Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T atas segala limpahan rahmat dan
karuniannya,sehingga penulis dapat menyelesaikan lapoan kasus Tumor cerebellum. Laporan
kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah di RS
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak,untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat dr. Yossi Yudha Satria, Sp.BS

yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis selama menjalani kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah. Penulis juga
menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan akan pengetahuan dan pengalaman
penulis dalam penulisan laporan kasus ini,sehingga masih banyak terdapat kekurangan
didalamnya. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang diberikan
demi kesempurnaan laporan kasus ini. Akhirnya semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak dan setiap pembaca pada umumnya,amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, April 2015

Muhammad Fadli Amir

DAFTAR ISI
Kata pengantar... 1
Daftar isi.... 2
Bab 1 Laporan kasus..3
1.1 Identitas ...3
1.2 Riwayat penyakit. 3
1.3 Pemeriksaan fisik 5
1.4 Pemeriksaan Penunjang .. 10
1.5 Resume 12
1.6 Diagnosis Kerja ...13
1.7 Penatalaksanaan .. 13
1.8 Prognosis .14
1.9 Follow up 14
Bab 2 Tinjauan Pustaka 19
2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak ... 19
2.2 Definisi Tumor Otak ... 24
2.3 Epidemiologi Tumor Otak 25
2.4 Etiologi Tumor Otak .. 26
2.5 Patofisiologi Tumor Otak ... 27
2.6 Klasifikasi Tumor Otak ...28
2.7 Gejala Tumor Otak .... 31
2.8 Pemeriksaan Diagnostik . 35
2.9 Penatalaksanaan Tumor Otak . 38
2.10 Diagnosis Banding 40
2.11 Komplikasi Tumor Otak ... 40
2.12 Prognosis ...41
Bab 3 Daftar Pustaka...... 42

BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Identitas Pasien
No. Rekam Medik
Nama pasien
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Status
Alamat
Pendidikan
Tanggal masuk RS
DPJP
1.2 RIWAYAT PENYAKIT

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

102093
Nn. E
23 tahun
Perempuan
Protestan
Belum Menikah
Jl. Pejuang no.1 Rt/Rw:13/10, Jakarta
SMA
23 Maret 2015
dr. Yossi Yudha Satria, Sp.BS

ANAMNESIS
Anamnesis secara autoanamnesis pada pasien. Anamnesis dilakukan pada hari Rabu, 25
Maret 2015 jam 06.00 di bangsal pulau salawati.
KELUHAN UTAMA:
Pasien mengeluh nyeri kepala pada kepala pada bagian belakang 1 bulan SMRS.
KELUHAN TAMBAHAN :
Pusing dan Pinggang terasa seperti bergerak sendiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Pasien datang ke poli bedah saraf RS Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dengan keluhan nyeri
kepala pada bagian belakang sejak 1 bulan SMRS. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk dan tidak
menjalar. Nyeri kepala yang dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala timbul terutama ketika pasien
merasakan kelelahan. Nyeri kepala yang dirasakan berat ketika timbul serangan.
Pasien juga mengeluh pusing. Pusing dirasakan terutama ketika bangun tidur. Pasien juga
mengeluhkan pinggang terasa seperti bergerak sendiri. Sebelumnya pasien pernah merasakan hal
seperti ini. Keluhan mereda setelah pasien melakukan operasi pemasangan shunt di kepala pada
3

bulan November 2013 di RSAL dr. Mintohardjo. Keluhan kembali muncul sejak 1 bulan yang
lalu.
Mual, muntah, penurunan kesadaran, penglihatan ganda, kelemahan anggota gerak, kejang,
gangguan pendengaran, gangguan penghidu, gangguan pengecap,

demam,

riwayat trauma

disangkal. BAB dan BAK tidak terdapat keluhan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien mengaku sebelumnya telah 2 kali
melakukan operasi pemasangan shunt. Operasi pemasangan shunt pertama di RS Adam Malik,
Medan pada awal tahun 2012 dan operasi kedua dilakukan di RSAL dr. Mintohardjo pada bulan
November 2013. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan sejak 3 tahun yang lalu.
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, stroke, alergi disangkal pasien.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pada anggota keluarga tidak didapati keluhan yang sama seperti pasien. Sepengetahuan
pasien, di keluarganya tidak ada riwayat asma, diabetes mellitus, hipertensi, asma, ataupun alergi.
RIWAYAT MEDIKASI, ALERGI, KEBIASAAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL
Pasien tidak merokok, mengkonsumsi alcohol, konsumi narkoba disangkal pasien. Pasien
juga mengaku selama ini menjalani hidup sehat, seperti makan-makanan dengan gizi seimbang,
berolah raga rutin setiap minggu. Riwayat pemaparan radiasi sebelumya, riwayat alergi
disangkal.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Saat di Bangsal (25/03/2015)

Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
o Nadi

: Tampak Sakit Sedang


: Compos Mentis
: 88 x/menit, regular, kuat, dan isi cukup.
4

o Pernapasan
o Suhu
o TD

: 16 x/menit
: 36,9 0C
: 110/80 mmHg

Status Generalis
Kepala

Normosefali, tidak ada tanda trauma atau benjolan. Rambut hitam merata,

Mata
Telinga
Hidung

tidak mudah dicabut.


Konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik (-/-), strabismus (-/-).
Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Normonasi, mukosa hiperemis (-/-), edema konka (-/-), sekret (-/-), epistaksis

Tenggorok
Gigi dan Mulut
Leher
Toraks

(-/-), pernapasan cuping hidung (-)


Hiperemis (-), T2/T2, trakea di tengah.
Bibir tampak normal, tidak ada sianosis .Lidah normal, gigi geligi normal.
Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP 5+1 cm.
Inspeksi: Dada terlihat simetris kanan dan kiri, pergerakan dinding dada
terlihat simetris kanan dan kiri, tidak terdapat retraksi. Pulsasi iktus kordis
tidak terlihat.
Palpasi: Gerak pernafasan simetris, tidak ada bagian yang tertinggal. Vocal
Fremitus teraba sama kuat kanan dan kiri. Iktus kordis tidak teraba.
Perkusi: Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor. Batas paru hati
didapatkan pada ICS 7 sebelah kanan.
Batas Jantung
Batas kanan : ICS 4 linea parasternal kanan
Batas kiri : ICS 4 linea midclavikula kiri
Auskultasi: Bunyi paru vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.

Abdomen

Bunyi jantung S1, S2 reguler. Murmur (-). Gallop (-).


Inspeksi : Datar, supel, turgor baik, dinding abdomen simetris
Auskultasi :BU (+) normal pada 4 kuadran.
Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba.

Punggung
Ekstremitas
dan bawah
Kuku

Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)


Tampak normal. Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang.
atas Akral hangat (+), edema (-)
Sianosis (-). CRT< 3 detik.
5

Status neurologis
GCS : E4 M6 V5
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk
Laseque
Kernig
Brudzinski I
Brudzinski II

Nervus Cranialis
N. I
N.II
Visus
Melihat warna
Funduskopi
Pupil:
Bentuk
RCL
RCTL
Akomodasi
Konvergensi
N. III, IV, dan VI
Kedudukan bola mata

Dekstra

Sinistra
(-)

>70
>135
(-)
(-)

Dekstra

>70
>135
(-)
(-)

Sinistra
dalam batas normal

Tidak dilakukan
Baik
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Baik
Tidak dilakukan

Bulat
(+)
(+)
Baik
Baik

Bulat
(+)
(+)
Baik
Baik

Ortoforia
Normal

Ortoforia
Normal

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
(-)
(-)

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
(-)
(-)

Baik

Baik

Baik

Baik

Kelopak mata
Pergerakan bola mata

Nasal
Temporal
Nasal atas
Temporal atas
Temporal bawah

Exophtalmus
Nistagmus
N.V
Cabang motorik
Cabang sensorik

Opthalmikus
Maxillaris
Mandibularis
N.VII
Motorik orbitofrontalis
Motorik orbicularis oculi
Motorik orbicularis oris

Baik
Baik

Baik
Baik

Baik
Baik
Baik
Baik

Baik
Baik
Baik
Baik

(-)
(-)

(-)
(-)

(-)
(-)

(-)
(-)

Pengecap 2/3 anterior lidah


N.VIII
Vestibular

Vertigo
Nistagmus

Cochlearis
Tuli konduktif
Tuli sensorineural
N.IX dan X

Deviasi uvula (-)


Refleks muntah (+)

Motorik
Sensorik
N.XI
Baik
Baik

Mengangkat bahu

Baik
Baik

Menoleh
N.XII
Baik, tidak tampak deviasi
(-)
(-)
(-)

Pergerakan lidah
Atrofi
Fasikulasi
Tremor

Sistem Motorik
Kekuatan motorik
Gerakan Involunter
Tremor
Chorea
Athetose
Mioklonik

5555 5555
5555 5555
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
7

Trofik

: eutrofik

Tonus

: normotonus

Sistem sensorik
Rasa raba
Rasa nyeri
Rasa suhu
Rasa getar
Rasa arah
Rasa sikap

: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik

Refleks fisologis
BPR
TPR
KPR
APR

dekstra
++
++
++
++

sinistra
++
++
++
++

Refleks fisologis
Hoffman Tromer
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaffer
Klonus tumit
Klonus lutut

dekstra
-

sinistra
-

Fungsi otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat

: baik
: baik
: baik

Fungsi cerebellar dan koordinasi


Tes Rhomberg
: tidak dapat berdiri tegak (+)
Tes stepping
: berputar > 30
Disdiadokinesia
: normal
Jari-jari
: normal
Jari-hidung
: normal
Tumit-lutut
: normal
8

Rebound phenomenon : (-)


1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (16/03/2015)
Pre op
Pemeriksaan
Darah rutin
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Hemostasis
Masa pendarahan/BT
Masa pembekuan
Kimia klinik
Glukosa Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin

Hasil

Nilai rujukan

12,9 g/dL
4,85 x106/uL
12.900/uL
305.000/uL
39%

12-14 g/dL
4,2-5,4 x106/uL
5.000-10.000/uL
150.000-450.000/uL
37-42 %

200
1000

100 300
500 1500

88 mg/dL
18 mg/dL
0,8 mg/dL

<200 mg/dL
17-43 mg/dL
0,6-1,1 mg/dL

Rontgen Thorax

Foto: Thorax PA
Deskripsi:
9

CTR < 50%

Jantung kesan normal, Aorta baik

Tidak tampak fibroinfiltrat pada kedua lapangan paru

Corakan bronchovaskular tidak meninkat

Sinus kostofrenikus kanan-kiri tajam

Tulang-tulang dan jaringan lunak, dinding dada baik

Kesan: Normal
CT-Scan

Deskripsi:

Tampak lesi massa di median cerebellum ( 4,7 x 4,4 x 5,9 cm), batas kurang jelas,
heterogen dengan hipodens komponen cairan dan solid,tidak tampak kalsifikasi. Pasca
kontras menyangat heterogen terutama dinding dan komponen solid. Lesi mendesak
parenkim cerebellum, edema perifokal minimal. Mendesak dan obliterasi ventrikel IV,

mendesak pons.
Defek craniotomy occipital kiri, terpasang shunt dengan ujung di dalam lesi massa
Defek craniotomy frontal kanan, ujung di median ventrikel lateral.
Struktur dan densitas parenkim white and gray matter kedua hemisfer cerebri baik.
10

Sulci dan gyri dalam batas normal.


Midline pada posisi tengah.
System ventrikel tidak melebar, ruang subarachnoid dan cysterna dalam batas normal.
Sella, parasella, suprasella baik.
Cerebellum, pons dan medulla oblongata baik
Cerebellopontine angle, canalis acusticus internus kiri dan kanan dalam batas normal
Orbita : bulbus oculi dan retrobulbar dalam batas normal
Sinus paranasal dan pneumatisasi mastoid dalam batas normal
Tulang-tulang intak

Kesan:

Kondisi pasca craniotomy pada frontal dextra dan occipital sinistra, terpasang shunt,

posisi baik
Massa di median cerebellum ( 4,7 x 4,4 x 5,9 cm) komponen kistik dan solid sugestif

low grade astrocytoma (Pylocitic astrocytoma). Menekan ventrikel IV dan pons


1.5 RESUME
Pasien datang ke poli bedah saraf RS Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dengan keluhan
nyeri kepala pada bagian belakang sejak 1 bulan SMRS. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk dan
tidak menjalar. Nyeri kepala yang dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala timbul terutama ketika
pasien merasakan kelelahan. Nyeri kepala yang dirasakan berat ketika timbul serangan.
Pasien juga mengeluh pusing. Pusing dirasakan terutama ketika bangun tidur. Pasien juga
mengeluhkan pinggang terasa seperti bergerak sendiri. Sebelumnya pasien pernah merasakan hal
seperti ini. Keluhan mereda setelah pasien melakukan operasi pemasangan shunt di kepala pada
bulan November 2013 di RSAL dr. Mintohardjo. Keluhan kembali muncul sejak 1 bulan yang
lalu.
Pasien pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien mengaku sebelumnya telah 2 kali
melakukan operasi pemasangan shunt. Operasi pemasangan shunt pertama di RS Adam Malik,
Medan pada awal tahun 2012 dan operasi kedua dilakukan di RSAL dr. Mintohardjo pada bulan
November 2013. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien tidak merokok, mengkonsumsi alcohol, konsumi narkoba disangkal pasien. Pasien
juga mengaku selama ini menjalani hidup sehat, seperti makan-makanan dengan gizi seimbang,
berolah raga rutin setiap minggu. Riwayat pemaparan radiasi sebelumya, riwayat alergi
disangkal.

11

Pada pemeriksaaan fisik didapatkan Tes Rhomberg (+) pasien tidak dapat berdiri tegak,
Tes stepping pasien berputar > 30.
1.6 DIAGNOSIS KERJA
Tumor cerebellum post op shunt
1.7 PENATALAKSANAAN
Tindakan bedah craniotomy, trepanasi cerebellum
- Pasien diposisikan telungkup dalam narkose
- Dilakukan tindakan asepsis dengan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya
- Dilakukan pemasangan duk untuk mempersempit lapangan operasi
- Dilakukan insisi linier kulit, subkutis, fascia, otot dan periosteum
- Dibuat 1 buah burliok, selanjutnya dilakukan trepanasi cerebellum
- Duramater terekspos, kemudian dilakukan sayatan semilinier, memotong sinus
-

occipitalis diujung distal cerebellum


Ditemukan tumor berwara kekuning-kuningan, kemudian dilakukan kauterisasi,

keluar cairan kekuning-kuningan dilakukan aspirasi


- Sebagian jaringan tumor diambil untuk dilakukan pemeriksaan PA
- Dilakukan duraplasty, kemudian drain VP shunt diganti/dicabut
- Dilakukan pngecekan monodrain dengan syringe pump
- Perdarahan dirawat dan dihentikan
- Luka operasi ditutup lapis demi lapis
- Operasi selesai
Non medikamentosa
- Edukasi pasien mengenai perjalanan penyakit serta penanganannya, persiapan operasi

dan tujuannya, serta tatalaksana berikutnya setelah hasil diketahui


Medikamentosa
- IVFD Ringer laktat 20 tpm
- Ceftriaxone 1x2gr
- Gentamicyne 1x320 mg
- Ranitidine 2x1 amp
- Dexamethasone 2x1 amp
- Ketorolac 2x1 amp
- Transamin 3x500mg
- Vit k 3x1 amp
- Persediaan PRC 4 labu
- Persediaan FFP 5 labu
1.8 PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad functionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: ad malam
1.9 FOLLOW UP
POST OP H+1 (26/03/15)
Subjektif
: nyeri pada luka operasi, pusing
12

Objektif

: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/50mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,3 0C
RR
: 16 x/menit
Bising usus
: (+)
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, terdapat drain berwarna merah kehitaman,

tidak ada rembesan darah di perban.


Assesment
: Tumor cerebellum post op craniotomy H+1
Planning
:
- IVFD Ringer laktat 20 tpm
- Ceftriaxone 1x2gr
- Gentamicyne 1x320 mg
- Ranitidine 2x1 amp
- Dexamethasone 2x1 amp
- Ketorolac 2x1 amp
- Transamin 3x500mg
- Vit k 3x1 amp
POST OP H+2 (27/03/15)
Subjektif
: Masih nyeri pada luka operasi, sedikit pusing
Objektif
: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/60mmHg
Nadi
: 92 x/menit
Suhu
: 36,7 0C
RR
: 16 x/menit
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, terdapat drain berwarna merah kehitaman,
tidak ada rembesan darah di perban.
Assesment
: Tumor cerebellum post op craniotomy H+3
Planning
:
- IVFD Ringer laktat 20 tpm
- Ceftriaxone 1x2gr
- Gentamicyne 1x320 mg
- Ranitidine 2x1 amp
- Dexamethasone 2x1 amp
- Ketorolac 2x1 amp
- Transamin 3x500mg
- Vit k 3x1 amp
13

POST OP H+5 (30/03/15)


Subjektif
: pinggang terasa bergerak sendiri
Objektif
: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,6 0C
RR
: 18 x/menit
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, drain (-), tidak ada rembesan darah di
Tes Rhomberg
Tes stepping

perban.
: tidak dapat berdiri tegak (+)
: berputar > 30

Assesment
: Tumor cerebellum post op craniotomy H+5
Planning
:
- IVFD Ringer laktat 20 tpm
- Ceftriaxone 1x2gr
- Gentamicyne 1x320 mg
- Ranitidine 2x1 amp
- Dexamethasone 2x1 amp
- Ketorolac 2x1 amp
- Transamin 3x500mg
- Glaucon 3x500mg
- Haloperidol 3x15mg
POST OP H+6 (31/03/15)
Subjektif
: pinggang terasa bergerak sendiri
Objektif
: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
RR
: 18 x/menit
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, drain (-), tidak ada rembesan darah di
Tes Rhomberg
Tes stepping
Assesment

perban.
: tidak dapat berdiri tegak (+)
: berputar > 30

: Tumor cerebellum post op craniotomy H+6


14

Planning
:
- Ciprofloxacin 2x500mg
- Kestine 3x1 tab
- Transamin 2x500mg
- Glaucon 3x500mg
- Haloperidol 2x1tab
- Trihexyphenidil 2x2mg
POST OP H+7 (01/04/15)
Subjektif
: tidak ada keluhan
Objektif
: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
RR
: 18 x/menit
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, drain(-), tidak ada rembesan darah di
perban.
Hasil Patologi Anatomi (31/03/15)
a. Cairan
Diagnosa
: Tumor cerebellum
Makroskopik
: Cairan berwarna kemerahan, isi 2,5cc
Mikroskopik
: Sediaan sitologi cairan serebellum, mengandung penuh sel
darah merah dan beberapa sel radang. Tidak ditemukan sel tumor ganas.
Kesan
: Negatif
b. Jaringan
Diagnosa
: Tumor cerebellum
Makroskopik
: keping-keping jaringan, isi 2 cc
Mikroskopik
: Sediaan tanpa keterangan, agaknya dari serebellum, terdiri
atas keeping-kepng jaringan massa tumor dengan sel-sel neuro glia kecil-kecil.
Tidak tampak perdarahan.
Kesan
: Gambaran histologik sesuai dengan Diffuse Fibrillary
Cereberal Astrocytoma
: Tumor cerebellum post op craniotomy H+7

Assesment
Planning
:
- Pasien boleh pulang, kontrol minggu depan
- Ciprofloxacin 2x500mg
- Ketorolac 3x1 tab
- Glaucon 3x50mg
- Trihexyphenidil 2x2mg
15

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di cavum cranii, otak
dibentuk oleh cavum
prosenchephalon,
membentuk

neuralis yang membentuk 3 gelembung embrionik primer, yaitu

mesensephalon,
gelombang

rhombhencephalon,

embrionik

sekunder,

untuk

yaitu

selanjutnya

telencephalon,

berkembang
dienchephalon,

mesencephalon, metenchepalon, dan myelencephalon. Telencephalon membentuk Hemispaherum


cerebri,

corteks cerebri. Diencephalon membentuk epithalamus, thalamus,

hipothalamus,

subthalamus, dan methatalamus. Didalam diencephalon terdapat rongga; vebtriculus tertius yang
berhubungan dengan ventriculus lateralis melalui foramen interventriculare (Monroi).
Mesencephalon membentuk corpora quadgemina dan crura cerebri, dalam mesencephalon
terdapat kanal sempit aquaductus sylvii yang menghubungkan ventriculus tertius dengan
ventriculus

quartus.

Metencephalon

membentuk

Myelencephalon membentuk medulla oblongata.1,2,3

16

cerebellum

dan

pons,

sedangkan

Gambar.2.1.Anatomi Otak Manusia


Berat otak saat lahir 350 gram, dan berkembang hingga saat dewasa seberat 1400-1500
gram.. Otak di bungkus oleh meninges yang terdiri dari 3 lapis. Di dalam otak terdapat rongga :
systerna ventricularis yang berisi liquors erebrospinalis yang lanjut ke rongga antar meninges,
cavum subarachnoidea. Fungsi utama liquorserebrospinalis yaitu melindungi dan mendukung
otak dari benturan.3
Hemisphaerum cerebri jumlahnya sepasang, dipisah secara tidak sempurna oleh fissura
longitudinalis superior dan falx serebri, belahan kiri dan kanan dihubungkan oleh corpus
callosum. Hemisphaerum cerebri dibentuk oleh cortex cerebri, substantia alba, ganglia basalis,
dan serabut saraf penghubung yang dibentuk oleh axon dan dendrit setiap sel saraf. Cortex
cerebri terdiri dari selapis tipis substantia grissea yang melapisis permukaan hemisphaerum
cerebri. Permukaannya memiliki banyak sulci dan gyri, sehingga memperbanyak jumlah
selnya.diperkirakan terdapat 10 milyar sel saraf yang ada pada kortek cerebri.3
Hemispaerum cerebri memiliki 6 lobus; lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis,
lobus occipitalis, lobus insularis dan lobus limbik. Lobus frontalis, mulai dari sulcus sentralis
sampai kapolus centralis, terdiri dari gyrus precentralis, girus frontalis superior, girus frontalis
media, girus frontalis inferior,girus recrus, dirus orbitalis, dan lobulus paracentralis superior.
Lobus parietalis, mulai dari sulcus centralis menuju lobus occipitalis dan cranialis dari lobus
temporalis, terdiri dari girus post centralis, lobulus parietalis superior,dan lobulus parietalis
inferior-inferior-posterior. Lobus temporalis, terletak antara polus temporalis dan polus occipitalis
dibawah sulcus lateralis. Lobus occipitalis terletak antara sulcus parieto occipital dengan sulcus
preoccipitalis, memiliki dua bangunan, cuneus dan girus lingualis. Lobus insularis, tertanam
dalam sulcus lateralis. Lobus limbik, berbentuk huruf C dab terletak pada dataran medial
hemisfer cerebri.4
Lobus

oksipitalis

yang

terletak

di

sebelah

posterior

(di

belakang

kepala)

bertanggungjawab untuk pengolahan awal masukan penglihatan. Sensasi suara mula-mula


diterima oleh lobus temporalis, yang terletak di sebelah lateral (di sisi kepala).3
Lobus parietalis terutama bertanggung jawab untuk menerima dan mengolah masukan
sensorik seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri dari permukaan tubuh. Sensasi17

sensasi ini secara kolektif dikenal sebagai sensasi somestetik (perasaan tubuh). Lobus parietal
juga merasakan kesadaran megenai posisi tubuh, suatu fenomena yang disebut propriosepsi.3
Kesadaran sederhana mengenai sentuhan, tekanan, atau suhu dideteksi oleh thalamus,
tingkat otak yang lebih rendah. Thalamus membuat anda sadar bahwa sesuatu yang panas versus
sesuatu yang dingin sedang menyentuh badan anda, tetapi tidak memberitahu dimana atau
seberapa besar intentitasnya.3
Lobus frontalis bertanggungjawab terhadap tiga fungsi utama: (1) aktivitas motorik
volunteer (2) kemampuan berbicara (3) elaborasi pikiran. Daerah di lobus frontalis belakang tepat
di depan sulkus sentralis akhir di neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi otot
rangka.3
Area Broca yang betanggung jawab untuk kemampuan berbicara, terletak di lobus
frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot penting
untuk artikulasi.3
Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus parietalis,
temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa. Daerah ini berperan penting
dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan. Selain itu, daerah ini bertanggung jawab
untuk memformulasikan pola pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas saraf ke
daerah Broca, kemudian mengontrol artikulasi pembicaraan.4
Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari luas korteks
serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi berperan dalam fungsi yang
lebih tinggi (fungsi luhur).3

Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di anterior
korteks motorik. Peran sebagai: (1) perencanaan aktivitas volunteer (2) pertimbangan
konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan pilihan (3) sifat-sifat kepribadian.3
Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada peetemuan ketiga lobus.
Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi somatic, auditorik, dan visual yang
18

berasal dari ketiga lobus untuk pengolahan persepsi yang kompleks.3


Korteks asosiasi limbic di bawah dan dalam antara kedua lobus temporal. Daerah ini
berkaitan dengan motivasi dan emosi. 3
Pembentuk susunan saraf pusat adalah neuron yang jumlahnya mencapai 100 milyar,
didukung oleh sel glia yang jumlahnya 10 kali lipat dari neuron. Setiap neuron memiliki tonjolan
panjang , akson yang berfungsi membawa informasi keluar dari neuron (serabut eferen). Selain
itu terdapat tonjolan pendek, dendrit yang berfungsi membawa informasi menuju neuron (serabut
aferen).4
Sel glia, atau neoroglia (hanya berada pada susunan saraf pusat) berfungsi untuk menyangga
dan dukungan metabolik terhadap neuron. Ada 2 macam sel glia; makroglia dan microglia.
Mikroglia berfungsi sebagai sel fagosit yang sangat besar jika terjadi infeksi atau kerusakan pada
susunan saraf, sedangkan makroglia berfungsi sebagai penyangga dan fungsi nutritif. Mikroglia
ada 4 macam, yaitu Oligodendroglia, sel schwann, sel astrosit, dan sel ependyma. Bersama-sama
mereka dipandang sebagai suatu sistem yang dinamik bermakna fungsional dalam pertukaran
metabolik antara neuron sistem saraf pusat lingkungannya. Terdapat tiga jenis sel glia, mikroglia,
oligodendroglia, dan astrosit. Mikroglia secara embriologis berasal dari lapisan mesodermal
sehingga pada umumnya tidak diklasifikasikan sebagi sel glia sejati. Mikroglia memasuki SSP
melalui sistem pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris dan melawan
infeksi.4
Astrosit
Astrosit merupakan neuroglia terbesar, berbentuk bintang , berinti besar, bulat atau
lonjong, sitoplasmanya mengandung banyak ribosom dan nukleoli tidak jelas. Astrosit
protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak dan medulla spinalis, sedangkan
astrosit fibrosa terutama dalam substantia alba. Karena banyaknya prosesproses sitoplasma yang
luar, astrosit penting sebagai struktur penyokong dan struktural dalam SSP. Fungsi astrosit masih
diteliti;bukti-bukti memperlihatkan bahwa sel-sel ini mungkin berperan dalam menghantarkan
impuls dan transmisi sinaptik dari neuron dan bertindak sebagai saluran penghubung antara
pembuluh darah dan neuron3
19

Oligodendrosit
Disebut juga oligodendroglia, lebih kecil dari astrosit dengan cabang-cabang yang lebih
pendek dan jumlahnya lebih sedikit. Intinya kecil, lonjong, sitoplasma lebih padat dengan
ribosom bebas dan terikat dalam jumlah besar. Oligodendrosit terutama terdapat dalam 2 lokasi,
di dalam substansia grissea dan di antara berkas-berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya
terletak dalam posisi perivascular

sekitar pembuluh darah.

Oligodendroglia dan astrosit

merupakan neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional ektodermal (sama seperti neuron).
Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.3

Gambar.2.2. Sel Glia Otak


Sel Ependim
Sel ependim berasal dari lapisan dalam tabung neuralis dan mempertahankan susunan
epitel mereka . sel ependim melapisi rongga otak dan medulla spinalis dan terendam dalam cairan
serebrospinal uang mengisi rongga-rongga ini. Meskipin ujung apikal sel ependim melapisi
rongga tersebut, namun dasarnya tidak seragam dan terdiri dari procesus panjang yang meluas
dari pusat otak ke jaringan penyambung perifer, akibatnya procesus sel ependim berjalan di
antara unsur saraf dan merupakan matriks penyokong yang mirip dengan sel glia lainnya.3
Sel schwann
Sel schwann membungkus semua serat saraf dari susunan saraf perifer, dan meluas
sampai perlekatannya masuk atau keluar dari perlekatannya di medulla spinalis dan batang otak
sampai ke ujungnya. Sel swhann memperlihatkan inti yang heterochromatik, biasanya gepeng,
dan terdapar di tengah sel dengan banyak mitokondria, mikrotubul dan mikrofilamen.3
20

Pembuluh darah yang mendarahi otak terdiri dari :4


a. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba
dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah ini
setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
1. Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2. Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
3. Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri
komunikan posterior.
b. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh
karena kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh
darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah tersebut akan
saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.
2.2. Definisi Tumor Otak
Tumor adalah adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang disebabkan oleh mutasi
DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor.
Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya
yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu
berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA
kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang
menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.1,5
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak merupakan
penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat kendali dari tubuh manusia,
sehingga tumor otak pada umum nya dapat mengganggu fungsi organ tubuh lain bahkan dapat
menyebabkan kematian. Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna. 1,2Tumor intrakranial
21

(termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak maupun ganas, dan timbul dalam otak, meningen, dan
tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem
retikuloendotelial, lapisan otak dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari
karsinoma sistemik.1

Gambar 2.3.Tumor Otak


2.3.Epidemiologi
Tumor primer biasanya timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin.
Tumor sekunder berasal adalah tumor metastasis yang biasa berasal dari hampir semua tumor
pada tubuh. Tumor metastasis SSP yang melalui perderan darah yaitu yang paling sering adalah
tumor paru-paru dan prostat, ginjal, tiroid, atau traktus digestivus, sedangkan secara
perkontinuitatum masuk ke ruang tengkorak melalui foramina basis kranii yaitu infiltrasi
karsinoma

anaplastik

nasofaring.5

Pada umumnya tumor otak primer tidak memiliki kecenderungan bermetastasis, hanya satu yaitu
meduloblastoma yang dapat bermetastasis ke medulla spinalis dan kepermukaan otak melalui
peredaran likuor serebrospinalis. Perbandingan tumor otak primer dan metastasis adalah 4 : 1.
Tumor otak primer (80 %), sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma,
20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 % neurinoma. Pada orang dewasa 60 % terletak di
supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 % terletak di infratentorial. Tumor yang paling
banyak ditemukan pada anak adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan
astrositoma.Statistik primer adalah 10 % dari semua proses neoplasma dan terdapat 3 7
penderita dari 100.000 orang penduduk.6
22

Glioma Jumlah tumor otak Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama
ke jaringan hemisfer cerebral.Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa bulan
sampai tahun. Meningoma 13 % sampai 18 % tumor primer intrakranial Tumbuh dari selaput
meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan
penyembuhan melaui bedah sangat mungkin dan pertumbuhan kembali mungkin terjadi.6
Tumor Pituitari merupakan tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada
wanita. Tumbuh dari berbagai jenis jaringan. Tumor otak mewakili sebanyak 20% dari semua
kanker pada anak-anak. Pada kelompok usia ini 70% tumor primer tumbuh di daerah fosa
posterior, sementara pada orang dewasa, proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium. Pada
orang dewasa terdapat insiden tumor primer dan metastatik yang hampir sama.6
2.4. Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :7
a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
b. Bagian embrional yang tersisa.
Bangunan-bangunan

embrional

berkembang

menjadi

bangunan-bangunan

yang

mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya
seperti meningioma, astrositoma, raniofaringioma, teratoma intrakranial, kordoma
c. Radiasi

23

Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa. Radiasi dengan dosis terapeutik dapat merangsang sel-sel
mesenkhimal. Beberapa laporan bahwa radiasi berperan timbulnya meningioma.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
e. Kimia dan Virus
Zat-zat karsinogenik methylcholanthrone dan nitro-ethyl-urea dapat menyebabkan
tumor otak primer. Sedangkan virus (virus Epstein Barr) disangka berperan dalam genesisnya
Burkitts lymphoma juga karsinoma anaplastik nasofaring.Pada binatang telah ditemukan
bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf
pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
f. Metastase
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase
lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal
dari paru-paru dan payudara.
2.5. Patofisiologi Tumor Otak
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak
jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis. Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal
disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.7
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah
akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.7
24

Serangan kejang sebagai gejala perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan


kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista
yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist
fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor: bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan
mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan
oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. 6,7
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi
sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih
osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna
apabila tekanan intrakranial timbul cepat.6
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,
kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan. 6
2.6. Klasifikasi Tumor Otak 9
1. Berdasarkan jenis tumor
Jinak
25

a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paru paru, ginjal dan lambung.
Tumor glioma terdiri dari:

Glioma
Jumlah glioma adalah sekitar 40-50% dari tumor otak. Glioma dikelompokkan

berdasarkan asal embriologis. Pada orang dewasa sel neuroglia sistem saraf pusat berfungsi untuk
memperbaiki, menyokong dan melindungi sel-sel saraf yang lunak. Glioma terdiri dari jaringan
penyambung dan sel-sel penyokong. Neuroglia mempunyai kemampuan untuk terus membelah
selama hidup. Sel-sel glia berkumpul membentuk parut sikatriks padat dibagian otak dimana
neuron menghilang oleh karena cedera atau penyakit. Tumor glia merupakan penyebab dari
hampir separuh tumor otak pada anak. Sebagian besar tumor glia pediatrik merupakan tumor
26

derajat rendah yang paling sering terletak di fossa posterior dan regio diensefalon.7

Astrositoma
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai

ukuran.walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada fungsi otak hanya sedikit
sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun
dapat mengalami perubahan keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang
sangat ganas.tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering
tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma derajat I
memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan astrosit normal, hanya saja
jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam suatu daerah menonjol.7
Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut memperlihatkan segi-segi
keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III menggambarkan gambaran histologik yang
sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi
astrositoma derajat IV, berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang
khas, maupun yang tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi.maka
astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu Glioblastoma multiform. Sampai
timbul gejala (misal: serangan epilepsi maupun nyeri kepala). Eksisi bedah

lengkap pada

umumnya tidak dapat dilakukan karena tumor bersifat invasif, tapi bersifat residif terhadap
radiasi.7

Glioblastoma multiform
Glioblastoma multiform adalah jenis gliom ayang paling ganas. Tumor ini memiliki

kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi. Dan eksisi bedah yang lengkap tidak mungkin
dilakukan. Harapan hidup pada umumnya sekitar 12 bulan. Tumor ini dapat timbul dimana saja
tetapi predileksi utamanya adalah lobus frontalis. dan sering menyebar ke sisi kontralateral
melalui korpus kalosum.7

Oligodendroglioma
Oligodendroglioma merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma, tetapi

terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular dan cenderung mengalami kalsifikasi;
biasanya dijumpai pada hemisfer otak dewasa muda. Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan
27

kejang parsial yang timbul hingga 10 tahun, secara klinis bersifat agresif, dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan intrakranial.di dalam daerahnya terdapat kista,
perkapuran dan hemoragi.7
Oligodendroglioma merupakan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan adalah melfalan, thiotep, temozolomide,
paklitaksel ( taxol)

dan regimen berdasar platinum. Diyakini bahwa sel neoplasma dari

oligodendroglia rentan terhadap efek alkilasi dari kemoterapi sitotoksik. Penjelasan yang lebih
lengkap masih menunggu hasil dari penelitian genetik lebih lanjut.7

Ependimoma
Ependimoma adalah tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada

ependim yang menutupi ventrikel, paling sering terjadi pada fossa posterior, tetapi dapat terjadi
dari setiap bagian fossa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi ada anak maupun orang
dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomis tumor. Makin muda usia pasien
maka makin buruk prognosisnya (biasanya terlihat pada usia anak kurang dari 7 tahun) alasan
prognosis yang buruk masih belum diketahui.7
Diyakini bahwa tumor embrional pada anak berbeda dari tumor pada dewasa dan semakin
imatur jaringan tumor pada anak menyebabkan makin agresifnya sifat tumor yang memperburuk
prognosisnya. Penderita tumor yang terletak pada dasar dan atap ventrikel dapat direseksi secara
sempurna daripada penderita tumor di processus lateralis. Perbedaan ini darena dasar dan atap
tumor cenderung menginfiltrasi struktur pedunculus cerebri dan pons sehingga menyebabkan
tidak mungkin dilakukan pengangkatan sempurna.pengobatan radiasi dilakukan pasca operasi,
kecuali

pada

anak

usia

kurang

dari

tahun

yang

menjalani

kemoterapi. 7

2.7. Gejala Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya
dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Tumor otak menunjukkan gejala klinis yang tersebar
bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.2
28

a) Gejala peningkatan tekanan intrakranial


Gejala gejala peningkatan tekanan intracranial disebabkan oleh tekanan yang
berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan
keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral. Semua
terletak di tengkorak.2

Sakit kepala
Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan

menjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan gerakan yang tibatiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpangan
struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.
terdapat nyeri kepala (terus menerus, difus yang pada umumnya nocturnal dan
membaik pada siang hari). Nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering
dijumpai pada penderita otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus
menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada
waktu pagi hari dan menjadi lebih berat oleh aktivitas yang biasanya dapat
meningkatkan tekanan intrakranial seperti membungkuk, batuk, atau mengejan
sewaktu buang air besar. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak
disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga

intrakranial. Struktur ini termasuk arteri, vena, sinus-sinus venadan saraf otak.
Muntah
Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pada pusat muntah pada medulla
oblongata akibat terjadinya peningkatan TIK. Muntah dapat terjadi tanpa
didahului mual dan dapat proyektil. Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan
makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla.
Papiledema (edema pada saraf optic)
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan
papilla saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, hal ini
mengisyaratkan peningkatan TIK. Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan
dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti penurunan tajam penglihatan,
diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.
29

Perubahan kepribadian dan perubahan mental (iritabilitas, mudah lelah, perubahan


perilaku), dementia, apatia, gangguan watak dan intelegensia, bahkan psikosis

tidak peduli lokasinya


Kejang lokal. Dapat merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial pada 15%
penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi tekanan intrakranial
yang melonjak secara cepat terutama bagi manifestasi glioblastoma multiform.
Kejang tonik yang sesuai dengan serangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul

pada tumor fossa franii posterior dan secara tidak tepat dinamakan cereberal fits.
Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf cranial
b) Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena,

menyebabkan tanda-tanda

yang ditunjukkan lokal, seperti pada

ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.5


Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan

seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut kejang jacksonian.
Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia homonimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan pada sisi

yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.


Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau
gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi,
otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak

disengaja) biasanya menimbulkan gerakan horizontal.


Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental, pasien kurang

merawat diri.
Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak. Yaitu: tisnitus dan kelihatan vertigo, serta diikuti perkembangan sarafsaraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial VIII).
Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dgn
saraf cranial V). Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf
cranial VII). Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum,
mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
30

Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan


funsi bicara dan gangguan gaya berjalan teutama pada pasien lansia.

Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase
serebral dari bagian lain. Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan, karena tumortumor tersebut berada pada daerah tersembunyi dari otak (daerah yang fungsinya tidak
dapat ditentukan dgn pasti). Perkembangan dan gejala menentukan apakah tumor tersebut
berkembang atau menyebar.9
Manifestasi Klinis: 6
1. Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita tumor
otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul dan kadangkadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat
oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan
pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada
tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah. Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan
TIK disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif.
3. Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan
TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK tidak
amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papil edema mungkin terjadi beberapa gangguan
penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya
penglihatan).

2.8. Pemeriksaan Diagnostik


31

Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan
mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya, hubungannya dengan
system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan
hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive maupun non
invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CT scan dan MRI bila perlu diberikan kontras
agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang
dapatmemberikan gambaran system pendarahan tumor, dan hungannya dengan system pembuluh
darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan
sinus duramatrisnya yang vital itu.8
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang
yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejalagejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah
diuraikan diatas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui
pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang.8
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengobservasi tumor otak
adalah:1

Observasi saraf pergerakan mata Penglihatan : penurunan lapang pandang,


penglihatan kabur

Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi

Reflek Keseimbangan dan koordinasi

Penciuman dan sentuhan

Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi Jantung : bradikardi, hipertensi. Sistem


pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes mellitus

Untuk membantu menentukkan lokasi tumor yang tepat, dilakukan beberapa pemeriksaan
tambahan, yaitu: 8
32

CT- Scan memberikan info spesifik mengenai jumlah, ukuran dan kepadatan jejas
tumor serta meluasnya edema serebral sekunder

Gambar 2.4 Hasil CT-Scan tumor otak

MRI membantu mendiagnosis tumor otak dengan cara mendeteksi jejas tumor yang
kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.

Gambar 2.5 Hasil MRI Tumot Otak (tampak samping)

33

Gambar 2.6 Hasil MRI Tumor Otak (tampak atas)

Biopsy stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk


mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikandasar-dasar
pengobatan dan informasi prognosis

Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.

EEG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapatmemungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
Penelitian pada cairan serebrospinal (CHF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel
ganas, karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggeser sel-sel
kedalam cairan serebrospinal

Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intraserebral

Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat


radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

Rontgen foto X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial dan
X-ray dada untuk mendeteksi tumor paru primer atau penyakit metastase

34

2.9. Penatalaksanaan Tumor Otak


Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan penghilangan atau
mengurangi simtomatologi serius. Pendekatan ter apeutik ini mencakup radiasi, yang menjadi
dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intrakranial tunggal), kemoterapi.8
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain:8

Kondisi umum penderita


Tersedianya alat yang lengkap
Pengertian penderita dan keluarganya
Luasnya metastasis.

Penatalaksanaan Menurut Brunner dan Suddarth 1987 : 9


1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis
definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor menimbulkan
defisit neurologis yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu
pembedahan tumor otak yakni: diagnosisyang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan
persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan
keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, berbagai
cara dan teknik operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar
laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli
bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.
2. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapy tunggal. Indikasi radioterapi

Glioma maligna, Oligodendroglioma,

Dysgerminoma, Limfoma SSP primer, Meduloblastoma, Ependimoma, Meningioma


(maligna, inoperable), Adenoma hipofise (sesudah pembedahan sebagain dan sesudah
pengobatan yang gagal), Kordoma basis kranii, sedagkan Radioterapi (sesudah komfirmasi
biopsi) pada profilaksis iradiasi kranium dan corpus vertebralis. Adapun efek samping :

35

kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.8
3. Kemotherapy
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi
tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor
tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak,
terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif. Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Obatobatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini mampu melewati
sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien harus menghindari makanan
yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hatiayam, pisang) dan alcohol, karena
pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO).
Prokabazine dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat
pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan. Efek samping : lelah, mual,muntah,
hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.8

Glioma maligna : BCNU intravena (kasus-kasus yang terseleksi)

Limfoma

SSP

MTX

(metotrexate)

cytosine-arabinoside

(ArAC)

intravena

Infiltrasi tumor mening : MTX + ArA CIV + iradiasi kraniospinalis

4. Manipulasi hormonal dan imunoterapi


Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
Sedangkan untuk imunoterapi dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan
secara khusus untukmenyerang dan menghancurkan sel tumor otal.b. Interleukin-2
digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker primer ginjal dan melanoma,
akan tetapi kemanjurannya masih perlu dibuktikan.9
5. Terapi Kortikosteroid
36

Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran.


Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison) menurunkan radang
sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya. Obat-obat lain mencakup agenagen osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak, yang ditunjukkan
dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang (penitoin) digunakan untuk mencegah dan
mengobati kejang. Bila pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam
ruang epidural atau subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin ke
segmen spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil diberikan pada interval yang
ditentukan.9
2.10. Diagnosa Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang
dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat
menimbulkan gejala diatas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal
berikut :10

Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.

2.11. Komplikasi Tumor Otak


Komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :9

Gangguan fisik neurologist disebabkan peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium
yang terbatas sehingga mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak
tersebut.

Gangguan kognitif disebabkan pertumbuhan tumor yang semakin mendesak bagian otak
disekitarnya

Gangguan tidur dan mood.


37

Disfungsi seksual

2.12.Prognosis Tumor Otak


Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengandiagnosis dini dan juga penanganan
yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5
years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar
30-40%.9
Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan
tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta. Meskipun diobati, hanya
sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik
ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh
dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati
bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:10

Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.

Penderita astrositoma anaplastik.

Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.

38

BAB 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1999 : 201 207
2. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5,
Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 402
3. Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi susunan saraf
manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13
4. Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6, EGC. Jakarta.2005.
1183-1189
5. Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. April, 14th 2015
6. Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com April, 16th 2015.
7. Syaiful Saanin, dr, Tumor intrakranial Access on www.angelfire.neurosurgery. April 16th
2015.
8. Japardi, Iskandar. Gambaran CT SCAN Pada Tumor Otak Benigna. Access on
www.usudigitallibrary.com. April, 16th 2015
9. National Center for Biotechnology Information, Brain Tumor Primary Adults,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004485/ (diakses 16 Maret 2015).
10. S.C., Brain Tumor Survival Rate, http://www.buzzle.com/articles/brain-tumor-survivalrate.html (diakses 16 April 2015).

39

Anda mungkin juga menyukai