Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. E P2002 AKSEPTOR AKTIF KB SUNTIK 3


BULAN DI PMB INDAH MAHARANY

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

Oleh:
ALFI LAILI PUSPITA
190070500111021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
ANGKATAN IX
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada


Ny. E P2002 AKSEPTOR AKTIF KB SUNTIK 3 BULAN
Di PMB Indah Maharany, Kabupaten Malang

Mahasiswa

Alfi Laili Puspita

190070500111021

Persetujuan di PMB Indah Maharany

19 Desember 2019

Dosen Pembimbing Klinik


Preseptor Lahan
Program Pendidikan Profesi Bidan FKUB

Yuseva Sariati, SE, SST, M.Keb__ Indah Maharany, STr.Keb


NIK.201609703192001 NIP.197911062005012010
KATA PENGANTAR
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Alfi Laili Puspita
NIM : 190070500111021
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan komprehensif yang saya tulis ini
benar – benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah hasil
plagiarism/ jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku pedoman atas
perbuatan tersebut.

Malang, 31 Oktober 2019


Mahasiswa

Alfi Laili Puspita

NIM.190070500111021
BAB 1
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Menurut CIA The World Fact Book Indonesia merupakan negara terpadat ke-
4 di dunia dengan jumlah penduduk 268.074.600 jiwa[ CITATION CIA19 \l 1033 ].
Fenomena ini dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti gizi buruk, sanitasi
yang buruk dan penyakit lainnya, oleh karena itu perlu adanya upaya untuk
meminimalisir kepadatan penduduk yang terjadi. Pelaksanaan program
Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)
merupakan salah satu program pemerintah yang sedang berjalan dengan tujuan
menurunkan angka kepadatan penduduk.
Pasangan dapat menggunakan kontrasepsi untuk menjarangkan atau
membatasi jumlah anak yang mereka miliki. SDKI membedakan kontrasepsi
menjadi cara modern dan cara tradisional. Kontrasepsi modern terdiri dari
metode operasi wanita (MOW) atau sterilisasi wanita, metode operasi pria (MOP)
atau sterilisasi pria, pil, IUD, suntik KB, susuk KB, kondom, diafragma, metode
amenore laktasi (MAL), dan kontrasepsi darurat. Alat/cara KB tradisional terdiri
dari pantang berkala, sanggama terputus, dan alat/cara KB lainnya tradisional
lainnya (SDKI, 2017).
Pemakaian alat/cara KB modern di antara wanita menikah meningkat dari
SDKI 2002/03 sampai dengan SDKI 2012, namun sedikit turun pada SDKI 2017.
Sementara itu, pemakaian alat/cara KB tradisional terus meningkat dari SDKI
2002/03 sampai dengan SDKI 2017. Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia 2017 penggunaan suntik KB di Indonesia mencapai angka 29%
[ CITATION BKK18 \l 1033 ]. Peserta KB suntik aktif menurut di Jawa Timur sebesar
56,2%, sedangkan untuk peserta KB suntik aktif di kota Malang sebesar 60,6%
[ CITATION RIK17 \l 1033 ]. Hasil SDKI juga menunjukkan bahwa hampir semua
peserta KB suntik telah menggunakannya dengan benar. Hal ini dibuktikan
dengan 95,7% pemakai suntik KB 1 bulanan telah disuntik dalam 4 minggu
terakhir dan 96,6% pemakai suntik KB 3 bulan telah disuntik dalam 3 bulan
terakhir[ CITATION BKK18 \l 1033 ].
Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki kewenangan memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai
dengan Permenkes No 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Wewenang tersebut meliputi penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana serta pelayanan kontrasepsi
oral, kondom, dan suntikan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mahasiwa mampu memebrikan dan melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu dengan akseptor KB Suntik 3 bulan
1.2.2 Khusus
1. Menjelaskan pengertian, macam-macam, cara kerja, keuntungan, kerugian
serta hal-hal lain dari alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
2. Menjelaskan macam-macam dari alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
3. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif pada ibu
dengan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
4. Mampu menegakkan diagnosa dan masalah pada ibudengan alat
kontrasepsi KB suntik 3 bulan
5. Mampu menyusun rencana, melaksanakan tindakan pada ibudengan alat
kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
6. Mampu mengevaluasi tindakan pada ibu dengan alat kontrasepsi KB suntik
3 bulan.
7. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk 7 langkah
manajemen kebidanan Helen Varney.
1.3 Manfaat
1.3.1 Institusi
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada ibu dengan alat
kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
1.3.2 Praktis
Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa pemantauan, memberikan
informasi serta pelayanan yang tepat dan adekuat dalam memberikan asuhan
kebidanan, khususnya pada ibu dengan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi
2.1.1. Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan
dan konsepsi yang artinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan
dengan mencegah terjadinya konsepsi. [ CITATION Rah04 \l 1033 ]. Untuk itu,
berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan
keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.
Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat
bersifat sementara atau permanen. Kontrasepsi suntik merupakan salah satu
kontrasepsi yang popular di Indonesia [ CITATION Rah161 \l 1033 ]. Terdapat
dua macam kontrasepsi suntik yaitu suntik kombinasi yang mengandung
hormone progestin dan estrogen, serta suntik progestin yang hanya
mengandung hormone progestin. Suntik kombinasi biasanya disuntikkan
setiap satu bulan sekali sedangkan suntik progestin diinjeksikan setiap tiga
bulan sekali. Suntik KB 3 bulan menjadi kontrasepsi yang lebih banyak
digunakan di Indonesia daripada suntik KB 1 bulan [ CITATION BKK18 \l 1033 ].
2.1.2. Jenis Kontrasepsi
Alat kontrasepsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu hormonal dan non
hormonal. KB hormonal terdiri dari kontrasepsi yang mengandung hormone
kombinasi dan progestin only. Contoh dari KB hormonal adalah pil, minipil,
suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, dan implant. Sedangkan KB non hormonal
contohnya adalah senggama terputus, pembilasan pasca senggama,
perpanjangan masa menyusui anak, pantang berkala, kondom, IUD, dan
steril. [ CITATION Aff14 \l 1033 ].
2.1.3. Cara Kerja
Kontrasepsi hormonal menggunakan kombinasi estrogen dan
progesterone atau progesterone saja. Hormone tersebut akan mempengaruhi
tubuh dan mengubah fisiologis organ reproduksi yang akan mempersulit
terjadinya implantasi. Estrogen dan progesterone memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Estrogen mempercepat
peristaltic tuba sehingga hasil kosepsi mencapai uterus-endometrium yang
belum siap untuk menerma implantasi.
Hormon progesterone bekerja dengan cara memberikan rangsangan balik
ke hipotalamus dan hiofisis, sehingga pengeluaran LH tidak terjadi dan
menghambat ovulasi, mengubah endometrium sehingga kapasitasi
spermatozoa tidak berlangsung, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
ditembus spermatozoa [ CITATION Aff14 \l 1033 ].
Cara kerja kontrasepsi non hormonal pada umumnya adalah
menghalangi bertemunya ovum dan sperma tanpa mengubah sistem
hormonal tubuh. Metode ini cenderung lebih aman dan tidak menimbulkan
banyak efek samping.
2.1.4. Efektivitas
1. Hormonal
- Kombinasi: sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan
- Progestin Only: 0,3 kehamilan per 100 perempuan selama digunakan
sesuai jadwal dan teratur
2. Non hormonal
- IUD: 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
- Kontap: kurang dari 1 kehamilan per 100 perempuan.
- MAL: 98% pada 6 bulan pascapersalinan
- Senggama terputus: 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
- Kondom: 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
- Diafragma: 6-16 kehamilan per 100 per tahun pertama.
- Spermisida: 18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun [ CITATION
Aff14 \l 1033 ].
2.1.5. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi hormonal
a. Indikasi
- Usia reproduksi
- Telah memiliki anak maupun belum
- Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui (kombinasi)
- Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai (progestin only)
- Pascakeguguran
- Siklus haid tidak teratur
- Nyeri haid hebat
- Mendekati usia menopause
b. Kontraindikasi
- Hamil atau dicurigai hamil
- Menyusui eksklusif (Kombinasi)
- Penyakit hati akut
- Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
- Perokok dengan usia >35 tahun
- Ada riwaya penyakit jantung
- Dicurigai/sudah menderita kanker payudara
- Penderita epilepsy atau tuberculosis
- Riwayat tromboemboli atau dengan kecing manis >20 tahun
- Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migraine
- Keganasan pada payudara.
2. Indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi non hormonal
a. Indikasi
- Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
- Pasangan yang membutuhkan metode sementara sambil menunggu
metode lainnya
- Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
- Wanita yang menyusui secara eksklusif
- Wanita yang memiliki siklus haid teratur dan mau mengamati tanda
kesuburan
- Wanita kurus maupun gemuk
- Wanita perokok
- Wanita dengan masalah kesehatan tertentu seperti hipertensi, varises,
dismenorea, sakit kepala, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, dll.
b. Kontraindikasi
- Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif (MAL)
- Wanita pasca melahirkan yang telah mendapat haid (MAL).
- Pasangan yang sulit bekerjasama dan kurang dapat saling
berkomunikasi.
- Pria yang sulit melakukan senggama terputus
- Hamil atau kemungkinan hamil (IUD)
- Perdarahan vagina tanpa penyebab yang jelas (IUD)
- Kelainan bawaan uterus (IUD)
- Wanita yang tidak mau mengamati tanda kesuburan
- Wanita dengan siklus haid tidak teratur
- Wanita yang memiliki resiko tinggi bila terjadi kehamilan
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui [ CITATION Aff14 \l 1033 ].
2.1.6.
2.2 Kontrasepsi Suntik Progestin
2.2.1 Profil
Kontrasepsi ini menggunakan long-acting progestin berupa Noretisteron
enantat dan Depomedroksi progesterone acetat. Kontrasepsi ini diberikan
dengan cara penyuntikan intra muscular di daerah m. gluteus maksimus atau
deltoideous. Profil suntik progestin antara lain sangat efektif, aman, dapat
dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembali kesuburan lebih
lambat (rata-rata 4 bulan), dan cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan
produksi ASI [ CITATION Rah161 \l 1033 ]. Suntik progestin terdapat 2 jenis yaitu:
a. Depo medroksiprogesteron asetat (depo provera) mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah
bokong).
b. Depo norentisteron enantat (depo noristerat) yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.
2.2.2 Cara Kerja
Mekanisme kerja yang utama dari DMPA adalah mencegah ovulasi dengan
menekan lonjakan gonadotropin. Wanita yang menggunakan Suntik KB 3 bulan
tidak mengalami gejala kekurangan estrogen. Selain itu DMPA juga menebalkan
mucus serviks sehingga sperma tidak dapat melaluinya dan menipiskan
endometrium sehingga tidak dapat terjadi implantasi [ CITATION Fal07 \l 1033 ].
DMPA mampu menghambat ovulasi dengan cara menekan lonjakan LH dan FSH
pada siklus menstruasi. Selain itu terjadi pengentalan lendir serviks karena
sedikitnya kada estrogen. Lendir yang kental akan mencegah penetrasi sperma
ke saluran reproduksi bagian atas. Progesterone yang tinggi dan estrogen yang
berkurang menyebabkan penipisan lapisan endometrium [ CITATION Sha16 \l
1033 ].
a. Mencegah ovulasi
b. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi.
c. Mengentalkan lendir servix sehingga menghambat penetrasi sperma.
d. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganganggu
2.2.3 Efektivitas
Efektivitas suntikan progestin bila digunakan dengan benar adalah risiko
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak
langsung kembali setelah berhenti, biasanya dalam kurun waktu beberapa
bulan [ CITATION Moe13 \l 1033 ]. Metode ini sangat efektif dengan rejimen
standar efektivitas pada tahun pertama sebesar 99,7%. Efektivitas DMPA juga
bergantung pada waktu injeksi pertama, penggunaan yang rutin dan tepat
waktu, teknik, dan perawatan pasca injeksi [ CITATION Sha16 \l 1033 ].
Kegagalan suntik KB 3 bulan yang dilaporkan adalah 0,3% (0,3
kehamilan per 100 wanita dalam setahun). Efektivitas injeksi DMPA bertahan
hingga 13 minggu. Tidak seperti kontrasepsi oral, tidak ada bukti bahwa
pengobatan tertentu mengurangi efektifitas dari KB suntik 3 bulan atau
sebaliknya. Peningkatan berat badan tidak mempengaruhi efektifitas KB
suntik 3 bulan [ CITATION Fal07 \l 1033 ].
2.2.4 Keuntungan
a. Sangat efektif mencegah kehamilan jangka panjang.
b. Tidak mengganggu hubungan seksual.
c. Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
d. Tidak mempengaruhi ASI.
e. Sedikit efek samping
f. Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai perimenopause
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

2.2.5 Keterbatasan
Penggunaan kontrasepsi suntik progestin menyebabkan
ketidakseimbangan hormone yang membuat dinding endometrium yang semakin
menipis hingga menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid
tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan intermenstrual dan perdarahan
bercak akan berkurang dengan jalannya waktu sedangkan kejadian amenore
bertambah besar.
Potensi risiko paling signifikan pada penggunaan KB suntik 3 bulan yang
mengandung DMPA adalah berkurangnya kepadatan mineral tulang. DMPA
menurunkan level estrogen yang dapat menyebabkan hilangnya kepadatan
mineral tulang. Pada wanita yang menggunakan KB 3 bulan selama 5 tahun
menunjukkan bahwa kepadatan tulang belakang dan panggul berkurang 5-6% di
bawah normal.
Tidak ditemukan bukti bahwa DMPA meningkatkan resiko cardiovascular
seperti thrombosis vena, myocardial infarction, dan stroke. Tidak ada bukti
bahwa penggunaan DMPA meningkatkan resiko kanker endometrium, ovarium,
dan serviks. Penelitian terakhir di Amerika tidak dapat menunjukkan adanya
risiko kanker payudara yang signifikan pada pengguna DMPA.
Penggunaan DMPA dapat meningkatkan risiko terjadinya kenaikan berat
badan. Hal ini disebabka karena hormone progesterone mempermudah
perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit
bertambah. Selain itu hormone progesterone menyebabkan nafsu makan
bertambah dan menurunkan aktivitaas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat
menyebabkan berat bada bertambah. Penyebab pertambahan berat badan
kemungkinan karena bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi
cairan tubuh [ CITATION Eka10 \l 1033 ].
Keterbatasan penggunaan KB suntik 3 bulan antara lain [ CITATION
Rah161 \l 1033 ]:
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus memendek/memanjang,
perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur/spotting
b. Tidak haid sama sekali
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan untuk
melakukan penyuntikkan.
d. Peningkatan / penurunan berat badan.
e. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
f. Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari depo (tempat suntikan).
2.2.6 Yang Dapat Menggunakan
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak, atau belum memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi.
d. Menginginkan metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode
menyusui.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f. Pascakeguguran.
g. Perokok segala usia.
h. Mempunyai TD tinggi (<180/110mmHg) atau dengan masalah pembekuan
darah.
i. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung esterogen
[ CITATION Rah161 \l 1033 ].
2.2.7 Yang Tidak Dapat Menggunakan
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Tidak dapat menerima adanya gangguan haid.
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi [ CITATION Rah161 \l 1033 ].
2.2.8 Waktu Mulai Menggunakan
a. Setiap saat selama siklus haid asal ibu dipastikan tidak hamil
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c. Pada ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan, maka suntikan pertama dapat segera
diberikan tanpa perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
2.2.9 Efek Samping
Terdapat hubungan antara penggunaan DMPA terhadap penambahan
berat badan termasuk peningkatan massa lemak tubuh, perdarahan ireguler,
dam amenore. Tidak terdapat bukti yang konsisten mengenai hubungan antara
penggunaan DMPA dengan perubahan suasana hati dan hasrat seksual.
Penelitian mengenai menurunnya resiko kanker dan infertilitas tuba pada
pengguna DMPA juga masih terbatas. Efek samping potensial lain yang dapat
terjadi antara lain jerawat, rambut rontok, pusing, dan nyeri payudara [ CITATION
Dia19 \l 1033 ].
Efek samping yang paling sering dirasakan oleh pengguna KB suntik 3
bulan adalah penambahan berat badan. Hal ini kemungkinan terjadi disebabkan
Karena hormn progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula
menjadi lemak, jugamenyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunnya
aktivitas fisik akibatnya dapat menyebabkan berat bertambah. Akseptor DMPA
yang mengalami penambahan berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh
kandungan hormone progesterone, namun juga faktor lain seperti herediter,
suku, gangguan emosi, fisiologi, dan aktifitas fisik [ CITATION Rah17 \l 1033 ].
Perubahan pola menstruasi dapat terjadi pada 6 bulan pertama
penggunaan DMPA seperti spotting, dan menstruasi berkepanjangan. Untuk
wanita dengan perdarahan tidak teratur yang bermasalah bisa menggunakan
anti inflamasi non steroid jangka pendek. Kembalinya kesuburan pada
pengguna DMPA biasanya lambat. Untuk bisa kembali hamil, klien biasanya
harus menunggu masa subur hingga sekitar 10 bulan [ CITATION Fal07 \l 1033 ].
Penggunaan kontrasepsi progesterone dalam jangka waktu lama dapat
menyebakan kadar insulin sedikit meningkat dan HDL-Kolestrol menurun. Hal
ini dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Namun faktor
usia, tingkat stress, dan lama penggunaan juga mempengaruhi naiknya
tekanan darah pengguna DMPA [ CITATION Ten17 \l 1033 ]. Progesteron juga
dapat menyebabkan efek samping berupa pusing dan sakit kepala yang
disebabkan oleh fluktuasi yang terlalu tinggi pada hormon estrogen. Jerawat
yang timbul diwajah setelah penggunaan kontrasepsi suntik DMPA disebabkan
oleh perubahan hormon didalam tubuh [ CITATION Kan15 \l 1033 ].
Efek samping lain adalah keputihan pada akseptor KB suntik DMPA. Hal ini
dapat disebabkan karena ibu kurang menjaga kebersihan area genitalia dan
pakaian yang dipakai. Efek progesterone mengubah flora dan pH vagina
sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan
[ CITATION Rah17 \l 1033 ].
Efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan antara lain [ CITATION
Moe13 \l 1033 ]:
a. Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau memanjang dalam 3 bulan
pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam 1 tahun)
b. Sakit kepala, pusing
c. Kenaikan berat badan
d. Perut kembung atau tidak nyaman
e. Perubahan suasana persaan
f. Penurunan hasrat seksual
Pathway
dengan bahasanya sendiri. Selalu tanyakan apakah terdapat hal lain yang
mengganggu atau ingin ibu diskusikan [ CITATION Onw14 \l 1033 ].
3.1.4. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi
 Siklus menstruasi: Gangguan pada siklus menstruasi klien dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan reproduksi yang akan
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi. Maka dari itu siklus menstruasi
yang dialami klien perlu dikaji, apakah teratur atau tidak dan berapa
hari siklus menstruasi klien. Normal 25-38 hari (±28 hari).
 Lama menstruasi: Untuk mengetahui lamanya menstruasi klien,
perkiraan jumlah perdarahan yang dialami klien dapat dihitung
melalui jumlah pembalut yang digunakan klien dalam 1 hari ketika
menstruasi), mengidentifikasi apakah ada kelainan lamanya
menstruasi pada klien atau tidak. Normal kurang lebih 7 hari.
 Keluhan menstruasi: Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan klien
terkait menstruasi misalnya nyeri haid, keputihan yang berlebihan,
bau, dan gatal atau mungkin adanya perdarahan di luar siklus haid
[ CITATION Onw14 \l 1033 ].
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu: Untuk mengetahui adanya
penyulit pada saat kehamilan, persalinan atau nifas yang lalu. Bagi
pengguna KB kombinasi tidak dapat diberikan kepada ibu yang sedang
menyusui eksklusif dikarenakan kandungan estrogen dapat menghambat
produksi hormon prolaktin, sehingga dikhawatirkan produksi ASI akan
menurun. Riwayat persalinan, terutama proses persalinan melalui operasi
dapat membantu bidan dalam melihat apakah ibu tersebut memiliki
indikasi penyakit yang membahayakan ibu jika menggunakan metode
kontrasepsi tertentu.
c. Rencana tujuan penggunaan KB: Untuk mengetahui apakah ibu ingin
menunda, menjarangkan, atau berhenti memiliki anak. Selain itu juga
dapat digali berapa lama jangka waktu penggunaan yang KB diinginkan
ibu.
d. Riwayat KB: Untuk mengetahui apakah klien pernah mengikuti program
KB, berapa lama dan adakah keluhan selama menggunakan metode KB
ataukah klien pernah mengganti KB
e. Riwayat pernikahan: Untuk klien menikah berpaa kali, lama pernikahan,
dan usia klien pertama kali menikah
f. Riwayat kesehatan: Untuk mengetahui apakah klien pernah mengakami
penyakit seperti hepatitis, penyakit jantung, stroke, hipertensi, epilepsi,
kanker dan penyakit lain yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan KB.
Klien dengan jaundice/penyakit hati sebaiknya tidak menerima
kontrasepsi hormonal. Klien yang memiliki diabetes harus berhati-jati
karena progesterone dapat menyebabkan penurunan toleransi glukosa.
g. Riwayat kesehatan keluarga: Untuk mengetahui apakah ada anggota
keluarga yang pernah mengalami penyakit menurun seeperti hipertensi,
asma, jantung, maupun kanker yang dapat berpengaruh terhadap
pemilihan KB.
h. Kebiasaan merokok: Perokok dengan usia lebih dari 35 tahun tidak
diperbolehkan menggunakan KB hormonal. Nikotin pada rokok dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan. Karena penyempitan pembuluh
yang terjadi, darah tidak dapat diedarkan dengan baik sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah. Kontrasepsi hormonal juga memiliki efek
meningkatkan tekanan darah sehingga jika ibu perokok menggunakan
kontrasepsi hormonal maka dikhawatirkan akan membahayakan jantung [
CITATION Raf16 \l 1033 ].
3.2. Data Objektif
Pemeriksaan secara objektif oleh petugas kesehatan dilakukan untuk
menentukan apakah calon akseptor memenuhi persyaratan untuk pemakaian
kontrasepsi suntik.
3.2.1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal berkisar pada 120/80 mmHg. Hipertensi
merupakan salah satu kontraindikasi pemakaian kontrasepsi hormonal
kombinasi dan progestin, yaitu tekanan sistolik >160 mmHg atau diastolik >
90 mmHg. Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,5⁰C, bila di atas 38⁰C
dianggap tidak normal dan ada tanda infeksi. Denyut nadi normal 60-100
kali/menit dan pernafasan normal 16-24 kali/menit [ CITATION Han17 \l 1033 ].
3.2.2. Pemeriksaan berat badan
Penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi maupun progestin dapat
menyebabkan peningkatan berat badan.
3.2.3. Mata
Normalnya konjungtiva merah muda dan sclera berwarna putih. Klien
dengan penyakit hati akut tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi
hormon kombinasi karena akan menambah kerja hati untuk mengolah
esterogen. Salah satu tanda penyakit hati adalah jaundice yang dapat
ditemukan di sklera mata yang berwarna kuning. Maka, pemeriksaan mata
diperlukan untuk calon akseptor hormon kombinasi.
3.2.4. Payudara
Pemeriksaan payudara berguna untuk mengetahui adanya keganasan
payudara. Keganasan payudara merupakan kontraindikasi pemkaian suntik
kombinasi dan progestin.
3.2.5. Abdomen
Setiap metode kontrasepsi harus dipastikan klien tidak hamil. Jika klien
sedang tidak menstruasi, maka perlu dilakukan palpasi uterus untuk
mengetahui apakah klien hamil atau tidak.
3.2.6. Pemeriksaan penunjang
Tes kehamilan dapat dilakukan untuk memastikan bahwa klien tidak hamil
sehingga dapat menerima kontrasepsi yang diinginkan.
3.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah (Interpretasi Data Dasar)
Diagnosis dibuat secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan
dianalisis. Data-data yang ada harus dipastikan dapat mendukung diagnosis
dan diperhatikan adanya kemungkinan sejumlah diagnosis banding [ CITATION
Okt162 \l 1033 ]. Diagnosis ini dirumuskan menggunakan nomenklatur kebidanan
(Yanti,
2017).
3.4. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil
mengamati kondisi klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis masalah
potensial benar-benar terjadi [ CITATION Sam09 \l 1033 ].
3.5. Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan
Bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan/atau konsultasi
penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Beberapa data yang dikumpulkan mungkin mengidentifikasi situasi
gawat dan bidan harus segera bertindak untuk keselamatan klien [ CITATION
Sam09 \l 1033 ].
3.6. Menyusun Rencana Asuhan/Intervensi
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Bidan merumuskan rencana
asuhan sesuai hasil pembahasan kemudian membuat kesepakaan bersama klien
sebelum melaksanakannya[ CITATION Sam09 \l 1033 ].
Dx: P.... akseptor baru/aktif KB suntik 3 bulan
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 15 menit diharapkan bidan
dapat membantu klien menerima KB yang sesuai dengan kondisi dan keinginan
klien.
Kriteria hasil:
 Keadaan umum ibu baik
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : 90/60 – 120/90 mmHg
N : 60-100 x/menit
S : 36,5 -37,5⁰C
RR : 16-24 x/menit
 Ibu memahami penjelasan tentang kontrasepsi dan dapat menerima
metode kontrasepsi sesuai keinginannya.
Intervensi
1. Jelaskan kondisi ibu berdasarkan hasil pemeriksaan.
R/ dengan menjelaskan hasil pemeriksaan diharapkan klien dapat
mengetahui kondisinya sehingga dapat membantu ibu dalam mengambil
keputusan terhadap dirinya.
2. Jelaskan mengenai kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi dan rencana
reproduksi ibu, menjelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing
metode kontrasepsi dan mempersilahkan ibu untuk memilih KB yang
diinginkan.
R/ ibu dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi dan
keinginan ibu. Ibu dapat memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang
akan terjadi dan siap untuk menghadapinya.
3. Jelaskan tentang cara penggunaan KB dan efek samping yang mungkin
terjadi.
R/ ibu akan lebih memahami tentang cara penggunaan KB pilihannya
dengan benar serta mengetahui efek samping yang mungkin terjadi dan cara
menghadapinya.
4. Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan metode yang dipilih ibu.
R/ ibu berhak mendapatkan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya.
5. Anjurkan kepada ibu untuk datang kembali ke fasilitas kesehatan bila
terdapat keluhan atau ingin mengganti metode kontrasepsi.
R/ diharapkan ibu dapat memeriksakan dirinya kembali bila ditemukan
permasalahan terkait penggunaan kontrasepsinya. Ibu juga dapat mengganti
kontrasepsi bila ibu merasa perlu.
3.7. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang diuraikan pada
langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat
dilakukan oleh bidan seluruhnya atau sebagian oleh bidan dan sebagian lainnya
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh [ CITATION Sam09 \l 1033 ].
3.8. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan ibu sesuai diagnosis dan masalah. Ditentukan
pula apakah klien perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan kebutuhan
saat itu [ CITATION Sam09 \l 1033 ].
Pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
S: Data Subyektif yang diperoleh dari anamnesa
O: Data Obyektif yang diperoleh dari pemeriksaan klien dan pemeriksaa
penunjang lainnya
A: Assessment. Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul.
P: Penatalaksanaan. Merupakan tindakan dari diagnose yang telah dibuat.
BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN PADA
NY E P2002 AKSEPTOR AKTIF KB SUNTIK 3 BULAN

Pengkajian Tanggal : 25-11-2019


Tempat : PMB Indah Maharany
Jam : 08.20. WIB

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama klien : E. S Nama suami : M. A
Umur : 30 tahun Umur : 34 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Watugede RT 01/07, Singosari
BPJS/Umum: Umum
2. Alasan datang: Ibu mengatakan ingin melanjutkan penggunaan KB suntik 3
bulanan.
3. Keluhan Utama: tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. HPHT: ibu tidak ingat karena sudah lama tidak menstruasi kurang lebih
sejak tahun 2012)
5. Riwayat Obstetri
 Kegururan: 1x yaitu kehamilan yang kedua
 Melahirkan: 2x, lahir spontan, keduanya laki-laki. Anak pertama berumur 10
tahun, anak terakhir umur 3 tahun. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
penyulit selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya.
6. Riwayat penggunaan kontrasepsi: ibu mengatakan pernah menggunakan KB
suntik 1 bulanan selama 5 bulan (tahun 2007) dan tidak ada keluhan.
Selanjutnya menggunakan KB suntik 3 bulanan setelah melahirkan anak pertama
dan ketiga. Total waktu penggunaan KB suntik 3 bulanan kurang lebih 8 tahun.
7. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga: Ibu mengatakan bahwa dia dan
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti penyakit
Jantung, hipertensi, DM, dan penyakit kuning. Ibu dan keluarga juga tidak
memiliki riwayat tumor dan kanker payudara.
8. Penggunaan obat-obatan: ibu tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti
obat TBC maupun epilepsy.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola kebiasaan: Ibu tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman
beralkohol.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD: 110/70 S: 36,2 °C N: 84x/menit
RR: 16x/menit
d. BB /TB : 68 kg/ 149 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
i. Wajah : Tidak pucat, tidak ada flek-flek hitam maupun jerawat.
ii. Mata : sclera putih, konjungtiva merah muda.
b. Payudara : kulit bersih, tidak nampak tanda iritasi maupun
penampakan seperti kulit jeruk. Tidak teraba benjolan maupun massa di
kedua ketiak dan payudara.
c. Abdomen : tidak terdapat pembesaran uterus.
d. Bokong : kulit area penyuntikan bersih, tidak ada bekas luka dan
iritasi.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa Aktual
DX: P2002 Akseptor Aktif KB Suntik 3 Bulan
DS:
 Alasan datang: Ibu mengatakan ingin melanjutkan penggunaan KB suntik
3 bulanan
 Riwayat Menstruasi
o HPHT: ibu tidak ingat karena sudah lama tidak menstruasi
 Riwayat Obstetri: Kegururan: 1x yaitu kehamilan yang kedua, melahirkan
2x, lahir spontan, keduanya laki-laki. Anak pertama berumur 10 tahun,
anak terakhir umur 3 tahun. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
penyulit selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya
 Riwayat kontrasepsi: ibu ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik
1 bulanan selama 5 bulan (tahun 2007) dan tidak ada keluhan.
Selanjutnya menggunakan KB suntik 3 bulanan setelah melahirkan anak
pertama dan ketiga. Total waktu penggunaan KB suntik 3 bulanan kurang
lebih 8 tahun.
 Riwayat kesehatan ibu dan keluarga: Ibu Ibu mengatakan bahwa dia dan
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti penyakit
Jantung, hipertensi, DM, dan penyakit kuning. Ibu dan keluarga juga tidak
memiliki riwayat tumor dan kanker payudara.
 Penggunaan obat-obatan: ibu tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu
seperti obat TBC dan epilepsy.
 Pola kebiasaan: Ibu tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman
beralkohol
DO:
 TTV: TD: 110/70 S: 36,2 °C N: 84x/menit RR: 16x/menit
 BB /TB : 68 kg/ 149 cm
 Kepala :
i. Wajah : Tidak pucat, tidak ada flek-flek hitam maupun jerawat.
ii. Mata : sclera putih, konjungtiva merah muda.
 Payudara : kulit bersih, tidak nampak tanda iritasi maupun
penampakan seperti kulit jeruk. Tidak teraba benjolan maupun massa di
kedua ketiak dan payudara. Nyeri tekan -/-
 Abdomen : tidak terdapat pembesaran uterus.
 Bokong : kulit area penyuntikan bersih, tidak ada bekas luka
maupun iritasi.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI, & RUJUKAN
Tidak ada

V. INTERVENSI
Dx : P2002 Akseptor Aktif KB Suntik 3 Bulan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 15 menit diharapkan ibu
memperoleh injeksi KB suntik 3 bulan tanpa rasa sakit dan efektivitas kontrasepsi
terjaga.
Kriteria Hasil :
 Keadaan umum ibu baik
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 TD : 90/60 – 120/80 mmHg
 N : 60-100x/menit
 S : 36,5-37,5 ⁰C
 RR : 16-24x/menit
 Ibu memperoleh injeksi KB suntik 3 bulan dengan rasa nyeri minimal.
 Ibu bersedia menjaga efektivitas kontrasepsi
Intervensi:
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
R/ penjelasan yang baik membantu klien memahami kondisinya dan mengerti
tujuan dari asuhan yang didapatkan.
2. Jelaskan prosedur dan minta persetujuan klien untuk
melakukan injeksi KB suntik 3 bulan.
R/ Setiap tindakan medis yang dilakukan harus memperoleh persetujuan dari
klien.
3. Lakukan injeksi Triclofem.
R/ pemberian injeksi deponeo harus dilakukan dengan tepat agar obat bekerja
dengan maksimal dan meminimalisir rasa nyeri.
4. Anjurkan klien untuk tidak menekan-nekan atauk
menggosok-gosok area penyuntikan.
R/ penekanan dapat mempercepat penyerapan obat sehingga efektivitas
berkurang.
5. Jadwalkan kunjungan ulang dan catat pada kartu KB.
R/ ibu harus tahu kapan jadwal kembali untuk menerima suntik KB berikutnya.

VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan secara umum dalam
kondisi baik, tidak ditemukan kelainan pada payudara dan tidak sedang hamil
sehingga dapat diberikan injeksi KB 3 bulan.
2. Menjelaskan prosedur penyuntikan yaitu KB disuntikkan di bokong sebanyak
1 cc dan meminta persetujuan untuk dilakukan tindakan injeksi.
3. Melakukan injeksi Triclofem yang berisi medroxyprogesterone acetate
sebanyak 1 mL di 1/3 anterolateral SIAS-koksigis secara IM di bokong kiri
sesuai prosedur.
4. Menjelaskan kepada ibu untuk tidak menekan atau menggosok daerah bekas
penyuntikan karena akan mempengaruhi penyerapan obat dan dapat
mengganggu efektivitas kontrasepsi.
5. Memberi tahu jadwal kunjungan ulang seharusnya yaitu tgl 18/02/2020.
Namun untuk berjaga-jaga bila ibu lupa atau berhalangan di tanggal tersebut
maka penulisan di kartu KB dimajukan menjadi tanggal 10/02/2020. Ibu juga
bisa datang kapanpun bila memiliki keluhan terkait penggunaan
kontrasepsinya.

VII. EVALUASI
Tanggal : 25 November 2019 Jam: 08.35
Tempat : PMB Indah Maharany
S: Ibu mengatakan tidak merasa sakit pada saat penyuntikan dan telah mengerti
apa yang dijelaskan bidan.
O:
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmentis
 Tensi : 110/70 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 RR : 16 x/menit
 Suhu : 36,2°C
A: P2002 Akseptor Aktif KB Suntik 3 Bulan
P:
1) Ibu merasa lega mengetahui kondisinya saat ini baik.
2) Ibu setuju untuk diberikan injeksi KB suntik 3 bulan
3) Ibu tidak merasakan sakit pada saat penyuntikan kontrasepsi.
4) Ibu bersedia untuk tidak menekan-nekan daerah penyuntikan.
5) Ibu bersedia untuk melakukan suntik berikutnya pada tanggal 10/02/2020
sesuai dengan yang tertulis di kartu KB.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesesuaian antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny E P2002
Akseptor Aktif Kb Suntik 3 Bulan di PMB Indah Maharany. Untuk memudahkan
pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut.
5.1. Pengkajian
Pengkajian data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan ibu saat ini.
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik terfokus
sesuai keluhan utama pasien. Data yang diperoleh akan dijadikan dasar dalam
menegakkan diagnosa.
Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori dan terfokus terhadap keadaan
ibu. Pada pengkajian data subyektif, ibu mengatakan bahwa dirinya ingin
melakukan suntik KB 3 bulanan dan saat ini tidak terdapat keluhan terkait
kontrasepsinya. Data HPHT tidak diketahui karena ibu sudah lama tidak
menstruasi sejak menggunakan KB suntik 3 bulanan. Riwayat obstetri
menunjukkan ibu pernah melahirkan dua kali dengan usia anak terakhir 3
tahun. Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 1 bulan di tahun 2007
selama 5 bulan dan tidak terdapat keluhan. Ibu juga tidak menderita penyakit
hipertens, diabetes, tumor/kanker payudara serta tidak mengonsumsi obat-
obatan TBC maupun epilepsy.
Pengkajian data obyektif didapatkan bahwa tanda-tanda vital ibu dalam
batas normal, dan keadaan umum ibu baik. Wajah ibu tidak pucat, sclera putih,
dan konjungtiva merah muda. Pada payudara tidak ditemukan adanya tanda-
tanda keganasan dan tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan abdomen tidak
menunjukkan adanya pembesaran uterus. Serta pada kulit bokong tidak ada
luka atau iritasi sehingga penyuntikan dapat dilakukan di bokong ibu.
Dalam kasus ini ditemukan fakta bahwa ibu sudah lama tidak mengalami
mensturasi atau amenorea. Amenorea adalah suatu keadaan tidak keluarnya
darah haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenorea sekunder terjadi pada
wanita yang pernah haid lalu tidak mendapatkan haid lagi [ CITATION Pud12 \l
1033 ]. Amenore menjadi efek samping yang sering terjadi pada pengguna KB
suntik 3 bulan. Penelitian Viandika (2017) menunjukkan bahwa 93% responden
yang menggunakan KB suntik 3 bulan mengalami amenorea sekunder.
Penelitian lain di Calabar, Nigeria juga menunjukkan bahwa amenore sekunder
menjadi efek samping paling umum dengan presentase 47,7% [ CITATION
Njo16 \l 1033 ]. Hal ini diakibatkan oleh penggunaan hormone progesterone
dalam jangka waktu tertentu menyebabkan endometrium menjadi tipis dan
atropi sehingga wanita mengalami gangguan siklus menstruasi berupa
amenorea [ CITATION Via17 \l 1033 ]. Efek samping ini dapat dianggap menjadi
hal yang positif maupun negative tergantung pada pemahaman klien masing-
masing [ CITATION Dia19 \l 1033 ]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengkajian data subjektif dan objektif sudah sesuai dengan teori.
5.2. Interpretasi Data Dasar
Kegiatan interpretasi data merupakan kegiatan menghubungkan antara
data yang diperoleh dengan konsep teori untuk mengetahui kondisi pasien saat
ini. Interpretasi dapat ditegakkan melalui data subyektif dan obyektif.
Dari anamnesa didapatkan hasil bahwa ibu ingin melanjutkan suntik KB 3
bulan dan tidak ada keluhan terkait pengguanaan kontrasepsinya. Ibu pernah
melahirkan dua kali, tidak ingat kapan terakhir menstruasi, tidak menderita
penyakit dan tidak mengonsumsi obat-obatan yang menjadi kontraindikasi
penggunakan KB suntik 3 bulan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa
keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan payudara memberikan hasil tidak ada kelainan dan tanda-tanda
keganasan pada payudara. Pemeriksaan abdomen tidak terdapat pembesaran
uterus yang menandakan ibu tidak hamil.
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan diagnosa ibu
adalah P2002 Akseptor Aktif Kb Suntik 3 Bulan dengan kebutuhan injeksi
kontrasepsi suntik 3 bulanan. Terdapat kesesuaian antara teori dengan hasil
anamnesa Ny E sehingga bidan dapat memberikan asuhan yang tepat kepada
ibu.
5.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan manajemen kebidanan identifikasi diagnosa potensial yaitu
mengidentifikasi adanya masalah yang akan terjadi sehingga bila masalah saat
ini tidak segera diatasi. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny. E,
tidak teridentifikasi adanya masalah potensial.
5.4. Tindakan Segera dan Kolaborasi
Pada kasus ini tidak diperlukan tindakan segera dan kolaborasi karena
tidak ada masalah potensial yang menyertai.
5.5. Intervensi
Pada manajeman kebidanan, suatu rencana asuhan yang komprehensif
ditujukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang sedang dialami. Rencana asuhan harus
dengan persetujuan keluarga dan berdasarkan rasional yang relevan.
Penyusunan rencana asuhan disesuaikan dengan diagnose yang telah
ditegakkan sebelumnya.
Pada kasus ini, perencanaan asuhan kebidanan yang dilakukan
diantaranya menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, menjelaskan prosedur
penyuntikan dan meminta persetujuan, menginjeksikan kontrasepsi suntik 3
bulan, memberikan penjelasan untuk tidak menekan-nekan area penyuntikan
serta memberi tahu ibu jadwal suntik kembali.
5.6. Implementasi
Berdasarkan tinjauan asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana
tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat
dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan oleh klien dan
kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Pada studi kasus Ny E P2002
Akseptor Aktif Kb Suntik 3 Bulan, rencana penatalaksanaan tindakan dapat
diimplementasikan secara keseluruhan oleh bidan muda di PMB Indah
Maharany. Selain itu ibu juga kooperatif ketika diberikan penjelasan serta
bersedia menerapkan anjuran tenaga kesehatan.
5.7. Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan dengan
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi,
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang
sudah diimplementasikan. Berdasarkan kasus Ny E P2002 Akseptor Aktif Kb
Suntik 3 Bulan, tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari tinjauan pustaka
yang ada, dan ibu setuju untuk melakukan yang disarankan oleh bidan untuk
tidak menekan-nekan area penyuntikan dan kembali suntik tepat waktu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan tercapai sesuai tindakan yang telah
diimplementasikan.
BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan
1. Data Subyektif dan obyektif yang diperoleh sudah sesuai dengan
teori yang ada.
2. Interpretasi data dasar pada kasus sudah sesuai dengan teori
yang ada.
3. Tidak ada masalah potensial yang dapat terjadi pada kasus ini.
4. Tidak ada Identifikasi kebutuhan segera pada kasus ini.
5. Intervensi yang dilakukan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan
kepada ibu, menjelaskan prosedur penyuntikan dan meminta persetujuan,
menginjeksikan kontrasepsi suntik 3 bulan, memberikan penjelasan untuk
tidak menekan-nekan area penyuntikan karena akan mengganggu
penyerapan obat serta memberi tahu ibu jadwal suntik kembali.
6. Seluruh intervesi yang direncanakan telah diimplementasikan.
7. Pada evaluasi kasus dapat disimpulkan bahwa tidak ada data
yang menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah
tercapai sesuai dengan implementasi.

6.2. Saran
1. Tempat Pelayanan Kesehatan
Diharapkan bidan dapat mempertahankan dan meningkatkan asuha
kebidanan pada pasien dengan kebutuhan suntik KB 3 bulan sehingga
dapat menjaga mutu pelayanan di PMB Indah.
2. Program Studi S1 Kebidanan FKUB
Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait akseptor aktif KB 3 bulan
ini dapat digunakan mahasiswa sebagai bahan pertimbangan dan masukan
dalam mengidentifikasi dan mengintervensi kasus kontrasepsi serta dapat
digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan skill keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

CIA. (2019, Agustus 13). Retrieved from


https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html

Dianat, S., Fox, E., Ahrens, K., Upadhyay, U., Zlidar, V., Gallo, M., & Stidd, R.
(2019, Februari). Side Effects and Health Benefits of Depot
Medroxyprogesterone Acetate. American College of Obstetricians, 133(2),
332-341.

Ekawati, D. (2010). Pengaruh KB Suntik DMPA Terhadap Peningkatan Berat


Badan di BPS Siti Syamsiyah Wonokarto Wonogiri. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Falcone, T., & Hurd, W. (2007). Clinical Reproductive Medicine and Surgery.
Philadelphia: Mosby Elsevier.

Handayani, S., & Mulyati, T. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Hatini, E. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Malang: Wineka Media.

Kansil, S., Kundre, R., & Bataha, Y. (2015, Agustus). Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan
Perubahan Fisiologis Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas
Ranomuut Kota Manado. E-Jounal Keperawatan, 3(3), 4-10.

Kemenkes. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Moegni. (2013). Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan


Dasar dan Rujukan. Jakarta.

Njoku, C., Emechebe, C., Iklaki, C., Njoku, A., & Ukaga, J. (2016, March).
Progestogen-Only Injectable Contraceptives: The Profile of the Acceptors,
Side Effects anda Discontinuatuin in a Low Resource Setting, Nigeria.
Open Journal of Obstetrics and Gynaecology, 189-195.

Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Deepublish.

Onwere, C., & Vakharia, H. (2014). Crash Course: Obstetrics and Gynaecology.
Edinburgh: Elsevier.

Permenkes No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik


Bidan. (2017). Jakarta: Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan.
Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP.

Pudiastuti, R. (2012). 3 Fase Penting Pada Wanita. Jakarta: PT Elex Media.

Rafia, A., Ramadhan, A., & Rusli, R. (2016). Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal Terhadap Tekanan Darah Pada Akseptor KB di Kota
Samarinda. Seminar Nasional Kefarmasian Ke-4 (pp. 35-42). Samarinda:
Universitas Mulawarman.

Rahardjo, R. (2004). Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC.

Rahayu, S., & Prijatni, I. (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Rahayu, T., & Wijanarko, N. (2017, Januari). Efek Samping Akseptor KB Suntik
Depo Medroksi Progesterone Acetat (DMPA) Setelah 2 Tahun
Pemakaian. Jurnal Keshatan "Samodra Ilmu", 08(1), 32-38.

Saminem. (2009). Kehamilan Normal: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

SDKI. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Sharma, B. (2016). Reference Manual For Injectable Contraceptive. New Delhi:


Ministry of Health & Family Welfare Goverment of India.

Tendean, B., Kundre, R., & Hamel, R. (2017, Mei). Hubungan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Suntik Depomedroksi Progesteron Asetat (DMPA) Dengan
Tekanan Darah Pada Ibu di Puskesmas Ranotana Weru. E-Journal
Keperawatan, 5(1), 11-16.

Viandika, N., & Latuconsina, N. (2017, November). Kejadian Amenore Sekunder


Pada Akseptor Suntik DMPA. Maternal And Neonatal Health Journal,
1(2), 71-75.

Anda mungkin juga menyukai