Anda di halaman 1dari 3

Peritonitis

 Definisi
Inflamasi dari peritoneum yang merupakan suatu kegawatdaruratan yang sering
diikuti dengan bakterimia dan sindrom sepsis. Perjalanannya bisa akut dan kronis.

 Faktor resiko:
 Penyakit hati dengan ascites
 Kerusakan ginjal
 Compromised immune system
 Pelvic inflammatory disease
 Appendisitis
 Ulkus gaster
 Infeksi kandung empedu
 Colitis ulseratif / chron’s disease
 Trauma
 CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
 Pankreatitis,
 dll.

 Epidemiologi
Pada tahun 2008 angka kejadian peritonitis di Indonesia masih tinggi, sekitar 7% dari
seluruh penduduk di Indonesia menderita peritonitis . – (Depkes RI)

 Etiologi
Adanya agen infeksi yang memperoleh akses ke rongga peritoium melalui viskus
yang mengalami perforasi, luka tembus dari dinding aabdomen atau masuknya benda-benda
asing yang kemudian terinfeksi.
 Patogenesis
Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen, ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal peritoneum
terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, kantong-kantong nanah
(abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang membatasi infeksi. Perlekatan
biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sehingga
menimbulkan obstruksi usus.
Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau generalisata. Pada peritonitis lokal
dapat terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta mekanisme pertahanan
tubuh dengan melokalisir sumber peritonitis dengan omentum dan usus. Pada
peritonitis yang tidak terlokalisir dapat terjadi peritonitis difus, kemudian menjadi
peritonitis generalisata dan terjadi perlengketan organ-organ intra abdominal dan
lapisan peritoneum viseral dan parietal. Timbulnya perlengketan ini menyebabkan
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik. Cairan dan elektrolit hilang
ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria.Pada
keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri masuk ke dalam pembuluh darah.
 Manifestasi Klinis
- Nyeri Abdomen
- Demam
- Mual dan Muntah
- Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.
- Rigiditas abdomen atau sering disebut ’perut papan’.
- Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
- Takikardi
- Tidak dapat BAB/buang angin.

 Klasifikasi
a. Peritonitis Primer
Merupakan peritonitis yang infeksi kumannya secara hematogen. Sering disebut
juga sebagai spontaneus bacterial peritonitis (SBP).
Disebabkan oleh monobakterial terutama oleh gram negatif (E. Coli, klebsiella
pneumonia, pseudomonas, proteus) dan gram positif (staphylococcus, streptococcus
pneumonia, dll).
Peritonitis primer sendiri dibagi lagi atas spesifik dan nonspesifik. Jika spesifik
penyebabnya merupakan infeksi kuman spesifik seperti kuman tuberkulosa. Sedangkan
nonspesifik yaitu infeksi kuman tidak spesifik, contohnya penyakit kuman pneumonia.

b. Peritonitis Sekunder
Peritonitis sekunder bisa disebabkan oleh penyebab utama berupa:
 Invasi bakteri oleh karena kebocoran traktus gastrointestinal atau traktus genitourinarius ke
dalam rongga abdomen, contoh: perforasi appendix, perforasi gaster, perforasi gaster,
perforasi kolon karena diverkulitis, volvulus, kanker, strangulasi usus, dan luka tusuk.

 Invasi peritonium, akibat bocornya enzim pankreas ke peritonium saat terjadi pankreatitis,
keluarnya asam empedu akibat trauma pada traktus biliaris.

 Benda asing, contohnya peritoneal dialisis catheters

c. Peritonitis Tersier
Biasanya terjadi pada pasien dengan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD),
pada pasien imunokompromise.
Organisme penyebab biasanya organisme yang hidup di kulit, yaitu coagulase negative
staphylococcus, S. Aureus, gram negatif seperti, bacili, dan candida, mycobacteri dan
fungus.

 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapat:


lekositosis ( lebih dari 11.000 sel/...L ) dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
Pada pasien dengan sepsis berat, pasien imunokompromais dapat terjasi lekopenia.
Asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik.
Pada foto polos abdomen didapatkan:
Bayangan peritoneal fat kabur karena infiltrasi sel radang
Pada pemeriksaan rontgen tampak udara usus merata, berbeda dengan gambaran ileus
obstruksi
Penebalan dinding usus akibat edema

 Tatalaksana
Empat poin penting dalam penatalaksanaan:

1. Mengkontrol sumber infeksi


2. Mengeliminasi bakteri dan toksin
3. Mempertahankan fungsi sistem organ
4. Mengontrol proses inflamasi

 Pre-operatif
- Resusitasi cairan untuk mencegah dehidrasi dengan cairan IV.
- Antibiotik (Ampisilin, Klindamisin, dll)
- Dekompresi saluran cerna (penghisapan nasogastri)

 Operatif
- Laparotomi
- Bedah terbuka

 Pasca-Operatif
- Monitor vital sign
- Asup dengan cairan dan nutrisi yang baik
- Antibiotik (tergantung tingkat keparahan).

 Komplikasi
1. Syok sepsis
2. Multiple organ failure
3. Mortalitas
4. Abses abdominal

 Prognosis
Dubia ad bonam  peritonitis lokal dan ringan
Dubia ad malam  peritonitis generalisata yang disebabkan oleh organisme virulensi.

Referensi:

- Harrison’s Principle of Medicine Edisi 16 Hal. 749


- Patofisiologi Sylvia Jilid II Hal.
- http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/PERITONITIS-DAN-
ILUES.pdf diunduh pada, 21:35
- http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44522/Chapter%20II.pdf;jsessioni
d=4478859152949F9AB2752C84E6F46271?sequence=4 diunduh pada 27/09/17, 21:36

Anda mungkin juga menyukai