Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI


PMB JUNIATI RAHAYUNINGSIH
SURABAYA

Oleh :

Dhea Regita Sastika Putri

NIM. 011611233050

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir merupakan kelompok masyarakat yang rentan sehingga perlu
mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi di mana Angka Kematian
Bayi Baru Lahir mencapai 2/3 dari total Angka Kematian Bayi. Selain itu masalah
kesehatan anak di Indonesia masih didominasi oleh angka kematian bayi dan balita yang
masih tinggi serta prevalensi balita gizi kurang. Oleh karena itu, telah ditetapkan
indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010-2014
sekaligus disesuaikan dengan target pencapaian MDGs, yaitu menurunkan Angka
Kematian Bayi dari 34/1000 menjadi 23/1000 kelahiran hidup dan menurunkan
prevalensi gizi kurang balita menjadi 15% pada tahun 2015, termasuk tidak terjadi lagi
kasus penculikan dan perdagangan bayi baru lahir (zero toleran) di Puskesmas dan
Rumah Sakit (WHO, 2012).

Masalah pada bayi baru lahir timbul sebagai akibat kesehatan ibu yang buruk,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang kurang tepat
dan tidak steril atau bersih, serta perawatan BBL yang kurang optimal. Penyebab AKB
antara lain infeksi, asfiksia, BBLR, dan sepsis. Agar mampu mewujudkn koordinasi dan
standar pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk melaksanakan pelayanan esensial neonatal yang dikategorikan dalam
dua kelompok, yaitu pelayanan dasar yang meliputi persalinan aman dan bersih,
mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hipotermi, mempertahankan pernapasan
spontan, serta ASI ekslusif dan perawatan mata. Sedangkan perawatan kelompok kedua,
yaitu pelayanan khusus yang meliputi tatalaksana bayi atau neonatus sakit, BBLR dan
imunisasi (Prawiroharjo, 2002).

Perawatan bayi baru lahir seperti mencegah hipotermia, memberikan imunisasi yang
tepat, dan mencegah infeksi pada bayi baru lahir merupakan hal yang sangat penting.
Dalam upaya penurunan AKB diperlukan upaya bersama tenaga kesehatan, keluarga, dan
masyarakat untuk memberikan asuhan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi
ibu dan bayi baru lahir. Pemeriksaan dan deteksi dini yang adekuat akan membantu
menurunkan angka kematian neonatal sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
bayi baru lahir (M.Sholeh Kosim, 2007).

1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir menurut alur
piker Varney dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan khusus
1. Menjelaskan konsep dasar bayi baru lahir fisiologis.
2. Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
3. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif.
4. Menganalisis data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial
yang mungkin timbul pada bayi baru lahir.
5. Menganalisis masalah dan kebutuhan pada ibu bayi baru lahir.
6. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
7. Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan bayi
baru lahir.
8. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
9. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan.
10. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.
1.3 Manfaat
a. Bagi tempat praktik klinik
Diharapkan dapat memberikan masukan dan pembelajaran yang bermanfaat dalam
pengembangan pelayanan kesehatan dan pengembangan riset terutama yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
b. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan asuhan lebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis dan dalam menilai bagaimana pemahaman dan keterampilan dalam
menyikapi kasus.
c. Bagi penulis
Diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang telah dipelajari kepada pasien dan
mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Fisiologis


a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir satu jam pertama kelahiran (Saifuddin,
2002). Bayi baru lahir normal adalah berat lahir 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (M.
Sholeh Kosim, 2007).

Menurut Kristiyanasari (2009) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir serta dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intrauterine ke ektrsuterin.

b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir


1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 46 – 55 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 37 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 x/menit
6. Pernapasan 40 – 60 x/menit
7. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Pada bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora. Pada bayi laki-
laki, testis sudah turun dan sudah ada skrotum
10. Beberapa refleks pada bayi sudah dapat terlihat, seperti:
a) Refleks morro
Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong-konyong digerakan akan
terjadi refleks baru abduksi dan ekstensi. Lengan dan tangannya terbuka
kemudian diakhiri dengan abduksi lengan.
b) Reflek graps
Bila telapak dirangsang tangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.
c) Refleks rooting
Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kearah sentuhan. Bila
bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha
mencari puting untuk menyusu.
d) Refleks menelan (swallowing)
Timbul bila ada cairan di rongga mulut.
e) Refleks tonik
Bayi memutar kepalanya ke satu sisi dan disertai gerakan lengan memegang
pada yang sama.
f) Refleks menghisap (sucking)
Refleks yang terjadi ketika diletakkan sebuah benda di mulut bayi, maka bayi
secara alami sudah siap untuk menghisap.
g) Refleks melangkah
Kaki bayi akan mencoba melangkah ketika ditegakkan atau bila kakinya
disentuhkan pada permukaan yang keras (IDAI,2014).
11. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan
12. Umur kehamilan 37 – 42 minggu

c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir mencerminkan kecukupan


pertumbuhan intrauterin. Hubungan ini mempermudah antisipasi morbiditas dan
mortalitas selanjutnya serta membantu memperkirakan masalah klinis bayi baru lahir.
Sehingga American Academy of Pediatrics, Committee on Fetus and Newborn
menyarankan agar semua bayi lahir diklasifikasikan dengan cara ini.

Menurut hubungan berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi:

1. Sesuai Masa Kehamilan (SMK)


2. Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi dilahirkan dengan berat lahir (<10 persentil) menurut grafik Lubchenco.
Disebut juga Small for Gestational Age/SGA.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK)
Bayi dilahirkan dengan berat lahir (>10 persentil) menurut grafik Lubchenco.
Disebut juga Large for Gestational Age/LGA.

Sedangkan berdasarkan umur kehamilan saja, bayi dapat digolongkan menjadi:

1. Bayi Kurang Bulan (BKB)


Bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37 minggu (<259 hari).
2. Bayi Cukup Bulan (BCB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari).
3. Bayi Lebih Bulan (BLB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (294 hari).

Ada pun klasifikasi menurut berat lahir, yaitu:

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Bayi dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
2. Bayi Berat Lahir Cukup/Normal
Bayi dilahirkan dengan berat lahir >2500-4000 gram.
3. Bayi Berat Lahir Lebih
Bayi dilahirkan dengan berat lahir >4000. (M. Sholih Kosim, dkk. 2014)

d. Penilaian Bayi Baru Lahir dengan menggunakan APGAR Score

Penilaian bayi baru lahir dengan menggunakan APGAR score bertujuan untuk
mengetahui apakah bayi baru lahir tersebut asfiksia atau tidak. APGAR score
merupakan suatu metode sederhana yang dipakai oleh bidan untuk menilai keadaan
bayi sesaat setelah lahir. Penilaian dilakukan pada menit pertama dan menit kelima
dengan menilai frekuensi jantung (pulse), usaha napas (respiration), tonus otot
(activity), warna kulit (appearance), dan reaksi terhadap rangsangan (grimace). Dari
hasil tersebut dapat diketahui apakah bayi tersebut normal (nilai APGAR 7-10).
Asfiksia sedang – ringan (nilai APGAR 4-6), atau asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
KLINIS 0 1 2
Detak jantung Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
Pernapasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Reflex Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
Fleksi kuat gerak
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstremitas
aktif
Tubuh merah, Merah seluruh
Warna kulit Biru pucat
ekstremitas biru tubuh

e. Ruang Lingkup Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK-KR/POGI, APN, 2007 asuhan segera, aman, dan bersih untuk
bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen
perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena imunitasnya
yang masih belum sempurna. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan
penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi.

2. Melakukan penilaian awal


Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering, segera lakukan
penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
a) Apakah bayi cukup bulan
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
c) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan
d) Apakah tonus otot bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap, atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (APN, 2010).

3. Pencegahan kehilangan panas


Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar agar tetap hangat. Suhu tubuh bayi merupakan
tolok ukur kebutuhan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil. Suhu
bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).
Bayi berisiko hipotermia karena rasio luas permukaan tubuh lebih tinggi
dibandingkan dengan berat badannya, serta lemak subcutan dan lemak coklat yang
kurang pada bayi BBLR. Bayi yang mengalami hipotermia merupakan gejala awal
penyakit yang berisiko tinggi untuk sakit atau meninggal. Hipotermia pada bayi
baru lahir dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, penurunan tekanan darah
secara berangsur, penurunan konsumsi oksigen, tidak adanya gerakan dan
hilangnya reflek primer.
Tanda awal hipotermia adalah kaki teraba dingin, kemampuan menghisap
rendah, letargis, menangis lemah, perubahan warna kulit, takipnea, dan takikardia.
Tanda lanjut hipotermia sampai pada letargi, apnea, bradikardia, dan risiko tinggi
terjadi hipoglikemia, asidosis metabolik, sesak napas, dan faktor pembekuan yang
abnormal (perdarahan intraventrikel, perdarahan paru) (Dharma Kartika, 2016).
Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dengan 4 cara, yaitu
sebagai berikut:
a) Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan.
b) Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin, contohnya bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin.
c) Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin. Misal, bayi diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
d) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
4. Pemberian ASI
Laktasi terdapat dua mekanisme refleks pada ibu, yaitu refleks oksitosin dan
refleks prolaktin yang berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus
(khususnya pada masa nifas).

5. Inisasi Menyusu Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di
dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
paling sedikit selama satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari
dan menemukan puting ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu
stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik daripada
inkubator. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran
mekonium lebih cepat sehingga menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Bagi
ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan
secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.

6. Profilaksis mata
Sebagian besar konjungtivitis muncul pada dua minggu pertama setelah
kelahiran. Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah
terjadinya konjungtivitis. Profilaksis yang sering digunakan yaitu tetes mata silver
nitrat 1%, salep mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin. Saat ini silver nitrat
tetes mata tidak dianjurkan lagi karena sering terjadi efek samping berupa iritasi
dan kerusakan mata.
7. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha
kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.

8. Pemberian vitamin K
Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

f. Perubahan Adaptasi dan Fisiologi Bayi Baru Lahir

Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan
lingkungan luar atau dikenal dengan ekstrauterin. Sebelumnya bayi cukup hanya
beradaptasi dengan kehidupan intrauteri. Perubahan fisiologi bayi baru lahir,
diantaranya sebagai berikut:

1. Sistem respirasi
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan.
Selama di dalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu melalui
mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada janin.
Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak
berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan CO2 sehingga
paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam jumlah besar. Setelah lahir, bayi
tidak berhubungan dengan plasenta lagi dan akan segera bergantung kepada paru
sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, beberapa saat sesudah lahir paru
harus segera terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk
memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi,
yaitu:
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis.
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus pertama untuk pertama
kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan
jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu
kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

2. System kardiovaskuler
Setelah bayi lahir, terjadi perubahan tekanan sistem pembuluh darah saat tali
pusat dipotong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan
menurun karena darah ke atrium berkurang yang dapat menyebabkan volume dan
tekanan atrium kanan juga menurun. Saat terjadi pernapasan pertama, dapat
menimbulkan relaksasi, dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan.
Peningkatan tekanan pada atrium kanan ini menyebabkan penurunan tekanan
atrium kiri dan mengakibatkan penutupan foramen ovale. Dengan pernapasan
kadar oksigen dalam darah akan meningkat, akan menyebabkan duktus arteriosus
mengalami kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah vena umbilikus, duktus
venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam
beberapa menit setelah tali pusat diklem, dan penutupan jaringan fibrosa
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (Betz dan Sowden, 2002).

3. Termoregulasi
Bayi baru lahir cenderung lebih cepat stres karena perubahan suhu lingkungan.
Pada saat lahir, faktor yang mempengaruhi kehilangan panas pada neonatus
meliputi area permukaan tubuh neonatus luas, tingkat insulasi lemak subkutan dan
derajat fleksi otot. Bayi cukup bulan dengan berat badan lahir tinggi serta fleksi
otot baik, memiliki perlindungan alami terhadap kehilangan panas. Kemampuan
bayi baru lahir untuk mengendalikan suhu secara adekuat, tidak stabil sampai 2
hari setelah lahir.
4. System gastrointestinal
Proses adaptasi untuk menelan makanan padat baru terjadi pada beberapa
bulan awal pada bayi cukup bulan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan
masih terbatas mengingat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas
kurang lebih 30 cc. Sebelumnya pergerakan lidah bayi adalah ke atas dan agak
keluar yang berfungsi untuk minum ASI. Setelah beberapa bulan, pergerakan lidah
ke belakang untuk menelan makanan padat. Setelah usia 1 bulan bayi mulai dapat
merasakan rasa manis dan asin.

5. Perubahan pada darah


Bayi baru lahir memiliki nilai hematokrit/hemoglobin yang tinggi yaitu 13,7-
20 gr/dL. Sedangkan volume plasma menurun. Hemoglobin kemudian turun
perlahan pada 7-9 minggu pertama setelah bayi lahir. Rata-rata nilai hemoglobin
bayi usia dua bulan ialah 12 gr/dL. Nilai ini dipengaruhi waktu pengkleman tali
pusat dan posisi neonatus segera setelah lahir. Penundaan klem tali pusat dapat
meningkatkan volume darah 25-40%. Sel darah merah neonatus memiliki umur
rata-rata 80 hari. Hal ini menghasilkan lebih banyak sampah metabolit akibat
penghancuran sel termasuk bilirubin untuk dimetabolisme. Oleh karena itu, bayi
baru lahir mengalami ikterus fisiologis.
Jumlah sel darah putih bayi baru lahir rata-rata 10.000-30.000/mm3. Periode
menangis juga menyebabkan nilai sel darah putih meningkat. Trombosit pada
neonatus memiliki rentang yang sama seperti orang dewasa. Terdapat defisiensi
pada faktor pembekuan, termasuk vitamin K. Akibatnya, bayi baru lahir diberikan
suplemen vitamin K setelah lahir. Waktu protrombin, trombin, dan tromboplastin
parsial sedikit memanjang.

6. System urogenital
Pada saat bayi lahir, fungsi homeostatik dan elektrolit dilakukan oleh ginjal.
Bayi baru lahir cukup bulan memiliki defisit struktural dan fungsional sistem ginjal.
Ginjal neonatus mengalami penurunan aliran darah ginjal serta penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus. Fungsi tubulus tidak matur menyebabkan kehilangan
natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit. Bayi baru lahir
tidak mampu mempertahankan konsentrasi urin dengan baik. Berat jenis urin
neonatus yaitu 1,004. Osmolalitas urin rendah. Bayi baru lahir mengekskresikan
sedikit urin pada 48 jam pertama kehidupan, sekitar 30-60 ml. Didalam urin
neonatus seharusnya tidak ada protein atau darah (Helen Varney, dkk. 2008).

7. Perubahan sistem imun


Sistem imun neonatus tidak matur. Akibatnya, neonatus rentan terhadap
terhadap infeksi dan respons alergi. Imunitas alami neonatus terdiri dari
perlindungan barrier oleh kulit dan membran mukosa, kerja seperti saringan oleh
saluran nafas, kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung dan
perlindungan kimia dari asam lambung. Imunitas alami juga tersedia pada sel darah
saat lahir untuk membantu neonatus membunuh mikroorganisme asing yaitu
neutrofil polimorfonuklear (PMN), monosit dan makrofag.
Sedangkan imunitas yang didapat merupakan imunitas pasif terhadap virus
dan bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkannya melalui transplasenta
dari IgG (immunoglobulin). Secara bertahap bayi muda mulai menghasilkan
antibodi IgG yang adekuat. Hal ini menimbulkan sejumlah penyakit pada anak-
anak. Neonatus sangat rentan terhadap infeksi karena respons terhadap infeksi
lambat dan tidak adekuat.

g. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir


1. Nutrisi
ASI merupakan makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau
on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara sampai teras kosong
setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusif adalah memberiakn ASI
saja sampai usia enam bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi,
vitamin. Berikan ASI sampai dua tahun dengan tambahan makan lunak sesuai
tahapan usia bayi. Bayi baru lahir akan diberikan sesuai dengan kapasitas lambung
yaitu 30-90 ml. Kebutuhan minum pada neonatus adalah:
Hari ke-1 = 50 – 60 cc/kgBB/hari
Hari ke-2 = 90 cc/kgBB/hari
Hari ke-3 = 120 cc/kgBB/hari
Kebutuhan air pada neonatus:
Rata-rata Air total dalam 24 Air / kgBB dalam 24
Umur
BB (kg) jam (mL) jam (mL)
3 hari 3,0 250 – 300 80 – 100
10 hari 3,2 400 – 500 125 – 150
3 bulan 5,4 750 – 850 140 – 160
6 bulan 7,3 950 – 1100 130 – 155
9 bulan 8,6 1100 – 1250 125 – 145
1 tahun 9,5 1150 – 1300 120 – 135

2. Eliminasi
Bayi baru lahir biasanya buang air kecil dalam waktu 24 jam, kadang-kadang
BBL buang air kecil pada saat segera sesudah lahir. Pengeluaran mekonium
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama. (Rulina S. 2014). Pada tiga hari pertama,
kotoran bayi masih berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-lama akan berubah
menjadi kuning. Pada bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi BAB akan lebih
sering sampai 10x sehari, tapi hanya sedikit-sedikit.

3. Istirahat/tidur
Dalam dua minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari. Pada
umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan
suhu kamar yang hangat dan selimut bayi.

4. Personal hygiene
a) Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi
sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to skin
dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya, bayi mandi
minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat dan di tempat yang hangat.
b) Melakukan perawatan tali pusat bayi menggunakan kasa kering.
c) Bayi baru lahir akan BAK paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya, BAK
lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK
segera ganti popok supaya tidak terjadi iritasi di daerah genetalia.
d) BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces
tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur
mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi
setiap selesai BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia.

5. Aktifitas
Bayi mempunyai dua cara untuk berkomunikasi, yaitu menangis (tidak
nyaman) dan tersenyum (senang). Bayi yang menangis bisa dikatakan sakit jika
tangisan bayi menetap atau terus menerus. Tangis yang tidak normal (melengking,
high pitch cry) mungkin sampai kejang.

h. Masalah yang Timbul pada Bayi Baru Lahir

Menurut WHO (2009) masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir, yaitu
sebagai berikut:

1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Perawatan bayi dengan BBLR dilakukan menyerupai bayi
prematur.
2. Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
3. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit.
4. Cacat bawaan adalah cacat yang dibawa sejak lahir, atau cacat sejak dalam
kandungan.
5. Trauma jalan lahir: Chepalhematoma, caput succedaneum.

i. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir sering tidak spesifik. Tanda ini
dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat
perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah
stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:

1. Tidak bisa menyusu


2. Kejang
3. Mengantuk atau tidak sadar
4. Frekuensi napas <20 x/menit atau apneu (pernapasan berhenti selama >15 detik)
5. Frekuensi napas >60 x/menit, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
6. Merintih
7. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
8. Sianosis sentral
9. Lemas
10. Bayi merintih/menangis terus-menerus
11. Tali pusar kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah
12. Demam tinggi
13. Mata bayi bernanah
14. Diare/BAB cair >3 x/hari
15. Kulit dan mata bayi kuning
16. Tinja bayi saat BAB berwarna pucat (Kementrian Kesehatan RI, 2015)

j. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Sebelum melakukan pemeriksaan pada BBL perlu diketahui riwayat keluarga,


riwayat kehamilan dan riwayat persalinan.

Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang
terang, berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan
dan alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik harus hangat dan bersih.
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan 3 kali, yaitu:

1. Pada saat lahir


Pemeriksaan pertama dilakukan di kamar bersalin. Tujuannya:
a) Menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intra ke ekstra uterin yang
memerlukan resusitasi.
b) Menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera (contoh:
atresia ani, atresia esofagus), trauma lahir.
c) Menentukan apakah BBL dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau di
tempat perawatan khusus untuk diawasi atau di ruang intensif atau segera
dioperasi.
2. 24 jam pertama di ruang perawatan
Tujuannya adalah agar kelainan yang terlewati dari pemeriksaan pertama
ditemukan pada pemeriksaan ini. Sebaiknya di bawah lampu pemanas untuk
mencegah hipotermi. Pemeriksaan dilakukan di depan ibunya, kelainan yang
ditemukan harus dijelaskan kepada ibunya, apakah berbahaya atau tidak.

3. Pada waktu pulang


Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum diperiksa kembali pada pemeriksaan
terakhir. Karena adanya kelainan pada BBL yang belum menghilang saat
dipulangkan (contoh: hematoma sefal, ginekomastia, ikterus) atau menderita
penyakit yang didapat di rumah sakit (contoh: aspirasi, pneumonia, infeksi
nosokomial).
a) Kulit
Kulit berwarna merah sekali atau merah kebiruan disebabkan kerapuhan
sistem vasomotorik dan lambatnya sirkulasi perifer. Akrosianosis terdapat
pada bayi kedinginan. Kulit seperti marmer berhubungan dengan penyakit
berat. Perubahan warna Harlequin yaitu perbedaan warna merah antara
setengah tubuh bayi yang pucat dan bagian tubuh lainnya. Perubahan ini
sementara dan tidak berbahaya. Sianosis akibat sirkulasi buruk. Pucat pada
BBL menandakan asfiksia, anemia, renjatan atau edema. Terdapat verniks
kaseosa yaitu lemak yang berwarna putih kotor, melapisi seluruh tubuh BBL.
Lemak ini akan menghilang sendiri beberapa hari setelah lahir. Fungsinya
untuk menjaga suhu tubuh BBL. Dapat ditemukan hemangioma kapiler pada
kelopak mata dan leher yang menghilang dalam minggu pertama. Terdapat
bercak mongol yakni kulit berwarna biru keabuan pada punggung, pantat, atau
ditempat lain. Hiperpigmentasi ini akan hilang pada umur satu tahun. Verniks,
kulit, kuku dan tali pusat berwarna kuning kecoklatan terjadi pada bayi dengan
anoksia yang mengeluarkan mekonium ke cairan amnion, disebut pewarnaan
mekonium. Lanugo adalah rambut imatur yang halus, lunak dan menutupi
kulit kepala, dahi dan muka. Rambut ini akan menghilang dan digantikan
rambut biasa.
Pada BBL 1-3 hari terdapat papula putih kecil-kecil disebut eritema
toksikum. Biasanya pada muka, badan, anggota gerak dan hilang setelah 1
minggu. Waktu lahir, tampak erupsi vesikopustula pada BBL, di dagu, leher,
punggung, ekstermitas, telapak tangan dan kaki selama 2-3 hari.
b) Kepala
Letak tulang parietal cenderung sedikit di atas tulang oksipital dan tulang
frontal akibat terlalu lama di ruang panggul pada bayi lahir melalui vagina.
Fontanel yang tegang menandakan peningkatan tekanan intrakranial seperti
edema otak, hidrosefalus atau meningitis. Fontanel posterior biasanya masih
terbuka. Pada BBL kadang terdapat kraniotabes atau bagian kepala yang lunak
pada verteks tulang parietal dekat sutura sagital dan tidak punya nilai klinis.
Kaput suksedaneum adalah berisi cairan getah bening, edema kulit kepala,
lunak tidak fluktuasi, batas tidak tegas, menembus sutura dan akan hilang
dalam beberapa hari. Hematoma sefal berisi darah, tidak tampak pada hari
pertama, lunak, berfluktuasi, batas tegas, tidak menembus sutura dan
menghilang dalam waktu 2-3 bulan. Perdarahan subaponeurotik adalah
pecahnya vena yang menghubungkan jaringan luar dengan sinus tengkorak.
Hal ini terjadi pada persalinan dengan alat. Biasanya bentuk kepala asimetris,
terdapat edema, dan mengakibatkan anemia, renjatan atau hiperbilirubinemia.
c) Wajah
Wajah dengan tanda dismorfik seperti lipatan epikantus, melebarnya jarak
kedua mata berhubungan dengan sindrom kongenital. Wajah tidak asimetris
dapat disebabkan kelumpuhan saraf ke-7, hipoplasia otot depresor sudut mulut
atau posisi janin tidak normal.
d) Mata
Mata terbuka dengan sendirinya saat BBL dimiringkan sedikit atau
dengan refleks moro. Hal ini terjadi karena refleks labirin dan leher. Gerakan
pupil timbul beberapa minggu setelah lahir. Perdarahan di retina dan
konjungtiva tidak berbahaya dan menghilang dalam minggu pertama.
Diameter kornea BBL kurang lebih 10 mm. Adanya katarak dan kelainan
intraokular perlu diteliti apa penyebabnya. Terdapat sekret dari mata yang
sedikit lengket disebabkan oleh saluran nasolakrimal belum berfungsi.
Biasanya akan hilang dalam waktu 3 bulan – 1 tahun.
e) Telinga
Terbentuk tulang rawan pada BBL cukup bulan sehingga bentuk telinga
dapat dipertahankan. Daun telinga yang letaknya lebih rendah dari kantus
lateral mata disebut sindrom Pierre-Robin. Daun telinga yang terlipat biasanya
akan pulih dalam satu minggu pertama. Adanya skin tags atau kulit tambahan
perlu diperhatikan, yaitu tonjolan kulit yang terjadi akibat kelainan autosom
dominan, penting untuk diperiksa lanjutan.
f) Hidung
Bentuk hidung dan lebar jembatan perlu diamati. Jarak antara kantus
medial mata tidak boleh >2,5 cm pada BBL cukup bulan. Hidung tampak
pesek akibat tekanan intrauterin. BBL bernapas melalui hidung. Pernapasan
cuping hidung menunjukkan adanya gangguan pernafasan.
g) Mulut
Periksa adanya labio dan adanya ranula yaitu kista lunak yang berasal dari
dasar mulut. Perhatikan lidah apakah membesar (sindrom Beckwith) atau
selalu bergerak (sindrom Down). Sebelum bayi berumur 2 bulan, saliva bayi
sedikit. Jika hipersaliva, kemungkinan atresia esofagus. BBL jarang
mempunyai gigi. Bila ada gigi pada BBL, biasanya ditemukan pada sindrom
Ellis-van Creveld. Palatum lunak dan keras harus diperiksa untuk melihat
celah atau tingginya lengkung palatum. Sekelompok kecil folikel kecil putih di
dasar eritema ditemukan pada tonsil anterior bayi 2-4 hari. Timbunan lemak di
bagian pipi dalam disebut bantalan hisap akan menghilang jika bayi berhenti
menyusu. Tonsil kecil tidak mempengaruhi pertumbuhan jaringan limfoid
dihari kemudian.
h) Leher
Leher BBL tampak pendek dan pergerakan baik. Jika ada keterbatasan
gerakan, kemungkinan kelainan tulang leher. Tumor di daerah leher seperti
tiroid, hemangioma memerlukan tindakan segera. Trauma leher dapat terjadi
pada persalinan yang sulit. Perhatikan adanya webbed-neck yang terdapat pada
kelainan kongenital yaitu sindrom turner.
i) Dada
Dada BBL bentuknya seperti tong. Dinding dada bergerak bersama
dengan dinding perut, Apabila ada gangguan pernafasan, terlihat retraksi saat
inspirasi. Gerakan dinding dada harus simetris. Jika tidak simetris,
kemungkinan pneumotoraks, paresis diafragma.
j) Abdomen
Dinding perut BBL lebih datar daripada dinding dada. Bila perut cekung,
kemungkinan hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit disebabkan
hepato/splenomegali atau cairan di rongga perut. Perhatikan adanya omfalokel
dari gastroskisis karena kegagalan dinding perut menutup akibat defek m.
rektus abdominis. Trauma pada abdomen disebabkan kelahiran yang sulit
mengakibatkan perdarahan hati, limpa dan kelenjar adrenal. Jika curiga ada
kelainan dalam perut, pemeriksaan USG membantu untuk pemeriksaan
lanjutan.
k) Genitalia
Pada bayi perempuan cukup bulan, labia minora tertutup labia mayora.
Lubang uretra terpisah dari lubang vagina. Tampak sekret berdarah dari vagina,
pengaruh hormon ibu. Pada bayi laki-laki sering terdapat fimosis. Ukuran
penis bayi sekitar 3-4 cm (panjang) dan 1-1,3 cm (lebar). Hipospadia adalah
defek dibagian ventral ujung penis saja atau sepanjang penis. Epispadia adalah
defek pada dorsum penis. Skrotum bayi cukup bulan mempunyai banyak rugae.
Testis biasanya sudah turun ke dalam skrotum pada bayi cukup bulan. Ereksi
pada BBL merupakan hal yang wajar. BBL buang air kecil dalam waktu 24
jam.
l) Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresia ani dan untuk
mengetahui posisi anus. Fistula terletak di depan atau di belakang anus yang
normal. Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam 24 jam pertama. Jika
dalam 48 jam mekonium belum keluar kemungkinan obstruksi saluran
pencernaan. Anus imperforata tidak selalu mudah dilihat, perlu pemeriksaan
radiologik atau memasukkan kelingking atau pipa ke dalam rektum. Lekukan
dan lipatan kulit tidak teratur.
m) Tulang belakang dan ekstremitas
Pemeriksaan tulang belakang dengan cara memposisikan BBL tengkurap,
lalu tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari
adanya skoliosis, spina bifida. Pada pemeriksaan ekstermitas, dilihat gerakan
spontan BBL atau dengan merangsang aktifitas BBL dengan refleks moro
untuk melihat adanya fraktur atau trauma saraf. Pemeriksaan jari tangan dan
kaki untuk melihat sindaktili, polidaktili. Perhatikan posisi kedua kaki apakah
ada valgus. Tonus ekstermitas juga perlu diperhatikan, apakah ada hipotonia
umum yang disebabkan kelainan susunan saraf pusat (M. Sholih Kosim, dkk.
2014).

k. Imunisasi pada Bayi Baru Lahir

Imunisasi adalah upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas


(angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan
anak. Imunisasi memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu.
Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT,
campak dan melalui mulut seperti vaksin Polio (IGN Ranuh, 2008).

1. Berbagai jenis imunisasi dasar pada bayi yang wajib diperoleh


a) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang dapat merusak hati. Diberikan 3 kali
pada usia 1-11 bulan dengan interval 4 minggu cakupan imunisasi lengkap pada
anak, yang merupakan gabungan dari tiap jenis imunisasi yang didapatkan
seorang anak. Sejak tahun 2004, hepatitis B disatukan dengan pemberian DPT-
HB (Proverati, 2010).
b) Imunisasi BCG
Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit TBC (Tubercolosis), yaitu penyakit paru-paru menular dan dilakukan
satu kali pada bayi usia 0-11 bulan.
c) Imunisasi DPT
Imunisasi dengan menimbulkan vaksin racun kuman yang telah dihilangkan
racunnya akan tetapi masihn dapat merangsang pembentukan zat anti (toxoid)
untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Diberikan 3 kali pada
bayi usia 2-11 bulan dengan interval 4 minggu.
d) Imunisasi Polio
Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio. Diberikan 4 kali
pada usia 0-11 bulan melalui mulut.
e) Imunisasi Campak
Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak (menular) dan diberikan pada usia 9 bulan.

2. Dosis, cara pemberian, jumlah pemberian, interval, dan waktu pemberian


Jumlah Waktu
Vaksin Dosis Cara pemberian Interval
pemberian pemberian
Intramuscular di 4
Hepatitis B 0,5 cc 3 kali 0-11 bulan
bagian paha luar minggu
Intracutan di daerah
BCG 0,05 cc 1 kali - 0-11 bulan
musculus Deltoideus
4
DPT 0,5 cc Intramuscular 3 kali 2-11 bulan
minggu
4
Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut 4 kali 0-11 bulan
minggu
Subcutan, di lengan
Campak 0,5 cc 1 kali - 9 bulan
kiri atas

3. Jadwal pemberian imuniasi


Usia Vaksin
0 bulan HB 1
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB Combo 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB Combo 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB Combo 3, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber: Buku KIA (2010)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


a. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan klien.


Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data objektif serta data penunjang
(bila ada).
A. Data Subjektif
Merupakan data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapatan terhadap
suatu kejadian.
1. Identitas
a) Umur bayi: bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia empat minggu.
Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Donna, 2003).
b) Tanggal/jam lahir: asuhan bayi baru lahir harus disesuaikan dengan usia bayi
tersebut.
c) Jenis kelamin: bayi baru lahir yang berjenis kelamin laki-laki akan lebih
berisiko terkena penyakit tertentu, yaitu sepsis neonaturum, microtia
(gangguan pendengaran), dll.
d) Umur ibu/ayah: umur ibu yang terlalu tua (lebih dari 35 tahun) akan berisiko
memiliki penyulit saat kehamilan maupun persalinan. Dan meningkatkan
risiko terjadinya bayi berat lahir rendah dan asfiksia pada bayi baru lahir.
Umur ayah dan ibu yang terlalu muda juga belum siap psikologinya jika
harus merawat bayinya.
e) Pendidikan: tingkat pendidikan akan berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap informasi yang diberikan. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang.
Sebaliknya, orang yang berpendidikan rendah akan lebih sulit menerima
informasi yang diberikan dan berpengaruh pada pola merawat bayi baru lahir,
misalnya pada perawatan tali pusat, memandikan bayi, dll.
f) Alamat: tempat tinggal tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit pada bayi baru lahir, seperti ketinggian pada tempat tinggal dapat
meningkatkan risiko bayi berat lahir tidak normal (Jitowiyono, dkk, 2003).

2. Keluhan
Keluhan adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan ibu merasa ada yang
tidak sesuai dengan bayinya.

3. Riwayat perinatal
a) Riwayat antenatal
Untuk mengetahui keadaan saat hamil yang mempengaruhi kondisi bayi,
meliputi:
1) Keluhan
 Pusing diindikasikan pada anemia kehamilan yang dapat menyebabkan
BBLR
 Odem pada kaki dan tangan diindikasikan hipertensi kehamilan yang
dapat menyebabkan IUGR, dll
2) Penyulit, misal:
 Perdarahan pada kehamilan muda diindikasikan abortus, kehamilan
ektopik, mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan lanjut meliputi
plasenta previa, solutio plasenta, dan gangguan pembekuan darah.
 Hiperemesis Gravidarum yaitu mual dan muntah yang berlebihan.
 Ketuban Pecah Dini yaitu pecahnya ketuban sebelum kehamilan 37
minggu, dll.
3) Obat-obatan
Untuk mengetahui apakah ibu hamil pernah mengonsumsi obat-obatan
selama kehamilannya. Obat-obatan yang aman untuk ibu hamil yaitu
Vitamin B6, obat semprot hidung untuk alergi, obat sembelit pelunak
fases, antasida, multivitamin yang khusus untuk ibu hamil, antibiotik
golongan penicilin, cephalosporin, erythromycin, clindamycin, obat
hipertensi golongan metildopa, obat asma inhalasi mengandung steroid,
dll.
b) Riwayat intranatal
1) Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang khusus menangani ibu
bersalin contohnya bidan dan dokter spesialis kandungan.
2) Jenis persalinan
 Sesar atau pervaginam
Jenis persalinan juga mempengaruhi kondisi bayi, contohnya bayi yang
dilahirkan melalui sesar akan mudah asfiksia karena tidak adanya
tekanan dalam paru-paru (belum sempat terkompresi) saat keluar,
mengalami perubahan tekanan pada kepala secara tiba-tiba, terkena
pengaruh bius dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen. Bayi yang
dilahirkan normal juga berpotensi besar terkena infeksi pada jalan lahir
ibu. Jika ibu terkena IMS, HIV/AIDS, dll maka bayi lahir pervaginam
berpotensi terkena penyakit tersebut.
 Lama persalinan
Lama persalinan mempengaruhi kondisi bayi. Perpanjangan kala 1
sampai 2 dalam persalinan dikarenakan ibu tidak kuat mengejan, ibu
kelelahan akan menyebabkan kondisi bayi di dalam tidak bayi.
Akibatnya bayi yang dilahirkan bisa tidak menangis kuat dan bergerak
aktif.
 Ketuban
Air ketuban harus diketahui segera untuk mengetahui kondisi bayi di
dalam perut ibu. Warna dan bau adalah 2 hal yang harus diketahui jika
air ketuban sudah keluar. Jika ketuban keruh atau mekoneal maka dapat
berisiko afsiksia, ketuban berbau busuk menandakan rahim mengalami
infeksi.
c) Riwayat postnatal
1) IMD
Melakukan IMD segera setelah bayi lahir selama 1 jam di perut ibu sangat
penting untuk bayi memperoleh kolostrum pada ASI. Jika IMD berhasil,
maka ASI Eksklusif sampai 6 bulan dapat berjalan dengan baik.
2) Ikterus/kuning
Perubahan warna menjadi kuning pada bayi baru lahir. Dapat dilihat dari
mata dan kulit. Bayi prematur berisiko tinggi terkena ikterus neonaturum.
Ciri – ciri kterus neonaturum adalah bayi rewel, susah menetek, bayi
tampak lesu.
3) Inkubator
Bayi prematur perlu dimasukkan inkubator untuk membantu bertahan
hidup. Suhu tubuh bayi prematur belum stabil dan akan mudah kedinginan,
oleh karena itu inkubator dapat mengatur suhu agar selalu stabil dan
disesuaikan dengan berat lahir atau usia kehamilan.
4) Resusitasi
Resusitasi bayi baru lahir dilakukan untuk bayi yang mengalami asfiksia
atau gagal nafas. Bayi asfiksia bisa disebabkan karena sumbatan jalan
nafas akibat lendir dan mekonium, depresi pernapasan karena obat-obatan
yang diberikan ibu misalnya obat analgesik, kerusakan neurologis, dan
syok hipovolemik. Penilaian bayi baru lahir adalah menangis kuat, gerak
aktif, dan kemerahan. Jika bayi tidak menangis kuat atau merintih maka
bayi tersebut harus di resusitasi.

4. Riwayat penyakit ibu


Untuk mengetahui penyakit sebelumnya pada saat hamil maupun sebelum
kehamilanya. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya kelainan yang
mungkin timbul pada saat persalinan maupun pada bayinya, misalnya pada saat
hamil ibu mengalami preeklampsia maka dapat meningkatkan risiko IUGR,
BBLR, dll.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Untuk mengetahui ada atau tidak anggota keluarga yang menderita penyakit
menular maupun penyakit keturunan keluarga yang dapat mempengaruhi
kesehatan bayi seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan bayi makrosomia.

6. Data fungsional kesehatan bayi


a) Nutrisi
IMD paling sedikit selama satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menemukan puting ibunya. Makanan terbaik untuk bayi
baru lahir adalah ASI sampai usia 6 bulan tanpa ada tambahan makanan
lainnya. Bayi baru lahir akan diberikan sesuai dengan kapasitas lambung
yaitu 30-90 ml. Kebutuhan minum pada neonatus adalah:
Hari ke-1 = 50 – 60 cc/kgBB/hari
Hari ke-2 = 90 cc/kgBB/hari
Hari ke-3 = 120 cc/kgBB/hari
Ak. Hari ke-4 = 150 cc/kgBB/hari
b) Eliminasi
Bayi baru lahir biasanya buang air kecil dalam waktu 24 jam, kadang-kadang
BBL buang air kecil pada saat segera sesudah lahir. Pengeluaran mekonium
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama. (Rulina S.2014). Pada tiga bari
pertama, kotoran bayi masih berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-lama akan
berubah menjadi kuning. Pada bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi BAB
akan lebih sering sampai 10x sehari, tapi hanya sedikit-sedikit.
c) Istirahat/tidur
Pola tidur bayi:
1) Kondisi bangun-tenang / quite-alert state
Kondisi saat bayi siap berinterakasi dengan orang lain, bayi dapat
ditinggalkan sendiri untuk beristirahat dan diawasi dari jauh. Tanda
kondisi bangun tenang:
 Gerakan tubuh bervariasi, dari gerakan kecil sampai gerakan aktif
 Mata terbuka dan bersinar
 Dapat memfokuskan perhatian pada wajah, suara, dan objek yang
bergerak
2) Kondisi bangun-aktif / active-alert state
Kondisi saat bayi baik untuk memberinya minum. Pada kondisi ini
interaksi dengan bayi harus dikurangi kecuali aktivitas minum, bila tidak
bayi akan berusaha menolak. Tanda kondisi bangun aktif:
 Bayi mempunyai banyak gerakan
 Mungkin bayi tidak sabar dan penuh permintaan
 Mata bayi terbuka tapi kurang bercahaya
 Sensitif terhadap suara gaduh dan lapar
Dalam sehari, bayi baru lahir bisa tidur sampai 18 jam. Bangunnya hanya
untuk minum, lalu tidur lagi. Secara perlahan, makij usia bertambah maka
waktu tidurnya akan berkurang atau makin sedikit.
d) Personal hygiene
Personal hygiene pada bayi merupakan suatu tindakan yang dilakukan
dengan tujuan agar tercapai kesejahteraan fisik bayi, meliputi:
1) Memandikan bayi 2x sehari
2) Mengganti popok setiap BAB dan BAK
3) Merawat tali pusat menggunakan kasa kering, dll
e) Aktifitas
Bayi mempunyai dua cara untuk berkomunikasi, yaitu menangis (tidak
nyaman) dan tersenyum (senang). Bayi yang menangis bisa dikatakan sakit
jika tangisan bayi menetap atau terus menerus. Tangis yang tidak normal
(melengking, high pitch cry) mungkin sampai kejang.
7. Riwayat Imunisasi Bayi
Jumlah Waktu
Vaksin Dosis Cara pemberian Interval
pemberian pemberian
Intramuscular di 4
Hepatitis B 0,5 cc 3 kali 0-11 bulan
bagian paha luar minggu
Intracutan di daerah
BCG 0,05 cc 1 kali - 0-11 bulan
musculus Deltoideus
4
DPT 0,5 cc Intramuscular 3 kali 2-11 bulan
minggu
4
Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut 4 kali 0-11 bulan
minggu
Subcutan, di lengan
Campak 0,5 cc 1 kali - 9 bulan
kiri atas

B. Data Objektif
Data ini sebagai penguat data subjektif yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung interpretasi data yang pemeriksaannya meliputi pemeriksaan dari
kepala sampai ke kaki (Varney,2007).
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi dan bisa didapatkan dari penilaian
awal pada bayi baru lahir pada manajemen bayi baru lahir. Bayi baru lahir
dikatakan dalam keadaan baik bila menangis kuat, gerak aktif, dan tidak ada
kelainan kongenital.
2. Antropometri
a) Berat badan
Normalnya 2500-4000 gram. Apabila <2500 gram indikasi BBLR dan
apabila >4000 gram merupakan bayi makrosomia, biasanya didapatkan pada
ibu yang menderita diabetes mellitus.
b) Panjang badan
Normalnya 48-53 cm
c) Lingkar kepala
Untuk mengetahui pertumbuhan otak. Normalnya 33-35 cm. Apabila kurang
bisa karena mikrosefali dan apabila lebih bisa karena hidrosefalus.
Pengukuran lingkar kepala meliputi:
1) Diameter biparietal : 9 cm
2) Diameter bitemporalis : 8 cm
3) Oksipito frontalis : 33-35 cm
4) Suboksipito bregmatika : 32 cm
5) Mento oksiput : 34-35 cm
d) Lingkar dada
Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan dan indikasi kekurangan
energi kronis. Normalnya 30-38 cm.
e) Lingkar lengan
Normalnya 8-11 cm.
3. Tanda-tanda Vital
a) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah bayi ada peningkatan atau tidak.
Batas normal 36,5-37,5 °C (Okta.R. 2014).
Hipotermia ringan : 36 - <36,5 °C
Hipotermia sedang : 32 - <36 °C
Hipotermia berat : < 32 °C
b) Frekuensi denyut jantung
Untuk mengetahui frekuensi denyut jantung bayi yang dihitung dalam menit,
yang teratur kira-kira 120 x/menit sampai dengan 160 x/menit (Okta.R. 2014).
Bradikardi : <100 x/menit
Takikardi : >170 x/menit
c) Respirasi/RR
Dapat diobservasi dari frekuensi permenit, kedalaman, keteraturan, dan
tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi nafas dan bau napas (Johnson Dan
Taylor, 2005). Frekuensi pernafasan bayi normal yaitu 40 x/menit. sampai
dengan 60 x/menit (Okta.R. 2014).
4. Pemeriksaan Fisik
a) Waktu pemeriksaan fisik
1) Segera setelah bayi baru lahir
 Untuk mengetahui adanya proses adaptasi intra ke ekstra
 Mengetahui adanya kelainan kongenital
2) Dalam 24 jam / observasi
 Untuk mengetahui kelainan congenital yang belum terlihat dari
pemeriksaan fisik di awal
 Melihat bayi mampu beradaptasi atau tidak
 Observasi bayi sudah BAB atau belum
3) Sebelum bayi pulang
 Mengetahui kesehatan bayi sebelum pulang, seperti suhu bayi
 Cek organ-organ penting, seperti pernapasan, HR, tali pusat, dll
b) Pemeriksaan dilakukan secara head to toe (dari atas ke bawah)
1) Kulit
Keadaan kulit bayi baru lahir normal adalah kemerahan.
2) Kepala
Memeriksa ada atau tidak caput succadenum berisi cairan (melewati
sutura tepat di tengah) dan dapat sembuh minimal 2 minggu. Ada atau
tidak chepalo hematom berisi darah (di salah satu sebelah sutura, ada
batas) dapat hilang hingga 2 bulan, serta hidrochepalus dengan
memeriksa diameter lingkar kepala, jika lebih dari 39 cm maka bisa
dikatakan hidrosefalus (penumpukan cairan).
3) Muka
 Keadaan wajah normal bayi baru lahir adalah bagian sclera berwarna
putih dan konjungtiva berwarna merah muda. Konjungtiva pucat
menandakan anemia bayi baru lahir.
 Mata mampu berkedip dengan pemunculan sinar terang yang tiba-tiba
ke arah kornea. Jika tidak ada maka menunjukkan kerusakan pada
saraf cranial.
 Glabela, dengan cara mengetuk halus pada glabela (bagian dahi antara
2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
4) Telinga
Menilai adanya kelainan congenital seperti microtia (kelainan
bentuk/tidak terbentuknya bagian pinna atau bagian luar) yang
menyebabkan gangguan dengar, apakah terdapat low seat ear (letak
telinga rendah) yang diindikasikan bayi tersebut terkena sindrom down
dan akan mengalami retardasi mental.
5) Hidung
Untuk mengetahui adanya polip atau tidak dengan gejala hidung mampet
terus menerus keluar ingus kental berwarna kuning kehijauan, kental,
rewel yang dapat menyebabkan gangguan napas pada bayi lalu bayi akan
kekurangan oksigen hingga tampak biru, simetris atau tidak, ada secret
atau tidak.
6) Mulut
 Untuk mengetahui ada kelainan mukosa mulut atau tidak yaitu oral
trush atau kandidiasis ditandai dengan plak-plak putih dari bahan
lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas.
 Kemampuan refleks menghisap dengan melihat apakah bibir bayi
dapat menghisap ASI dengan baik atau tidak saat IMD selama 1 jam.
 Bibir, ada kelainan kongenital atau tidak seperti labiogplatoskizis
(celah sumbing pada mulut) dengan cara melihat fissura garis tengah
pada palatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu.
7) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid (goiter atau gondok kongenitalia).
Ada 2 penyakit tiroid yang mungkin pada bayi yaitu:
 Hipotiroidisme mempunyai gejala bayi tampak lesu, kuning, nafsu
minum menurun, suara tangis serak, hernia umbilikalis.
 Hipertiroidisme mempunyai gejala detak jantung cepat, bayi rewel,
mata menonjol, muntah, diare, dahi menonjol, banyak berkeringat.
8) Dada
Untuk mengetahui apakah ada retraksi dada dengan cara melihat
penarikan pada dinding dada bagian bawah saat bernapas bersamaan
dengan peningkatan frekuensi napas yang dapat diindikasikan adanya
infeksi saluran napas atau pneumonia.
9) Abdomen
 Untuk mengetahui distensi abdomen (penggelembungan atau
pembengkakan) dengan cara auskultasi perut kembung dan mengukur
lingkar perut yang normalnya 31-35 cm. Distensi abdomen dapat
menyebabkan obstruksi usus pada bayi baru lahir.
 Tali pusat berbau atau tidak yang diindikasikan terkena infeksi,
perdarahan atau tidak yang menandakan adanya robekan umbilikus.
10) Punggung
Adakah kelainan yang terjadi misalnya lekuk tulang belakang ataupun
tonjolan seperti spina bifida/kelainan tabung saraf. Cara mengetahuinya
adalah dengan melihat adanya celah pada tulang belakang bayi.
11) Ekstremitas
Apakah ada kelainan pada jari bayi seperti polidakti (jari tangan > 5),
sindaktil (ada selaput antar jari) ataupun kelainan pada warna kulit
ekstremitas misalnya sianosis perifer atau kebiruan pada warna kulit.
Cara mengetahuinya juga bisa dengan memegang tubuh bayi dan akan
terasa dingin. Sianosis sejak lahir diindikasikan ada penyakit jantung
kongenital.
12) Genitalia
Untuk melihat jenis kelamin bayi. Pada bayi perempuan apakah labia
mayora sudah menutupi labia minor. Pada bayi laki-laki apakah testis
sudah turun ke skrotum.
13) Anus
Normalnya sudah adanya lubang anus pada bayi baru lahir. Di observasi
dengan bayi sudah BAB selama 24 jam setelah lahir.
5. Pemeriksaan Refleks
a) Reflex morro
Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong-konyong digerakan akan
terjadi refleks baru abduksi dan ekstensi. Lengan dan tangannya terbuka
kemudian diakhiri dengan aduksi lengan.
b) Reflex graps
Bila telapak dirangsang tangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.
c) Reflex rooting
Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kearah sentuhan. Bila
bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha
mencari puting untuk menyusu.
d) Reflex menelan
Timbul bila ada cairan dirongga mulut.

b. Interpretasi Data (Diagnosis, Masalah, Kebutuhan)

Diagnosa (aktual) diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik


kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan dintrepetasi sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang
spesifik. Misal: Neonatus/bayi baru lahir, aterm / preterm / posterm, SMK (Sesuai
Masa Kehamilan) / KMK (Kecil Masa Kehamilan) / BMK (Besar Masa Kehamilan).

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil
pengkajian yang menyertai diagnosa dan membutuhkan penanganan.

Kebutuhan menurutut varney (2007) adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnose dan masalah disapatkan dengan analisa data.

c. Identifikasi Masalah dan Diagnosis Potensial

Mengidentifikasi diagnose potensial atau masalah potensial berdasarkan diagnose


yang sudah didentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diganosa ini menjadi benar-benar terjadi. Masalah potensial pada bayi baru lahir
normal meliputi:

1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Perawatan bayi dengan BBLR dilakukan menyerupai bayi
prematur.
2. Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
3. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit.
4. Cacat bawaan adalah cacat yang dibawa sejak lahir, atau cacat sejak dalam
kandungan.
5. Trauma jalan lahir: Chepalhematoma, caput succedaneum
d. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi/ Rujukan

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan


bersama dengan tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan bayi. Kondisi bayi yang harus segera diberikan tindakan
kolaborasi atau rujukan antara lain:

1. Bayi berat lahir rendah <2000 gram


2. Bayi tidak mau minum ASI
3. Tangan dan kaki teraba dingin
4. Bayi mengalami gangguan pernapasan
5. Bayi mengalami perdarahan
6. Bayi mengalami kejang
7. Bayi mengalami ikterik yang meningkat
8. Bayi mengalami gangguan saluran cerna yaitu muntah, diare, tidak BAB sama
sekali disertai perut membuncit
9. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis
10. Bayi dengan kelainan bawaan

e. Perencanaan Tindakan

Langkah ini merupakan merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau


diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. asuhan terhadap klien dilakukan
secara komprehensif (menyeluruh) mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap
aspek asuhan kesehatan. semua keputusan yang dikembangkan dalam memberikan
asuhan menyeluruh harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan
dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi dengan apa yang dilakukan klien.
Langkah perencanaan ada 4, yaitu:

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan


2. Tatalaksana keluhan
3. Tatalaksana BBL
a) Usia 0 jam
1) Keringkan dan jaga bayi tetap hangat
2) Bersihkan jalan napas (bila perlu)
3) Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apa pun, sekitar 2 menit setelah
bayi lahir
4) Segera lakukan IMD
5) Perawatan tali pusat
6) Pencegahan kehilangan panas
b) Usia 24 jam
1) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata untuk mencegah
infeksi
2) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral
setelah IMD untuk mencegah perdarahan
3) Beri imunisasi hepatitis B0 0,5 ml, intramuskular, di paha kanan anterolateral,
diberikan sekitar 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
4) Memandikan bayi
4. Evaluasi / follow up
Pemulangan bayi baru lahir, konseling dan kunjungan ulang.

f. Pelaksanaan Tindakan

Rencana secara menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan sepenuhnya
oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Meskipun
bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap mempunyai tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, memastikan lamgkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana sesuai yang direncanakan.

g. Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi


pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Dapat ditulis di
catatan perkembangan dan evaluasi dengan dokumentasi:

S : data subjektif
O : data objektif
A : hasil analisis diagnosis masalah
P : penatalaksanaan yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Afiat, Dhasih. 2015. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga

Angelika, Dina. 2015. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga

Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika

Darma Handayani, Kartika, dkk. 2015. Termoregulasi. Fakultas Kedokteran Universitas


Airlangga

Direktorat Kesehatan Anak Khusus. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Berbasis Perlindungan Anak. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dwienda, Okta R, SKM., M.Kes., dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah untuk Bidan. Yogyakarta: Deepublish

Edukia. 2013. Masalah Pembelajaran Kesehatan Ibu dan Anak. Retrieved from :

http://www.edukia.org/web/kbanak/4-6-tanda-bahaya-pada-bayi-baru-lahir-dan-

bayi-muda/

Fitrianingsih, Yeni. Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Nilai Apgar Bayi Baru Lahir Pada
Persalinan Normal Primipara. 2014. Diakses pada
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/4
3163/2/BAB_II.pdf&ved=0ahUKEwj3rtu1tcLNAhWHQo8KHWwLAwsQFggjMAQ&
usg=AFQjCNGZvn29iN62CLdZOoDV1XMbtGGwEA&sig2=zT-
uoDqzG9Mv8VCBN-QQyw

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Indonesia. 2010. Asuhan Persalinan Normal.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Bakti
Husada
Kementrian Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan JICA

Kosim, M. Sholih, dkk. 2014. Buku Ajar: Neonatologi Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI)

Mocthar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri jilid I. Jakarta: EGC

Olivia, Cyndi. Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus. 2015. Diakses pada
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/44652/4/Chapter%2520II.pdf&ved=0ahUKEwi335m4s8LNAhU
HS48KHVlxDngQFggmMAM&usg=AFQjCNGXsKXTDIwyGfusgPfSz5eS4U8BZA
&sig2=owPwvhTdPNLzPzZi2WY6ig

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Sholeh, M. 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

UNICEF. Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak. 2012. Diakses pada
http://www.unicef.org/indonesia/id/A5_-_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf

Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 1.Jakarta: EGC.

Varney,dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai