Oleh :
Dimas Budiharto, dr.
Pembimbing :
Delfitri Lutfi, dr., SpM (K)
Dibacakan pada:
11 Juli 2019
Pembimbing
Mengetahui,
ii
PERNYATAAN TENTANG ANTI PLAGIATISME
NIM : 011628016304
Jenjang : PPDS-1
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
Penulis
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya atas
kepustakaan ini. Bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak selalu menjadikan
kepada :
1. Delfitri Lutfi, dr., SpM (K) sebagai pembimbing yang telah memberikan
kepustakaan kami
2. Dr. Nurwasis, dr., SpM (K) sebagai Kepala Departemen / SMF Ilmu
3. Dr. Evelyn Komaratih, dr., SpM (K) sebagai Koordinator Program Studi
4. Indri Wahyuni, dr., SpM (K) sebagai dosen wali yang telah memberikan
5. Para Guru Besar dan Staf Pengajar Departemen Ilmu kesehatan Mata
iv
yang telah memberikan bantuan, saran dan dorongan dalam penyusunan
6. Bapak/ Ibu Moderator dan Sekretaris sidang yang telah memimpin dan
kepustakaan ini.
kepustakaan ini.
Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu dan telah
Semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………..…………………………………………... vi
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………. x
RINGKASAN…………………………………………………………….. xi
ABSTRACT……………………………………………………………….. xii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
BAB 2 KLASIFIKASI ANOMALI VASKULAR …..…………………... 3
3.1.1 Epidemiologi……………………………………………… 14
3.1.2 Patogenesis……………………………………………….. 14
3.2.1 Epidemiologi…………………………………………….. 21
3.2.2 Patogenesis……………………………………………… 21
vi
BAB 4 MALFORMASI LIMFATIK…… ………………….…………… 27
4.2 Patogenesis………………………………….……………...…. 28
5.1 Epidemiologi…………………………………………………. 35
5.2 Patogenesis…………………………………………………… 36
BAB 6 PENUTUP…………………………………………………………. 43
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 44
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1 Gambaran sagittal suplai arteri ke orbita dan bola mata…… 34
viii
Gambar 5.7 Histologi MAV…………………………………………….. 42
ix
DAFTAR SINGKATAN
CT Computer Topography
CTA CT Angiografi
MR Magnetic Resonance
MV Malformasi vena
USG Ultrasonografi
x
RINGKASAN
xi
ABSTRACT
By : Dimas Budiharto, dr
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
limfatik, atau venular. Malformasi kombinasi juga dapat terjadi. Tidak seperti
involusi, dan membesar perlahan melalui ektasia dan hipertrofi, tidak melalui
trauma, hormonal fluktuasi, dan infeksi pernafasan (Fay, A., et al., 2017).
deformitas orbita dan orbitofacial, nyeri dan ulserasi, morbiditas yang berat pada
penglihatan juga bervariasi dari kronis hingga akut. Faktanya banyak ahli bedah
pada masa lalu kecewa dan tidak puas akan hasil dari manajemen bedah pada
Para ahli patologi, dokter, dan radiologi secara umum bingung pada
spesifik. Diagnosis yang tepat dari banyak anomali ini telah membingungkan
sejumlah besar tenaga medis. Di sebuah studi terbaru, PubMed mendata publikasi
1
dengan kata "hemangioma" baik dalam judul ataupun abstrak. Dari 320 artikel
yang ditemukan, hemangioma salah digunakan pada 228 (71%) artikel. Dalam
pada 13 dari 63 (21%) artikel yang menggunakan terminologi yang tidak tepat
pasien tidak dirawat dengan benar. Sedangkan dari 42 artikel yang menggunakan
kesehatan pada malformasi vaskular ini, penulis merasa perlu membahas tentang
bahasan malformasi vaskular. Penulis berharap karya ini dapat membantu para
2
BAB 2
Anomali vascular dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu tumor
dan malformasi. Entitas klinis ini sangat berbeda, tetapi sering membingungkan,
sebagaimana dibuktikan oleh sejarah dan literatur medis. Riwayat medis dan
adalah istilah yang paling sering salah digunakan. Hooper pada tahun 1828
digunakan untuk lesi tumor. Tumor adalah entitas biologis di mana terjadi cell
turnover patologis dan ini tidak terjadi pada malformasi vaskular. Meskipun
Perbedaan yang jelas antara tumor dan malformasi ini tidak hanya memiliki
relevansi intelektual dan akademis namun juga interpretasi suatu penyakit yang
salah sehingga sering mengarah pada pendekatan terapi yang salah dan merugikan
3
digunakan untuk menggambarkan hampir setiap etiologi, morfologi, dan
(Tabel 2.1). Hampir dua dekade kemudian, North dan Mihm menunjukkan sel –
Tabel 2.1 Tanda – tanda klinis dan histologis hemangioma dan malformasi vascular (Fay, A., et
al., 2017)
Hemangioma Malformasi
Absen saat lahir Ada saat lahir
Siklus hidup bebas Progress tanpa henti
Proliferasi cepat (+mitosis) Ekspansi lambat
Involusi lambat Tidak pernah involusi
Wanita > Pria Wanita = Pria
Kulit putih > coklat Kulit putih = coklat
Histologi bervariasi sesuai stadium Pembuluh darah atau limfe
Tabel 2.2 Profil imunohistokimia dari Hemangioma infantil dan Malformasi vaskular
4
Pada tahun 2014, the International Society for the Study of Vascular
Glowacki dan kemudian direvisi kembali pada tahun 2018 (Gambar 2.1). Sistem
klasifikasi ini sekarang secara luas diterima untuk mendiagnosis dan mengelola
Gambar 2.1 Klasifikasi anomali vaskular International Society for the Study of Vascular
Anomalies 2018(ISSVA ,2018).
neoplasma vaskular spesifik yang menunjukkan perilaku biologis yang khas dan
mata dan orbita (Fay, A., et al., 2017). Secara umum imbuhan “-oma” biasanya
diberikan untuk neoplasma jinak yang tumbuh dari hiperplasia endotel. Secara
klinis semua tumor vascular (kecuali hemangioma kongenital) tidak muncul saat
lahir. Tumor vaskular memiliki periode pertumbuhan cepat, dan involusi spontan
5
ditandai dengan kesalahan pertumbuhan jaringan embriologi vascular. Malformasi
vascular dapat berasal dari kapiler, vena, limfatik, dan / atau arteri. Malformasi
tidak nampak saat lahir, tidak mengalami peningkatan endothelial turnover, dan
tegas, patchy hyperintense dengan kontras dan dapat memiliki area - area
proses involusi, dan ini adalah ciri yang membedakan dengan malformasi
vaskular. Tumor vaskular Ini terdiri dari hemangioma infantil dan hemangioma
kongenital yang cepat involusi dan noninvolusi, serta tumor yang lebih agresif,
Hemangioma infantil adalah tumor tersering pada bayi dan anak – anak.
kecenderungan lebih besar terjadi pada wanita. Secara histologi, lesi ini terwarnai
positif pada pewarnaan (GLUT-1). Khas pada tumor ini muncul antar minggu ke-
6
2 hingga bulan ke-2 kehidupan kemudian diikuti fase proliferasi, fase involusi dan
intra-uteri, dan mencapai puncaknya saat kelahiran. Lesi ini sering menjangkit
ekstrimitas yang dekat dengan persendian, atau pada kepala dan daerah leher yang
biasanya regresi dalam 6-14 bulan kehidupan sedangkan NICH tidak regresi dan
jarang. Tumor ini biasanya muncul pada kulit dan semakin lama semakin meng-
kepala dan orbita berasal dari pembuluh – pembuluh vaskular otak dengan
7
demikian tidak jarang malformasi ini memiliki komponen intrakranial (Rootman
J., et al.,2014).
biasanya terdapat pada rongga orbita tanpa ada komponen lesi yang terlihat dari
luar. Lesi kombinasi memiliki komponen superfisial dan dalam. Lesi yang
kompleks dapat terjadi multi fokal pada orbita, intrakranial, dan komponen
sistemik yang dapat dilihat pada sindrom – sindrom multisistemik (Yen M.T., et
al.,2016).
Gambar 2.2 Kiri, lokasi malformasi vaskular orbita: superficial (kuning), dalam (biru), dan
kombinasi (merah). Lesi superficial terbatas pada palpebra dan konjungtiva. Lesi dalam terdapat di
retrobulbar dan peribulbar. Lesi kombinasi adalah gabungan superfisial dan dalam. Malformasi
vaskular kompleks dapat meluas diluar orbita sampai dengan kranial, sinus, dan wajah, juga dapat
menjadi multisistem (tengah, kanan). Gambaran axial (tengah) menunjukkan perluasan lesi
kearah temporal dan medial fossa kranialis dan sinus ethmoidalis (Rootman J., et al.,2014).
dapat dibagi menjadi lesi no-flow, lesi low-flow (vena), dan lesi high-flow (arteri).
8
Pembagian lesi berdasarkan karakteristik aliran ini sangat membantu dalam
mengidentifikasi, dan memilih tatalaksana untuk lesi ini. Ciri klinis dan radiologis
vaskular. Ciri klinis meliputi perubahan lesi saat posisi tubuh tertentu, manuver
Valsalva, adanya bruits atau denyutan, dan penyakit yang menyertai (Yen M.T., et
al.,2016).
Ada beberapa cara untuk memeriksa aliran lesi. Yang paling sering
dengan melakukan manuver Valsalva. Manuver ini paling baik dilakukan saat
pasien duduk dan badan agak membungkuk dan menundukkan kepala untuk
dan atau globe displacement kemudian dicatat atau direkam. Pengisian atau
pengempisan yang lambat dari lesi menunjukkan bahwa lesi ini merupakan
malformasi dengan saluran yang kecil dan atau memiliki saluran keluar yang
yaitu, variasi kapiler, vena, arteri, atau limfatik yang mendominasi. Mengingat
keseragaman asal dari vaskular sistemik, keberadaan fenotip campuran juga dapat
terjadi. Ciri - ciri klinis lesi ini umumnya ditentukan oleh subtype saluran yang
dominan, dan jarang membutuhkan perawatan khusus untuk lebih dari satu
subtipe. Klasifikasi menyeluruh lesi vaskular direvisi pada tahun 2014 oleh
9
International Society for the Study of Vascular Anomalies (Fay, A., et al., 2017),
vaskular, dan dinamai sesuai dengan tipe vaskular yang ada (malformasi kapiler,
vena, dan kapiler. Karena beberapa dari malformasi ini terdiri atas beberapa tipe
vaskular, maka saat ini mereka lebih akurat diklasifikasikan sebagai malformasi
mempunyai dua atau lebih tipe malformasi vaskular dalam satu lesi. Nama untuk
malformasi yang terdiri dari komponen limfatik, arteriovenous, dan kapiler akan
Terminologi “major named vassels” adalah untuk kelainan pada vaskular besar.
Arteri, vena dan limfatik semuanya dapat terkena. Anomali – anomali ini dapat
(contoh, hipoplasia, ectasia, atau stenosis) dan atau katup – katup nya. Salah satu
contohnya adalah coarctions dari aorta. Anomali juga dapat terlihat pada
10
vessels. Desain subklasifikasi ini mirip dengan malformasi vaskular “truncular”
vaskular truncal mempunyai ciri stabil dan berpotensi untuk diperbaiki tanpa ada
tulang, jaringan lunak, atau visceral overgrowth. Kebanyakan dari malformasi ini
2017).
belum dapat dimengerti. Lesi seperti ini belum dapat diklasifikasikan kedalam
klasifikasi ISSVA saat ini. Lesi ini termasuk hemangioma verrucous, multifocal
type hemartoma dari jaringan lunak. Pencarian genetik lesi ini terus berlangsung,
dan hasilnya diharapakan dapat memasukkan lesi ini pada klasifikasi yang ada
atau dapat menjadi dasar modifikasi pada sistem klasifikasi ini (Steiner J.E., et al,
2017).
11
BAB 3
MALFORMASI VENA
Secara anatomi, aliran keluar vena okuli dimulai dari vena retina, yang
keluar menuju vena retina sentralis dan vena koroid, kemudian keluar menuju
sklera melalui vena – vena vortex. Di anterior, plexus vena episklera menampung
darah dari sirkulasi uvea anterior dan humor aqueous dari kanal Schlemm.
Drainase vena primer ini mengalir ke vena oftalmika superior. Vena oftalmika
superior berjalan di superomedial orbita menuju apex orbita. Di apex, vena ini
menyilang ke lateral dan masuk ke sinus kavernosus dan menuju fisura orbita
Gambar 3.1 Drainase vena orbita. Potongan sagital sirkulasi vena orbita dan bola mata. v= vena.
(Foroozan R., et al., 2016).
yang dapat terlihat pada regio ekstrimitas, badan, kepala-leher (Fay, A., et al.,
12
atau nondistensible. MV distensible biasa juga disebut “orbital varices”
termasuk Ki-67 yang rendah dan GLUT-1 yang negative pada MVC. Hal ini
dibagian tubuh manapun, namun dominan terjadi di regio kepala dan leher (40%
dari semua kasus), badan (20%), dan ekstrimitas (40%) (Behravesh S, et al.,
2016).
sistem vena melalui pembuluh normal ataupun dismorfik. Malformasi vena ini
secara klinis dapat membesar dengan manuver Valsalva dan mengempis dengan
13
3.1.1 Epidemiologi
Lesi ini sudah ada sejak lahir, namun biasanya manifes pada decade ke-2 hingga
ke-3 kehidupan. Prevalensi kejadian lesi ini sama antara pria dan wanita (Fay, A.,
et al., 2017).
3.1.2 Patogenesis
akhir fase retiform plexus. Fase ini adalah fase kedua pembentukan vaskular yang
kapiler, kemudian terjadi proliferasi dari komponen vena dan dilatasi massif dari
vena orbita yang tak-berkatub. Lesi – lesi ini merupakan malformasi low-flow
Secara klinis lesi ini akan membesar saat manuver Valsalva dan mengempis
dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada dinamika inflow dan terutama
outflow. Lesi ini dapat menimbulkan nyeri mendadak karena thrombosis spontan
dan atau perdarahan atau bahkan dilatasi mendadak yang berhubungan dengan
14
Pada pemeriksaan klinis, sekitar 60% MV distensible dapat diketahui
(distention) secara klinis, tetapi terlihat pada pencitraan radiologi (Yen M.T., et
al.,2016).
enopthalmos, karena perluasan gradual tulang- tulang orbita dan disertai atrofi
lemak orbita. Lesi ini biasanya dapat menyebabkan terjadinya proptosis atau
aktifitas fisik, dan enoftalmos yang nyeri saat posisi tegak beristirahat.
Enoftalmos ini sering terukur dengan perbedaan lebih dari 10 mm antar kedua sisi
vena intrakranial atau MV hemifasial pada kulit kepala, jalan nafas, rongga
buccal, dan masseter. Pada kasus seperti ini, penegakan diagnosis menjadi lebih
mudah, hal ini ditandai dengan warna kebiruan dari kelopak mata, pipi, pelipis,
kulit kepala, atau mulut yang terkena (Gambar 3.3). MV intraoral dapat
15
Gambar 3.2 A MV distensible pada orbita menunjukkan enoftalmos pada posisi tegak, B dan
eksoftalmos yang nyeri saat ada peningkatan tekanan orbita. C MV Orbitofasial pada posisi tegak,
D lesi membesar dramatis, memperlihatkan perluasan dari lesi ketika pasien menunduk (Fay, A.,
et al., 2017).
Gambar 3.3 A MV intraoral, B MV Cutaneous fasial mengenai kelopak mata, pipi, hidung dan
bibir atas, C lesi ini dapat melibatkan mukosa dan submucosa dari bibir, pipi, lidah dan dasar
mulut (pasien berbeda) (Fay, A., et al., 2017).
16
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
intermiten dengan aliran intrinsic. Namun modalitas pencitraan ini terbatas pada
MV dari anomali vaskular yang lain, dimana pada ultrasonografi Doppler dapat
aliran lambat pada 20% lesi. Jika tidak ditemukan maka kemungkinan terjadi
Gambar 3.4 Ultrasonografi memakai transverse (cross-sectional) scan dengan pancaran suara
menyarah ke inferior, menunjukkan pola relatif normal pada jaringan lunak orbita saat pasien
tegak (supine) (A), dan muncul gambaran bentuk ireguler, lesi reflektifitas rendah (panah) saat
pasien membungkuk (B) (Ko F., et al., 2011)
gambaran normal atau sedikit perbesaran vena yang terkena. Setelah injeksi
17
kontras dilakukan, MV akan menunjukkan lesi heterogen dan kurang jelas
mengandung radiasi sehingga seharusnya dihindari untuk anak- anak (Fay, A., et
al., 2017).
Gambar 3.5 Phleboliths merupakan patognomonis untuk MVdan paling baik terlihat pada CT. Ini
dapat pula terlihat pada MRI, seperti pada MV masseter kiri ini.
18
Gambar 3.6 Potongan axial CT angiografi (CTA) kavitas malformasi vena sebelum (A) dan
sesudah (B) manuver Valsalva. Perhatikan ekspansi dan enhancement yang hamper komplit
setelah Valsalva juga biasanya batas posterior lonjong mengarah ke apex. Potongan Coronal CTA
sebelum (C) dan sesudah (D) manuver Valsalva. Perhatikan ekspansi lesi setelah Valsalva dengan
pendorongan jaringan sekitar. Juga perhatikan bahwa vena oftalmika superior (D, panah)
terdilatasi selama Valsalva (Rootman J., et al.,2014).
MRI adalah modalitas penunjang pilihan pada MV. Namun pada MRI,
MV dapat terlihat ataupun tidak, tergantung pada posisi pasien dan tekanan vena.
Maka dari itu MRI sebaiknya dilakukan dengan kontras dan peningkatan tekanan
vena. MRI tanpa manuver Valsalva dapat gagal menunjukkan lesi sama sekali.
Posisi tengkurap lebih bisa menunjukkan lesi MV orbita atau fasialis. Gambaran
19
Gambar 3.7 MV pada seorang wanita 33 tahun. (a) Gambaran MR T1-weighted diambil saat
pasien tegak (supine) dan menunjukkan lesi retrobulbar berbatas tegas, segitiga, homogen,
hipointens (titik). (b, c) Gambaran coronal T1-weighted fat-suppressed dengan kontras pada posisi
pasien tegak (b) dan tengkurap (c) menunjukkan enhancement yang intens dan homogen dari lesi
(b) dan pembesaran lesi (c), temuan ini membantu dalam konfirmasi diagnosis MV oftalmika
inferior (Smoker W.R.K., et al., 2008).
hemangioma cavernosa. Dahulu lesi ini ditengarai sebagai tumor jinak, namun
bukti – bukti ilmiah membuktikan bahwa MVC lebih tepat didefinisikan sebagai
konsekuensi terhadap pemahaman yang lebih baik terhadap sifat biologis MVC
20
3.2.1 Epidemiologi
orang dewasa. Pada survei yang melibatkan 1264 lesi orbita pasien dewasa, MVC
hemangiomatosis yang difus, dan lesi tetap tidak menimbulkan gejala hingga
dewasa. Lesi ini paling sering dikeluhkan pada dekade ke-4 hingga ke-5. MVC
lebih sering menjangkit wanita (sekitar 60%), dan bukti bukti terbaru mensinyalir
3.2.2 Patogenesis
utama di intertisium. Selanjutnya lesi ini dilapisi oleh sel – sel miofibroblastik
(VEGFr2) pada area yang sama. Temuan ini mendukung teori bahwa rangsangan
perkembangan lambat dari MVC (Rootman D.B., et al., 2014). Malformasi vena
pada sel – sel epitel MVC dapat menjelaskan prevalensi kejadian lebih besar pada
21
wanita, walaupun hubungaannya secara langsung belum dapat dibuktikan. Efek
hormonal pada MVC tidaklah sehebat pada malformasi limfatik, yang seirng
eksaserbasi saat pubertas (Fay, A., et al., 2017). Pada wanita yang terdiagnosis
MVC, setelah menopause dan tingkat hormon telah berkurang, MVC tidak
berkembang, dengan ukuran lesi tetap stabil atau mengecil (Calandriello L., et al.
2017).
adalah sepertiga tengah orbita, dan muncul lebih banyak pada spasial intraconal.
Beberapa studi menyatakan bahwa insiden lesi intraconal ini, lebih tinggi pada
paling sering pada MVC (terhitung sekitar 70% kasus). Proptosis juga dapat
al. 2017).
beberapa studi, gangguan visus terjadi pada 50% pasien, dan biasanya tidak lebih
buruk dari 20/40. Pada MVC seringkali terjadi perubahan (shift) ke arah
hyperopia akibat dari penekanan posterior bola mata. Gangguan gerak bola mata
dan strabismus ditemukan pada 20-30% pasien. Choroidal fold (retinal striae) dan
perubahan diskus optikus dapat juga terjadi. Akibat efek massa MVC terjadi
22
perubahan diskus optikus yang bervariasi, mulai dari elevasi diskus optikus dan
dilatasi vena diskus optikus sampai dengan papil atrofi. Nyeri dilaporkan dengan
angka yang bervariasi mulai dari 6.5% sampai dengan lebih dari sepertiga pasien.
Pasien MVC sering mengeluhkan sensasi penekanan, terutama pada pasien pria
sensasi benjolan. Gaze-evoke amaurosis adalah gejala yang jarang terjadi. Gaze-
extrakonal, yang menyebabkan inhibisi akson transien atau iskemik saraf optik
(Calandriello L., et al. 2017). Remodeling tulang dan kalsifikasi intralesi dapat
pilihan utama pencitraan MVC karena lebih murah dan cepat. CT juga dapat
hubungan anatomis dan penanda tulang sekitar lesi. Gambaran MVC pada CT
adalah lesi berbatas tegas, berbentuk bulat hingga oval, lebih terang
(hyperattenuating), dan homogen. Lesi dapat mendorong bola mata dan struktur
sekitarnya (Fay, A., et al., 2017). Gambaran CT dengan kontras bervariasi, mulai
dari pewarnaan fokal pada fase dini, hingga tampak heterogen dan diffuse pada
fase intermediet dan fase lanjut. Bentukan nodular dengan CT kontras dapat
terjadi pada fase dini yang menunjukkan pembuluh kecil yang menyuplai lesi.
23
Pemeriksaan dengan Valsalva manuver tidak menunjukkan kemampuan
membesar (distensible). Pada CT, MVC tidak menunjukkan perlekatan pada otot
bola mata ataupun nervus optikus, meskipun mungkin dapat muncul perlekatan
dengan jaringan sekitar dan tulang orbita (Calandriello L., et al. 2017).
Gambar 3.8 MVC pada wanita 39 tahun dengan proptosis progresif dan tidak nyeri. Gambaran
CT axial dengan kontras menunjukkan massa intraconal peningkatan kontras (titik) dan
berbatasan langsung dengan muskulus rektus lateralis (panah hitam). Massa menyebabkan
deviasi medial pada nervus optikus (panah putih) (Smoker W.R.K., et al., 2008).
Penekanan bola mata dapat disebabkan oleh lesi yang besar, namun sulit terlihat
pada USG. USG Doppler dapat menolong membedakan dengan malformasi vena
24
Gambar 3.9 (A) dan (B): Echogram B-scan pada gambaran axial horizontal dan vertical
menunjukkan massa lesi intraconal berbatas tegas (panah) . Massa ini menyebabkan lekukan bola
mata (mata panah). Vector A-scan menunjukkan spikes lesi yang ber-reflektifitas tinggi dan
attenuation moderat. Massa terbukti sebagai MVC secara histologi (Bhende M., et al., 2013).
operasi. Pada MRI, MVC menunjukkan lesi yang berbatas tegas, homogen,
hiperintensitas otot pada pencitraan T2- weighted (Gambar 4.10) (Calandriello L.,
et al. 2017).
Secara patologi MVC adalah lesi berbatas tegas dan dilapisi oleh
terlihat septa – septa dan lumen vaskularnya menunjukkan separasi sel – sel darah
merah dari plasma serum sebagai hasil darah yang stagnan (gambar 3.10) (Fay,
25
Gambar 3.10 Malformasi vena cavernosa. Operasi pengangkatan total lesi biasa dilakukan,
kecuali lesi pada apeks orbita dimana pengambilan ekstensif dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh, saraf optic dan retina. A. Laki- laki 60 tahu dengan proptosis yang berkembang
gradual, globe displacement ke arah depan, pseudoptosis, dan hyperopia. B. Irisan sagittal MRI
T2-weighted menunjukkan massa ukuran 24 mm, bulat, retrobulbar, dengan globe displacement
kearah superior dan anterior. C. Irisan coronal MRI T2-weighted tanpa kontras, menunjukkan
septa – septa halus intralesi. D. spesimen makros menunjukkan pseudokapsul fibros dengan nodul
– nodul halus dan karakteristik warna merah hingga ungu gelap. E dan F. pewarnaan H&E pada
pemeriksaan histologi (Fay, A., et al., 2017).
26
BAB 4
MALFORMASI LIMFATIK
tidak memiliki sistem limfatik seperti pada kulit, konjungtiva, kelenjar lakrimal
dan area perineural. Oleh sebab itu orbita merupakan lokasi yang unik untuk lesi
atau kista yang dibatasi oleh endotel limfatik. Seringkali lesi ini dikelompokkan
menjadi makrokistik, mikrokistik, dan campuran (Steiner J.E., et al, 2017). Lesi
ini muncul dari perkembangan sistem limfatik yang abnormal selama fase awal
tergantung pada komponen yang ada, apakah murni limfatik atau kombinasi
4.1 Epidemiologi
internasional sekitar 1 per 6000 sampai dengan 1 per 16.000 kelahiran. Enam
puluh persen malformasi limfatik muncul di regio kepala dan leher, 35% muncul
dan 60% terdiagnosis sebelum usia 16 tahun. Malformasi ini sedikit lebih sering
muncul pada wanita dibandingkan pada pria. ML terdapat kira- kira 3% dari
semua massa orbita dan perlu dipikirkan resiko terjadinya malformasi vaskular
27
intrakranial. ML orbita dapat juga merupakan bagian dari ML hemifacial atau
4.2 Patogenesis
berpendapat bahwa sistem limfatik berasal dari sel progenitor mesenkimal atau
lymphangioblast dan berkembang terpisah dari sistem vena. Kemudian fusi terjadi
anatar sistem limfatik dan sistem vena sejalan dengan perkembangan sentripetal
terbentuknya jugulo-axillary lymph sacs (Renton J.P., dan Smith R.J.H., 2011).
Teori ketiga ,adalah penggabungan dari dua teori diatas. Teori ini
Pembuluh limfa sentral muncul dari kantung limfatik yang berawal dari sistem
vena, sedangkan pembuluh limfa perifer berasal dari sel progenitor mesenkimal
pembuluh limfa dalam minggu ke-6 hingga ke-7 embriogenesis. Beberapa ahli
percaya bahwa defek primer lebih mungkin terjadi pada pembuluh limfa daripada
kelenjar limfa dan menyebabkan limfaedema, dengan dilatasi pembuluh limfa dan
28
dari kesalahan diferensiasi dari jaringan kapiler sehingga membentuk malformasi
vaskular yang terisolasi secara hemodinamik. Teori terakhir ini lebih banyak
saat bayi atau anak – anak. Keluhan yang paling sering muncul pada ML orbita
yaitu, gangguan gerak bola mata, Blepharoptosis, proptosis dan gangguan yang
menyertai, penurunan visus, dan nyeri. Gejala nyeri pada ML sering dikaitkan
orbita, ataupun tulang- tulang orbita (Gambar 3.3 dan Gambar 3.4). ML biasanya
vesikula patognomonis pada palatum molle dan palatum durum (Fay, A., et al.,
2017).
karena trauma minor). Perdarahan ini disebut kista coklat karena terlihat berwarna
penglihatan permanen yang merupakan salah satu kedaruratan mata (Fay, A., et
al., 2017).
29
ML seringkali memiliki komponen superfisial yang terlihat pada
konjungtiva dan palpebra (gambar 4.1), sedangkan pada lesi orbita yang dalam
internal. Pada MRI dapat tergambarkan fluid-fluid levels di dalam kista yang
menunjukkan lapisan darah dari perdarahan intralesi berulang (Gambar 3.3). Hal
ini merupakan tanda patognomonis dan biaasanya dapat lebih jelas terlihat pada
pencitraan T2-weighted (Fay, A., et al., 2017). ML menunjukkan lesi yang tak
30
sistem vaskular. Oleh karena terisolasi, ML tidak menunjukkan peningkatan
dengan pemberian kontras. Namun lesi kombinasi vena dan limfatik dapat
adalah lesi berbentuk ireguler dengan batas yang tidak tegas, area high reflectivity
tanpa perubahan dengan manuver Valsalva dan tanpa koneksi vaskular (Perry
dan dapat membedakan lesi mikrokistik dan lesi makrokistik. Echo internal yang
rendah biasanya terlihat pada komponen lesi, meskipun gumpalan intrakistik juga
tulang orbita tanpa kerusakan tulang, namun kurang baik dalam membedakan
komponen jaringan lunak. Lesi – lesi ini sering terjadi pada anak – anak, dimana
Gambar 4.2 Ultrasonografi mode-B menunjukkan lesi kistik retrobulbar (panah) (Mishra A., et
al., 2009)
31
Pada pemeriksaan histologi, ML menunjukkan kondisi kista lifatik
berlapis endotel tipis, halus, tidak teratur, berisi cairan limfa dan memiliki
berbagai ukuran lumen (dari kapiler, kavernosa, atau sampai ke ukuran kista). ML
juga memiliki septa jaringan ikat antar-pembuluh yang berisi limfosit dan
pembuluh darah rapuh. Hal ini dipercaya sebagai sumber dari perdarahan. Sel
Gambar 4.3 A, Malformasi limfatik. B, gambaran MRI T1-weighted setelah kontras dengan fat
suppression. Terlihat kista dengan fluid level (panah) dan berbentuk “grape-like” . C, Pewarnaan
hematoxylin dan eosin menunjukkan senter germinal dan pembuluh berisi limfa (Foster J.A, et al.
2016).
32
Gambar 4.4 ML Orbitofasial. A, tampak klinis ML pada orbita, pipi, dan hidung. B, vesikula
patognomonis pada palatum durum dan palatum molle (biasanya ipsilateral) mengkonfirmasi
diagnosis klinis. C, CT scan menunjukkan gambaran orbita yang terkena (Fay, A., et al., 2017).
33
BAB 5
MALFORMASI ARTERIVENA
Secara anatomis, aliran darah utama menuju orbita dipenuhi oleh arteri
yang lain datang dari cabang – cabang arteri carotis eksterna, yaitu arteri maksilla
interna dan arteri – arteri facialis. Arteri oftalmika berjalan didalam nervus
memasuki orbita. Cabang - cabang besar dari arteri oftalmika yaitu cabang –
cabang ke otot – otot ekstraokuli, arteri retina centralis, dan arteri - arteri ciliaris
Gambar 5.1 Gambaran sagittal suplai arteri ke orbita dan bola mata. a = arteri, ICA = internal
carotid arteri (Foroozan R., et al., 2016).
malformasi vaskular. Lesi ini adalah kelainan congenital yang berasal dari sistem
arteri, sistem vena atau keduanya. MAV memiliki hemodinamik high-flow. MAV
memiliki hubungan dengan arteri dan vena yang mem-by pass jaringan kapiler
34
normal. MAV membentuk nidus sentral dengan banyak arteri penyuplai dan vena
5.1 Epidemiologi
MAV sering mengenai pasien anak – anak dan dewasa muda, dengan
dibandingkan pria, dengan rasio 1,5 : 1. Salah satu penelitian terbesar melibatkan
81 pasien dengan MAV kepala dan leher. Penelitian ini melaporkan lokasi MAV
tersering adalah pipi (31%), telinga (16%), hidung (11%) dan dahi (10%).
Penelitian ini juga melaporkan 59% pasien sudah muncul saat lahir, sepuluh
persen manifestasi saat anak – anak, 10 % pada usia remaja, dan 21 % lainnya
pada usia dewasa. Delapan pasien menyadari pertamakali saat pubertas dan 6
pasien lain mengalami kekambuhan saat pubertas. Lima belas pasien mengalami
tulang, dengan tulang maksila dan mandibula sebagai yang paling sering terlibat
periorbita dibanding pada orbita. MAV yang melibatkan tulang dan jaringan lunak
retina dan otak tengah (sindroma Wyburn-mason) dapat menunjukkan lesi orbita
ipsilateral. MAV pada palpebra dan orbita dapat merupakan bagian dari lesi
35
5.2 Patogenesis
aliran darah). Lesi ini dipercaya sebagai hasil kesalahan pembentukan pembuluh
darah pada minggu ke 4 hingga 6 kehamilan. Etiologi lesi ini masih belum jelas.
Salah satu teori mengemukakan bahwa lesi ini hasil dari kegagalan regresi dari
arterivena tetap ada, tetapi beberapa mungkin tidak mengalirkan darah selama
bertahun – tahun. Sementara teori yang lain berhubungan dengan iskemia. Teori
ini didasarkan pada fakta bahwa MAV akan bertambah besar dengan cepat jika
berbagai kondisi (misalnya, trauma, kehamilan, operasi, dan hormone) (Fay, A., et
al., 2017).
MAV memiliki ciri aliran arterial cepat pada nidus sentral menuju
drainase ke sirkulasi vena (gambar 5.2) (Rootman J., et al.,2014). Meskipun MAV
adalah lesi vaskular paling jarang, namun lesi ini masih menjadi yang paling rumit
dan destruktif. Biasanya MAV bersifat laten selama usia anak – anak dan berubah
menjadi lesi kulit merah muda kebiruan, hangat, dan berdenyut pada remaja.
distrofi kulit distrofi, perdarahan, ulserasi dan jaringan nekrosis (Ganbar 5.3)
(Mulligan PR, et al., 2014). MAV kepala dan leher seringkali mendapat aliran
dari cabang karotis interna dan eksterna (Fay, A., et al., 2017).
36
Gambar 5.2 A. Gambaran skema malformasi arterivena dengan aliran arteri berasal dari arteri
oftalmika dan aliran vena melalui vena oftalmika superior ke sinus cavernosus dan vena angularis
ke wajah. B. sebuah arteriogram pasien dengan MAV menunjukkan arteri oftalmika lebar (panah
besar) dengan aliran keluar ke vena oftalmika superior (panah kecil) (Rootman J., et al.,2014).
Gambar 5.3 MAV. (A) seorang anak laki – laki dengan MAV terbatas pada palpebra dan dahi.
(B) Seorang wanita 24 tahun dengan MAV hemifasial massif yang juga mengenai palpebra dan
orbita (Fay, A., et al., 2017).
merah muda kebiruan, hangat, dan pintas (shunting) arterivena. Pada tahap ini
ekspansi, berupa tahap satu dengan perbesaran, pulsasi, bruit, gambaran vena
berliku atau tegang. Tahap ketiga destruksi, tahap dua dengan perubahan kulit
distrofi, ulserasi, perdarahan, nyeri menetap, atau jaringan nekrosis. Pada tahap ini
dapat terjadi lesi yang merusak tulang. Tahap keempat dekompensasi, tahap tiga
37
dengan gagal jantung kongestif dan hipertrofi ventrikel kiri (Mulligan PR, et al.,
2014).
peningkatan tekanan episklera dan intraokuli. Apabila nidus terletak pada orbita
bagian anterior, lesi ini dapat terlihat sebagai massa subkutan, berwarna biru dan
berdenyut. Gejala – gejala yang muncul dapat memburuk pada pagi hari dan
membaik pada siang hari. Gejala yang dapat timbul berupa Papiledema,
sindroma steal arteri oftalmika. Gejala pulsasi dan bruit dapat berkurang jika
dilakukan penekanan pada arteri carotis communis ipsilateral. MAV orbita dapat
MAV semakin lama semakin membesar secara gradual seiring dengan semakin
banyaknya arteri yang memberi suplai darah (Fay, A., et al., 2017).
pada fase akhir saat lesi terwarnai homogen (gambar 5.4). Sedangkan pada
kusut saat fase awal (Rootman J., et al.,2014). Pada MRI, MVA meperlihatkan
arteri terdilatasi yang kusut dan vena yang terhubung pada lesi. Lesi ini juga
38
menunjukkan flow void pada pencitraan T1 dan T2-weighted spin echo dan
2014).
Gambar 5.4 (A) Malformasi arterivena primer pada gadis 17 tahun dengan riwayat proptosis
selama 3 tahun. Observasi klinis menunjukkan pulsasi orbita yang sinkron dengan denyut nadi. CT
menunjukkan klasifikasi didalam massa terwarnai kontras, berbatas kabur dan terlihat perbesaran
vena oftalmika superior. (B) Arteriografi pasien menunjukkan perbesaran arteri oftalmika
(tengah) dan cabang- cabang carotis eksterna (kiri) mensuplai jaringan pembuluh yang ganjil,
pada drainase awal menunjukkan perbesaran vena oftalmika superior (kanan) (Rootman J, et al.
2003).
kontras dengan cepat dan perbesaran vena – vena drainase. Angiografi juga dapat
menunjukkan nidus dari MAV. Ketika embolisasi arteri penyuplai utama selesai
tambahan. Lesi orbita sering mendapat suplai dari arteri carotis eksterna dan
paling baik dilihat dengan angiografi kateter (gambar 5.4 dan Gambar 5.5).
Namun sebaiknya dilakukan pencitraan yang non invasif terlebih dahulu (Fay,
39
Gambar 5.5 MAV Palpebra. A. angiogram dari Arteri Carotis interna, tampak lateral,
menunjukkan pembuluh penyuplai ke MAV palpebra superior. B. angiogram dari Sirkulasi Carotis
eksterna juga menunjukkan suplai ke lesi. C. Angiogram setelam embolisasi menunjukkan
penyusutan nidus MAV palpebra superior. D. gambaran Fluoroskopi, sisi lateral, menunjukkan
materi emboli radiopaque menyumbat pembuluh – pembuluh penyupai (Fay, A., et al., 2017).
pada MAV, angiografi non invasif kini menjadi lebih akurat. Magnetic resonance
memiliki resolusi tinggi, dapat menunjukkan arteri – arteri penyuplai, serta dapat
menunjukkan lokasi nidus. MRA juga dapat digunakan setelah embolisasi dengan
menunjukkan waktu pengisian (filling time) vena (Mulligan PR, et al., 2014).
40
Gambar 5.6 Gambaran MR (T1, dengan kontras) dari orbita. (A) Potongan axial menunjukkan
malformasi vaskular di superotemporal orbita dengan ciri flow void (panah). (B) Potongan coronal
menunjukkan malformasi vaskular di superotemporal kanan dengan pembuluh darah di intraconal
(Warrier S., et al. 2008).
flow sistolik dan diastolic, shunting arterivena dan gambaran gelombang arteri
pada vena yang merupakan tanda aliran berdenyut (Mulligan PR, et al., 2014).
Secara histologi, MAV terdiri atas elemen arteri – arteri dan vena –
vena yang saling terhubung, dengan nidus dari sel – sel stroma ditengahnya, dan
Gambar 5.7 Potongan histologi dengan vena, arteri ukuran sedang, sesuai dengan gambaran
malformasi arterivena (hematoxylin-eosin perbesaran 20x) (Warrier S., et al. 2008).
41
BAB 6
PENUTUP
terbaru malformasi ini telah berkembang dan menggantikan terminologi lama dan
vaskular. Besar harapan kami bahwa dengan tinjauan kepustakaan ini dapat
PPDS I Ilmu Kesehatan Mata. Saran dan kritik yang membangun kami harapkan
42
DAFTAR PUSTAKA
Arat Y.O., Mawad M.E., Boniuk M., 2004. Orbital Venous Malformation.
Current Multidisciplinary Treatment Approach, Arch Ophthalmol.
2004;122:1151-1158, doi:10.1001/archopht.122.8.1151
Bhende M., Kamat H., Shanta B., Khetan V., Krishna T., Sen P., Pradeep S.,
2013. Atlas of ophthalmic ultrasound and ultrasound biomicroscopy,
Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd., New Delhi, India, pp. 254-274
Calandriello L., Grimaldi G., Petrone G., Rigante M., Petroni S., Riso M., Savino
G., 2017. Cavernous venous malformation (cavernous hemangioma) of the
orbit: Current concepts and a review of the literature. Survey of
Ophthalmology , Volume 62 , Issue 4 , 393 – 403, doi:
https://doi.org/10.1016/j.survophthal.2017.01.004
Cox J.A., Bartlett E., Lee E.I., 2014. Vascular Malformation: A Review, Seminars
in Plastics Surgery Vol. 28 No, 2, 2014, DOI http://dx.doi.org/10.1055/s-
0034-1376263
Fay A., Dolman, P., 2017. Diseases and disorders of the orbit and ocular adnexa,
Elsevier, Boston, USA, pp. 959-1087
Foroozan R., Bhatti M.T, Falardeau J., Gordon L.K., Lee M. S., Subramanian P.
S., Kawasaki A., 2016. Basic and Clinical Science Course. Section 5.
Neuro - Ophthalmology, American Academy of Ophthalmology, San
Francisco, California, USA, pp.47-54
Foster J.A., Carter K.D., Durairaj V.D., Kavanagh M.C., Korn B.S., Nelson C.C.,
Hartstein M. E., 2016. Basic and Clinical Science Course. Section 7.
Orbit, Eyelids, and Lacrimal System, Amarican Academy of
Ophthalmology, San Francisco, California, USA, pp.47-54
43
ISSVA Classification of Vascular Anomalies,2018. International Society for the
Study of Vascular Anomalies, Tersedia di "issva.org/classification"
diakses [28/11/18]
Karcioglu Z.A. (ed.), Gunduz K., 2015. Vascular tumor, Orbital Tumors:
Diagnosis and Treatment, Springer Science+Business Media, New York,
USA, pp.155-181
Ko F., DiBernardo C.W., Oak J., Miller N.R., Subramanian P.S., 2011.
Confirmation of and differentiation among primary vascular lesions using
ultrasonography, Ophthal Plast Reconstr Surg. 2011 Nov-Dec;27(6):431-
5, DOI: 10.1097/IOP.0b013e31822323af
Mishra A., Alsawidi K., Abuhajar R., Ehtuish E.F., 2009. Orbital venous-
lymphatic malformation: Role of imaging, Oman J Ophthalmol. 2009 Sep-
Dec; 2(3): 141–142, doi: 10.4103/0974-620X.57316: 10.4103/0974-
620X.57316
Mulligan PR, Prajapati HJS, Martin LG, Patel TH., 2014. Vascular anomalies:
classification, imaging characteristics and implications for interventional
radiology treatment approaches, Br J Radiol 2014;87:20130392. Atalanta,
GA, USA.
Nosher JL, Murillo PG, Liszewski M, Gendel V, Gribbin CE., 2014. Vascular
anomalies: A pictorial review of no menclature, diagnosis and treatment.
World J Radiol; 6(9), pp 677-692, Tersedia di: URL:
http://www.wjgnet.com/1949-8470/full/v6/ i9/677.htm DOI:
http://dx.doi.org/10.4329/wjr.v6.i9.677. diakses [28/11/18]
Perry C.B., Lenci L., Shriver E.M., 2015. Orbital Lymphatic Malformation
(Lymphangioma); Tersedia di " http://EyeRounds.org/cases/201-
Lymphatic-Malformations.htm ". diakses [28/11/18]
Rootman D.B., Heran M.K.S., Rootman J., White V.A., Luemsamran P. Yucel
Y.H., 2014. Cavernous venous malformations of the orbit (so-called
cavernous haemangioma): a comprehensive evaluation of their clinical,
imaging and histologic nature, Br J Ophthalmol,
doi:10.1136/bjophthalmol-2013-304460
Rootman J., Heran M.K.S., Graeg D.A., 2014. Vascular Malformation of the
Orbit: Classification and the Role of Imaging in Diagnosis and Tretment
Strategies, Ophthal Plast Reconstr Surg 2014;30:91–104, doi:
10.1097/IOP.0000000000000122
44
Rootman J., Marotta T.R., Graeb D.A., 2003. Vascular lesions, Diseases of the
orbit, A multidisciplinary approach, 2nd Edition, Lippincott Williams and
Wilkins, Philadelphia, USA, pp.507-554
Sepulveda A., Buchanan E.P., Lee E.I.(ed), 2014. Vascular Tumor, Vascular
Anomalies, Seminars in Plastic Surgery Vol. 28 No. 2/2014, Thieme
Medical Publishers, New York, USA, pp.49-57, doi:
http://dx.doi.org/10.1055/s-0034-1376260
Smoker W.R.K., Gentry L.R., Yee N.K., Reede D.L., Nerad J.A., 2008. Vascular
lesions of the orbit: more than meets the eye, RadioGraphics 2008;
28:185–204, doi: 10.1148/rg.281075040
Sundar G., 2018. Vascular lesion of the orbit: Conceptual approach and recent
advance. Indian Journal of Ophthalmology;66:3-6, doi:
10.4103/ijo.IJO_1272_17
Warrier S., Prabhakaran V.C., Valenzuela A., Sullivan T.J., Davis G., Selva D.,
2008. Orbital Arteriovenous Malformations, Arch Ophthalmol.
2008;126(12):1669-1675, doi: 10.1016/j.ad.2013.04.013
Wiegand S., Eivazi B., Bloch L.M., Zimmermann A.P., Sesterhenn A.M., Schulze
S., Werner J.A., 2013. Lymphatic Malformation of The Orbit. Clinical and
Experimental Otorhinolaryngology, Vol. 6, No. 1: 30-35, March 2013.
http://dx.doi.org/10.3342/ceo.2013.6.1.30
Yen M.T.(ed), Thyparampil P.J., Marx D.P., Mukherji S.K., Pimpalwar S.A., Poll
P., Wu W., Yen K.G., Yuen H.K., 2016. Vascular Lesions of the Orbit and
Face : Imaging and Management, Springer Internasional Publishing.
Swiss, pp. 1-67
45