Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan pada P40040 Postpartum Normal 6 jam
Di PMB Sri Wahyuningsih Amd., Keb

Nomor Register :-
Tanggal : 12 Desember 2019
Jam Pengkajian : 06.00 WIB
Tempat : PMB Sri Wahyuningsih

I. PENGKAJIAN
Data Subjektif
A. Identitas
Nama istri : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “E”
Usia : 45 tahun Usia : 48 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Babatan 5/5, Pakisaji
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya mules
C. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
N Umur Jenis Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas
o Anak persalinan persalinan Ibu Bayi JK Keadaan Keadaan Laktasi
1 Anak Normal PMB - - Bidan Pere Baik Baik Baik
pertama mpu
an
2 Anak Normal PMB - - Bidan Laki- Baik Baik Baik
kedua laki
3 Anak Normal PMB - - Bidan Laki- Baik Baik Baik
ketiga laki
4 Anak Normal PMB - - Bidan pere Baik Baik Baik
keempat mpu
an

Data Objektif
A. Pemeriksaan Umum
- KU : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV
TD : 120/80 mmHg S : 36,70C
N : 82 kali/menit RR : 20 kali/menit
B. Pemeriksaan Fisik
- Wajah
Konjungtiva merah muda.
- Payudara
Sudah ada pengeluaran kolostrum pada kedua payudara.
- Abdomen
Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat.
- Genetalia
Tidak ada perdarahan aktif.
- Ektremitas
Akral hangat.
C. Terapi yang telah diberikan:
Asam mefenamat, Siobion, Kalk

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa Aktual
P40040 Post Partum Normal 6 jam

Data Subjektif
- Ibu mengeluh perut masih terasa mules.
- Ibu mengatakan memiliki 4 anak dan tidak pernah keguguran.
- Ibu baru saja melahirkan bayi pada tanggal 11 Desember 2019 jam 17.50 WIB.
Tidak ada penyulit dalam masa nifas dan kondisi ibu sehat.
Data Objektif
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV
TD : 120/80 mmHg S : 36,70C
N : 82 kali/menit RR : 20 kali/menit
- Payudara : Kolostrum sudah keluar.
- Abdomen : Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat.
- Genetalia : tidak ada perdarahan aktif.
Masalah
Tidak ada
Kebutuhan
Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
Diagnosa
P40040 Postpartum Normal 6 jam
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan keadaan ibu nifas dapat berjalan normal.
Kriteria Hasil
- KU : baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV dalam batas normal
Tekanan Darah : 100/70 mmHg sampai 120/80 mmHg
Suhu : 36,5⁰C - 37,5⁰C
Nadi : 60 – 100 kali/menit
Pernafasan : 16 – 24 kali/menit
- Kontraksi uterus baik, TFU sesuai tahap involusi uterus
- Pengeluaran lokhea rubra
Intervensi
1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
R/ Pemberian informasi dapat membuat ibu mengetahui kondisinya dan memberi
ketenangan kepada ibu
2. Jelaskan tentang mules yang dirasakan ibu merupakan hal yang normal dan wajar
terjadi pada ibu masa nifas.
R/ Informasi ini dapat membuat ibu mengerti bahwa keluhannya merupakan hal
yang bahaya ataukah normal.
3. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu miring kiri atau kanan.
R/ mobilisasi dini membantu mempercepat involusi uterus.
4. Anjurkan ibu untuk BAK.
R/ ketika VU penuh, kontraksi uterus melemah. Melemahnya kontraksi uterus dapat
menyebabkan perdarahan.
5. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 1-2 jam sekali.
R/ menyusui bayi selain dapat mengurangi resiko bayi ikterus juga dapat
merangsang kontraksi uterus sehingga dapat mencegah perdarahan.
6. Lanjutkan terapi yang telah diberikan.
R/ Terapi yang diberikan yaitu berupa asam mefenamat yang berfungsi sebagai anti
nyeri, Siobion untuk mengantikan perdarahan yang hilang, dan Kalk.
7. Anjurkan ibu untuk beristirahat ketika bayinya tidur.
R/ ibu post partum kehilangan energi saat persalinan, untuk mengganti energi selain
asupan nutrisi juga diperlukan istirahat yang cukup.
8. Observasi keadaan umum dan TTV
R/ Keadaan umum dan TTV berguna untuk mendeteksi adanya tanda bahaya nifas
9. Observasi tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, dan lokhea.
R/ Pemantauan ini untuk memastikan bahwa ibu menjalani masa nifas secara
normal.

VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2. Menjelaskan tentang mules yang dirasakan ibu merupakan hal yang normal dan
wajar terjadi pada ibu masa nifas.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini berupa miring kiri atau kanan.
4. Menganjurkan ibu untuk BAK.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin (1-2 jam sekali) atau
setiap kali bayi menangis.
6. Menganjurkan ibu untuk minum obat oral yang telah diberikan.
7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat ketika bayinya tidur.
8. Mengobservasi tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, dan lokhea.
9. Mengobservasi keadaan umum dan TTV
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan.
2. Ibu memahami bahwa mules yang dirasakan adalah hal normal.
3. Ibu mampu melakukan mobilisasi dini.
4. Ibu sudah bisa BAK.
5. Ibu berhasil menyusui bayinya dan kedua payudaranya telah mengeluarkan ASI.
6. Ibu telah meminum obat oral yang disediakan.
7. Ibu istirahat ketika bayinya tidur.
8. Observasi telah dilakukan, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik dan pada
genetalia tampak pengeluaran lokhea rubra.
9. Observasi telah dilakukan, TD 120/80 mmHg, suhu 36,9oC, nadi 80 x/menit, pernafasan
21 x/menit.
BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang kesenjangan ataupun kesesuaian antara teori dan
tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny S P40040 post partum
6 jam di PMB Sri Wahyuningsih.

5.1 Identifikasi Data Dasar

Pada kasus Ny S, Ibu melakukan persalinan pada tanggal 11 Desember 2019 jam 17.50
WIB. Ibu mengatakan ini adalah persalinan ke-4, dan melahirkan pada kehamilan cukup bulan,
tidak pernah keguguran, tidak hamil anggur, dan atau hamil di luar kandungan. Plasenta lahir
lengkap, kontraksi uterus baik, perdarahan ±150 cc, jenis kelamin bayi yang dilahirkan
perempuan, BB: 3200 gr, PB: 51 cm, LK/LD/LL : 33/31/12 cm dan kondisi ketuban jernih, serta
pemeriksaan anus bayi paten.

Masa nifas atau masa puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Maryunani, 2009).
Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Saifuddin, 2012).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik bagi
ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, diantaranya
disebabkan komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan
penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan,
maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu (Saleha,
2009).

Dari pemeriksaan keadaan ibu pada 15 jam post partum keadaan umum ibu baik,
kesadaran komposmentis, TD : 120/80 mmHg, S : 36,80C, N: 82 kali/menit dan RR : 20
kali/menit. Dari pemeriksaan fisik, konjunctiva tidak anemis, sclera putih, tidak ada pernapasan
cuping hidung. Puting menonjol, tidak ada benjolan abnormal pada payudara, kolostrum sudah
keluar ASI (+). Abdomen tidak ada luka bekas operasi, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi
uterus baik, VU kosong. Genitalia eksterna pengeluaran pervaginam (+) lokea rubra ± 10 cc..
Ekstremitas atas simetris, tidak oedem, tidak varises. Ekstremitas bawah simetris, tidak oedem,
tidak varises.

5.2 Interpretasi Data Dasar

Identifikasi data dasar diagnosa pada kasus Ny. S adalah P40040 Post Partum 6 Jam. Hal ini
berdasarkan identifikasi data subjektif dan objektif. Ibu mengatakan ini adalah kehamilan ke-4
dan tidak pernah keguguran, hamil anggur, dan atau hamil di luar kandungan. Ibu melakukan
persalinan jam 17.50 WIB, plasenta lahir lengkap, kontraksi uterus baik, perdarahan ±150 cc,
jenis kelamin bayi yang dilahirkan perempuan, BB: 3200 gr, PB: 51 cm, LK/LD/LL : 33/31/12 cm
dan kondisi ketuban jernih, serta pemeriksaan anus bayi paten.

Menurut Sharma (2017) penting untuk melakukan pemeriksaan dan menentukan diagnosis
pada ibu nifas untuk menentukan diagnosis. Dari pemeriksaan keadaan ibu pada 16 jam post
partum keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, TD : 120/80 mmHg, S : 36,80C, N:
82 kali/menit dan RR : 20 kali/menit. Dari pemeriksaan fisik, konjunctiva tidak anemis, sclera
putih, tidak ada pernapasan cuping hidung. Puting menonjol, tidak ada benjolan abnormal
payudara, kolostrum sudah keluar ASI (+). Abdomen tidak ada luka bekas operasi, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus baik, VU kosong. Genitalia eksterna pengeluaran pervaginam (+)
lokea rubra ± 10 cc.. Ekstremitas atas simetris, tidak oedem, tidak varises. Ekstremitas bawah
simetris, tidak oedem, tidak varises.

5.3 Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada kasus ini tidak ditemukan adanya masalah dan diagnosa potensial.

5.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

Pada kasus ini tidak ditemukan adanya diagnosa potensial yang mengancam nyawa.
Sehingga tidak diperlukan tindakan atau kebutuhan segera.
5.5 Intervensi

Pada kasus ini intervensi yang dibuat yaitu melakukan pendekatan terapeutik,
menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang
mules yang dirasakan ibu merupakan hal yang normal dan wajar terjadi pada ibu masa
nifas, menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, menjelaskan pada ibu mengenai personal
hygiene, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisi dan cairan, memberikan
KIE mengenai ASI eksklusif 6 bulan, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara,
menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas, mengobservasi keadaan umum
dan TTV, mengobservasi TFU, kontraksi uterus dan lokhea, menganjurkan ibu untuk
minum obat yang telah diberikan. Pada langkah ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan kasus.

5.6 Implementasi

Penatalaksanaan yang dilakukan kepada Ny. I P40040 post partum normal 6 jam yaitu
berdasarkan intervensi yang telah disusun. Perawatan payudara serta dukungan
menyusui merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam keberhasilan
memberikan ASI Ekslusif. Oleh karena itu, bidan diharapkan memberikan motivasi
secara rutin sejak masa kehamilan untuk memberikan ASI, serta memberikan informasi
pentingnya ASI bagi bayi. Setelah melahirkan, bidan juga memberikan pendampingan,
memotivasi ibu dan memberikan edukasi kepada orang-orang di sekitar ibu mengenai
mitos yang sering berkembang di masyarakat tentang pemberian ASI Eksklusif

Menurut Olaya dkk (2017) dalam jurnal A test of the optimal iron hypothesis among
breastfeeding Ariaal mothers in northern Kenya menyebutkan bahwa dari 108 bayi yang
menjadi sampel penelitian (terdiri dari 46% diberi ASI eksklusif sampai usia 4-5 bulan dan
54% diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan) terdapat prevalesi anemia sebanyak 20%,
defisiensi zat besi/iron deficiency sebanyak 10% dan defisiensi zat besi anemia/iron
deficiency anaemia (IDA) sebanyak 5%. Terjadinya anemia dikarenakan kurangnya asupan
zat besi pada saat postpartum atau bisa dikarenakan komplikasi saat persalinan yaitu
perdarahan. Apabila ibu hamil mengalami anemia pada saat menyusui maka akan
menghambat proses menyusui dan akan menganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan bayinya. Selain itu zat besi akan mendukung kandungan dari nutrisi ASI
yang akan diberikan kepada bayinya dan akan mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan bayinya (Masako, 2017).
Selain masalah ASI ekslusif dalam masa nifas juga terdapat tanda-tanda bahaya
kebidanan yang harus diwaspadai oleh ibu nifas. Banyak ibu di Negara-negara
berkembang yang kehilangan nyawa akibat ketidaktahuan terdapat tanda bahaya pasca
melahirkan. Menurut Amenu dkk (2016) dalam jurnal Knowledge about Danger Signs of
Obstetric Complications and Associated Factors among Postnatal Mothers of Mechekel
District Health Centers, East Gojjam Zone, Northwest Ethiopia, 2014 menyebutkan bahwa
negara-negara berkembang seperti Ethiopia menyumbang tingkat kematian ibu tertinggi
karena komplikasi kebidanan. Menurut temuan penelitian ini, angka yang signifikan pada
Ibu yang masih belum tahu tentang tanda - tanda bahaya komplikasi kebidanan. Penyedia
layanan kesehatan, termasuk penyuluhan kesehatan pekerja adalah sumber informasi
yang paling sering melakukan penyuluhan tanda bahaya komplikasi kebidanan. Tingkat
pendidikan ibu, tingkat pendidikan suami, tindak lanjut ANC selama kehamilan terakhir,
pendapatan bulanan keluarga, menjadi multi-faktor pengetahuan ibu dalam tanda-tanda
bahaya kebidanan. Dari asuhan kebidanan post partum salah satunya adalah menjelaskan
pada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas dan meminta ibu untuk segera ke bidan atau
fasilitas kesehatan terdekat jika menemui stau atau lebih tanda bahaya yaitu keluar darah
banyak, nyeri hebat pada perut bagian bawah, kepala pusing, pandangan mata kabur, atau
bengkak pada seluruh tubuh.

5.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari asuhan kebidanan yang bertujuan untuk menilai
apakah rencana yang disusun dapat terlaksana dengan efektif (Saifuddin, 2012). Tidak
ditemukan adanya kesenjangan dengan teori yang ada.
BAB 6

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dari asuhan kebidanan pada P40040 post
partum 6 jam dapat ditarik kesimpulan yaitu dalam proses pendokumentasian penulis
menggunakan 7 langkah Varney di antaranya pengkajian data, interpretasi data, diagnosa
potensial, antisipasi kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan
untuk data perkembangan menggunakan SOAP. Dalam teori dan praktek telah dilakukan
sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan dan tidak terjadi komplikasi antara ibu dan bayi.
6.1.1. Data subyektif dapat diidentifikasi melalui anamnesa kepada ibu, pemeriksaan
TTV dan fisik didapatkan dalam batas normal.
6.1.2. Identifikasi diagnosa pada kasus adalah P40040 post partum 6 jam.
6.1.3. Pada kasus tidak teridentifikasi adanya masalah potensial.
6.1.4. Pada kasus tidak teridentifikasi adanya kebutuhan segera.
6.1.5. Pada kasus identifikasi intervensi yang dilakukan adalah beritahu hasil
pemeriksaan, jelaskan tentang mules yang dirasakan ibu merupakan hal yang
normal dan wajar terjadi pada ibu masa nifas, anjurkan ibu untuk mobilisasi dini,
BAK, menyusui bayi sesering mungkin, minum obat oral yang telah disediakan,
istirahat yang cukup. Observasi TFU, his dan lokhea; observasi KU dan TTV.
6.1.6. Pada implementasi kasus dapat diidentifikasi bahwa seluruh intervensi yang
direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya sesuai rencana.
6.1.7. Pada evaluasi kasus dapat diidentifikasi bahwa tidak ada data yang menyimpang
dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai seluruhnya sesuai
dengan implementasi.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan saran yang mungkin bermanfaat
yaitu
1. Bagi mahasiswa
a. Dengan adanya laporan kasus terkait ibu nifas dengan postpartum normal dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan evidence based terkini sehingga dapat
dilakukan pengkajian masalah dan ketidaknyaman sejak dini, ditatalaksana dengan
baik dan memberikan prognosis yang lebih baik bagi klien.
b. Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait ibu nifas dengan postpartum
normal dapat digunakan mahasiswa untuk menambah skill atau keterampilan baru.
2. Bagi PMB
Diharapkan bidan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan kerjasama serta
komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan kebidanan yang baik bagi klien
agar klien mau bekerjasama dan dapat lebih kooperatif dalam pemberian asuhan
kebidanan terkait penatalaksanaan ibu dengan asuhan postpartum normal 6 jam

Anda mungkin juga menyukai