Anda di halaman 1dari 28

CASE BASED DISCUSSION

TUMOR MAMMAE DEXTRA

Disusun oleh :

Rasi Irfan Asany 1921085906

Pembimbing:

dr. Brantas Pra Azhari, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOESELO SLAWI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


PURWOKERTO
LEMBAR PENGESAHAN

TUMOR MAMMAE DEXTRA

LAPORAN KASUS

Disusun Oleh :

Rasi Irfan Asany 1921085906

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soeselo Slawi

Slawi, 13 Agustus 2019

Pembimbing

dr. Brantas Pra Azhari, Sp. B


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Kuasa, atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hernia Skrotalis” dengan baik dan
tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan
pada bidang Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto
di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soeselo Slawi. Di samping itu juga ditujukan
untuk menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Brantas Pra Azhari, Sp.B selau pembimbing dalam penyusunan
laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
sejawat Kepaniteraan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Purwokerto di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soeselo Slawi
serta berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna
dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan
informasi dan manfaat bagi kita semua.

Slawi, 13 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I .......................................................................................................................5
STATUS PASIEN ..................................................................................................5
1.1. Identitas Pasien ......................................................................................5
1.2. Anamnesis ...............................................................................................5
1.3. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................6
1.4. Pemeriksaan Tambahan ......................................................................11
1.5. Resume ..................................................................................................12
1.6. Diagnosa Banding ................................................................................13
1.7. Diagnosa Kerja .....................................................................................13
1.8. Penatalaksanaan...................................................................................13
1.9. Prognosis ...............................................................................................13
BAB II ...................................................................................................................13
ANALISA KASUS ................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ..................................................................................................................15
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................15
Daftar Pustaka ...................................................... 28Error! Bookmark not defined.
BAB I

STATUS PASIEN
1.1.Identitas Pasien
Nama : Nn. N
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Balapulang
Waktu Pemeriksaan : 9 Agustus 2019
1.2.Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan Autoanamnesis pada tanggal 9 Maret 2019 pukul
09.00 WIB di bangsal Mawar II RS Dr. Soeselo, Slawi.
Keluhan Utama
Benjolan pada payudara sebelah kanan sejak 1 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang RS Soeselo Slawi dengan keluhan terdapat benjolan di


payudara kanan yang sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan
awalnya berukuran kecil, lama kelamaan ukuran benjolan semakin membesar.
Benjolan tidak nyeri dan bisa digerakkan. Tidak ada cairan yang keluar dari
benjolan, tidak terdapat benjolan di tempat lain. Os tidak merasa pusing,
demam (-), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri pada tulang (-), BAB dan BAK
lancar. Os mengaku belum menikah. Haid teratur, lama haid 1 minggu. Sedang
tidak haid saat diperiksa.

Riwayat Penyakit Dahulu

Os mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.


Riwayat operasi sebelumnya tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. Dari
keluarga tidak ada yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, asma, batuk-
batuk lama, kelainan jantung dan keganasan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien bekerja sebagai petani yang sehari-hari bekerja sebagai petani.
1.3.Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status gizi : Kesan gizi cukup

Tanda vital

 Tekanan darah : 120/90 mmHg

 Nadi : 88 x/menit

 Suhu : 36,8oC

 Pernafasan : 20 x/menit

Status generalis

1. Kulit

Warna : Sawo matang, tidak ikterik dan tidak terdapat hipopigmentasi


maupun hiperpigmentasi

Lesi : Tidak terdapat lesi primer seperti macula, papul vesikuler, pustule
maupun lesi sekunder seperti jaringan parut atau keloid pada bagin tubuh yang
lain.

Rambut : Tumbuh rambut permukaan kulit


Turgor : Baik

Suhu raba : Hangat

2. Kepala

Ekspresi : Ekspresif

Simetris wajah : Simetris

Nyeri tekan sinus : Tidak terdapat nyeri tekan sinus

Rambut : Distribusi merata, warna hitam

Pembuluh darah : Tidak terdapat pelebaran pembuluh darah

Deformitas : Tidak terdapat deformitas

3. Mata

Bentuk : Normal, kedudukan bola mata simetris

Palpebra : Normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan,


blefaritis, maupun xanthelasma

Gerakan : Normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus

Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : Tidak ikterik

Pupil : Bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya langsung


positif pada mata kanan dan kiri, reflex cahaya tidak langsung positispada mata
kanan dan kiri

Eksoftalmus : Tidak ditemukan

Endoftalmus : Tidak ditemukan

4. Telinga
Bentuk : Normotia

Liang telinga : Lapang

Serumen : Tidak ditemukan serumen pada telinga kanan


maupun kiri

Nyeri tarik auricular : Tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun
kanan

Nyeri tekan tragus : Tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun
kiri

5. Hidung

Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas

Septum : Terletak ditengah, simetris

Mukosa hidung : Tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi

Cavum nasi : Tidak ada perdarahan

6. Mulut dan tenggorok

Bibir : Normal, tidak pucat, tidak sianosis

Gigi-geligi : Hygiene baik

Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis

Lidah : Normoglosia, tidak tremor, tidak kotor

Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis

Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

7. Leher

Bendungan vena : Tidak ada bendungan vena


Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris

Trakea : Di tengah

8. Kelenjar getah bening

Leher : Tidak terdapat pembesaran di KGB leher

Aksila : Tidak terdapat pembesaran di KGB aksila

Inguinal : Tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal

9. Thorax

Paru-paru

 Inspeksi : Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan
dinamis

 Palpasi : Gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax

 Perkusi : Sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI
pada linea midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas
paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.

 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing


pada kedua lapang paru

Jantung

 Inspkesi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

 Palpasi : Terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis


sinistra

 Perkusi :

Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra


Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra

Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra

 Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun


gallop

10. Abdomen

Inspeksi : Abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan
kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena

Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,
maupun nyeri lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative

Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok
CVA, ballotment (-)

Auskultasi : Bising usus positif 2x/menit, intensitas sedang

11. Genitalia

(dibahas lebih lanjut dalam status lokalis)

12. Ekstremitas

Tidak tampak deformitas

Akral hangat pada keempat ekstremitas

Tidak terdapat oedema pada keempat ekstremitas

Status lokalis genitalia

Inspeksi : Terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 5cm di
daerah skrotum sinistra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak
terdapat tanda-tanda radang
Palpasi : Teraba massa di daerah skrotum sinistra dengan ukuran ± 5cm,
permukaan rata, nyeri, massa teraba lunak.

1.4. Pemeriksaan Tambahan

Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi pada tanggal 10 Maret 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 15.1 g/dl 13.2 – 17.3 g/dl

Hematokrit 42 % 40 – 52 %

Eritrosit 5.0 juta / 4,5 – 5,5 juta / µL


µL

Leukosit 7.7 /µL 5000 – 10000 /µL

Trombosit 229.000 150.000 – 400.000


/mm3 /mm3

Eosinofil 10.20 2.00 – 4.00

Monosit 9.70 2-8

Gula darah sewaktu 85 mg% < 200 mg%

Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi pada tanggal 11 Maret 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

APTT Test 32.9 s 25.5 – 42.1s

PT Test 9.3 s 9.3 – 11.4s

Kalium 3.79 3.5 – 5.0 mmol/L


mmol/L
Natrium 131.9 135.0 – 147.0 mmol/L
mmol/L

Chlorida 107.4 95.0 – 105.0 mmol/L


mmol/L

Calcium 0.95 1.13 – 1.32 mmol/L


mmol/L

Albumin 3.80 g/dL 3.8 – 5.3 g/dL

HBsAg 0 IU/mL 0.000 – 0.03

1.5. Resume
Pasien Tn. J, usia 42 tahun. Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di buah
zakar kiri sejak kurang lebih 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna
kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 5 cm. Permukaan
benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Menurut
pasien ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang berdiri, mengejan
maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya,
dan bila pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Kadang
pasien juga merasakan nyeri jika benjolan turun ke buah zakar kiri. Sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan benjolan semakin
membesar dan terasa nyeri. Pada pemeriksaan fisik Inspeksi, terdapat massa
dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 5 cm di daerah skrotum sinistra,
berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda
radang. Palpasi, teraba massa di daerah skrotum sinistra dengan ukuran 5 cm,
permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak. Hasil laboratorium pada
tanggal 10 Maret 2019 didapatkan yang mengalami peningkatan Eosinofil
10.20 dan Monosit 9.70, pemeriksaan lain dengan batas normal. Hasil
laboratorium pada tanggal 11 Maret 2019 didapatkan yang mengalami
penurunan yaitu Natrium 131.9 mmol/L dan Calcium 0.95, sedangkan yang
mengalami peningkatan yaitu Chlorida 107.4 mmol/L.
1.6. Diagnosa Banding
- Hidrokel
- Tumor testis kiri
1.7. Diagnosa Kerja
Hernia Scrotalis kiri reponible
1.8. Penatalaksanaan
- Infus RL 20 tts/menit
- Operasi : herniotomi dan hernioraphi
- Inj Ceftriaxone 2x1
- Inj Ranitidin 2x1 mg
- inj Ketorolac 2x1
1.9. Prognosis

Ad vitam : Ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

BAB II

ANALISA KASUS

Penegakan diagnosis hernia scrotalis reponible sinistra didapatkan


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, auskultasi
serta finger test serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan maupun tindakan
operasi.

Berdasarkan autoanamnesis dari Tn.J datang dengan keluhan ada benjolan


di buah zakar kiri sejak kurang lebih 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit
sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 5 cm. Permukaan benjolan rata
dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Menurut pasien ukuran
benjolan bertambah besar sejak 1 minggu lalu disertai nyeri dan berubah-ubah, jika
pasien sedang berdiri, mengejan maka benjolan akan keluar kemudian semakin
membesar dari ukuran sebelumnya. Apabila pasien sedang berbaring, maka ukuran
benjolan mengecil. Kadang pasien juga merasakan nyeri jika benjolan turun ke
buah zakar dan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan
benjolan semakin membesar dan terasa bertambah nyeri. Pasien tidak pernah
mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun perut sebelumnya.
Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh benjolan tetapi masih
dapat masuk kembali. Ini menandakan bahwa hernia pasien bersifat reponible di
mana dapat dimasukkan kembali ke rongga peritoneum.

Keluhan batuk lama disangkal pasien namun pasien bekerja sebagai petani.
Hal ini akan meningkatkan tekanan intra abdomen dan menjadi salah satu faktor
predisposisi terjadinya hernia. Mual, muntah dan perut kembung disangkal pasien
sehingga kita bisa menyingkirkan kemungkinan incarserata (hernia yang disertai
gangguan pasase) pada pasien ini.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien juga mendukung diagnosis


hernia scrotalis reponible sinistra di mana pada daerah inguinal kiri ditemukan
benjolan dari inguinal kiri ke scrotum kiri, berbentuk lonjong di mana ini
menandakan hernia inguinalis lateralis. Benjolan juga kenyal, mobile dan finger
test teraba benjolan di ujung jari pemeriksa. Warna kulit sama dengan warna kulit
di sekitarnya (menyingkirkan adanya radang).

Dari pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, EKG dan roentgen


thorax tidak ditemukan adanya kelainan sehingga diagnosis hernia scrotalis
sinistra reponible bisa ditegakkan dan dapat dilakukan penangan pada pasien ini
yaitu tindakan operasi herniotomi dan hernioplasty. Dikarenakan pasien
menderita hernia scrotalis sinistra reponible yang tidak disertai komplikasi dan
penangan yang tepat dan baik maka prognosis pasien ini baik sehingga bisa segera
pulang dari rumah sakit.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hernia Secara Umum


Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang memberi jalan keluar pada alat tubuh selain
yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal: cincin, kantong dan isi
hernia.1,2

Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan


akuisita. Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral,
insisional dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator.1,3
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila
isi kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan
tangan. Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. 1
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang
ireponibel, maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut
mengakibatkan gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1

Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan


didapat:

1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis
dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi
penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan
(prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui
kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak
mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh:
 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui kantong dan isi hernia
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen
yang kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites)
yang akan mendorong isi hernia ke annulus inguinalis internus
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau
kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah
appendiktomi

B. Hernia Inguinalis

Anatomi Regio Inguinalis

Gbr 1. Dinding Abdomen


Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan
aponeurosis m. transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian
terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis
m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale. Akanal
ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum
pada perempuan.1

Gbr 2. Kanalis
Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,


karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus.
Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis.
Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1

Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial


menonjol langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang
dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral
dan tepi otot rektus di bagian medial.1
Gbr 3. Bagian dalam regio
inguinal

Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab


lain yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin
karena annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita.
Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria
turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis
tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan
pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang
sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya
hernia inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m. ablikus internus yang menutup annulus internus ketika
berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa
menyebabkan terjadinya hernia.1

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus


vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen
keluar melalui celah tersebut.1,3

Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk


kronik, mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat
atau konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering
mendahului hernia inguinalis.1,6

Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi


annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis.

Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian


tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia
dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu
diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan
terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis
dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. 1

Gejala Klinis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan,
dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.1

Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda
berat atau mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering
mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri jarang
dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri
dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4

Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba


konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia
dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus, pasien diminta
mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis
lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia
inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan
sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus,
omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2

Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan


pemeriksaan klinis yang teliti.2

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :

1. Hernia inguinalis medialis (direk)


Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui
trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui
kanlis inguinalis dan tidak ke scrotum.

Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian


tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia
inguinalis medialis memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan
penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi
inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih
sering pada pria usia tua.1,3

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,


secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3

2. Hernia inguinalis lateralis


Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang
langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis
biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat. Hernia
indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar annulus
eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang
sempit. Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami
komplikasi strangulata.1,3

Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga


seringkali turun ke dalam skrotum.3

Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis


peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis.1,4

Tatalaksana

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi


dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya
ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai
terjadi reposisi.1

Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan


vitalitas lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia.
Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila
tidak berhasil, operasi segera.1

Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah


direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur
hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.1

Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi


maka factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus
dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan
lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.2

Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional.


Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi
terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.1

Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke


lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.1

Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus


inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil annulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa,
dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus abdominis dan m.
transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum inguinale
poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. transverses
abdominis, m. oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper menurut
McVay.1
Gbr 4. Herniotomi dan
Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya


regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan
metode penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis
yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1

Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya


sama dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus
dinilai apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan
reseksi dan anastomosis.2

Komplikasi

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi


hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus
ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan.
Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan
dapat terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.1

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke


jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi
udem organ atau struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan
jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya
jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan transudat
serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang
menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai


dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat
gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh
nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang
peroitoneal.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.
Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : Maret9th
2019. (Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited
on Maret9th 2019)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse.
Last Updated December 2018.
(Available from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
Maret 9th 2019)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine
Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm
cited on Maret9th 2019)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa
Laniyati Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-
515

Anda mungkin juga menyukai