Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

HEMANGIOMA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Disusun Oleh:
Wahid Nur Arifin
20100310193
Diajukan Kepada:
dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO
PROGRAM PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
HEMANGIOMA

Telah dipresentasikan pada tanggal:


Agustus 2015
Bertempat di RSUD Setjonegoro Wonosobo

Disusun oleh:
Wahid Nur Arifin
20100310193

Disahkan dan disetujui oleh:


Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M

ii

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat,
petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat Hemangioma.
Referat ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tak ternilai kepada :
1. dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M selaku dosen pembimbing bagian Ilmu
Kesehatan Mata RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah
mengarahkan dan membimbing dalam menjalani stase Ilmu Kesehatan
Mata serta dalam penyusunan presentasi kasus ini.
2. Perawat bagian poliklinik mata RSUD Setjonegoro Wonosobo.
3. Rekan-rekan Co-Assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
4. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian referat
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan referat ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun demi
kesempurnaan penyusunan referat ini di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Wonosobo, Agustus 2015

Wahid Nur Arifin

iii

DAFTAR ISI

REFERAT.................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN................................................................................1
C. MANFAAT PENULISAN............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
A. DEFINISI......................................................................................................3
B. EPIDEMIOLOGI..........................................................................................3
C. ETIOLOGI....................................................................................................4
D. KLASIFIKASI..............................................................................................6
E. MANIFESTASI KLINIS..............................................................................8
F.

DIAGNOSIS...............................................................................................11

G. DIAGNOSIS BANDING............................................................................13
H. TATALAKSANA........................................................................................13
I.

KOMPLIKASI............................................................................................15

BAB III..................................................................................................................17
KESIMPULAN......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemangioma merupakan suatu tumor jaringan lunak pembuluh darah
akibat dari proliferasi (pertumbuhan berlebih) yang tidak normal. Hemangioma
dapat terjadi pada semua jaringan pembuluh darah. Pengetahuan tentang
morfologi, patogenesis dan perjalanan penyakit hemangioma merupakan petunjuk
penting untuk mengetahui kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Terapi
terhadap penyakit ini pun sangat ditentukan oleh diagnosis, klasifikasi, ukuran,
lokasi lesi, serta ada atau tidaknya komplikasi.
Hemangioma terjadi pada 10-20 % dari populasi kaukasia. Mereka lebih
jarang terlihat diantara bayi asia dan amerika afrika dan lebih umum diantara bayi
prematur dengan berat lahir <1000 gram (22% dari keseluruhan).Rasio antara
laki-laki dan perempuan adalah 1:6. Sekitar 60% lesi ini terletak dikepala dan
leher dan 25% terdapat dibatang tubuh.
Penyebab hemangioma belum diketahui dengan pasti. Walaupun telah
banyak teori dikembangkan sebagian masih saling bertentangan. Hemangioma
dapat mengakibatkan distorsi struktur wajah (mulut, hidung, dan palpebra) dan
juga dapat timbul di organ visera, terutama hati. Hemangioma berdasarkan saat
munculnya digolongkan menjadi hemangioma kongenital dan hemangioma
infantil. Hemangioma infantil yang paling sering ditemukan dimasyarakat
mencapai 70% dari semua lesi dan baru muncul pada minggu kelahiran.
Hemangioma infantil dibagi menjadi 3 tipe, tetapi tipe superfisial merupakan tipe
yang biasa dikenal dimasyarakat sebagai hemangioma stoberi yang tampak merah
segar. Lesi ini disebut stoberi karena penampilannya seperti kulit buah stoberi.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Referat ini diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat dalam
mengikuti pendidikan profesi dokter dibagian Ilmu Kesehatan Mata.
1

2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hemangioma sehingga dapat
melakukan penegakkan diagnosis sampai dengan manajemen.
C. MANFAAT PENULISAN
Referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembaca dalam memahami penyakit hemangioma seperti etiologi
dan manifestasi klinisnya sehingga dapat melakukan penegakkan diagnosis
sampai dengan manajemen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat
gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat
terjadi di segala organ seperti hati, limpa, otak, tulang, dan kulit.1
Istilah hemangioma ini awalnya digunakan untuk menggambarkan suatu
struktur seperti tumor pembuluh darah, apakah itu muncul saat lahir atau muncul
di kemudian hari. Istilah ini terdiri dari kata Yunani "haema" yang berarti darah,
"angeio" yang berarti pembuluh darah dan "oma" yang berarti tumor.
Hemangioma secara histologis terdiri dari sel-sel endotel hiperplastik, dengan
kapasitas proliferasi intensif. Diameter pembuluh darah penting dalam klasifikasi
hemangioma.2
Hemangioma ditandai dengan peningkatan jumlah pembuluh darah normal
atau abnormal yang terisi oleh darah. Hemangioma yang sulit dibedakan dengan
pasti dari malformasi atau hamartoma umumnya bersifat local, namun beberapa
hemangioma mengenai segmen tubuh secara luas seperti satu anggota badan
secara keseluruhan. Mayoritas adalah lesi superfisial sering di kepala dan leher,
tetapi hemangioma dapat timbul di dalam tubuh, dengan hampir sepertiganya di
dalam hati. Dan transformasi keganasan sering terjadi.1, 3
Hemangioma yang biasanya terjadi pada bayi dan anak, membentuk 7%
dari semua tumor jinak. Sebagian besar sudah ada sejak lahir dan membesar
seiring dengan pertumbuhan anak. Namun banyak hemangioma kapiler
mengalami regresi spontan saat atau sebelum pubertas.2

B. EPIDEMIOLOGI
Hemangioma adalah tumor yang paling umum dari masa bayi dan kanakkanak, terjadi pada 4% sampai 10% dari bayi Kaukasia. Lesi ini tiga sampai lima
kali lebih umum pada wanita, dengan dominasi yang lebih tinggi perempuan
dalam hemangioma yang bermasalah atau berhubungan dengan kelainan
struktural. Ada peningkatan frekuensi hemangioma pada bayi prematur dengan
3

yang dilaporkan kejadian 23% pada neonatus yang beratnya kurang dari 1200 g.
Hemangioma yang jarang terjadi pada bayi berkulit gelap.
Hemangioma umumnya disadari dalam 2 minggu pertama kehidupan
postnatal. Namun, ada banyak variasi dalam waktu ini. Lesi subkutan dalam,
seperti di parotid, mungkin tidak disadari oleh sampai bayi berusia beberapa
bulan. Penampilan mereka yang muncul, dalam 30% sampai 50% dari bayi,
dengan penanda lahir pada kulit yang mungkin menyerupai tempat pucat,
telangiectatic atau makula bernoda merah, atau memar seperti pseudoecchymotic.
Hemangioma terjadi paling umum di daerah kraniofasial (60%), diikuti oleh tubuh
(25%) dan ekstremitas (15%). Delapan puluh persen hemangioma kulit yang
tunggal, sedangkan 20% adalah multiple. Beberapa lesi kulit sering dikaitkan
dengan hemangioma dalam sistem organ lain, terutama hati.

C. ETIOLOGI
Pembentukan

hemangioma

dikenal

sebagai

hemangiomagenesis.

Meskipun patogenesis dan asal hemangioma masih tidak sepenuhnya dipahami,


namun literatur medis menjelaskan hipotesis yang berbeda untuk pengembangan
di mana faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik memainkan peran penting proliferasi
sel endotel. Plasenta, sinyal estrogen, teori genetik, teori hipoksia dan peran faktor
pertumbuhan yang terlibat dalam angiogenesis seperti faktor pertumbuhan endotel
vaskular (VEGF), jaringan faktor pertumbuhan beta (TGF-beta) dan insulin-like
growth factor-2 (IGF- 2), hanya beberapa teori pembentukan hemangioma.
1. Teoriasal plasenta
Dalam teori plasenta, ada pendapat bahwa hemangioma infantil berasal
dari trofoblasplasenta. Hipotesis ini didasarkan pada ekspresi bersama penanda
endotel yang berbeda seperti GLUT1, FcRII, 2-laminin, LewisY antigen, tipe
III iodothyroninedeiodinase, indoleamin2,3-deoxygenase, dan insulin-like growth
factor 2 diplasenta dan hemangioma. Juga kejadian terjadinya hemangioma lebih
sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan kelainan plasenta, seperti
preeklamsia dan plasenta previa, serta mereka yang terpapar dengan pengambilan
sampel vili chorialis, yang sekali lagi memberikan kontribusi pada teori plasenta
pembentukan hemangioma.

2. Teori signaling Estrogen


Teori sinyal estrogen muncul karena peningkatan kejadian hemangioma
pada wanita, bukti reseptor estrogen(ER) positif dalam sel endothel hemangioma
yang berproliferasi, dan peningkatan kadar estradiol beredar17- (yang dikenal
sebagai pelindung untuk hipoksia menginduksi apoptosis) mempengaruhi anak,
estrogen yang mungkin terlibat dalam pertumbuhan hemangioma pada anak. Pada
periode perinatal terjadi peningkatan estrogen bebas, yang dapat merangsang area
endothelium hipoksia untuk mendorong pembentukan hemangioma.
3. Teori hipoksia
Dalam teori hipoksia, lingkungan hipoksia mendorong terjadinya
peningkatan regulasi yang mendorong faktor penempatan dan proliferasi sel-sel
progenitor endotel. Faktor-faktor ini meliputi; hypoxia-inducedfactor-1 alpha
(HIF-1 alpha), stroma sel yang berasal faktor-1 alpha (SDF-1 alpha) dan faktor
pertumbuhan endotel vaskular (VEGF). Namun,dalam teori ini ada hubungan
antara hipoksia dan kontribusi estrogen dalam pembentukan hemangioma. Dalam
penjelasan, peningkatan kadar hormon estrogen dalam periode postpartum
menciptakan lingkungan yang mendorong pembentukan pembuluh darah baru dan
pertumbuhan lesi.
4. Teori angiogenesis melibatkan faktor pertumbuhan
Faktor pertumbuhan secara spesifik terlibat dalam angiogenesis seperti
vascular endothelial growth factor (VEGF), insulin-like growth factor-2(IGF-2)
dan tissue growth factor beta (TGF-beta). Sering meningkat selama fase
proliferasi

pertumbuhan

hemangioma,

sementara

selama

fase

involusi

hemangioma, mereka menurunkan faktor pertumbuhan endotel. Vascular


endothelial growth factor (VEGF) pada awalnya diidentifikasi sebagai faktor
pertumbuhan

endotel

sel

tertentu

yang

merangsang

angiogenesis

dan

permeabilitas pembuluh darah. Studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan


hemangioma fase proliferasi, konsentrasi serum vascular endothelial growth
factor (VEGF) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada pasien dengan
hemangioma fase involusi, malformasi pembuluh darah dan pasien yang sehat.
Insulin-like growth factor-2 (IGF-2) di ekspresikan secara tinggi pada
hemangioma pada anak dan hemangioma kongenital. Hubungan antara faktor ini
dan angiogenesis bahwa IGF-2 menginduksi hypoxia-induciblefactor1- (HIF5

1), dan HIF-1 diketahui meningkatkan regulasi glucose transporter-1 (GLUT1). Sebuah ekspresi tissue growth factor beta (TGF-beta) dihemangioma
proliferatif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan tahapan lain dari
hemangioma.
5. Teori genetic
Dalam teori genetik, komponen herediter diduga menjadi penyebab
hemangioma. Hemangioma dapat diturunkan dari orang tua kepada anak sebagai
sifat dominan autosomaldengan penetrasi yang tidak lengkap. Meskipun gen yang
bertanggung

jawab

untuk

pembentukan

hemangioma/malformasi

tidak

teridentifikasi, ada pendapat kemungkinan terdapat pada lokus gen kromosom 5q.
Genetik dan ras mungkin memainkan peran penting dalam terjadinya
hemangioma, karena fakta bahwa sebagian besar hemangioma terjadi pada bayi
keturunan Kaukasia, jarang diAsia dan hampir tidak pernah terjadi pada bayi
keturunan Afrika-Amerika.

D. KLASIFIKASI
Secara histologik hemangioma diklasifikasikan berdasarkan besarnya
pembuluh darah, menjadi 3 jenis, yaitu1 :
1. Hemangioma kapiler, yang terdiri atas :
a. Hemangioma kapiler (nevus vasculosus, strawberry nevus)
Hemangioma ini terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari
sesudah lahir. Tampak sebagai bercak merah yang semakin lama semakin
besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular,
berbatas tegas dan keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat
bervariasi, ada yang superfisial berwarna merah terang, dan ada yang
subkutan berwarna kebiruan. Hemangioma ini sering ditemukan di kulit,
jaringan subkutis, dan selaput lendir rongga mulut dan bibir, walaupun
dapat juga terbentuk di hati, limpa dan ginjal. 1,2Hemangioma kapiler ini
merupakan tumor yang sering terjadi pada daerah orbita dan periorbital4
Secara histologis hemangioma kapiler biasanaya berlobus, tetapi
tidak berkapsul dan terdiri atas kapiler berdinding tipis yang tersusun
rapat, biasanya berisi darah dan dilapisi oleh endotel gepeng. Pembuluh
dipisahkan oleh sedikit stroma jaringan ikat.Lumen mungkin mengalami

thrombosis

parsial

atau

total.

Rupture

pembuluh

menyebabkan

pembentukan jaringan parut dan kadang-kadang pengendapan pigmen


hemosiderin pada lesi tersebut. 1
b. Granuloma piogenik (hemangioma kapiler lobularis)
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi setelah
trauma, jadi bukan karena proses peradangan, walaupun sering disertai
infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur,
terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang sering
mengalami trauma.Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan
pembesaran yang cepat dan melekat ke kulit dan mukosa gingiva atau
mulut sebagai sebuah tungkai. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1-2
cm dalam beberapa minggu. Lesi ini mudah berdarah dan bahkan
mengalami ulserasi. Proliferasi kapiler sering disertai dengan edema luas
dan serbukan sel radang akut dan kronis, terutama apabila mengalami
ulserasi. Gambaran ini sangat mirip dengan jaringan granulasi yang
berlebihan.1

Gambar 2.3.1 Hemangioma

Gambar 2.3.2 Hemangioma

Kapiler

Kavernosa

2. Hemangioma Kavernosum, terdiri atas :


Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa macula eritematosa atau nodus
yang berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan mengempis dan akan cepat

hilang menggembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri atas elemen vascular
yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan2.
Secara histologis, massa berbatas tegas, tetapi tidak berkapsul dan terdiri
atas rongga vascular kavernosa yang luas, sebagian atau seluruhnya terisi oleh
darah dan dipisahkan oleh sedikit stroma jaringan ikat. Thrombosis
intravascular yang disertai kalsifikasi distrofik sering terjadi.
Pada sebagian besar situasi, tumor ini tidak berdampak secara klinis,
namun tumor ini dapat mengganggu penampilan akibat kerentanannya
terhadap ulserasi traumatic dan perdarahan.
3. Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri dari campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum.
Gambaran klinisnya juga terdiri dari atas gambaran kedua jenis tersebut.
E. MANIFESTASI KLINIS
Hemangioma muncul sebagai masa berwarna merah cerah berisikan
kapiler yang berdilatasi. Kapiler tersebut beranastomosis dan berdilatasi di daerah
vascular di jaringan subkutan.hemangioama biasanya mengikuti pembagian
nervus trigeminal cabang pertama dan kedua.5
Hemangioma Kapiler
Prinsip utama pada hemangioma kapiler pada anterior orbit adalah
unilateral, membesar tidak sakit.pembengkakan berwarna biru hingga keunguan
jika hemangioma melinatkan jaringan subkutan. ketika masalah meningkat dan
pembengkakan mulai mengganggu penglihatan dan mengganggu posisi mata
terganggu dan mata semakin tersembunyi biasnaya bayi akan segera dibawa untuk
konsultasi. 6
Hemangioma kapiler merupakan tumor orbita dan periorbital terbanyak
pada masa kanak-kanak.Tumor ini biasanya ditemukan ketika periode perinatal
dengan pembengkakan pada periocular atau proptosis atau gabungan keduanya.
Pada pemeriksaan biasanya akan ditemukan penambahan ukuran saat bayi
menangis namun pulsasi dan bruit tidak ditemukan. Jaringan hemangioma
biasanya di daerah forniks dan biasnaya melibatkan jaringan subkutan yang
memberikan warna merah gelap sampai kebiruan pada kelopak mata. Superfisial

strawberry naevi bisa ditemukan pada kelopak mata atau bagain tubuh lain pada
satu hingga tiga pasien. 4

Hemangioma Kavernosa
Hemangioma Kavernosa merupakan tumor orbita jinak pada dewasa.
Meskipun tumor ini bisa terbentuk dimana saja pada daerah orbita, hemangioma
ini sering terjadi pada jaringan lunak dibelakang bola mata (intraconal space).
Hemangioma muncul pada usia pertengahan menunjukkan gejala proptosis
unilateral dengan pertumbuhan lambat. Pada pemeriksaan ditemukan axial
proptosis yang pada beberapa pasien berhubungan dengan edema diskus optikus
dan pelipatan lapisan chorioretinal. Terkadang tumor pada apex orbita ini
menekan nervus optikus, sehingga tidak menyebabkan proptosis yang signifikan.
Penurunan daya penglihatan dan daya membedakan warna berkurang diawali
dengan penurunan lapang pandang dan pada beberapa pasien terjadi hambatan
pada pergerakan bola mata7.Pada wanita, pertumbuhan hemangioma akan
bertambah cepat pada keadaan hamil.4

F. DIAGNOSIS
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sulit.Terutama pada lesi yang
khas.Gambaran klinis umum adalah bercak merah yang timbul sejak lahir atau
beberapa saat setelah lahir.Pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa minggu
atau beberapa bulan.Warnanya merah terang bila jenis strawberry atau biru bila
jenis kavernosa. Bila besar maksimum sudah tercapai, biasanya pada umur 9-12
bulan, warnanya menjadi merah gelap.
CT scan menunjukkan sifat yang jeals dari hemangioma kapilare. Orbita
biasanya membesar yang akan jelas ditunjukkan pada scan. Jika menggunakan
kontras akan menunjukkan peningkatan warna dan mempertegas vaskularitas dan
infiltrasi lesi. Lesi bisa berbatas irregular jika terbentuk di kelopak mata atau
retrobulbar space, tapi terkadang muncul berbats jika tertekan diantara bola mata
dan dinding orbita.Pada MRI terkadang muncul phleobolith kecil. USG jaringan
tumor ini merupakan metode yang sangat berguna uuntuk mendiagnosis usia
infant. USG akan menunjukkan pola variable campuran dari hipoechoic dan
hiperechoic berbentuk irregular 6.

10

Seluruh hemangioma kavernosa memeiliki karakteristik yang dapat di


identifikasi dengan CT-Scan atau MRI. Lesi berbentuk bulat homogen, berkapsul
dan biasanya tidak mengenail apex orbital, biasanya mengenai daerah temporal di
intraconal space. Pada potongan tipis di 1.5 Tesla akan menunjukkan gambaran
tipikal hemangioma cavernosa. Lesi akan terlihat hipointense bila dibandingkan
dengan otak dan terlihat sangat kontras terhadap orbital fat. 7

11

A.MRI scan yang menunjukkan pola anatomi dari hemangioma kavernosa


yang khas. Pada T1-Weighted gambaran tumor hipointense jika dibandingkan
dengan jaringan otak. B. Scan T2-weighted menunjukkan lesi pada gambar A
baik isointense atau hiperintense dibandingkan dengan jaringan otak
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding ialah terhadap tumor kulit lainnya, yaitu limfangioma,
higroma, lipoma, dan neurofibroma. 2
H. TATALAKSANA
Ada berbagai jenis terapi hemangioma dengan keuntungan dan kerugian
masing-masing, berikut adalah indikasi dari pengobatan 4 :
1. Penurunan daya lihat oleh (a) amblyopia yang sering menginduksi
astigmatisma dan anisometropia. (b) penekanan nervus optikus atau
(c) exposure keratophaty
2. Cacat kosmetik yang parah.
3. Nekrosis luas atau infeksi
4. Gagal jantung output tinggi.
Metode dari pengobatan berupa 4, 5:
1. Injeksi steroid
Injeksi steroid menggunakan triamcinolone asetonid 40 mg di
gabungkan dengan betamethasone 6 mg disekitar tumor. Jika lesi
melibatkan jaringan subkutan, maka akan menjadi sangat efektif,
terutama pada stadium awal yang aktif. Komplikasi yang mungkin
12

muncul dari injeksi adalah memaksa mundur larutan ke dalam central


retinal arteri,depigmentasi kulit, nekrosis kulit, perdarahan dan atrofi
lemak.
2. Steroid sistemik
Obat steroid ini diminum setiap hari selama beberapa minggu yang
akan menurunkan ukuran tumor. Dosis menggunakan 1.5 mg/kg 2.5
mg/kg setiap hari untuk beberapa mingggu. Dan gradual tapering off
dosis. Terapi sistemik berguna untuk komponen tumor yang besar.
3. Reseksi local
dilakukan menggunakan cauter reseksi untuk mengurangi sebagian
besar tumor anterior berbatas tegas. Biasanya tindakan ini dilakukan
untuk stadium akhir yang tidak aktif.
4. Radioterapi
Radioterapi dengan dosis kecil akan mengurangi ukuran dari tumor
superfisial radioterapi menggunakan 80-120kv dengan dosis 100-200
rad setiap bulan selama 6 bulan dengan dosis total tidak melebihi 500600 rad.
5. Eksisi bedah
Pilihan pendekatan eksisi bedah hemangioma kavernosa tergantung
pada lokasi dan ukuran tumor. Hemangioma kavernosa yang
melibatkan anterior dua pertiga dari orbit dapat direseksi melalui
kelopak

mata

anterior,

transconjunctival

atau

pendekatan

transcaruncular. Tumor yang terletak lebih posterior mungkin


memerlukan orbitotomy lateral. Pendekatan transkranial mungkin
diperlukan untuk lesi yang melibatkan puncak orbital. Sebuah
cryoprobe sering digunakan untuk membantu dalam pengangkatan
dengan perdarahan minimal. Bahkan tumor besar biasanya diangkat
dengan mudah dan lengkap.

13

I. KOMPLIKASI
Beberapa kompliksi yang muncul akibat hemangioma adalah 2, 4, 5 :
1. Perdarahan
Komplikasi yang paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi
lainnya. Penyebabnya adalah trauma dari luar, atau rupture spontan
dinding pembuluh darah karena tipisnya kulit di atas permukaan
hemangioma, sedangkan pembuluh darah dibawahnya terus tumbuh.
2. Ulkus
Ulkus terjadi biasnaya akibat rupture
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dalam
jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami
sekuestrasi.
4. Ambliopia, strabismus, astigmatisma
Sebuah hemangioma kelopak mata dapat menyebabkan kebutaan dan
harus dilihat segera oleh dokter spesialis mata. Kornea mata ikut
bertanggung jawab untuk memfokuskan objek pada retina mata. Jika
hemangioma menambah tekanan pada bola mata, hal ini dapat merusak
kornea dan mempengaruhi mekanisme memfokuskan bayangan. Hal ini
akan mengakibatkan apa yang dikenal sebagai astigmatisme. Silindris akan
mempengaruhi mekanisme fokus dan mata akan melihat sebuah gambaran
yang tidak fokus, atau kita sebut sebagai gambaran"kabur". Sementara ini
tidak akan banyak masalah untuk orang dewasa, saluran optik anak belum
matang dan berkembang sepenuhnya namun akan berkembang beberapa
saat setelah lahir. Jika salah satu mata normal dan yang lain memiliki

14

Silindris, otak akan "mengabaikan" sisi normal dan mata "malas" akan
berkembang. Mata nuta ini atau sebagian buta ini dikenal sebagai
ambliopia. Selain Silindris, hemangioma yang menghalangi sumbu visual
yang juga akan menyebabkan ambliopia.

15

BAB III
KESIMPULAN
Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat
gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat
terjadi di segala organ seperti hati, limpa, otak, tulang, dan kulit.
Pembentukan hemangioma dikenal sebagai hemangiomagenesis.
Meskipun patogenesis dan asal hemangioma masih tidak sepenuhnya dipahami,
namun literatur medis menjelaskan hipotesis yang berbeda untuk pengembangan
di mana faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik memainkan peran penting proliferasi
sel endotel.
Secara histologik hemangioma diklasifikasikan berdasarkan besarnya
pembuluh darah, menjadi 3 jenis, yaitu : Hemangioma kapiler, hemangioma
kavernosum, hemangioma campuran.
Hemangioma muncul sebagai masa berwarna merah cerah berisikan
kapiler yang berdilatasi. Kapiler tersebut beranastomosis dan berdilatasi di daerah
vascular di jaringan subkutan.hemangioama biasanya mengikuti pembagian
nervus trigeminal cabang pertama dan kedua
Ada berbagai jenis terapi hemangioma dengan keuntungan dan kerugian
masing-masing. Indikasi dari pengobatan hemangioma adalah apabila terdapat
penurunan daya lihat, cacat kosmetik yang parah, nekrosis luas atau infeksi, gagal
jantung output tinggi.

16

DAFTAR PUSTAKA
1.

Lang, G.K. 2000. A short textbook ophthalmology. Thieme Stuttgart-

2.

Newyork.
Vaughan, DG., Asbury, T., Riordan Eva, P. 2010. Oftalmologi Umum Edisi

3.

17. Jakarta: EGC.


Ilyas, S. 2009. Ilmu Penyakit Mata 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4.

http://www.medicalglossary.org/neoplasms_vascular_tissue_hemangioma_def
initions.html

5.

Lee, Nina J, Shapiro, Nina L. Vascular Malformation and Hemangiomas. In :


Handbook of Plastic Surgery. Marcel Dekker ; New York. 2006. p469-472.

6.

Mulliken, John B. Vascular Anomalies. In : Grabb and Smiths Plastic


Surgery. 6th edition. Lipincott William Wilkins ; Philadelphia .2007. p191- 5,
197-8

7.

Galiano, Robert D, Gurtner, Geoffrey C. Vascular Anomalies. In : Practical


Plastic Surgery. Landes Bioscience ; Texas. 2007. p139-142

8.

Sjamsuhidajat, dkk. Kelainan Vaskular. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
ke-3. EGC : Jakarta. 2010. Hal. 409-411

9.

Ziegler M, Azizkhan R, Weber T, editors. Operative Pediatric Surgery.

International edition. New York : Mcgraw-Hill Co ; 2003. p. 1002-5


10. Fishman S, Mulliken J.B. Pediatric Surgery for The Primary Care
Pediatrician. In: Fishman S, editor. Pediatric Clinics of North America.
Philadelphia : WB Saunders Co; 1998. p. 1455-77
11. Reksoprodjo S, et al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI. Jakarta: Penerbit
Binarupa Aksara, 1995.
12. Assaf A, Nasr A, Johnson T. Corticosteroids in the management of adnexal
hemangiomas in infancy and childhood. Ann
Ophthalmol 2002 Jan 1; 24(1): 12-8
13. Kushner BJ. Intralesional corticosteroid injection for infantile adnexal
hemangioma. Am J Ophthalmol 1999 Apr 1; 93(4):
496-506.
14. Sloan SB and Wilk R. Oral hemangiomas. 10 Juni 2010.
<http://www.emedicine.medscape.com>
17

15. Dilsiz A, Aydin T, Gursan N. Capillary hemangioma as a rare benign tumor of


the oral cavity : a case report. Cases Journal 2009;2:8622.

18

Anda mungkin juga menyukai