Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T atas segala limpahan rahmat dan
karuniannya,sehingga penulis dapat menyelesaikan lapoan kasus Tumor cerebellum. Laporan
kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah di RS
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak,untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat dr. Yossi Yudha Satria, Sp.BS
bimbingan kepada penulis selama menjalani kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah. Penulis juga
menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan akan pengetahuan dan pengalaman
penulis dalam penulisan laporan kasus ini,sehingga masih banyak terdapat kekurangan
didalamnya. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang diberikan
demi kesempurnaan laporan kasus ini. Akhirnya semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak dan setiap pembaca pada umumnya,amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI
Kata pengantar... 1
Daftar isi.... 2
Bab 1 Laporan kasus..3
1.1 Identitas ...3
1.2 Riwayat penyakit. 3
1.3 Pemeriksaan fisik 5
1.4 Pemeriksaan Penunjang .. 10
1.5 Resume 12
1.6 Diagnosis Kerja ...13
1.7 Penatalaksanaan .. 13
1.8 Prognosis .14
1.9 Follow up 14
Bab 2 Tinjauan Pustaka 19
2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak ... 19
2.2 Definisi Tumor Otak ... 24
2.3 Epidemiologi Tumor Otak 25
2.4 Etiologi Tumor Otak .. 26
2.5 Patofisiologi Tumor Otak ... 27
2.6 Klasifikasi Tumor Otak ...28
2.7 Gejala Tumor Otak .... 31
2.8 Pemeriksaan Diagnostik . 35
2.9 Penatalaksanaan Tumor Otak . 38
2.10 Diagnosis Banding 40
2.11 Komplikasi Tumor Otak ... 40
2.12 Prognosis ...41
Bab 3 Daftar Pustaka...... 42
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Identitas Pasien
No. Rekam Medik
Nama pasien
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Status
Alamat
Pendidikan
Tanggal masuk RS
DPJP
1.2 RIWAYAT PENYAKIT
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
102093
Nn. E
23 tahun
Perempuan
Protestan
Belum Menikah
Jl. Pejuang no.1 Rt/Rw:13/10, Jakarta
SMA
23 Maret 2015
dr. Yossi Yudha Satria, Sp.BS
ANAMNESIS
Anamnesis secara autoanamnesis pada pasien. Anamnesis dilakukan pada hari Rabu, 25
Maret 2015 jam 06.00 di bangsal pulau salawati.
KELUHAN UTAMA:
Pasien mengeluh nyeri kepala pada kepala pada bagian belakang 1 bulan SMRS.
KELUHAN TAMBAHAN :
Pusing dan Pinggang terasa seperti bergerak sendiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Pasien datang ke poli bedah saraf RS Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dengan keluhan nyeri
kepala pada bagian belakang sejak 1 bulan SMRS. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk dan tidak
menjalar. Nyeri kepala yang dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala timbul terutama ketika pasien
merasakan kelelahan. Nyeri kepala yang dirasakan berat ketika timbul serangan.
Pasien juga mengeluh pusing. Pusing dirasakan terutama ketika bangun tidur. Pasien juga
mengeluhkan pinggang terasa seperti bergerak sendiri. Sebelumnya pasien pernah merasakan hal
seperti ini. Keluhan mereda setelah pasien melakukan operasi pemasangan shunt di kepala pada
3
bulan November 2013 di RSAL dr. Mintohardjo. Keluhan kembali muncul sejak 1 bulan yang
lalu.
Mual, muntah, penurunan kesadaran, penglihatan ganda, kelemahan anggota gerak, kejang,
gangguan pendengaran, gangguan penghidu, gangguan pengecap,
demam,
riwayat trauma
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
o Nadi
o Pernapasan
o Suhu
o TD
: 16 x/menit
: 36,9 0C
: 110/80 mmHg
Status Generalis
Kepala
Normosefali, tidak ada tanda trauma atau benjolan. Rambut hitam merata,
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorok
Gigi dan Mulut
Leher
Toraks
Abdomen
Punggung
Ekstremitas
dan bawah
Kuku
Status neurologis
GCS : E4 M6 V5
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk
Laseque
Kernig
Brudzinski I
Brudzinski II
Nervus Cranialis
N. I
N.II
Visus
Melihat warna
Funduskopi
Pupil:
Bentuk
RCL
RCTL
Akomodasi
Konvergensi
N. III, IV, dan VI
Kedudukan bola mata
Dekstra
Sinistra
(-)
>70
>135
(-)
(-)
Dekstra
>70
>135
(-)
(-)
Sinistra
dalam batas normal
Tidak dilakukan
Baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Baik
Tidak dilakukan
Bulat
(+)
(+)
Baik
Baik
Bulat
(+)
(+)
Baik
Baik
Ortoforia
Normal
Ortoforia
Normal
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
(-)
(-)
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
(-)
(-)
Baik
Baik
Baik
Baik
Kelopak mata
Pergerakan bola mata
Nasal
Temporal
Nasal atas
Temporal atas
Temporal bawah
Exophtalmus
Nistagmus
N.V
Cabang motorik
Cabang sensorik
Opthalmikus
Maxillaris
Mandibularis
N.VII
Motorik orbitofrontalis
Motorik orbicularis oculi
Motorik orbicularis oris
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Vertigo
Nistagmus
Cochlearis
Tuli konduktif
Tuli sensorineural
N.IX dan X
Motorik
Sensorik
N.XI
Baik
Baik
Mengangkat bahu
Baik
Baik
Menoleh
N.XII
Baik, tidak tampak deviasi
(-)
(-)
(-)
Pergerakan lidah
Atrofi
Fasikulasi
Tremor
Sistem Motorik
Kekuatan motorik
Gerakan Involunter
Tremor
Chorea
Athetose
Mioklonik
5555 5555
5555 5555
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
7
Trofik
: eutrofik
Tonus
: normotonus
Sistem sensorik
Rasa raba
Rasa nyeri
Rasa suhu
Rasa getar
Rasa arah
Rasa sikap
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
Refleks fisologis
BPR
TPR
KPR
APR
dekstra
++
++
++
++
sinistra
++
++
++
++
Refleks fisologis
Hoffman Tromer
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaffer
Klonus tumit
Klonus lutut
dekstra
-
sinistra
-
Fungsi otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat
: baik
: baik
: baik
Hasil
Nilai rujukan
12,9 g/dL
4,85 x106/uL
12.900/uL
305.000/uL
39%
12-14 g/dL
4,2-5,4 x106/uL
5.000-10.000/uL
150.000-450.000/uL
37-42 %
200
1000
100 300
500 1500
88 mg/dL
18 mg/dL
0,8 mg/dL
<200 mg/dL
17-43 mg/dL
0,6-1,1 mg/dL
Rontgen Thorax
Foto: Thorax PA
Deskripsi:
9
Kesan: Normal
CT-Scan
Deskripsi:
Tampak lesi massa di median cerebellum ( 4,7 x 4,4 x 5,9 cm), batas kurang jelas,
heterogen dengan hipodens komponen cairan dan solid,tidak tampak kalsifikasi. Pasca
kontras menyangat heterogen terutama dinding dan komponen solid. Lesi mendesak
parenkim cerebellum, edema perifokal minimal. Mendesak dan obliterasi ventrikel IV,
mendesak pons.
Defek craniotomy occipital kiri, terpasang shunt dengan ujung di dalam lesi massa
Defek craniotomy frontal kanan, ujung di median ventrikel lateral.
Struktur dan densitas parenkim white and gray matter kedua hemisfer cerebri baik.
10
Kesan:
Kondisi pasca craniotomy pada frontal dextra dan occipital sinistra, terpasang shunt,
posisi baik
Massa di median cerebellum ( 4,7 x 4,4 x 5,9 cm) komponen kistik dan solid sugestif
11
Pada pemeriksaaan fisik didapatkan Tes Rhomberg (+) pasien tidak dapat berdiri tegak,
Tes stepping pasien berputar > 30.
1.6 DIAGNOSIS KERJA
Tumor cerebellum post op shunt
1.7 PENATALAKSANAAN
Tindakan bedah craniotomy, trepanasi cerebellum
- Pasien diposisikan telungkup dalam narkose
- Dilakukan tindakan asepsis dengan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya
- Dilakukan pemasangan duk untuk mempersempit lapangan operasi
- Dilakukan insisi linier kulit, subkutis, fascia, otot dan periosteum
- Dibuat 1 buah burliok, selanjutnya dilakukan trepanasi cerebellum
- Duramater terekspos, kemudian dilakukan sayatan semilinier, memotong sinus
-
Objektif
: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/50mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,3 0C
RR
: 16 x/menit
Bising usus
: (+)
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, terdapat drain berwarna merah kehitaman,
perban.
: tidak dapat berdiri tegak (+)
: berputar > 30
Assesment
: Tumor cerebellum post op craniotomy H+5
Planning
:
- IVFD Ringer laktat 20 tpm
- Ceftriaxone 1x2gr
- Gentamicyne 1x320 mg
- Ranitidine 2x1 amp
- Dexamethasone 2x1 amp
- Ketorolac 2x1 amp
- Transamin 3x500mg
- Glaucon 3x500mg
- Haloperidol 3x15mg
POST OP H+6 (31/03/15)
Subjektif
: pinggang terasa bergerak sendiri
Objektif
: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
RR
: 18 x/menit
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, drain (-), tidak ada rembesan darah di
Tes Rhomberg
Tes stepping
Assesment
perban.
: tidak dapat berdiri tegak (+)
: berputar > 30
Planning
:
- Ciprofloxacin 2x500mg
- Kestine 3x1 tab
- Transamin 2x500mg
- Glaucon 3x500mg
- Haloperidol 2x1tab
- Trihexyphenidil 2x2mg
POST OP H+7 (01/04/15)
Subjektif
: tidak ada keluhan
Objektif
: Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
RR
: 18 x/menit
Status Lokalis Regio Capitis
Inspeksi
: terdapat luka bekas operasi di kepala bagian kanan belakang
yang tertutup perban, drain(-), tidak ada rembesan darah di
perban.
Hasil Patologi Anatomi (31/03/15)
a. Cairan
Diagnosa
: Tumor cerebellum
Makroskopik
: Cairan berwarna kemerahan, isi 2,5cc
Mikroskopik
: Sediaan sitologi cairan serebellum, mengandung penuh sel
darah merah dan beberapa sel radang. Tidak ditemukan sel tumor ganas.
Kesan
: Negatif
b. Jaringan
Diagnosa
: Tumor cerebellum
Makroskopik
: keping-keping jaringan, isi 2 cc
Mikroskopik
: Sediaan tanpa keterangan, agaknya dari serebellum, terdiri
atas keeping-kepng jaringan massa tumor dengan sel-sel neuro glia kecil-kecil.
Tidak tampak perdarahan.
Kesan
: Gambaran histologik sesuai dengan Diffuse Fibrillary
Cereberal Astrocytoma
: Tumor cerebellum post op craniotomy H+7
Assesment
Planning
:
- Pasien boleh pulang, kontrol minggu depan
- Ciprofloxacin 2x500mg
- Ketorolac 3x1 tab
- Glaucon 3x50mg
- Trihexyphenidil 2x2mg
15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di cavum cranii, otak
dibentuk oleh cavum
prosenchephalon,
membentuk
mesensephalon,
gelombang
rhombhencephalon,
embrionik
sekunder,
untuk
yaitu
selanjutnya
telencephalon,
berkembang
dienchephalon,
hipothalamus,
subthalamus, dan methatalamus. Didalam diencephalon terdapat rongga; vebtriculus tertius yang
berhubungan dengan ventriculus lateralis melalui foramen interventriculare (Monroi).
Mesencephalon membentuk corpora quadgemina dan crura cerebri, dalam mesencephalon
terdapat kanal sempit aquaductus sylvii yang menghubungkan ventriculus tertius dengan
ventriculus
quartus.
Metencephalon
membentuk
16
cerebellum
dan
pons,
sedangkan
oksipitalis
yang
terletak
di
sebelah
posterior
(di
belakang
kepala)
sensasi ini secara kolektif dikenal sebagai sensasi somestetik (perasaan tubuh). Lobus parietal
juga merasakan kesadaran megenai posisi tubuh, suatu fenomena yang disebut propriosepsi.3
Kesadaran sederhana mengenai sentuhan, tekanan, atau suhu dideteksi oleh thalamus,
tingkat otak yang lebih rendah. Thalamus membuat anda sadar bahwa sesuatu yang panas versus
sesuatu yang dingin sedang menyentuh badan anda, tetapi tidak memberitahu dimana atau
seberapa besar intentitasnya.3
Lobus frontalis bertanggungjawab terhadap tiga fungsi utama: (1) aktivitas motorik
volunteer (2) kemampuan berbicara (3) elaborasi pikiran. Daerah di lobus frontalis belakang tepat
di depan sulkus sentralis akhir di neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi otot
rangka.3
Area Broca yang betanggung jawab untuk kemampuan berbicara, terletak di lobus
frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot penting
untuk artikulasi.3
Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus parietalis,
temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa. Daerah ini berperan penting
dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan. Selain itu, daerah ini bertanggung jawab
untuk memformulasikan pola pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas saraf ke
daerah Broca, kemudian mengontrol artikulasi pembicaraan.4
Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari luas korteks
serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi berperan dalam fungsi yang
lebih tinggi (fungsi luhur).3
Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di anterior
korteks motorik. Peran sebagai: (1) perencanaan aktivitas volunteer (2) pertimbangan
konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan pilihan (3) sifat-sifat kepribadian.3
Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada peetemuan ketiga lobus.
Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi somatic, auditorik, dan visual yang
18
Oligodendrosit
Disebut juga oligodendroglia, lebih kecil dari astrosit dengan cabang-cabang yang lebih
pendek dan jumlahnya lebih sedikit. Intinya kecil, lonjong, sitoplasma lebih padat dengan
ribosom bebas dan terikat dalam jumlah besar. Oligodendrosit terutama terdapat dalam 2 lokasi,
di dalam substansia grissea dan di antara berkas-berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya
terletak dalam posisi perivascular
merupakan neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional ektodermal (sama seperti neuron).
Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.3
(termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak maupun ganas, dan timbul dalam otak, meningen, dan
tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem
retikuloendotelial, lapisan otak dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari
karsinoma sistemik.1
anaplastik
nasofaring.5
Pada umumnya tumor otak primer tidak memiliki kecenderungan bermetastasis, hanya satu yaitu
meduloblastoma yang dapat bermetastasis ke medulla spinalis dan kepermukaan otak melalui
peredaran likuor serebrospinalis. Perbandingan tumor otak primer dan metastasis adalah 4 : 1.
Tumor otak primer (80 %), sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma,
20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 % neurinoma. Pada orang dewasa 60 % terletak di
supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 % terletak di infratentorial. Tumor yang paling
banyak ditemukan pada anak adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan
astrositoma.Statistik primer adalah 10 % dari semua proses neoplasma dan terdapat 3 7
penderita dari 100.000 orang penduduk.6
22
Glioma Jumlah tumor otak Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama
ke jaringan hemisfer cerebral.Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa bulan
sampai tahun. Meningoma 13 % sampai 18 % tumor primer intrakranial Tumbuh dari selaput
meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan
penyembuhan melaui bedah sangat mungkin dan pertumbuhan kembali mungkin terjadi.6
Tumor Pituitari merupakan tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada
wanita. Tumbuh dari berbagai jenis jaringan. Tumor otak mewakili sebanyak 20% dari semua
kanker pada anak-anak. Pada kelompok usia ini 70% tumor primer tumbuh di daerah fosa
posterior, sementara pada orang dewasa, proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium. Pada
orang dewasa terdapat insiden tumor primer dan metastatik yang hampir sama.6
2.4. Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :7
a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
b. Bagian embrional yang tersisa.
Bangunan-bangunan
embrional
berkembang
menjadi
bangunan-bangunan
yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya
seperti meningioma, astrositoma, raniofaringioma, teratoma intrakranial, kordoma
c. Radiasi
23
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa. Radiasi dengan dosis terapeutik dapat merangsang sel-sel
mesenkhimal. Beberapa laporan bahwa radiasi berperan timbulnya meningioma.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
e. Kimia dan Virus
Zat-zat karsinogenik methylcholanthrone dan nitro-ethyl-urea dapat menyebabkan
tumor otak primer. Sedangkan virus (virus Epstein Barr) disangka berperan dalam genesisnya
Burkitts lymphoma juga karsinoma anaplastik nasofaring.Pada binatang telah ditemukan
bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf
pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
f. Metastase
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase
lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal
dari paru-paru dan payudara.
2.5. Patofisiologi Tumor Otak
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak
jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis. Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal
disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.7
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah
akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.7
24
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paru paru, ginjal dan lambung.
Tumor glioma terdiri dari:
Glioma
Jumlah glioma adalah sekitar 40-50% dari tumor otak. Glioma dikelompokkan
berdasarkan asal embriologis. Pada orang dewasa sel neuroglia sistem saraf pusat berfungsi untuk
memperbaiki, menyokong dan melindungi sel-sel saraf yang lunak. Glioma terdiri dari jaringan
penyambung dan sel-sel penyokong. Neuroglia mempunyai kemampuan untuk terus membelah
selama hidup. Sel-sel glia berkumpul membentuk parut sikatriks padat dibagian otak dimana
neuron menghilang oleh karena cedera atau penyakit. Tumor glia merupakan penyebab dari
hampir separuh tumor otak pada anak. Sebagian besar tumor glia pediatrik merupakan tumor
26
derajat rendah yang paling sering terletak di fossa posterior dan regio diensefalon.7
Astrositoma
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai
ukuran.walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada fungsi otak hanya sedikit
sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun
dapat mengalami perubahan keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang
sangat ganas.tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering
tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma derajat I
memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan astrosit normal, hanya saja
jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam suatu daerah menonjol.7
Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut memperlihatkan segi-segi
keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III menggambarkan gambaran histologik yang
sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi
astrositoma derajat IV, berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang
khas, maupun yang tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi.maka
astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu Glioblastoma multiform. Sampai
timbul gejala (misal: serangan epilepsi maupun nyeri kepala). Eksisi bedah
lengkap pada
umumnya tidak dapat dilakukan karena tumor bersifat invasif, tapi bersifat residif terhadap
radiasi.7
Glioblastoma multiform
Glioblastoma multiform adalah jenis gliom ayang paling ganas. Tumor ini memiliki
kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi. Dan eksisi bedah yang lengkap tidak mungkin
dilakukan. Harapan hidup pada umumnya sekitar 12 bulan. Tumor ini dapat timbul dimana saja
tetapi predileksi utamanya adalah lobus frontalis. dan sering menyebar ke sisi kontralateral
melalui korpus kalosum.7
Oligodendroglioma
Oligodendroglioma merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma, tetapi
terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular dan cenderung mengalami kalsifikasi;
biasanya dijumpai pada hemisfer otak dewasa muda. Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan
27
kejang parsial yang timbul hingga 10 tahun, secara klinis bersifat agresif, dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan intrakranial.di dalam daerahnya terdapat kista,
perkapuran dan hemoragi.7
Oligodendroglioma merupakan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan adalah melfalan, thiotep, temozolomide,
paklitaksel ( taxol)
oligodendroglia rentan terhadap efek alkilasi dari kemoterapi sitotoksik. Penjelasan yang lebih
lengkap masih menunggu hasil dari penelitian genetik lebih lanjut.7
Ependimoma
Ependimoma adalah tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutupi ventrikel, paling sering terjadi pada fossa posterior, tetapi dapat terjadi
dari setiap bagian fossa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi ada anak maupun orang
dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomis tumor. Makin muda usia pasien
maka makin buruk prognosisnya (biasanya terlihat pada usia anak kurang dari 7 tahun) alasan
prognosis yang buruk masih belum diketahui.7
Diyakini bahwa tumor embrional pada anak berbeda dari tumor pada dewasa dan semakin
imatur jaringan tumor pada anak menyebabkan makin agresifnya sifat tumor yang memperburuk
prognosisnya. Penderita tumor yang terletak pada dasar dan atap ventrikel dapat direseksi secara
sempurna daripada penderita tumor di processus lateralis. Perbedaan ini darena dasar dan atap
tumor cenderung menginfiltrasi struktur pedunculus cerebri dan pons sehingga menyebabkan
tidak mungkin dilakukan pengangkatan sempurna.pengobatan radiasi dilakukan pasca operasi,
kecuali
pada
anak
usia
kurang
dari
tahun
yang
menjalani
kemoterapi. 7
Sakit kepala
Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan
menjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan gerakan yang tibatiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpangan
struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.
terdapat nyeri kepala (terus menerus, difus yang pada umumnya nocturnal dan
membaik pada siang hari). Nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering
dijumpai pada penderita otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus
menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada
waktu pagi hari dan menjadi lebih berat oleh aktivitas yang biasanya dapat
meningkatkan tekanan intrakranial seperti membungkuk, batuk, atau mengejan
sewaktu buang air besar. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak
disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga
intrakranial. Struktur ini termasuk arteri, vena, sinus-sinus venadan saraf otak.
Muntah
Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pada pusat muntah pada medulla
oblongata akibat terjadinya peningkatan TIK. Muntah dapat terjadi tanpa
didahului mual dan dapat proyektil. Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan
makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla.
Papiledema (edema pada saraf optic)
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan
papilla saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, hal ini
mengisyaratkan peningkatan TIK. Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan
dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti penurunan tajam penglihatan,
diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.
29
pada tumor fossa franii posterior dan secara tidak tepat dinamakan cereberal fits.
Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf cranial
b) Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena,
menyebabkan tanda-tanda
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut kejang jacksonian.
Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia homonimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan pada sisi
merawat diri.
Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak. Yaitu: tisnitus dan kelihatan vertigo, serta diikuti perkembangan sarafsaraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial VIII).
Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dgn
saraf cranial V). Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf
cranial VII). Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum,
mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
30
Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase
serebral dari bagian lain. Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan, karena tumortumor tersebut berada pada daerah tersembunyi dari otak (daerah yang fungsinya tidak
dapat ditentukan dgn pasti). Perkembangan dan gejala menentukan apakah tumor tersebut
berkembang atau menyebar.9
Manifestasi Klinis: 6
1. Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita tumor
otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul dan kadangkadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat
oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan
pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada
tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah. Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan
TIK disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif.
3. Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan
TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK tidak
amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papil edema mungkin terjadi beberapa gangguan
penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya
penglihatan).
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan
mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya, hubungannya dengan
system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan
hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive maupun non
invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CT scan dan MRI bila perlu diberikan kontras
agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang
dapatmemberikan gambaran system pendarahan tumor, dan hungannya dengan system pembuluh
darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan
sinus duramatrisnya yang vital itu.8
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang
yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejalagejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah
diuraikan diatas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui
pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang.8
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengobservasi tumor otak
adalah:1
Untuk membantu menentukkan lokasi tumor yang tepat, dilakukan beberapa pemeriksaan
tambahan, yaitu: 8
32
CT- Scan memberikan info spesifik mengenai jumlah, ukuran dan kepadatan jejas
tumor serta meluasnya edema serebral sekunder
MRI membantu mendiagnosis tumor otak dengan cara mendeteksi jejas tumor yang
kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
33
Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
EEG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapatmemungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
Penelitian pada cairan serebrospinal (CHF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel
ganas, karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggeser sel-sel
kedalam cairan serebrospinal
Rontgen foto X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial dan
X-ray dada untuk mendeteksi tumor paru primer atau penyakit metastase
34
35
kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.8
3. Kemotherapy
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi
tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor
tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak,
terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif. Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Obatobatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini mampu melewati
sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien harus menghindari makanan
yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hatiayam, pisang) dan alcohol, karena
pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO).
Prokabazine dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat
pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan. Efek samping : lelah, mual,muntah,
hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.8
Limfoma
SSP
MTX
(metotrexate)
cytosine-arabinoside
(ArAC)
intravena
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.
Gangguan fisik neurologist disebabkan peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium
yang terbatas sehingga mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak
tersebut.
Gangguan kognitif disebabkan pertumbuhan tumor yang semakin mendesak bagian otak
disekitarnya
Disfungsi seksual
Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.
38
BAB 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1999 : 201 207
2. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5,
Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 402
3. Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi susunan saraf
manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13
4. Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6, EGC. Jakarta.2005.
1183-1189
5. Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. April, 14th 2015
6. Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com April, 16th 2015.
7. Syaiful Saanin, dr, Tumor intrakranial Access on www.angelfire.neurosurgery. April 16th
2015.
8. Japardi, Iskandar. Gambaran CT SCAN Pada Tumor Otak Benigna. Access on
www.usudigitallibrary.com. April, 16th 2015
9. National Center for Biotechnology Information, Brain Tumor Primary Adults,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004485/ (diakses 16 Maret 2015).
10. S.C., Brain Tumor Survival Rate, http://www.buzzle.com/articles/brain-tumor-survivalrate.html (diakses 16 April 2015).
39