Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. K P2002AB000POST PARTUM 6 JAM DI


PUSKESMAS TUMPANG

Disusun untuk memenuhi tugas praktik pendidikan profesi bidan

Oleh:
Intan Saraswati Tallesang
190070500111008

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Sempurna yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Komprehensif yang berjudul Asuhan Kebidanan pada asuhan kebidanan pada Ny.
K P2002Ab000post partum 6 jam di Puskesmas Tumpang

Laporan Komprehensif ini merupakan tugas dalam rangkaian Pendidikan


Profesi Bidan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis didukung oleh:
a) Dr. dr.Wisnu Barlianto, M. Si.Med, Sp.A (K), selaku dekan FK UB
b) Fatmawati, SST.M.Keb., selaku koordinator Pendidikan Profesi Bidan dan
selaku preseptor akademik Program Studi S1 Kebidanan FKUB yang
memberikan bimbingan serta dukungan.
c) Ida Priyanti, SST, selaku pembimbing lahan di Puskesmas tumpang
Atas bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.
Penyusunan laporan pendahuluan ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penyelesaian laporan komprehensif ini.

Malang, 4 Februari 2020

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelahnya. Pelayanan pasca persalinan
harus diberikan pada masa nifas untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo,2014)

Berdasarkan permenkes nomer 28 tahun 2017 pasal 19 ayat 2 dan 3


tentang penyelenggaraan praktik bidan, dijelaskan bahwa bidan berwenang
dalam memberikan pelayanan nifas pada ibu seperti pemberian vitamin A dosis
tinggi pada ibu nifas, memberikan fasilitasi atau bimbingan dalam inisiasi
menyusui dini dan promosi asi ekslusif.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo,2009).

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan


pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan Kf-3). Indikator ini menilai kemampuan
negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas
sesuai standar. Capaian indikator Kf-3 dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2012 menggambarkan kecenderungan yang semakin meningkat, yaitu mulai
dari 17,90% pada tahun 2008 menjadi 85,16% pada tahun 2012. Capaian
indikator Kf-3 yang meningkat dalam 5 tahun terakhir merupakan hasil dari
berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat.
1.1 Tujuan Penulisan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif dengan 7 varney pada Ibu nifas/postpartum
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data baik data subyektif dan data obyektif
pada Ibu nifas/postpartum
2. Mampu melakukan interpretasi data pada Ibu nifas/postpartum
3. Mampu menegakkan diagnosa potensial dan masalah pada Ibu
nifas/postpartum
4. Mampu menentukan tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan pada Ibu nifas/postpartum
5. Mampu menyusun rencana dan melaksanakan tindakan pada Ibu
nifas/postpartum
6. Mampu melakukan implementasi sesuai dengan rencana tindakan pada
Ibu nifas/postpartum
7. Mampu mengevaluasi hasil tindakan asuhan yang diberikan pada Ibu
nifas/postpartum

1.2 Manfaat Penulisan


1.2.1 Bagi Penulis
Sebagai bahan diskusi dan bahan untuk menambah wawasan serta
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan khususnya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Ibu nifas/postpartum
1.2.2 Bagi Profesi
Sebagai referensi bagi bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
terutama pada Ibu nifas/postpartum
1.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
a. Bagi Bidan Praktik Mandiri
Dapat digunakan untuk referensi standar operasional prosedur tindakan
untuk meningkatkan mutu pelayanan agar dapat meningkatkan kualitas
pelayanan terutama pada Ibu nifas/postpartum
b. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan untuk referensi tinjauan pustaka dan penatalaksanaan
kasus pada Ibu nifas/postpartum
BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
2.1.1 Definisi
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelahnya
(Prawirohardjo,2014).
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu
pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian
besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu, nifas ditandai oleh
banyak perubahan fisiologis (Cunningham,2012).
2.1.2 KF

WHO menganjurkan agar pelayanan kesehatan maa nifas


(posnatal care)bagi ibu mulai diberikan dalam kurun waktu 24 jam
setelah melahirkan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, misalnya
dokter, bidan atau perawat (WHO, 2014). Dalam hal ini, ibu nifas
dianjurkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pasca
persalinan (selanjutnya disebut KF) minimal 3 kali, meliputi 6 jam
sampai 3 hari setelah melahirkan (KF1), 4 sampai 28 hari setelah
melahirkan (KF2), dan 29 sampai 42 hari setelah melahirkan (KF3)
(Kemenkes,2013)

2.2 Perubahan fisiologis

2.1.2 Perubahan fisiologi post partum


1. Perubahan Sistem Reproduksi
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Dua hari setelah pelahiran,
uterus mulai mengalami pengerutan hingga kembali ke ukuran sebelum
hamil yaitu 100g atau kurang (Cunningham, 2014). Involusi uterus atau
pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil
a) Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus
menjadi relatif anemi dan menyebabkan otot atrofi
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat
pelepasan plasenta
c) Autolysis
Meupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzi proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah
kendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum amil dan lebarnya
5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron
(Pitriani,2014).
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan normal pada uterus selama postpartum sebagai berikut:
Involusi uteri Tinggi fundus uteri Berat uterus Diameter
uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
dan simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5cm

2. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
dan mempunyai reaksi basa/ alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokia mempunyai bau amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda bedapada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat
dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa, dan alba (Pitriani,2014).
Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
lokia waktu Warna Ciri-ciri
rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel
kehitaman desidua, vernik
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekoneum dan
sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah
merah bercampur lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit
kecoklatan darah dan lebih
banyak serum,
juga terdiri dari
leukosit dan
robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari putih Mengandung
leukosit, selaput
lndir serviks dan
serabut jaringan
yang mati

3. Perubahan sistem pencernaan


Setelah kelahiran plasenta terjadi pula penurunan produksi
progesteron sehingga yang menyebabkan nyeri uluhati(heartbutun)
dan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama hal ini terjadi
karena aktivitas motilitas usus akibat kurangnya Keseimbangan
cairan selama persalinan dan adanya refleks hambatan defekasi
karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomy
(Bahiyatun, 2008).
4. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah dua atau tiga hari post partum.
Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini
akan kembali normal setelah 4 Minggu post partum titik pada awal
postpartum kandungan kemih mengalami edema kon Desti dan
hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya distensi pada saat kala 2
persalinan dan pengeluaran tertahan selama proses persalinan.
Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat
persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24
jam post partum (Bahiyatun,2008)
5. Perubahan Sistem Hematologi
Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal
dalam 4-5 minggu postpartum (Trisnawati, 2012).
6. Perubahan Sistem Endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG dan HPL secara
berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari post partum titik
HCG tidak terdapat dalam urine Ibu setelah 2 hari postpartum titik APN
tidak lagi terdapat dalam plasma (Bahiyatun,2008).
BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

 Judul asuhan kebidanan:judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan


yang diberikan kepada klien. Judul asuhan kebidanan terdiri dari riwayat
obstetri dan diagnosa pemeriksaan klien (Varney, 2007).
 Nomor rekam medik: nomor rekam medik merupakan nomor yang memuat
data kunjungan klien ke tempat pelayanan kesehatan. Nomor rekam medik
merupakan data dasar yang dapat membedakan dan membuktikan data diri
klien satu dengan lainnya (Varney, 2007).
 Hari/tanggal dan waktu pengkajian: indikator penaganan masalah pasien
dapat dilihat dari waktu pengkajian (Gondodiputro, 2007).
 Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal
penerimaan pasien dapat dijadikan indikator penanganan pasien
(Gondodiputro, 2007).
 Nama petugas: nama petugas yang melakukan pengkajian perlu dituliskan
sebagai bukti tanggung gugat (Gondodiputro, 2007).

I. Pengkajian Data
Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pemerolehan
data ini dilakukan melalui cara anamnesa. Anamnesa dibagi menjadi 2 yaitu
auto-anamnesa (anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien)
dan allo-anamnesa (anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien atau
melalui catatan rekam medik pasien) (Sulistyawati, 2010).
a. Data Subyektif
 Identitas
 Biodata Klien (Nama klien dan Nama Suami)
- Nama klien dan suami diketahui agar dapat mengenal dan
mempermudah dalam melakukan bina hubungan saling percaya
(BHSP) dan menerapkan komunikasi efektif dengan klien dan
keluarga. Identitas juga berfungsi agar tidak terjadi kekeliruan
dalam memberikan asuhan kebidanan (Estiwidani, 2008).
- Agama : sebagai gambaran dan spiritual klien sehingga
dapat memberikan spiritual care, tenaga kesehatan berperan
dalam upaya mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual
klien dengan memperhatikan aspek penghormatan pada klien
(Baldacchino, 2015).
- Pendidikan : sebagai dasar bidan untuk menentukan
metode yangvpaling tepat dalam menyampaikan informasi
kepada pasien. Tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi
daya tangkap, tanggap dan pasien dapat mengelola informasi
terhadap asuhan yang diberikan oleh bidan (Widiastini, 2018).
- Pekerjaan : sebagai gambaran sosial ekonomi,
mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan pasien dengan
permasalahan kesehatan pasien serta pengaruh pekerjaan
pasien terhadap permasalahan keluarga pasien (Widiastini,
2018).
- Suku/Bangsa : memudahkan komunikasi antara
bidan dan klien sesuai suku, adat, daerah, atau budaya
sehinggga klien dapat memahami penjelasan bidan.
- Alamat: sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal
klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan
(Widiastini, 2018).
 Alasan Kedatangan
alasan klien berkunjung ke Pelayanan kesehatan, sehingga dapat
diberikan asuhan yang tepat sesuai dengan tujuan kedatangan pasien
(Widiastini, 2018).
 Keluhan utama klien
keluhan yang sering terjadi pada ibu nifas yaitu Masalah atau keluhan
tersebut diantaranya pada proses menyusui, kemandirian ibu dalam
merawat bayinya, nyeri jahitan, perawatan lukajahitan, personal
hygiene, istirahat dan kaki bengkak, sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan ibu postpartum dalam melalui masa nifas (Mayasari,
2019).
 Riwayat Obstetri
Meliputi riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu hamil
keberapa, umur kehamilan, jenis kelamin, jenis persalinan, penolong
persalinan, komplikasi persalinan dan keadaannya untuk mengetahui
riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu dapat menjadi
penyulit atau mempengaruhi persalinan sekarang dan antisipasi
segera apabila terjadi nilai yang sama dengan riwayat dahulu
(Widiastini, 2018) Pengkajian meliputi :
 Riwayat Persalinan Sekarang
Dikaji untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi (panjang badan, berat badan), penolong
persalinan. Hal ini dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan yang bisa mempengaruhi masa nifas saat ini/tidak
(Ambarwati dkk, 2010).
 Riwayat Kontrasepsi
Dikaji apakah Ibu sebelum hamil menggunakan KB atau tidak, jenis KB
yang digunakan, lama penggunaan, efek samping penggunaan KB,
dan rencana KB yang ingin digunakan Ibu setelah persalinannya
(Varney, 2007).
 Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan saat Ini
Mengkaji adanya tanda dan gejala yang ditemukan pada Ibu
sebagai petunjuk dini adanya respon wanita terhadap keadaanya.
Jika terdapat gejala abnormal, maka kemungkinan dIbutuhkan
adanya terapi pada Ibu tersebut.
 Riwayat Kesehatan yang Lalu
riwayat penyakit yang sedang dan pernah dialami ibu seperti
jantung, hipertensiasma, TBC, Hepatitis, PMS, HIV/AIDS, TORCH,
infeksi saluran kencing, epilepsi, dan malaria. Data ini sebagai
antisipasi pada nifas saat ini sehingga dapat memberikan asuhan
yang tepat sesuai kebutuhan ibu (Widiastini, 2018).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit keluarga yang menular (TBC, hepatitis, PMS, HIV/AIDS)
riwayat penyakit keturunan (DM, HIPERTENSI, JANTUNG) riwayat
faktor keturunan (keturunan kembar, kelainan kongenital, kelainan
jiwa, kelainan darah).data ini sebagai antisipasi pada saat nifas ini
dan sehingga dapat memberikan asuhan yang tepat sesuai
kebutuhan ibu (Widiastini, 2018).
 Pola Kebiasaan Sehari-hari
 Pola Nutrisi
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan nutrisinya dan
intake cairan yang sangat penting karena pada ibu nifas nutrisi yang
masuk di berikan pada bayinya juga melalui ASI
(Prawirohardjo,2009)
 Pola Eliminasi
Ditanyakan mengenai apakah Ibu sudah BAB dan BAK setelah
persalinannya (Prawiroharjo, 2009).
 Pola Istirahat
Pola istirahat ibu cukup atau tidak, karena jika ibu kurang istirahat
dapat kelelahan sehingga mempengaruhi, produksi ASI dan ibu bisa
depresi (Prawirohardjo,2009).
 Pola Personal Hygiene
Kebiasaan dan cara Ibu menjaga kebersihan dirinya karena pada
masa nifas (Prawirohardjo, 2009).
 Pola Psikososial Budaya
Mengkaji apakah Ibu menerima/mengharapkan keberadaan
bayinya, apakah Ibu ada pantangan makan yang dapat
memperlambat penyembuhan lukanya (Prawirohardjo, 2009).
b. Data Obyektif
Data Obyektif bisa dikaji melalui beberapa pemeriksaan, yaitu :
 Pemeriksaan fisik umum
1. Keadaan umum :
Keadaan umum pasien baik jika pasien menunjukan respon yang
baik terhadap lingkungan dan orang lain. Keadaan umum pasien
lemah jika pasien kurang atau tidak respon terhadap lingkungan
dan orang lain (Widiastini, 2018)
2. Kesadaran
untuk mendapatkan gambaran tentang kondis kesadaran pasien
dengan melakuka pengkajia Derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (keadaan maksimal), hingga pasien koma
(pasien tidak sadar) (Widiastini, 2018)
3. Tanda-Tanda Vital :
 Tekanan Darah : Batas normal tekanan darah 90/60 mmHg
sampai 130/90 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari
150 mmHg dari keadaan pasien normal (Wiknjosastro, 2008).
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya jika tidak ada penyakit lain yang menyertai dalam 2
bulan pengobatan (Anggraini, 2010).
 Nadi : Batas nadi normal 60-100x/menit (Wiknjosastro, 2008).
Denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya
dapat disebabkan karena persalinan yang sulit atau kehilangan
darah yang berlebihan (Anggraini, 2010).
 Suhu : Suhu normal adalah 36OC-37OC, jika suhu tubuh Ibu
tinggi menunjukkan adanya infeksi (Anggraini, 2010).
 Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematik dapat dilakukan dengan beberapa cara yang
meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui keadaan umum yang mempengaruhi
kesehatan kehamilan dan persalinan Ibu (Wiknjosastro, 2008).
mengetahui adanya kelainan pada fisik ibu yang menjadi deteksi dini
kesehatan ibu atau penyulit atau saat bersalin
 Wajah
Mengkaji keadaan wajah ibu, oedemah dan apakah ibu terlihat pucat
atau tidak (Widiastini, 2018).
 Mata
Melihat clien anemis atau tidak yang dilihat dari warna kunjungtiva
yang normal berwarna merah muda dan untuk mengetahui pasien
ikterus dilihat dari warna skleranya yang normal adalah putih
(Widiastini, 2018).
 Leher
adakah pembesaran kelenjar limfe atau tidak untuk menentukan
adakah kelainan pada jantung. Adakah pembesaran kelenjar steroid
atau tidak untuk menentukan pasien kekurangan yodium atau tidak.
Adakah kandungan Vena jugularis yang mengindikasikan kegagalan
jantung (Widiastini, 2018).
 Payudara
untuk mengetahui putting susu menonjol dan apakah pecah atau
tidak, pengeluaran ASI, adakah nyeri tekan dan abses,
pembengkakan/ ASI terhenti (Prawirohardjo, 2009).
 Abdomen
mengetahui posisi uterus atau tinggi uterus dan kontraksi uterus,
apakah sudah sesuai dengan hari masa nifas (Prawirohardjo, 2009)..
 Genetalia
Melihat luka jahitan jika ada, varises, adema, adakah pengeluaran
pervaginam (Widiastini, 2018)
Dikaji mengenai pengeluaran pervaginam meliputi:
 Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,
berwarna merah, mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,
jaringan dari decidua, vernix caseosa, lanugo, dan mekonium.
 Lochea sanguinolenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.
 Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta.
 Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna
putih kekuningan, mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
selaput jaringan yang mati (Pitriani,2014).

II. Interpretasi Data


Interpretasidata subyektif dan data obyektif yang telah
diperoleh,mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan diagnosa berdasarkan
interpretasi yang benar atas data yang dikumpulkan.Diagnosa kebidanan ini
dibuat sesuai standard nomenklatur kebidanan.
Diagnosis : P1001Ab000…Jam postpartum atau hari ke… post
partum
(Jika masa nifas sudah lebih dari 24 jam) (Varney, 2007)
Masalah : yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien.
Kebutuhan : kebutuhan yang diberikan sesuai masalah yang ada dan
tidak harus segera dilakukan.

III. Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa
atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).

IV. Tindakan Segera


Pada langkah ini membutuhkan kesinambungan dan proses manajemen
kebidanan. Langkah ini mengidentifikasi perlu tindakan segera yang mampu
dilakukan mandiri atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Disini bidan dituntut untuk
dapat menentukan langkah diagnosa potensial (Varney, 2007).

V. Perencanaan
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika
terdapat informasi/data yang tidak lengkap dapat dilengkapi, merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin. Rencana asuhan
dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang
up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien. Penyusunan rencana
asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan,
sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke dalam informed
consent (Varney, 2007).
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
R/ penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum merupakan hak
klien
2. KIE mengenai nutrisi ibu nifas
R/Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori. Makanlah makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan
3. KIE tentang personal hygine
R/ Personal hygine terutama pada daerah genetalia mengurangi resiko
infeksi yang terjadi pada ibu post partum .
4. Lakukan perawatan payudara
R/ Perawatan payudara dilakukan supaya putting susu tidak keras dan
kering sebagai persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya
ibu menyusui bayinya karena baik untu kesehatan bayinya dan
menghindari bendungan ASI
5. Ajarkan cara menyusui bayi
R/ Mencegah terjadinya lecet pada payudara
6. Ajarkan cara perawatan tali pusat pada bayi
R/ perawatan bayi baik dari hygine untuk mencegah infeksi dan menjaga
kondisi bayi tetap sehat , memberikan kenyamanan pada bayi
7. KIE ASI ekslusif
R/ ASI ekslusif penting untuk daya tahan tubuh bayi
8. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan
R/ Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas dan neonatus
untuk mencegah komplikasi pada ibu dan neonatus .
9. KIE tentang KB dan metode alat kontrasepsi
Rasional : Dengan dilaksanakannya program KB maka dapat
meningkatkan kesejahteraan fisik,mental dan social setiap anggota
keluarga. KB berguna untuk mengatur jarak anak dan jumlah anak yang
diinginkan

VI. Pelaksanaan
Menurut Varney (2007), pada langakh keenam ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
secara efisien dan aman.
VII. Evaluasi
Menurut Varney (2007) evaluasi merupakan tindakan pengukuran
keberhasilan dalam melaksanakan tindakan dan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan tindakan yang dilakukan apakah sesuai kriteria hasil
yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau
tidak. Meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan segera dan evaluasi asuhan
kebidanan yang meliputi catatan perkembangan.
Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
S : Data Subyektif
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.
A : Assesment
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.
P : Penatalaksanaan
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat.
BAB 4
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Ny. K P2002Ab000Post Partum 6 Jam di Puskesmas
Tumpang
Tanggal Pengkajian : 14 Februari 2020
Jam Pengkajian : 07.00 WIB
Tempat : Puskesmas Tumpang
Pengkaji : Intan Saraswati

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama istri : Ny. “K” Nama Suami : Tn. “M”
Usia : 28 tahun Usia : 28 tahun
Suku / bangsa : Jawa Suku / bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Baran Genitri, Kedungrejo
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih terasa mules pada perutnya setelah persalinan.
C. Alasan Datang
-
D. Riwayat Persalinan Saat Ini
Tanggal Persalinan/ Jam : 25-01-2020/ jam 08.00 WIB
Persalinan anak ke : 2
Jenis persalinan : spontan
Lama persalinan : 20 menit
Penyulit dalam persalinan : Tidak ada
Perdarahan : ±100 cc
Penolong : bidan
E. Riwayat Obstetri
No Umur Jenis Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas
Anak persalinan persalinan Ibu Bayi JK PB/BB Keadaan Keadaan Laktasi
1. Normal PMB - - Bidan L 49c Hidup Sehat Segera
m/ setelah
3000 lahir
gr
2 Normal PMB - - Bidan L 50/3 Hidup Sehat Segera
000 setelah
lahir
F. Riwayat KB
Sebelumnya ibu menggunakan Suntik 3 bulan
G. Riwayat Kesehatan Ibu
1. Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang
- Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis maupun infeksi menular seksual
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
tekanan darah tinggi, stroke dan diabetes
2. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak pernah mengalami penyakit menular, menurun dan
atau menahun seperti hipertensi, TBC, Hepatitis, malaria, DM,
penyakit jantung, anemia, maupun IMS serta tidak ada riwayat
kembar.
H. Riwayat Pernikahan
- Status Perkawinan : Kawin 1 kali
- Lama menikah : 6,5 tahun.
I. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Pola nutrisi
Saat nifas : Ibu mengatakan setelah proses persalinan
sudah makan 1 kali dan minum ±3 gelas air putih
- Pola eliminasi
Saat Nifas : Ibu mengatakan setelah proses persalinan
sudah BAK 2 Kali dan belum BAB.

Saat nifas : Ibu telah melakukan ambulasi dini dengan


miring ke kanan dan ke kiri. Dan ibu sudah bisa
mobilisasi ke kamar mandi untuk BAK.
.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
- KU : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Antopometri
TB : 154 cm BB saat hamil : 75,5 kg
- TTV
TD : 120/80 mmHg S : 36,50C
N : 84 kali/menit RR : 22 kali/menit
2. Pemeriksaan Fisik
1. Muka : Tidak pucat,tidak ada cloasma dan tidak
oedem
2. Mata : Simetris, bersih, kongjungtiva merah muda
dan sclera putih.
3. Hidung : Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung

4. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid


serta tidak ada bendungan vena jugularis
5. Payudara :
- kiri :Bersih, simetris, putting menonjol, tidak ada benjolan,
kolostrum (+).
- kanan : Bersih, simetris, putting menonjol, tidak ada benjolan,
kolostrum (+).
6. Abdomen : Ada striae albican, tidak ada luka bekas SC
Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus: baik
VU: kosong
7. Ektremitas
Atas : Oedem (-/-), akral hangat
Bawah : Oedem (-/-) varises`(- /- ), Homan (- / -), akral hangat
8. Genetalia
Tidak ada varises, ada pengeluran lokhea rubra berwarna merah
segar ± 10cc, (+) ada luka jahitan, tidak ada hemorrhoid pada
anus.
3. Pemeriksaan Penunjang
-
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa Aktual
P2002Ab000Post Partum 6 Jam
1. P2002Ab000
DS : ibu mengatakan ini merupakan persalinan yang kedua
DO : terdapat strie albican
2. Post Partum 6 Jam
DS : ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas setelah melahirkan
DO : TFU 2 jari bawah pusat, terdapat pengeluaran lokhea rubra
Masalah
Tidak ada
Kebutuhan
Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI

Diagnosa
P2002Ab000Post Partum 6 Jam
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan, diharapkan kondisi kesehatan klien
membaik.
Kriteria Hasil
TTV dalam batas normal yaitu:

TD: normalnya 90/60 mmHg sampai 120/90 mmHg


N : normalnya 60-100x/menit

S : normalnya 36.5-37.5°C

RR : normalnya 16-24x/menit

Tidak terjadi perdarahan yaitu perdarahan < 500 mL.

Kontraksi uterus baik.

TFU sesuai hari post partum.

Intervensi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
R/ ibu mempunyai hak untuk mengetahui kondisi masa nifasnya saat ini.
2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini.
R/ mobilisasi dini membantu mempercepat involusi uterus.
3. Motivasi klien dalam pemberian ASI eksklusif bayi
R/ dengan memberikan ASI eksklusif dapat mempercepat involusi uteri dan
memberikan nutrisi terbaik bagi bayi dalam 6 bulan pertama kehidupannya.

4. Mengajarkan teknik menyusui yang baik dan benar


R/ teknik menyusui yang benar dapat membuat ibu terhindar dari putting
lecet, sehingga produksi ASI dapat maksimal dan bayi cukup ASI.
5. Menjelaskan pada ibu mengenai personal hygiene agar ibu tetap menjaga
kebersihan kemaluannya
R/ dengan menjaga kebersihan kemaluannya dapat menghindari infeksi
pada ibu.
6. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisi dan cairannya
karena penting untuk pemulihan kondisi ibu dan untuk memperlancar ASI
ibu
R/ Nutrisi (protein) berperan penting dalam proses involusi uterus serta baik
untuk memperlancar ASI
7. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola istirahat karena penting
untuk pemulihan kondisi ibu,
R/ Istirahat yang cukup berperan penting dalam proses involusi uterus serta
baik untuk memperlancar ASI
8. Menganjurkan pada ibu untuk selalu atau minimal setiap 2-4 jam sekali
untuk menyusui bayinya
R/ Agar nutrisi bayi tetap terpenuhi dan mempercepat proses pemulihan
involusi.
9. Memberikan terapi oral amoxicillin (3x1), As. Mefenamat (3x1) dan Vit.A
200.000 IU (1x1) sebanyak 2 buah, dan tablet Fe (1x1)
R/ terapi yang diberikan dapat membantu pemulihan kondisi ibu
V. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
3. Memotivasi klien dalam pemberian ASI eksklusif bayi
4. Mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang baik dan benar
5. Menjelaskan pada ibu mengenai personal hygiene agar ibu tetap
menjaga kebersihan kemaluannya.
6. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisi dan
cairannya karena penting untuk pemulihan kondisi ibu dan untuk
memperlancar ASI ibu
7. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola istirahat karena
penting untuk pemulihan kondisi ibu
8. Menganjurkan pada ibu untuk selalu atau minimal setiap 2-4jam sekali
untuk menyusui bayinya
9. Melakukan kolaborasi terapi oral amoxicillin, As. Mefenamat dan Vit.A
200.000 IU, dan tablet Fe untuk di konsumsi
VI. EVALUASI
Tanggal : 15 Februari 2019 Pukul : 07.00 WIB

S:

Ibu mengatakan merasa sedikit nyeri pada luka jahitan

O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36.6 0C
Pernafasan : 22 x/menit
Perdarahan : ±20 cc
Kontraksi : baik
TFU : 2 jari bawah pusat
A:

P2002Ab000Post Partum 6 Jam


P:

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi ibu


dalam batas normal
E/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan, selain


dapat bermanfaat bagi bayi menyusui secara eksklusif selama 6
bulan dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi alami bagi ibu yang
disebut dengan MAL
E/ ibu mengerti mengenai penjelasan yang disampaikan oleh bidan
dan bersedia mengikuti anjurannya
3. Menganjurkan pada ibu untuk selalu atau minimal setiap 2-4 jam
sekali untuk menyusui bayinya
E/ ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama
menyusui dengan menghindari tarak makan agar produksi ASI
meningkat.
E/ ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan
5. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola istirahatnya dengan ikut tidur
saat bayinya tidur, agar tidak mengurangi produksi ASI dan
membantu pemulihan kondisi ibu.
E/ ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
6. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 3 hari setelah persalinan atau
segera jika ada keluhan
E/ ibu menyatakan kesediaannya untuk melakukan kontrol ulang
BAB 5
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan teori yang ada dengan data
yang didapatkan dari kasus yang ditemui di lahan. Dalam membandingkan
teori dan data tersebut penulis menggunakan langkah-langkah dalam
manajemen kebidanan yaitu identifikasi data dasar, interpretasi data dasar,
diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan


pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan
sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif,
dan efisien khususnya pada “Asuhan Kebidanan Pada Ny. “K” P2002 Ab000 Post
Partum 6 Jam di Puskesmas Tumpang”.

5.1 Identifikasi Data Dasar


Pada kasus Ny K, Ibu melakukan persalinan pada tanggal 25 Januari 2019
jam 08.00 WIB. Ibu mengatakan ini merupakan persalinannya yang ke-2, pada usia
kehamilan cukup bulan, tidak pernah keguguran, hamil anggur, dan atau hamil di
luar kandungan (KET).
Ibu bersalin jam 08.00 WIB. Plasenta lahir lengkap, kontraksi uterus baik,
perdarahan ± 200 cc, jenis kelamin bayi yang dilahirkan laki-laki, BBL 3000 gr, PBL
50cm dan kondisi ketuban jernih, dengan apgar score 7/8.
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelahnya (Prawirohardjo,2014).
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini
dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi
ibu (Saifudin, 2011).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 6
jam pertama. Dari data tersebut didapatkan salah satu penyebab kematian ibu post
partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan pervaginam. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu post partum tentang tanda bahaya
selama masa nifas (Prawirohardjo, 2005).
Dari pemeriksaan keadaan ibu pada 6 jam post partum keadaan umum ibu
cukup baik, kesadaran komposmentis, TD : 120/80 mmHg, S : 36,50C, N: 84
kali/menit dan RR : 22 kali/menit. Dari pemeriksaan fisik, konjunctiva tidak anemis,
sclera putih, tidak ada pernapasan cuping hidung. Nipple menonjol, tidak ada
benjolan abnormal payudara, kolostrum sudah keluar. Abdomen tidak ada luka
bekas operasi, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, VU kosong.
Genitalia eksterna pengeluaran pervaginam (+) lokea rubra ± 50 cc.. Ekstremitas
atas simetris, tidak edem, tidak varises. Ekstremitas bawah simetris, tidak edem,
tidak varises.
5.2 Interpretasi Data Dasar
Identifikasi data dasar diagnosa pada kasus Ny “K” P2002 Ab000 Post Partum 6
Jam. Hal ini berdasarkan identifikasi data subjektif dan objektif.
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan ke-2, dan melahirkan pada kehamilan
cukup bulan, tidak pernah keguguran, hamil anggur, dan atau hamil di luar
kandungan. Ibu bersalin jam 22.55 WIB. Plasenta lahir lengkap, kontraksi uterus
baik, perdarahan ± 200 cc, jenis kelamin bayi yang dilahirkan laki-laki, BBL 3000 gr,
PBL 50 cm dan kondisi ketuban jernih, dengan apgar score 7/8, serta pemeriksaan
anus bayi paten.
Dari pemeriksaan keadaan ibu pada 6 jam post partum keadaan umum ibu
cukup baik, kesadaran komposmentis, TD : 120/80 mmHg, S : 36,50C, N: 84
kali/menit dan RR : 22 kali/menit. Dari pemeriksaan fisik, konjunctiva tidak anemis,
sklera putih, tidak ada pernapasan cuping hidung. Nipple menonjol, tidak ada
benjolan abnormal payudara, kolostrum sudah keluar. Abdomen tidak ada luka
bekas operasi, TFU 2 jari di bawah pusat, UC baik, VU kosong. Genitalia eksterna
pengeluaran pervaginam (+) lokea rubra ± 50 cc.. Ekstremitas atas simetris, tidak
edem, tidak varises. Ekstremitas bawah simetris, tidak edem, tidak varises.
5.3 Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial pada kasus Ny. K adalah tidak ada
5.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan segera untuk mencegah diagnosa potensial pada kasus Ny. K adalah
tidak ada
5.5 Intervensi
Rencana asuhan pada nifas ibu 6 jam post partum adalah
melakukanpendekatan terapeutik pada klien, jelaskan hasil pemeriksaan
kepada klien, berikan informasi tentang cara mengurangi nyeri dengan
relaksasi, distraksi dan mobilisasi dini, motivasi klien dalam pemberian ASI
eksklusif, menjelaskan mengenai personal hygyene, kebutuhan nutrisi dan
istirahat ibu.

Mobilisasi selama masa nifas perlu dilakukan selama masa nifas


karena mempengaruhi involusi uterus. Menurut (Prihartini,2014) yaitu adanya
pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan TFU ibu nifas. Sebagian besar
ibu nifas mengalami penurunan TFU setelah melakukan mobilisasi dini.
Mobilisasi dapat memperlancar darah ke dalam uterus sehingga kontraksi
uterus akan baik dan fundus uteri akan menjadi keras. Mobilisasi dini dapat
langsung dilakukan setelah melahirkan asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan
keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak masa
pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti sebelum melahirkan dapat
dipersingkat. Hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga
mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki
pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ
vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penurunan TFU.

5.6 Implementasi
Seluruh rencana asuhan dilaksanakan dengan efektif dan efisien
sesuai langkah intervensi. Dimana implementasi dari rencana asuhan
terhadap Ny K adalah dengan:

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien


2. Memberikan informasi kepada ibu tentang cara mengurangi nyeri dengan,
- Cara relaksasi
- Cara distraksi
- Cara mobilisasi dini.
3. Motivasi klien dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi
- Memberikan informasi terkait ASI Eksklusif
- Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar
4. Mengajarkan pada ibu mengenai personal hygiene, serta menjelaskan pada ibu
mengenai kebutuhan nutrisi dan istirahat ibu
5.7 Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada hasil implementasi. Seluruh rencana asuhan pada Ny.
A dilaksanakan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan kriteria hasil.
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dari asuhan kebidanan


pada P40040 post partum 6 jam dapat ditarik kesimpulan yaitu dalam proses
pendokumentasian penulis menggunakan 7 langkah Varney diantaranya
pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi kebutuhan
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan untuk data
perkembangan menggunakan SOAP. Dalam teori dan praktek telah
dilakukan sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan dan tidak terjadi
komplikasi antara ibu dan bayi.
1. Data subyektif dapat diidentifikasi melalui anamnesa kepada ibu,
pemeriksaan TTV dan fisik didapatkan dalam batas normal.
2. Identifikasi diagnosa pada kasus adalah P40040 post partum 6 jam.
3. Pada kasus tidak teridentifikasi adanya masalah potensial.
4. Pada kasus tidak teridentifikasi adanya kebutuhan segera.
5. Pada kasus identifikasi intervensi yang dilakukan adalah beritahu hasil
pemeriksaan, jelaskan tentang mules yang dirasakan ibu merupakan hal
yang normal dan wajar terjadi pada ibu masa nifas, anjurkan ibu untuk
mobilisasi dini, BAK, menyusui bayi sesering mungkin, minum obat oral yang
telah disediakan, istirahat yang cukup. Observasi TFU, his dan lokhea;
observasi KU dan TTV.
6. Pada implementasi kasus dapat diidentifikasi bahwa seluruh intervensi yang
direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya sesuai rencana.
7. Pada evaluasi kasus dapat diidentifikasi bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
seluruhnya sesuai dengan implementasi.
6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran yang mungkin


bermanfaat yaitu
1.1. Bagi mahasiswa
a) Dengan adanya laporan kasus terkait ibu nifas dengan postpartum
normaldapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan evidence based
terkini sehingga dapat dilakukan pengkajian masalah dan
ketidaknyaman sejak dini, ditatalaksana dengan baik dan memberikan
prognosis yang lebih baik bagi klien.
b) Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait ibu nifas dengan
postpartum normaldapat digunakan mahasiswa untuk menambah skill
atau keterampilan baru.
1.2. Bagi Puskesmas
Diharapkan bidan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan
kerjasama serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan
kebidanan yang baik bagi klien agar klien mau bekerjasama dan dapat lebih
kooperatif dalam pemberian asuhan kebidanan terkait penatalaksanaan ibu
dengan asuhan postpartum normal 6 jam
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Bahiyatun, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Baldacchino, Donia. 2015. Spiritual Care Education of Health Care Professionals.


Religions

Cunningham, F. G. (2012). Obstetri Williams (23 ed., Vol.1:chap5). Jakarta: EGC

Manuaba. 2002. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta: Rineka Cipta

Mayasari, Senditya & Nicky Danur. 2019. Penerapan Edukasi Family Centered
Maternity Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan
Home Care. Jurnal Ners dan Kebidanan

Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan bu Nifas Normal (Askeb
lll). Yogyakarta: Deepublish

Prawirohardjo. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirphardjo

Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirphardjo

Prihartini, Sabrina Dwi.2014. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tinggi


Fundus Uteri Pada Ibu Nifas Di Paviliun Melati Rsud Jombang. Jombang.
Jurnal Edu Health

Saifudin, dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati Ari, S.SiT,M.Kes dan Nugraheny Esti, S.SiT,M.Kes, 2010. “Asuhan


Kebidanan Pada Ibu Bersalin” Jakarta : Salemba Medika.
Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Widiastini, Luh Putu.2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: In Media

Winkjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 2. EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai