan klien
nyaman setelah tampak lemah
melakukan aktifitas dank A: Masalah belum teratasi
lien nampak emosyonal.
Terapeutik: P : Lanjutkan intervensi
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
Hasil : tampak
lingkungan klien bersih
dan nyaman.
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
Hasil : klien masih sulit
melakukan pergerakan
pasif dan aktif.
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Hasil : menganjurkan
klien untuk melakukan
terapi murotal alquran
dan terapi music.
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berjalan atau
berpindah
Hasil : klien mengatakan
belum bisa melakukan
aktivitas seperti berjalan,
dudk atau berpindah.
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Hasil : klien mendenarkan
anjuran
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Hasil : klien mendengarkan
anjueran.

Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Hasil : - energi 1642,5 Kkd
- Protein 61,59 gr
- Lemak 45,62 gr
- Karbohidrat 246,37 gr

IMPLEMENTASI H-II
Nama : Tn. H No. Medical Record : 095392

Umur : 37 tahun Diagnosa Medis : NHS


Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang Rawat : Lily 4B

Tgl/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Pukul Keperawatan
Tgl/24-03- Gangguan Observasi: S:
2023 mobilitas fisik 4. Identifikasi adanya nyeri atau - Klien mengatakan
Pkl 10.15 keluhan fisik lainnya. masih lemah pada
otot
Hasil : nampak klien
- Tangan dan kaki
merasakan nyeri saat sebelah kiri belum
bergerak saat melakukan bisa digerakkan
pergerakan O:
4. Identifikasi toleransi fisik - kekuatan otot klien
melakukan pergerakan masih melemah
Hasil : klien enggan dan - kelemahan fisik
klien masih
cemas saat melakukan
menurun
pergerakan - TTV
5. Monitor frekuensi jantung TD : 167/100
dan tekanan darah sebelum MmHg
memulai mobilisasi N : 70x/mnt
Hasil : S : 36 C
TTV P : 20x/mnt
SPO2 : 99%
TD : 180/115 MmHg
- Kekuatan otot
N : 80x/mnt
5 3
S : 36,2 C
P : 20x/mnt 5 3
SPO2 : 99%
Terapeutik:
A : Masalah belum teratasi
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
P : Lanjutkan Intervensi
dengan alat bantu
Hasil : Pasien menggunakan
kursi roda
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
Hasil : Pasien belum bisa
melakukan pergerakan pada
tangan dan kaki
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Hasil : Tampak keluarga
pasien membantu jika klien
ingin melakukan pergerakan

Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Hasil : klien dan kelurga
mendengarkan tujuan dan
prosedur mobilisasi yang di
sampaikan
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Hasil : pasien nampak belum
bisa melakukan mobilisasi
yang dianjurkan
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur).
Hasil : pasien mengatakan
belum bisa melakukan
anjuran mobilisasi seperti
duduk ditempat tidur
Tgl/24-03- Defisit Observasi: S:
2023 perawatan diri 1. Identifikasi kebiasaan - Klien mengatakan
Pkl 10.15 aktivitas perawatan diri belum mampu
untuk mandi,
sesuai usia
makan sendiri, ke
Hasil : klien mengatakan toilet sendiri, ganti
belum biasa melakukan baju dan menghias
perawatan diri seperti diri sediri
sebelumnya O:
2. Monitor tingkat - Klien masih
kemandirian tampak tidak rapih
dan kusam
Hasil : tingkat
- klien nampak di
kemandirian pasien bantu keluarga dan
menurun perawat saat
3. Identifikasi kebutuhan melakukan
alat bantu kebersihan diri, aktivitas saat
berpakaian, berhias, dan melakukan
perawatan diri
makan A: Masalah belum teratasi
Hasil : Nampak klien P : Lanjutkan intervensi
menolak melakukan diri
seperti menjaga
kebersihan,
berpakaian,berhias,
makan, dam ke toilet

Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan
yang teraupetik
Hasil : lingkungan
pasien tampak bersih
dan nyaman
2. Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
Hasil : perawat dan
keluarga klien
mendampingi dalam
melakukan perawatan
diri
3. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Hasil : pasien dianjurkan
untuk melakukan
perawtan diri yang
sederhana seperti
waslap, keramas, sikat
gigi, dan merias.

Edukasi:\
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan.
Hasil : Klien
mengdengarkan anjuran
perawatan diri yang
diberikan.
Tgl/24-03- Intoleransi Observasi: S:
2023 aktivitas 1. Identifikasi gangguan - klien mengatakan
Pkl 10.15 fungsi tubuh yang masih sangat susah
melakukan
mengakibatkan
aktivitas
kelelahan - klien mengatakan
Hasil : klien tangan kiri dan
mengeluh lelah. kaki kiri juga
2. Monitor pola dan masih susah di
jam tidur gerakkan
Hasil : klien O :
mengatakan sulit
tidur.
3. Monitor kelelahan
fisik dan emosional
Hasil : klien merasa
tidak nyaman setelah
melakukan aktifitas
dank lien nampak
emosyonal.
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
Hasil : tampak
lingkungan klien
bersih dan nyaman.
2. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan aktif
Hasil : klien masih
sulit melakukan
pergerakan pasif dan
aktif.
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Hasil : menganjurkan
klien untuk
melakukan terapi
murotal alquran dan
terapi music.
4. Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berjalan
atau berpindah
Hasil : klien
mengatakan belum
bisa melakukan
aktivitas seperti
berjalan, dudk atau
berpindah.

Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Hasil : klien
mendenarkan anjuran
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Hasil : klien
mendengarkan
anjueran.

Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Hasil : - energi 1642,5
Kkd
- Protein 61,59 gr
- Lemak 45,62 gr
- Karbohidrat 246,37 gr

IMPLEMENTASI H-III
Nama : Tn. H No. Medical Record : 095392
Umur : 37 tahun Diagnosa Medis : NHS
Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang Rawat : Lily 4B

Tgl/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Pukul Keperawatan
Tgl/25-03- Gangguan Observasi: S:
2023 mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya - Klien mengatakan
Pkl 13.05 nyeri atau keluhan masih lemah pada otot
berkurang dan nyeri
fisik lainnya.
berkurang
Hasil : nampak klien - Tangan dan kaki
merasakan nyeri sebelah kiri tidak belum
berkurang saat bisa digerakkan dan
melakukan pergerakan masih dibantu jika
2. Identifikasi toleransi melakukan pergerakan
fisik melakukan O:
- kekuatan otot klien
pergerakan
masih melemah
Hasil : kecemasan - kelemahan fisik
klien saat melakukan menurun
pergerakan sedikit - TTV
berkurang TD : 150/100 MmHg
3. Monitor frekuensi N : 90x/mnt
jantung dan tekanan S : 37 C
P : 20x/mnt
darah sebelum
SPO2 : 99%
memulai mobilisasi - Kekuatan otot
Hasil : 5 3
TTV
5 3
TD : 150/100 MmHg
N : 90x/mnt
S : 37,0 C A : Masalah belum teratasi
P : 20x/mnt
SPO2 : 99% P : Pertahankan dan lanjutkan
Terapeutik: intervensi
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
Hasil : Pasien masih
menggunakan kursi
roda
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
Hasil : Pasien belum
bisa melakukan
pergerakan pada
tangan dan kaki
sebelah kiri
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Hasil : perawat dan
keluarga pasien
membantu jika klien
ingin melakukan
pergerakan

Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Hasil : klien dan
kelurga sudah
mengerti tujuan dan
prosedur mobilisasi
yang di sampaikan
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Hasil : perawat dan
keluarga sudah mulai
melakukan mobilisasi
yang dianjurkan
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.
Duduk di tempat
tidur).
Hasil : pasien
mengatakan sudah
bisa melakukan
anjuran mobilisasi
seperti duduk
ditempat tidur
Tgl/25- Defisit Observasi: S:
03-2023 perawatan diri 1. Identifikasi kebiasaan - Klien mengatakan
Pkl 13.05 aktivitas perawatan masih tidak mampu
diri sesuai usia untuk mandi, ke toilet,
ganti baju dan
Hasil : klien
menghias diri
mengatakan sudah - Pasien mengatakan
bisa melakukan badanya hanya di lap
perawatan diri seperti saja menggunakan air
sebelumnya namun hangat di bantu
masih dalam bantuan keluarga
keluarga O:
2. Monitor tingkat
kemandirian
Hasil : tingkat
kemandirian pasien
sedikit membaik
seperti bangu,dan
duduk ditempat tidur,
dan makan sendiri
3. Identifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan
diri, berpakaian,
berhias.
Hasil : Nampak klien
sudah mulai
melakukan diri seperti
menjaga kebersihan,
berpakaian,berhias

Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan
yang teraupetik
Hasil : saat ini
lingkungan pasien
masih tampak bersih
dan nyaman
2. Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
Hasil : nampak
perawat dan keluarga
klien masih
mendampingi dalam
melakukan perawatan
diri
3. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Hasil : pasien sudah
mulai melakukan
anjuran perawtan diri
yang diberikan dan
sederhana seperti
waslap, keramas, sikat
gigi, dan merias.

Edukasi:
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan.
Hasil : Klien melakukan
anjuran perawatan diri
yang diberikan.

Tgl/25-03- Intoleransi Observasi: S:


2023 aktivitas 1. Identifikasi gangguan - klien mengatakan sudah
Pkl 13.05 fungsi tubuh yang bisa melakukan
aktivitas tapi belum
mengakibatkan
sepenuhnya pasien
kelelahan masih di bantu keluarga
Hasil : tampak klien - klien mengatakan
mengeluh lelah tangan kiri dan kaki kiri
mengurang masih susah di
2. Monitor pola dan jam gerakkan
tidur O:
- klien sudah bisa
Hasil : klien
melakukan aktivitas
mengatakan sudah ada tapi masih dengan
tidur dimalam hari bantuan keluarga
dan siang hari - kekuatan klien tampak
3. Monitor kelelahan lemah
fisik dan emosional
A: Masalah belum teratasi
Hasil : emosyonal
P : lanjutkan intervensi
klien setelah
melakukan aktifitas
mengurang
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
Hasil : sampai saat ini
tampak lingkungan
klien bersih dan
nyaman.
2. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan aktif
Hasil : klien sudah
mulai melakukan
pergerakan pasif dan
aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Hasil : klien
melakukan terapi
murotal alquran dan
terapi music.
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat berjalan
atau berpindah
Hasil : klien
mengatakan sudah
bisa melakukan
aktivitas seperti
berjalan, dudk atau
berpindah.namun
masih dalam bantuan
keluarga dn perawat

Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Hasil : klien
mendenarkan dan
melakukan anjuran
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Hasil : klien
mendengarkan dan
melakukan anjueran.

Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Hasil :
- energi 1642,5 Kkd
- Protein 61,59 gr
- Lemak 45,62 gr
- Karbohidrat 246,37 gr

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Pendahuluan
a. Konsep penyakit/kasus
a. Definisi kasus
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak
berupa tanda-tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan
gangguan peredaran darah ke otak, antara lain peredaran darah sub
arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark serebral.(Ningrum,
2020)
Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak
dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini
disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada
keadaan tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat
mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan adanya
peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri
kepala dan mengalami penurunan kesadaran. (Ningrum, 2020)
Stroke Non Hemoragik adalah terjadinya penyumbatan arteri
akibat thrombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus (bekuan
darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh). Stroke Non
Hemoragik adalah infark atau kematian jaringan yang serangannya
terjadi pada usia 20-60 tahun dan biasanya timbul setelah beraktifitas
fisik atau karena psikologis (mental) yang disebabkan karena
thrombosis maupun emboli pada pembuluh darah di otak. Stroke Non
Hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti, 80 % stroke
adalah stroke iskemik. (Nofitri, 2019)
b. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara
lain :
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk
pada 48 jam sete;ah thrombosis. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menyebabkan thrombosis otak :
1) Atherosklerosis Atherosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut :
a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
b) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis.
c) Tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
2) Hypercoagulasi pada polysitemia Darah bertambah
kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
3) Arteritis( radang pada arteri )
b. Emboli Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada
umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease.(RHD)
2) Myokard infark
3) Fibrilasi Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan
kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
c. Haemorhagi Perdarahan intrakranial atau intraserebral
termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam
jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark
otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab
perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
1) Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
2) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
3) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli
septis.
4) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan
persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah
arteri langsung masuk vena.
5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang
menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah
d. Hypoksia Umum
1) Hipertensi yang parah.
2) Cardiac Pulmonary Arrest
3) Cardiac output turun akibat aritmia
e. Hipoksia setempat
1) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan
subarachnoid.
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
(Purwanto, 2016)
c. Patofisologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area
tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor
seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli,
perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis
sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau
terjadi turbulensi. (Nggebu, 2017)
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah,
terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa
jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh
karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat, menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi pembuluh
darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit
serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi
massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat
dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat
foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi
batang otak, hernisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder
atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan yang
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6
menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung. (Nggebu, 2017)

d. Penyimpangan KDM
e. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut (Nusatirin,
2018) antara lain :
1) Hipertensi
2) Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
3) Gangguan sensorik
4) Gangguan visual
5) Gangguan keseimbangan
6) Nyeri kepala (migran, vertigo)
7) Muntah
8) Disatria (kesulitan berbicara)
9) Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen,
delirium, suppor, koma)
f. Komplikasi
a. Hipoksia serebral
b. Penurunan aliran darah serebral
c. Embolisme serebral
d. Pneumonia aspirasi
e. ISK, Inkontinensia
f. Kontraktur
g. Tromboplebitis
h. Abrasi kornea
i. Dekubitus
j. Encephalitis
k. CHF
l. Disritmia, hidrosepalus, vasospasme (Purwanto, 2016)
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke menurut
Santoso, L.E (2018) dalam (Ningrum, 2020) sebagai berikut :
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler
e. CT- Scan dan MRI
f. Pemeriksaan foto thorax
g. Pemeriksaan laboratorium
h. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan medis menurut Muttaqin (2008) dalam
(Nofitri, 2019) yaitu :
a. Penatalaksanaan Medis
1) Menurunkan kerusakan iskemik serebral Tindakan awal
difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan aliran
darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki
disritmia serta tekanan darah.
2) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan
meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan
rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3) Pengobatan
a) Anti Koagulan : Heparin untuk menurunkan
kecenderungan perdarahan pada fase akut
b) Obat Anti Trombotik : Pemberian ini diharapkan
mencegah peristiwa trombolitik atau embolik
c) Diuretika : Untuk menurunkan edema serebral
4) Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk
memperbaiki peredaran darah otak.
B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Sunaryo, 2017).
a. Identittas klien
Biasanya meliputi nama, umur (kebanyakan terpada pada usia tua),
jenis kelamin (biasanya sering terjadi pada laki-laki), pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomer
register dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Biasanya yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan adalah
kelemahan pada salah satu sisi anggota gerak badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Data riwayat sekarang
1) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke berlangsung secara tiba-tiba, mungkin saat klien
sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak
sadarkan diri, selain gejala kelumpuhan sebagian badan atau
gangguan fungsi otak lainnya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, riwayat
diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti koagulan, aspirin,
vasodilatator, obat-obat adiktif dan obesitas.

3) Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada riwayat keluarga yang memiliki hipertensi, diabetes
mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi sebelumnya.
d. Riwayat psikososial dan spritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi
meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang
berlebihan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-
hari.
e. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Makan sehari-hari klien apakah makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang sering dikonsumsi oleh pasien, misalnya:
masakan yang mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka
makan hati, limpa, usus dan bagaimana nafsu makan klien.
Biasanya terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan
menelan pada pasien stroke hemoragik sehingga menyebabkan
penurunan berat badan.
2) Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum
yang mengandung alkohol.
3) Eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik.
4) Aktivitas dan latihan
Biasanya pasien tidak dapat beraktifitas karena mengalami
kelemahan, kehilangan sensori, hemiplegia tau kelumpuhan.
5) Tidur dan istirahat
Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk beristirahat karena
adanya kejang otot/ nyeri otot.
f. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung
data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilakukan secara per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluhan dari klien.

1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends,
pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron
motor atas menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik
paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada
kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu
juga dikaji tandatanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat
g. Pemeriksaan nervus
Pemeriksaan syaraf kranial menurut (M & H.N, 2016).
1) Olfaktorusius (N.I): Untuk menguji saraf penciumaan dengan
menggunakan bahan- bahan yang tidak merangsang seperti kopi,
tembakau, parfum atau rempah-rempah. Letakkan salah satu bahan
tersebut di depan salah satu lubang hidung orang tersebut
sementara lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup
matanya. Kemudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai
tercium baunya bahan tersebut dan kalau mungkin
mengidentifikasikan bahan yang diciumnya. Hasil pemeriksan
normal mampu membedakan zat aromatis lemah.
2) Optikus (N.II): Ada enam pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu
penglihatan sentral, kartu snellen, penglihatan perifer, refleks
pupil, fundus kopi dan tes warna. Untuk penglihatan sentral dengan
menggabungkan antara jari tangan, pandangan mata dan gerakan
tangan. Kartu senllen yaitu kartu memerlukan jarak enam meter
antara pasien dengan tabel, jika ruangan tidak cukup luas bisa
diakali dengan cermin. Penglihatan perifer dengan objek yang
digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari
lapang pandangan kanan dan ke kiri, atas dan bawah dimana mata
lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus
menatap lurus dan tidak menoleh ke objek tersebut. Refleks pupil
dengan menggunakan senter kecil, arahkan sinar sinar dari
samping (sehingga pasien memfokus pada cahaya dan tidak
berakomodasi) ke arah satu pupil untuk melihat reaksinya. Fundus
kopi dengan menggunakan alat oftalmoskop, mengikuti perjalanan
vena retinalis yang besar ke arah diskus, dan tes warna dengan
menggunakan buku Ishi Hara’s Test untuk melihat kelemahan
seseorang dalam melihat warna, Biasanya terdapat gangguan
penglihatan.
3) Okulomotoris (N.III): Meliputi gerakan pupil dan gerakan bola
mata. Mengangkat kelopak mata ke atas, konstriksi pupil, dan
sebagian besar gerakan ekstra okular.
4) Troklearis (N.IV): Meliputi gerakan mata ke bawah dan ke dalam.
5) Trigeminus (N.V): Mempunyai tiga bagian sensori yang
mengontrol sensori pada wajah dan kornea serta bagian motorik
mengontrol otot mengunyah.
6) Abdusen (N.VI): Merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian
besar terdiri dari saraf motoric. Fungsinya untuk melakukan
gerakan abduksi mata.
7) Fasialis (N.VII): Pemeriksaan dilakukan saat pasien diam dan atas
perintah (tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan asimetri
wajah. Mengontrol ekspresi dan simetris wajah.
8) Vestibul kokhlearis (N.VIII): Pengujian dengan gesekan jari, detik
arloji dan audiogram. Mengontrol pendengaran dan keseimbangan.
9) Glasofaringeus (N.IX): Menyentuh dengan lembut, bagian
belakang faring pada setiap sisi dengan spacula. Refleks menelan
dan muntah.
10) Vagus (N.X): Inspeksi dengan senter perhatikan apakah terdapat
gerakan uvula. Mempersarafi faring, laring dan langit lunak.
11) Aksesorius (N.XI): Pemeriksaan dengan cara meminta pasien
mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot dan
menekan ke bawah kemudian pasien disuruh memutar kepalanya
dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa). Mengontrol
pergerakan kepala dan bahu.
12) Hipoglosus (N.XII): Pemeriksaan dengan inspeksi dalam keadaan
diam didasar mulut, tentukan adanya artrofi dan fasikulasi.
Mengontrol gerak lidah.
b. Diagnosis Keperawatan
b. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik
c. (D.0119) Gangguan komunikasi verbal
d. (D.0109) Defisit perawatan diri
e. (D.0017) Risiko perfusi serebral tidak efektif
f. (D.0056) Intoleransi aktivitas
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Perencanaan Keperawatan
Keperawata
No Intervensi
n (Tim Pokja Luaran
. (Tim Pokja SIKI
SDKI DPP (SLKI, 2019)
DPP PPNI, 2018)
PPNI, 2017)
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan
mobilitas keperawatan selama 3x24 mobilisasi
fisik jam, diharapkan: Observasi:
(D.0054) Mobilitas fisik (L.05042) 1. Identifikasi
meningkat dengan kriteria adanya nyeri atau
hasil: keluhan fisik
1. Pergerakan ekstremitas lainnya
meningkat 2. Identifikasi
2. Kekuatan otot meningkat toleransi fisik
3. Nyeri menurun melakukan
4. Kaku sendi menurun pergerakan
5. Gerakan terbatas 3. Monitor frekuensi
menurun jantung dan
6. Kelemahan fisik tekanan darah
menurun sebelum memulai
mobilisasi
4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik:
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur).
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi
komunikasi keperawatan selama 3x24 Komunikasi: Defisit
verbal jam, diharapkan: Bicara
(D.0119) Komunikasi verbal Observasi:
(L.13118) meningkat 1. Monitor proses
dengan kriteria hasil: kognitif,
1. Afasia menurun anatomis, dan
2. Disfasia menurun fisiologis yang
berkaitan
3. Apraksia menurun dengan bicara
4. Pelo menurun Terapeutik:
1. Gunakan
metode
komunikasi
alternatif
2. Modifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bantuan
3. Ulangi apa
yang
disampaikan
pasien
4. Gunakan juru
bicara, jika
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan
bicara
perlahan
Kolaborasi:
2. Rujuk ke ahli
patologi atau
terapis
3. Defisit Setelah dilakukan tindakan Dukungan
perawatan keperawatan selama 3x24 Perawatan Diri
diri (D.0109). jam, diharapkan: Observasi:
Perawatan diri (L.11103) 1. Identifikasi
meningkat dengan kriteria kebiasaan
hasil: aktivitas
1. Kemampuan mandi perawatan
meningkat diri sesuai
2. Kemampuan usia
mengenakan 2. Monitor
pakaian meningkat tingkat
3. Kemampuan makan kemandirian
meningkat 3. Identifikasi
4. Kemampuan ke kebutuhan
toilet (BAB/BAK) alat bantu
meningkat kebersihan
5. Verbalisasi diri,
keinginan berpakaian,
melakukan berhias, dan
perawatan diri makan
meningkat Terapeutik:
6. Mempertahankan 1. Sediakan
kebersihan mulut lingkungan
meningkat yang
teraupetik
2. Siapkan
keperluan
pribadi
3. Dampingi
dalam
melakukan
perawatan
diri sampai
mandiri
4. Fasilitasi
untuk
menerima
keadaan
ketergantunga
n
5. Jadwalkan
rutinitas
perawatan
diri
Edukasi:
1. Anjurkan
melakukan
perawatan
diri secara
konsisten
sesuai
kemampuan

4. Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen


perfusi keperawatan selama 1x8 Peningkatan TIK
serebral tidak jam, diharapkan: Observasi
efektif Perfusi serebral 1. Identifikasi
(D.0017) (L.02014) tidak terjadi penyebab
dengan kriteria hasil: peningkatan
1. Tekanan intracranial TIK
menurun 2. Monitor tanda
2. Sakit kepala menurun atau gejala
3. Gelisah menurun peningkatan
4. Kecemasan menurun TIK
5. Agitasi menurun 3. Monitor MAP
Terapeutik
1. Berikan
posisi semi
fowler
2. Hindari
pemberian
cairan IV
hipotonik
3. Cegah
terjadinya
kejang
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dalam
pemberian
sedasi dan
anti
konvulsan,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian
diuretik
osmosis, jika
perlu
5. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan
aktivitas keperawatan selama 3x24 Observasi:
(D.0056) jam, diharapkan 1. Identifikasi
kemudahan dalam gangguan
melakukan aktivitas fungsi tubu
membaik dengan kriteria yang
hasil: mengakibatka
1. Kemudahan dalam n kelelahan
melakukan aktivitas 2. Monitor pola
sehari-hari meningkat dan jam tidur
2. Kecepatan berjalan 3. Monitor
meningkat kelelahan
3. Kekuatan tubuh bagian fisik dan
atas meningkat emosional
4. Kekuatan tubuh bagian Terapeutik:
bawah meningkat 1. Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah
stimulus
2. Lakukan
latihan
rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi
duduk di sisi
tempat tidur,
jika tidak
dapat berjalan
atau
berpindah
Edukasi:
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatkan
asupan
makanan

d. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah
direncanakan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas
koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan (PPNI, 2018).
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
untuk menentukan apakah telah berhasil meningkatkan kondisi klien. Jika
tujuan dan hasil yang diharapkan tidak akan terpenuhi, perawat harus
menentukan apakah itu kare intervensi yang tidak efektif, tujuan dan ahsil
yang diharapkan tidak sesuai, atau pasien tidak mengeluh (PPNI, 2019).
BAB III
A. Analisi Tindakan Keperawatan Yang Diberikan Dengan Konsep Dan
Penelitian Terkait.
Penulisan Judul Terapi Manfaat Hasil penelitian
judul
Indriani, Gambaran upaya Terapi untuk Didapatkan tiga tema yaitu aktivitas
Winda keluarga dalam ROM mendapatkan perawatan yang dilakukan keluarga
2019. pemberian terapi (Range of gambaran dalam pemberian terapi ROM serta
rom ( range of Motion) upaya keluarga penunjangnya dilihat dari keluarga
motion ) exercise dalam memberikan rendam air hangat
untuk pemberian sebelum terapi ROM pada Tn.J,
meningkatkan terapi ROM edukasi terapi ROM yang diberikan
kemampuan (Range of oleh keluarga, jadwal pemberian
rentang gerak Motion) terapi ROM oleh keluarga, alat
pada pasien exercise untuk peraga atau alat bantu yang
stroke meningkatkan digunakan dalam terapi ROM, dan
kemampuan motivasi keluarga dalam pemberian
rentang gerak terapi ROM. Selain itu pasien yang
pada pasien kurang kooperatif merupakan
stroke. hambatan bagi keluarga untuk
menjalankan perannya. Serta
perkembangan pasien selama
pemberian terapi ROM oleh
keluarga yang dapat dilihat dari
keadaan pasien sebelum pemberian
terapi ROM dan keadaan pasien
setelah pemberian terapi ROM.
Sustiyah, Analisis Praktek Terapi Meningkatkan Terjadi peningkatan kesadaran
Maridi M Keperawatan Murottal kesadaran setelah di berikan terapi murottal.
Dirdjo pada Pasien Al-Qur’an pasien.
2019. Stroke dengan
Intervensi Inovasi
Murottal Al-
Qur’an terhadap
Peningkatan
Kesadaran di
Ruang Stroke
Center RSUD
Abdul Wahab
Sjahranie
Samarinda.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Indriani, 2019) intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan untuk membantu pasien pada gangguan
mobilitas fisik yaitu dengan terapi ROM ( Range Of Motion ). Latihan ROM
(Range of Motion) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses
rehabilitasi yang dinilai masih sangat efektif untuk mencegah terjadinya
kecacatan pada pasien dengan stroke dan meningkatkan kemampuan rentang
gerak pada pasien stroke.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Sustiyah, 2019) Masalah
keperawatan yang timbul pada pasien kelolaan dapat diatasi bila terjadi
hubungan terapeutik perawat dengan pasien, termasuk juga pemberi layanan
kesehatan lainnya. Terapi Murottal Al-Qur’an dapat digunakan sebagai terapi
komplementer kepada pasien stroke hemoragik secara rutin dan teratur setiap
harinya untuk merileksasikan dan upaya meningkatkan kesadaran secara
kualitatif dan kuantitatif selain menggunakan obat farmakologi. Selain itu
berbagai faktor lainnya yang dapat meningkatkan kesadaran komunikasi yang
diberikan oleh keluarga kepada pasien karena walaupun pasien dalam kondisi
penurunan kesadaran namun stimulasi pendengaran masih berfungsi.
DAFTAR PUSTAKA

Indriani, W. (2019). Gambaran upaya keluarga dalam pemberian terapi rom


( range of motion ) exercise untuk meningkatkan kemampuan rentang gerak
pada pasien stroke.
M, J., & H.N, R. (2016). Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nggebu, J. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik.
Journal of Chemical Information and Modeling, 8(9), 9.
Ningrum, N. D. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE
NON HEMORAGIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN SEREBRAL DI RUANG KRISSAN RSUD BANGIL
PASURUAN. Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.
Nofitri. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN STROKE
NON HEMORAGIK DALAM PENERAPAN INOVASI INTERVENSI
TERAPI VOKAL “AIUEO” DENGAN MASALAH GANGGUAN
KOMUNIKASI VERBAL DI RUANGAN NEUROLOGI RSUD Dr.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI. In Αγαη (Vol. 8).
Nusatirin. (2018). Asuhan Keperawatan Tn. H Dengan Stroke Non Hemoragik Di
Ruang Bougenvil Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soedjono Magelang Nusatirin.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INDONESIA: DEFINISI DAN INDIKATOR DIAGNOSTIK. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
INDONESIA. Jakarta: DPP PPNI.
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II.
SLKI, T. P. (2019). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
Sunaryo, D. (2017). Asuhan Keperawatan Bedah. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Sustiyah, M. M. D. (2019). Analisis Praktek Keperawatan pada Pasien Stroke
dengan Intervensi Inovasi Murottal Al-Qur’an terhadap Peningkatan
Kesadaran di Ruang Stroke Center RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai