Oleh :
NIM. 011611233050
SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir merupakan kelompok masyarakat yang rentan sehingga perlu
mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi di mana Angka Kematian
Bayi Baru Lahir mencapai 2/3 dari total Angka Kematian Bayi. Selain itu masalah
kesehatan anak di Indonesia masih didominasi oleh angka kematian bayi dan balita yang
masih tinggi serta prevalensi balita gizi kurang. Oleh karena itu, telah ditetapkan
indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010-2014
sekaligus disesuaikan dengan target pencapaian MDGs, yaitu menurunkan Angka
Kematian Bayi dari 34/1000 menjadi 23/1000 kelahiran hidup dan menurunkan
prevalensi gizi kurang balita menjadi 15% pada tahun 2015, termasuk tidak terjadi lagi
kasus penculikan dan perdagangan bayi baru lahir (zero toleran) di Puskesmas dan
Rumah Sakit (WHO, 2012).
Masalah pada bayi baru lahir timbul sebagai akibat kesehatan ibu yang buruk,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang kurang tepat
dan tidak steril atau bersih, serta perawatan BBL yang kurang optimal. Penyebab AKB
antara lain infeksi, asfiksia, BBLR, dan sepsis. Agar mampu mewujudkn koordinasi dan
standar pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk melaksanakan pelayanan esensial neonatal yang dikategorikan dalam
dua kelompok, yaitu pelayanan dasar yang meliputi persalinan aman dan bersih,
mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hipotermi, mempertahankan pernapasan
spontan, serta ASI ekslusif dan perawatan mata. Sedangkan perawatan kelompok kedua,
yaitu pelayanan khusus yang meliputi tatalaksana bayi atau neonatus sakit, BBLR dan
imunisasi (Prawiroharjo, 2002).
Perawatan bayi baru lahir seperti mencegah hipotermia, memberikan imunisasi yang
tepat, dan mencegah infeksi pada bayi baru lahir merupakan hal yang sangat penting.
Dalam upaya penurunan AKB diperlukan upaya bersama tenaga kesehatan, keluarga, dan
masyarakat untuk memberikan asuhan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi
ibu dan bayi baru lahir. Pemeriksaan dan deteksi dini yang adekuat akan membantu
menurunkan angka kematian neonatal sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
bayi baru lahir (M.Sholeh Kosim, 2007).
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir menurut alur
piker Varney dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan khusus
1. Menjelaskan konsep dasar bayi baru lahir fisiologis.
2. Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
3. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif.
4. Menganalisis data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial
yang mungkin timbul pada bayi baru lahir.
5. Menganalisis masalah dan kebutuhan pada ibu bayi baru lahir.
6. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
7. Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan bayi
baru lahir.
8. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
9. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan.
10. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.
1.3 Manfaat
a. Bagi tempat praktik klinik
Diharapkan dapat memberikan masukan dan pembelajaran yang bermanfaat dalam
pengembangan pelayanan kesehatan dan pengembangan riset terutama yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
b. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan asuhan lebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis dan dalam menilai bagaimana pemahaman dan keterampilan dalam
menyikapi kasus.
c. Bagi penulis
Diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang telah dipelajari kepada pasien dan
mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir satu jam pertama kelahiran (Saifuddin,
2002). Bayi baru lahir normal adalah berat lahir 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (M.
Sholeh Kosim, 2007).
Menurut Kristiyanasari (2009) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir serta dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intrauterine ke ektrsuterin.
Menurut hubungan berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi:
Penilaian bayi baru lahir dengan menggunakan APGAR score bertujuan untuk
mengetahui apakah bayi baru lahir tersebut asfiksia atau tidak. APGAR score
merupakan suatu metode sederhana yang dipakai oleh bidan untuk menilai keadaan
bayi sesaat setelah lahir. Penilaian dilakukan pada menit pertama dan menit kelima
dengan menilai frekuensi jantung (pulse), usaha napas (respiration), tonus otot
(activity), warna kulit (appearance), dan reaksi terhadap rangsangan (grimace). Dari
hasil tersebut dapat diketahui apakah bayi tersebut normal (nilai APGAR 7-10).
Asfiksia sedang – ringan (nilai APGAR 4-6), atau asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
KLINIS 0 1 2
Detak jantung Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
Pernapasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Reflex Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
Fleksi kuat gerak
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstremitas
aktif
Tubuh merah, Merah seluruh
Warna kulit Biru pucat
ekstremitas biru tubuh
Menurut JNPK-KR/POGI, APN, 2007 asuhan segera, aman, dan bersih untuk
bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen
perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena imunitasnya
yang masih belum sempurna. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan
penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi.
6. Profilaksis mata
Sebagian besar konjungtivitis muncul pada dua minggu pertama setelah
kelahiran. Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah
terjadinya konjungtivitis. Profilaksis yang sering digunakan yaitu tetes mata silver
nitrat 1%, salep mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin. Saat ini silver nitrat
tetes mata tidak dianjurkan lagi karena sering terjadi efek samping berupa iritasi
dan kerusakan mata.
7. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha
kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
8. Pemberian vitamin K
Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan
lingkungan luar atau dikenal dengan ekstrauterin. Sebelumnya bayi cukup hanya
beradaptasi dengan kehidupan intrauteri. Perubahan fisiologi bayi baru lahir,
diantaranya sebagai berikut:
1. Sistem respirasi
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan.
Selama di dalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu melalui
mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada janin.
Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak
berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan CO2 sehingga
paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam jumlah besar. Setelah lahir, bayi
tidak berhubungan dengan plasenta lagi dan akan segera bergantung kepada paru
sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, beberapa saat sesudah lahir paru
harus segera terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk
memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi,
yaitu:
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis.
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus pertama untuk pertama
kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan
jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu
kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
2. System kardiovaskuler
Setelah bayi lahir, terjadi perubahan tekanan sistem pembuluh darah saat tali
pusat dipotong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan
menurun karena darah ke atrium berkurang yang dapat menyebabkan volume dan
tekanan atrium kanan juga menurun. Saat terjadi pernapasan pertama, dapat
menimbulkan relaksasi, dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan.
Peningkatan tekanan pada atrium kanan ini menyebabkan penurunan tekanan
atrium kiri dan mengakibatkan penutupan foramen ovale. Dengan pernapasan
kadar oksigen dalam darah akan meningkat, akan menyebabkan duktus arteriosus
mengalami kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah vena umbilikus, duktus
venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam
beberapa menit setelah tali pusat diklem, dan penutupan jaringan fibrosa
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (Betz dan Sowden, 2002).
3. Termoregulasi
Bayi baru lahir cenderung lebih cepat stres karena perubahan suhu lingkungan.
Pada saat lahir, faktor yang mempengaruhi kehilangan panas pada neonatus
meliputi area permukaan tubuh neonatus luas, tingkat insulasi lemak subkutan dan
derajat fleksi otot. Bayi cukup bulan dengan berat badan lahir tinggi serta fleksi
otot baik, memiliki perlindungan alami terhadap kehilangan panas. Kemampuan
bayi baru lahir untuk mengendalikan suhu secara adekuat, tidak stabil sampai 2
hari setelah lahir.
4. System gastrointestinal
Proses adaptasi untuk menelan makanan padat baru terjadi pada beberapa
bulan awal pada bayi cukup bulan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan
masih terbatas mengingat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas
kurang lebih 30 cc. Sebelumnya pergerakan lidah bayi adalah ke atas dan agak
keluar yang berfungsi untuk minum ASI. Setelah beberapa bulan, pergerakan lidah
ke belakang untuk menelan makanan padat. Setelah usia 1 bulan bayi mulai dapat
merasakan rasa manis dan asin.
6. System urogenital
Pada saat bayi lahir, fungsi homeostatik dan elektrolit dilakukan oleh ginjal.
Bayi baru lahir cukup bulan memiliki defisit struktural dan fungsional sistem ginjal.
Ginjal neonatus mengalami penurunan aliran darah ginjal serta penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus. Fungsi tubulus tidak matur menyebabkan kehilangan
natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit. Bayi baru lahir
tidak mampu mempertahankan konsentrasi urin dengan baik. Berat jenis urin
neonatus yaitu 1,004. Osmolalitas urin rendah. Bayi baru lahir mengekskresikan
sedikit urin pada 48 jam pertama kehidupan, sekitar 30-60 ml. Didalam urin
neonatus seharusnya tidak ada protein atau darah (Helen Varney, dkk. 2008).
2. Eliminasi
Bayi baru lahir biasanya buang air kecil dalam waktu 24 jam, kadang-kadang
BBL buang air kecil pada saat segera sesudah lahir. Pengeluaran mekonium
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama. (Rulina S. 2014). Pada tiga hari pertama,
kotoran bayi masih berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-lama akan berubah
menjadi kuning. Pada bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi BAB akan lebih
sering sampai 10x sehari, tapi hanya sedikit-sedikit.
3. Istirahat/tidur
Dalam dua minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari. Pada
umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan
suhu kamar yang hangat dan selimut bayi.
4. Personal hygiene
a) Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi
sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to skin
dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya, bayi mandi
minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat dan di tempat yang hangat.
b) Melakukan perawatan tali pusat bayi menggunakan kasa kering.
c) Bayi baru lahir akan BAK paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya, BAK
lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK
segera ganti popok supaya tidak terjadi iritasi di daerah genetalia.
d) BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces
tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur
mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi
setiap selesai BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia.
5. Aktifitas
Bayi mempunyai dua cara untuk berkomunikasi, yaitu menangis (tidak
nyaman) dan tersenyum (senang). Bayi yang menangis bisa dikatakan sakit jika
tangisan bayi menetap atau terus menerus. Tangis yang tidak normal (melengking,
high pitch cry) mungkin sampai kejang.
Menurut WHO (2009) masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir, yaitu
sebagai berikut:
1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Perawatan bayi dengan BBLR dilakukan menyerupai bayi
prematur.
2. Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
3. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit.
4. Cacat bawaan adalah cacat yang dibawa sejak lahir, atau cacat sejak dalam
kandungan.
5. Trauma jalan lahir: Chepalhematoma, caput succedaneum.
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir sering tidak spesifik. Tanda ini
dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat
perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah
stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:
Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang
terang, berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan
dan alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik harus hangat dan bersih.
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan 3 kali, yaitu:
2. Keluhan
Keluhan adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan ibu merasa ada yang
tidak sesuai dengan bayinya.
3. Riwayat perinatal
a) Riwayat antenatal
Untuk mengetahui keadaan saat hamil yang mempengaruhi kondisi bayi,
meliputi:
1) Keluhan
Pusing diindikasikan pada anemia kehamilan yang dapat menyebabkan
BBLR
Odem pada kaki dan tangan diindikasikan hipertensi kehamilan yang
dapat menyebabkan IUGR, dll
2) Penyulit, misal:
Perdarahan pada kehamilan muda diindikasikan abortus, kehamilan
ektopik, mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan lanjut meliputi
plasenta previa, solutio plasenta, dan gangguan pembekuan darah.
Hiperemesis Gravidarum yaitu mual dan muntah yang berlebihan.
Ketuban Pecah Dini yaitu pecahnya ketuban sebelum kehamilan 37
minggu, dll.
3) Obat-obatan
Untuk mengetahui apakah ibu hamil pernah mengonsumsi obat-obatan
selama kehamilannya. Obat-obatan yang aman untuk ibu hamil yaitu
Vitamin B6, obat semprot hidung untuk alergi, obat sembelit pelunak
fases, antasida, multivitamin yang khusus untuk ibu hamil, antibiotik
golongan penicilin, cephalosporin, erythromycin, clindamycin, obat
hipertensi golongan metildopa, obat asma inhalasi mengandung steroid,
dll.
b) Riwayat intranatal
1) Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang khusus menangani ibu
bersalin contohnya bidan dan dokter spesialis kandungan.
2) Jenis persalinan
Sesar atau pervaginam
Jenis persalinan juga mempengaruhi kondisi bayi, contohnya bayi yang
dilahirkan melalui sesar akan mudah asfiksia karena tidak adanya
tekanan dalam paru-paru (belum sempat terkompresi) saat keluar,
mengalami perubahan tekanan pada kepala secara tiba-tiba, terkena
pengaruh bius dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen. Bayi yang
dilahirkan normal juga berpotensi besar terkena infeksi pada jalan lahir
ibu. Jika ibu terkena IMS, HIV/AIDS, dll maka bayi lahir pervaginam
berpotensi terkena penyakit tersebut.
Lama persalinan
Lama persalinan mempengaruhi kondisi bayi. Perpanjangan kala 1
sampai 2 dalam persalinan dikarenakan ibu tidak kuat mengejan, ibu
kelelahan akan menyebabkan kondisi bayi di dalam tidak bayi.
Akibatnya bayi yang dilahirkan bisa tidak menangis kuat dan bergerak
aktif.
Ketuban
Air ketuban harus diketahui segera untuk mengetahui kondisi bayi di
dalam perut ibu. Warna dan bau adalah 2 hal yang harus diketahui jika
air ketuban sudah keluar. Jika ketuban keruh atau mekoneal maka dapat
berisiko afsiksia, ketuban berbau busuk menandakan rahim mengalami
infeksi.
c) Riwayat postnatal
1) IMD
Melakukan IMD segera setelah bayi lahir selama 1 jam di perut ibu sangat
penting untuk bayi memperoleh kolostrum pada ASI. Jika IMD berhasil,
maka ASI Eksklusif sampai 6 bulan dapat berjalan dengan baik.
2) Ikterus/kuning
Perubahan warna menjadi kuning pada bayi baru lahir. Dapat dilihat dari
mata dan kulit. Bayi prematur berisiko tinggi terkena ikterus neonaturum.
Ciri – ciri kterus neonaturum adalah bayi rewel, susah menetek, bayi
tampak lesu.
3) Inkubator
Bayi prematur perlu dimasukkan inkubator untuk membantu bertahan
hidup. Suhu tubuh bayi prematur belum stabil dan akan mudah kedinginan,
oleh karena itu inkubator dapat mengatur suhu agar selalu stabil dan
disesuaikan dengan berat lahir atau usia kehamilan.
4) Resusitasi
Resusitasi bayi baru lahir dilakukan untuk bayi yang mengalami asfiksia
atau gagal nafas. Bayi asfiksia bisa disebabkan karena sumbatan jalan
nafas akibat lendir dan mekonium, depresi pernapasan karena obat-obatan
yang diberikan ibu misalnya obat analgesik, kerusakan neurologis, dan
syok hipovolemik. Penilaian bayi baru lahir adalah menangis kuat, gerak
aktif, dan kemerahan. Jika bayi tidak menangis kuat atau merintih maka
bayi tersebut harus di resusitasi.
B. Data Objektif
Data ini sebagai penguat data subjektif yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung interpretasi data yang pemeriksaannya meliputi pemeriksaan dari
kepala sampai ke kaki (Varney,2007).
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi dan bisa didapatkan dari penilaian
awal pada bayi baru lahir pada manajemen bayi baru lahir. Bayi baru lahir
dikatakan dalam keadaan baik bila menangis kuat, gerak aktif, dan tidak ada
kelainan kongenital.
2. Antropometri
a) Berat badan
Normalnya 2500-4000 gram. Apabila <2500 gram indikasi BBLR dan
apabila >4000 gram merupakan bayi makrosomia, biasanya didapatkan pada
ibu yang menderita diabetes mellitus.
b) Panjang badan
Normalnya 48-53 cm
c) Lingkar kepala
Untuk mengetahui pertumbuhan otak. Normalnya 33-35 cm. Apabila kurang
bisa karena mikrosefali dan apabila lebih bisa karena hidrosefalus.
Pengukuran lingkar kepala meliputi:
1) Diameter biparietal : 9 cm
2) Diameter bitemporalis : 8 cm
3) Oksipito frontalis : 33-35 cm
4) Suboksipito bregmatika : 32 cm
5) Mento oksiput : 34-35 cm
d) Lingkar dada
Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan dan indikasi kekurangan
energi kronis. Normalnya 30-38 cm.
e) Lingkar lengan
Normalnya 8-11 cm.
3. Tanda-tanda Vital
a) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah bayi ada peningkatan atau tidak.
Batas normal 36,5-37,5 °C (Okta.R. 2014).
Hipotermia ringan : 36 - <36,5 °C
Hipotermia sedang : 32 - <36 °C
Hipotermia berat : < 32 °C
b) Frekuensi denyut jantung
Untuk mengetahui frekuensi denyut jantung bayi yang dihitung dalam menit,
yang teratur kira-kira 120 x/menit sampai dengan 160 x/menit (Okta.R. 2014).
Bradikardi : <100 x/menit
Takikardi : >170 x/menit
c) Respirasi/RR
Dapat diobservasi dari frekuensi permenit, kedalaman, keteraturan, dan
tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi nafas dan bau napas (Johnson Dan
Taylor, 2005). Frekuensi pernafasan bayi normal yaitu 40 x/menit. sampai
dengan 60 x/menit (Okta.R. 2014).
4. Pemeriksaan Fisik
a) Waktu pemeriksaan fisik
1) Segera setelah bayi baru lahir
Untuk mengetahui adanya proses adaptasi intra ke ekstra
Mengetahui adanya kelainan kongenital
2) Dalam 24 jam / observasi
Untuk mengetahui kelainan congenital yang belum terlihat dari
pemeriksaan fisik di awal
Melihat bayi mampu beradaptasi atau tidak
Observasi bayi sudah BAB atau belum
3) Sebelum bayi pulang
Mengetahui kesehatan bayi sebelum pulang, seperti suhu bayi
Cek organ-organ penting, seperti pernapasan, HR, tali pusat, dll
b) Pemeriksaan dilakukan secara head to toe (dari atas ke bawah)
1) Kulit
Keadaan kulit bayi baru lahir normal adalah kemerahan.
2) Kepala
Memeriksa ada atau tidak caput succadenum berisi cairan (melewati
sutura tepat di tengah) dan dapat sembuh minimal 2 minggu. Ada atau
tidak chepalo hematom berisi darah (di salah satu sebelah sutura, ada
batas) dapat hilang hingga 2 bulan, serta hidrochepalus dengan
memeriksa diameter lingkar kepala, jika lebih dari 39 cm maka bisa
dikatakan hidrosefalus (penumpukan cairan).
3) Muka
Keadaan wajah normal bayi baru lahir adalah bagian sclera berwarna
putih dan konjungtiva berwarna merah muda. Konjungtiva pucat
menandakan anemia bayi baru lahir.
Mata mampu berkedip dengan pemunculan sinar terang yang tiba-tiba
ke arah kornea. Jika tidak ada maka menunjukkan kerusakan pada
saraf cranial.
Glabela, dengan cara mengetuk halus pada glabela (bagian dahi antara
2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
4) Telinga
Menilai adanya kelainan congenital seperti microtia (kelainan
bentuk/tidak terbentuknya bagian pinna atau bagian luar) yang
menyebabkan gangguan dengar, apakah terdapat low seat ear (letak
telinga rendah) yang diindikasikan bayi tersebut terkena sindrom down
dan akan mengalami retardasi mental.
5) Hidung
Untuk mengetahui adanya polip atau tidak dengan gejala hidung mampet
terus menerus keluar ingus kental berwarna kuning kehijauan, kental,
rewel yang dapat menyebabkan gangguan napas pada bayi lalu bayi akan
kekurangan oksigen hingga tampak biru, simetris atau tidak, ada secret
atau tidak.
6) Mulut
Untuk mengetahui ada kelainan mukosa mulut atau tidak yaitu oral
trush atau kandidiasis ditandai dengan plak-plak putih dari bahan
lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas.
Kemampuan refleks menghisap dengan melihat apakah bibir bayi
dapat menghisap ASI dengan baik atau tidak saat IMD selama 1 jam.
Bibir, ada kelainan kongenital atau tidak seperti labiogplatoskizis
(celah sumbing pada mulut) dengan cara melihat fissura garis tengah
pada palatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu.
7) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid (goiter atau gondok kongenitalia).
Ada 2 penyakit tiroid yang mungkin pada bayi yaitu:
Hipotiroidisme mempunyai gejala bayi tampak lesu, kuning, nafsu
minum menurun, suara tangis serak, hernia umbilikalis.
Hipertiroidisme mempunyai gejala detak jantung cepat, bayi rewel,
mata menonjol, muntah, diare, dahi menonjol, banyak berkeringat.
8) Dada
Untuk mengetahui apakah ada retraksi dada dengan cara melihat
penarikan pada dinding dada bagian bawah saat bernapas bersamaan
dengan peningkatan frekuensi napas yang dapat diindikasikan adanya
infeksi saluran napas atau pneumonia.
9) Abdomen
Untuk mengetahui distensi abdomen (penggelembungan atau
pembengkakan) dengan cara auskultasi perut kembung dan mengukur
lingkar perut yang normalnya 31-35 cm. Distensi abdomen dapat
menyebabkan obstruksi usus pada bayi baru lahir.
Tali pusat berbau atau tidak yang diindikasikan terkena infeksi,
perdarahan atau tidak yang menandakan adanya robekan umbilikus.
10) Punggung
Adakah kelainan yang terjadi misalnya lekuk tulang belakang ataupun
tonjolan seperti spina bifida/kelainan tabung saraf. Cara mengetahuinya
adalah dengan melihat adanya celah pada tulang belakang bayi.
11) Ekstremitas
Apakah ada kelainan pada jari bayi seperti polidakti (jari tangan > 5),
sindaktil (ada selaput antar jari) ataupun kelainan pada warna kulit
ekstremitas misalnya sianosis perifer atau kebiruan pada warna kulit.
Cara mengetahuinya juga bisa dengan memegang tubuh bayi dan akan
terasa dingin. Sianosis sejak lahir diindikasikan ada penyakit jantung
kongenital.
12) Genitalia
Untuk melihat jenis kelamin bayi. Pada bayi perempuan apakah labia
mayora sudah menutupi labia minor. Pada bayi laki-laki apakah testis
sudah turun ke skrotum.
13) Anus
Normalnya sudah adanya lubang anus pada bayi baru lahir. Di observasi
dengan bayi sudah BAB selama 24 jam setelah lahir.
5. Pemeriksaan Refleks
a) Reflex morro
Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong-konyong digerakan akan
terjadi refleks baru abduksi dan ekstensi. Lengan dan tangannya terbuka
kemudian diakhiri dengan aduksi lengan.
b) Reflex graps
Bila telapak dirangsang tangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.
c) Reflex rooting
Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kearah sentuhan. Bila
bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha
mencari puting untuk menyusu.
d) Reflex menelan
Timbul bila ada cairan dirongga mulut.
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil
pengkajian yang menyertai diagnosa dan membutuhkan penanganan.
Kebutuhan menurutut varney (2007) adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnose dan masalah disapatkan dengan analisa data.
1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Perawatan bayi dengan BBLR dilakukan menyerupai bayi
prematur.
2. Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
3. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit.
4. Cacat bawaan adalah cacat yang dibawa sejak lahir, atau cacat sejak dalam
kandungan.
5. Trauma jalan lahir: Chepalhematoma, caput succedaneum
d. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi/ Rujukan
e. Perencanaan Tindakan
f. Pelaksanaan Tindakan
Rencana secara menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan sepenuhnya
oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Meskipun
bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap mempunyai tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, memastikan lamgkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana sesuai yang direncanakan.
g. Evaluasi
S : data subjektif
O : data objektif
A : hasil analisis diagnosis masalah
P : penatalaksanaan yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Afiat, Dhasih. 2015. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga
Angelika, Dina. 2015. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga
Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Direktorat Kesehatan Anak Khusus. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Berbasis Perlindungan Anak. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Dwienda, Okta R, SKM., M.Kes., dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah untuk Bidan. Yogyakarta: Deepublish
Edukia. 2013. Masalah Pembelajaran Kesehatan Ibu dan Anak. Retrieved from :
http://www.edukia.org/web/kbanak/4-6-tanda-bahaya-pada-bayi-baru-lahir-dan-
bayi-muda/
Fitrianingsih, Yeni. Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Nilai Apgar Bayi Baru Lahir Pada
Persalinan Normal Primipara. 2014. Diakses pada
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/4
3163/2/BAB_II.pdf&ved=0ahUKEwj3rtu1tcLNAhWHQo8KHWwLAwsQFggjMAQ&
usg=AFQjCNGZvn29iN62CLdZOoDV1XMbtGGwEA&sig2=zT-
uoDqzG9Mv8VCBN-QQyw
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Bakti
Husada
Kementrian Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan JICA
Kosim, M. Sholih, dkk. 2014. Buku Ajar: Neonatologi Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI)
Olivia, Cyndi. Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus. 2015. Diakses pada
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/44652/4/Chapter%2520II.pdf&ved=0ahUKEwi335m4s8LNAhU
HS48KHVlxDngQFggmMAM&usg=AFQjCNGXsKXTDIwyGfusgPfSz5eS4U8BZA
&sig2=owPwvhTdPNLzPzZi2WY6ig
Sholeh, M. 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
UNICEF. Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak. 2012. Diakses pada
http://www.unicef.org/indonesia/id/A5_-_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf
Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 1.Jakarta: EGC.