Anda di halaman 1dari 6

Idea Nursing Journal Vol. X No.

3 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI RISIKO TINGGI SETELAH


DIRAWAT DI NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU)

The Growth And Development Of High Risks Infants After Discharged From Neonatal
Intensive Care Unit (Nicu)

Mulya Nisa 1, Sri Intan Rahayuningsih 2*


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
E-mail: sriintan@unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Neonatus yang telah memenuhi kriteria untuk dipulangkan dari NICU diharapkan terus sehat dan memiliki
tumbuh kembang yang baik. Namun, selama ini belum ada program yang berorientasi mengontrol tumbuh
kembang neonatus pasca perawatan, sehingga data mengenai tumbuh kembang bayi yang pernah dirawat di
NICU sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi risiko tinggi setelah dirawat di NICU Rumah Sakit Pemerintah. Jenis penelitian ini deskriptif dengan desain
penelitian cross sectional study. Populasinya seluruh bayi risiko tinggi usia 3-6 bulan yang pernah dirawat di
ruang NICU Rumah Sakit Pemerintah. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah quota sampling,
sebanyak 42 responden. Alat pengumpulan data menggunakan meteran dan timbangan untuk mengukur
antropometri, serta Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk mengukur perkembangan bayi. Hasil
penelitian menunjukan mayoritas pertumbuhan berat badan pada kategori normal (85,7%), panjang badan berada
pada kategori normal (73,8%), lingkar kepala pada kategori normal (92,9%), dan perkembangan berada pada
kategori sesuai (85,7%). Namun masih ada bayi dengan gangguan tumbuh kembang dan membutuhkan tindak
lanjut. Direkomendasikan bagi para tenaga kesehatan, khususnya perawat komunitas untuk dapat melakukan
kunjungan ulang pada bayi yang telah dipulangkan dari NICU sehingga dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangannya, serta mendeteksi dini adanya keterlambatan perkembangan atau masalah kesehatan.
Kata Kunci: Pertumbuhan dan perkembangan, bayi, NICU

ABSTRACT
Neonates that meet certain conditions to be discharged from NICU is expected to continue being healthy and
have a good growth development. However, so far there has not been a program oriented to control neonatal
growth and development post-treatment, and it resulted the data on the growth and development of infants who
have been treated in the NICU is very limited. The purpose of this research was to identify growth and
development in high-risk infants after being treated in the NICU at the government hospital. The type of this
research is descriptive with cross-sectional study design. The population is all of high risk infants aged 3-6
months who have been treated in the NICU at the Government Hospital. The sampling technique in this research
was quota sampling, as many as 42 respondents. Data collection tools use tape measure and scales to measure
anthropometry, and the Pre Development Screening Questionnaire (KPSP) to measure infant development. The
results of this research showed the majority of weight growth in the normal category (85.7%), body length were
in the normal category (73.8%), head circumference in the normal category (92.9%), and the development was
in the appropriate category (85.7%).But there are still babies with growth and development disorders and need
follow-up. It is recommended that health workers, especially community nurses, be able to do re-visit to infants
who have been discharged from the NICU, so that they can be monitor infants growth and development, and
detect early development delays or health problems.
Keywords: Growth and development, infants, NICU

PENDAHULUAN dalam rahim dimana hamper semua sistem tubuh


Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia mengalami pematangan organ (Kementerian
28 hari. Pada masa tersebut, bayi mengalami Kesehatan RI, 2017). Saat bayi baru lahir,
perubahan yang sangat besar dibandingkan mereka mulai menjalankan berbagai fungsi

1
Idea Nursing Journal Vol. X No. 3 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

seperti pernapasan, makan, pencernaan, berusia 6 bulan diduga karena faktor seperti
eliminasi, dan stabilisasi suhu. Bayi baru lahir kemiskinan dan pendidikan orangtua yang
memiliki kemungkinan untuk tidak dapat rendah. Pada bayi risiko tinggi yang berusia 3
bertahan hidup jika terjadi masalah yang terkait bulan, risiko keterlambatan perkembangan
dengan fungsi vital mereka (Rosdahl & meningkat untuk semua area, yaitu kognitif,
Kowalski, 2014). komunikasi, motorik, sosial emosi, dan adaptif.
Bayi baru lahir berisiko tinggi adalah bayi Risiko keterlambatan di area motorik yang
yang memiliki komplikasi saat lahir. Ibu, tertinggi setelah dua kali pemantauan. Semakin
keluarga, dan bayi baru lahir berisiko tinggi bertambah usia bayi risiko tinggi maka semakin
termasuk kelompok yang sangat rentan (Rosdahl banyak gangguan perkembangan yang akan
& Kowalski, 2014). Bayi hingga usia kurang dari timbul (Purwanti, 2012).
satu bulan merupakan golongan umur dengan Pada anak usia 6 bulan, risiko keterlambatan
risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan perkembangan akan semakin terlihat jelas pada
dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. seluruh area, kecuali untuk area perkembangan
Tanpa penanganan yang tepat, maka bayi sosial emosi. Perkembangan motorik juga
berisiko mengalami kesakitan dan kematian memiliki peningkatan risiko keterlambatan yang
(Kementerian Kesehatan RI, 2017). dikaitkan dengan prevalensi gagal tumbuh yang
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan meningkat. Gangguan pertumbuhan dapat
Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 menyebabkan abnormalitas tonus otot sementara
menunjukkan angka kematian neonatal yaitu 15 yang dapat menghilang pada bayi dengan
per 1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi rentang usia 6-12 bulan bila ditangani secara
adalah 24 per 1000 kelahiran hidup, dan angka tepat (Purwanti, 2012).
kematian balita ialah 32 per 1000 kelahiran Bayi risiko tinggi yang telah dirawat dapat
hidup. Hal ini menunjukkan terjadinya dipulangkan dari rumah sakit jika telah mampu
penurunan jika dibandingkan dengan hasil SDKI menerima asupan ASI ataupun susu formula
pada tahun 2012 dimana angka kematian tanpa bantuan selang nasogastrik, terjadi
neonatal adalah 19 per 1000 kelahiran hidup, kenaikan berat badan yang stabil, dan suhu tubuh
angka kematian bayi ialah 32 per 1000 kelahiran tetap stabil walaupun di suhu udara biasa
hidup, dan angka kematian balita yaitu 40 per (Soepardam, dkk., 2010 dalam Padila, Amin, &
1000 kelahiran hidup (Windiarto dkk, 2018). Rizki, 2018). Namun bagi keluarga,
Bayi risiko tinggi merupakan kelompok meninggalkan NICU dan kembali ke rumah bisa
yang mempunyai kemungkinan lebih tinggi terasa seperti pergi dari satu dunia dan
untuk mengalami kesakitan dan kematian, melangkah ke dunia lain. Saat di rumah sakit,
termasuk diantaranya gangguan tumbuh keluarga merasa aman dengan mengetahui
kembang. Penyebab bayi berisiko tinggi adalah bahwa mereka dikelilingi oleh orang-orang
gangguan masa prenatal, saat kelahiran, dan dengan keahlian yang dibutuhkan untuk
pascanatal. Keterlambatan perkembangan bayi membantu bayi mereka. Namun saat dirumah
dengan masalah perinatal di Indonesia memiliki keluarga sebagai pengasuh utama merasa
prevalensi antara 17,1-26%. Sedangkan khawatir dengan kemampuannya merawat bayi
prevalensi umum angka kejadian keterlambatan kecil (Murch & Smith, 2016).
perkembangan pada populasi nasional adalah
12,8 - 28,5% (Purwanti, 2012). METODE
Pertumbuhan bayi risiko tinggi lebih rendah Penelitian ini menggunakan metode
pada usia 3 dan 6 bulan dari pada bayi risiko deskriptif dengan desain crosssectional study
rendah terkait dengan fase tumbuh kejar pada yang dilaksanakan bulan Juli sampai September
subjek yang mayoritas adalah bayi prematur. 2019. Teknik pengambilan sampel adalah non
68% bayi prematur dapat mencapai tumbuh probability sampling menggunakan teknik quota
kejar di usia 1 tahun. Prevalensi gagal tumbuh sampling, sebanyak 42 responden.
yang meningkat pada bayi risiko tinggi yang

2
Idea Nursing Journal Vol. X No. 3 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

Alat pengumpulan data menggunakan Tabel 2. Data Demografi Bayi Risiko Tinggi
meteran dan timbangan untuk mengukur No Kategori f %
antropometri (berat badan, panjang badan dan 1. Usia Bayi
lingkar kepala), serta Kuesioner Pra Skrining
3 bulan 8 19,0
Perkembangan (KPSP) untuk skrining
4 bulan 8 19,0
perkembangan bayi. Penelitian telah melewati
5 bulan 16 38,1
uji etik dari Komite Etik Penelitian Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Analisa 6 bulan 10 23,8
data menggunakan analisa univariat. 2. Jenis Kelamin
Perempuan 20 47,6
HASIL Laki-laki 22 52,4
Berdasarkan penelitian yang telah 3. Usia Gestasi
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: Prematur 26 61,9
Cukup Bulan 16 38,1
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Orang 4. Berat Badan Lahir
Tua yang Memiliki Bayi Risiko Tinggi Kecil (KMK) 0 0
No Kategori f % Sesuai (SMK) 35 83,3
1. Pendidikan Ayah Besar (BMK) 7 16,7
Rendah 4 9,5 5. ASI Eksklusif
Menengah 22 52,4 Tidak 13 31,0
Tinggi 16 38,1 Ya 29 69,0
2. Pendidikan Ibu 6. Masalah kesehatan
Rendah 10 23,8 Ada 3 7,1
Menengah 17 40,5 Tidak ada 39 92,9
Tinggi 15 35,7
3. Pendapatan Keluarga Tabel 3. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Bayi
Kurang Layak 20 47,6 Risiko Tinggi Setelah Dirawat di NICU
Layak 22 52,4 No Kategori f %
1. Berat Badan
Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa Sangat kurus 0 0
mayoritas ayah memiliki tingkat pendidikan Kurus 0 0
menengah (52,4%), pendidikan Ibu juga
Normal 36 85,7
didominasi pada tingkat menengah (40,5%).
Pendapatan keluarga sebagian besar (52,4%) Gemuk 5 11,9
pada kategori layak dengan penghasilan Sangat gemuk 1 2,4
diatas Upah Minimum Regional (UMR). 2. Panjang Badan
Berdasarkan tabel 2, diketahui mayoritas Sangat pendek 5 11,9
usia responden adalah 5 bulan (38,1%), sebagian Pendek 6 14,3
besar bayi berjenis kelamin laki-laki (52,4%).
Normal 31 73,8
Mayoritas bayi lahir prematur <37 minggu
(61,9%). Berat badan lahir, mayoritas sesuai 3. Lingkar Kepala
pada persentil 10 sampai 90 grafik pertumbuhan Mikrosefal 1 2,4
intrauterin sebesar 83,3%. Dominan bayi Normal 39 92,9
mendapatkan ASI eksklusif (69%), serta tidak Makrosefal 2 4,8
memiliki masalah kesehatan (90%). 4. Perkembangan
Sesuai 36 85,7
Meragukan 4 9,5
Penyimpangan 2 4,8

3
Idea Nursing Journal Vol. X No. 3 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

Berdasarkan tabel 3, didapatkan bahwa susu formula tidak disarankan (Wong et al,
mayoritas pertumbuhan berat badan bayi risiko 2008).
tinggi berada pada kategori normal (85,7%). Selain penambahan berat badan, bayi juga
Pertumbuhan panjang badan bayi risiko tinggi mengalami pertumbuhan panjang badan yang
sebagian besar juga berada pada kategori normal progresif. Pada penelitian ini, panjang badan
(73,8%), meskipun juga ada yang terdeteksi bayi usia 3-6 bulan yang pernah dirawat di NICU
dengan kategori pendek dan sangat pendek. berada pada kategori normal yaitu sejumlah 31
Mayoritas pertumbuhan lingkar kepala bayi bayi bayi (73,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian
risiko tinggi berada pada kategori normal Sekarkinanti dan Danefi (2018), sebanyak
(92,9%). Perkembangan bayi risiko tinggi 60,71% bayi dengan riwayat BBLR mengalami
didominasi dengan kategori normal (85,7%). pertumbuhan panjang badan sesuai umur.
Meskipun hasil skrining juga menemukan ada Menurut Wong et al (2008), setiap bulan tinggi
bayi yang memiliki penyimpangan pada badan bayi bertambah sebesar 2,5 cm (1 inci)
perkembangannya. selama 6 bulan pertama dan kemudian melambat
selama 6 bulan kedua. Panjang rata-rata badan
PEMBAHASAN adalah 65 cm pada usia 6 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Pada penelitian ini juga didapatkan
bahwa mayoritas pertumbuhan berat badan bayi sebanyak 6 bayi (14,3%) berada pada kategori
usia 3-6 bulan yang pernah dirawat di NICU pendek dan 5 bayi (11,9%) pada kategori sangat
berada pada kategori normal yaitu sebanyak 36 pendek. Panjang badan yang tidak normal dan
bayi (85,7%). Meskipun mayoritas responden tidak ditangani secra tepat, akan menyebabkan
(61,9%) lahir premature, namun sebanyak anak berisiko mengalami stunting dikemudian
83,3% responden memiliki berat badan lahir hari. Hal ini dapat terjadi karena pertumbuhan
yang sesuai dengan usia gestasi. Hal ini anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak tingkat sosio ekonomi, pendidikan orangtua,
mengalami keterlambatan pertumbuhan keturunan, dan nutrisi. Berdasarkan data
intrauterin (IUGR). Selain itu, sebagian besar pendapatan keluarga, 47,6% responden diasuh
responden (69%) mendapatkan ASI eksklusif, dalam keluarga yang penghasilannya masih
sebagai faktor utama yang mendukung belum layak, sehingga sulit memenuhi
pemenuhan gizi dan peningkatan berat badan kebutuhan anggota keluarga. Riset menunjukkan
bayi baru lahir. Bayi yang mendapatkan ASI tingkat sosio ekonomi keluarga berdampak pada
eksklusif, pertumbuhan berat badannya lebih tumbuh kembang anak. Anak yang berasal dari
cepat dibandingkan dengan bayi yang diberikan keluarga yang strata perkenomiannya menengah
susu formula (Hamadiyan, Ashouri & Rasekhi, ke atas memiliki tinggi badan yang lebih
2015). daripada anak yang berasal dari strata sosio
Menurut Hagan, Shaw, dan Duncan (2008, ekonomi yang rendah. Keluarga dari kelompok
dalam Kyle dan Carman, 2014), sebagian besar sosio ekonomi rendah kurang memiliki
berat badan bayi bertambah dua kali lipat dari pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan
berat lahirnya pada usia 4-6 bulan, dan menjadi untuk menyediakan lingkungan yang aman,
tiga kali lipat dari berat lahir saat berusia satu menstimulasi, dan memenuhi nutrisi yang akan
tahun. Pada penelitian ini, bayi yang tidak membantu perkembangan optimal anak (Wong
mendapatkan ASI eksklusif, diberikan nutrisi et al, 2008).
lain oleh orangtua berupa susu formula. Susu Secara garis besar, pertumbuhan dan
formula berperan sebagai alternatif lain perkembangan anak merupakan hasil interaksi
pengganti ASI dalam asupan gizi bayi baru lahir. antara faktor dalam (internal) dan faktor luar
Meskipun tidak sebaik ASI yang mengandung (eksternal/lingkungan). Faktor genetik/
nutrisi dan antibodi, namun susu ini juga dapat keturunan merupakan faktor internal yang
membantu kebutuhan nutrisi bayi. Namun jika berhubungan dengan gen yang berasal dari orang
ibu dapat memberikan ASI eksklusif, pemberian tua sedangkan faktor lingkungan mencakup

4
Idea Nursing Journal Vol. X No. 3 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

biologis, fisik, psikologis, dan sosial (Chamidah, fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus,
2009). Terdapat hubungan besar antara orang tua bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
dan anak dalam hal berat badan, tinggi badan, kemandirian (Chamidah, 2009).
dan laju pertumbuhan. Perkembangan anak membutuhkan
Parameter antropometri lainnya yang stimulasi secara kontinyu, terutama pada
digunakan untuk menilai pertumbuhan anak kelompok bayi risiko tinggi. Pengalaman diawal
adalah lingkar kepala. Lingkar kepala menjadi kehidupan terkait lingkungan perawatan di
salah satu parameter penting dalam mendeteksi NICU akan berdampak pada emosional dan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan motorik anak dikemudian hari. Meskipun
anak. Ukuran kepala saat bayi lahir responden penelitian ini mayoritas normal,
mencerminkan kesejahteraan janin intrauteri, namun stimulasi tetap perlu diberikan sesuai
sedangkan ukuran kepala post natal dipengaruhi rentang usia. Penelitian ini mengungkapkan
oleh morbiditas dan nutrisi neonatal. Pada bayi bahwa Ibu bayi selalu mengupayakan waktu
lahir prematur, pertambahan berat badan dan luang untuk menstimulus perkembangan anak,
pertumbuhan kepala pasca kelahiran secara seperti mengajak bayi tersenyum, berbicara dan
signifikan terkait dengan neurologis jangka bermain sesuai usianya sehingga bayi memiliki
panjang dan penentu utama hasil kognitif anak kelekatan hubungan interpersonal yang besar
(Regev et. al., 2016). dengan orang tuanya. Stimulus yang diberikan
Pada penelitian ini, mayoritas pertumbuhan kepada bayi juga akan merangsang
lingkar kepala bayi usia 3-6 bulan berada pada perkembangan kemampuan fungsional bayi.
kategori normal, yaitu sejumlah 39 bayi (92,9%). Hubungan anak dengan orang terdekat
Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi berperan penting dalam perkembangan anak,
kepala termasuk didalamnya otak dan cairan terutama dalam perkembangan emosi,
serebrospinal. Penelitian ini juga menemukan 2 intelektual, dan kepribadian. Tidak hanya
orang responden dengan makrosefal. Kedua kualitas dan kuantitas kontak yang berpengaruh
responden tersebut tidak memiliki diagnosis pada anak yang sedang berkembang, tapi
medis hidrosefalus saat lahir, namun sama-sama luasnya rentang kontak juga penting sebagai
memiliki riwayat diagnosis neonatal infection. pembelajaran dan perkembangan kepribadian
Pemantauan lingkar kepala penting dilakukan yang sehat (Wong et al, 2008.
hingga anak berusia 2 tahun, mengingat
fontanela anterior baru tertutup pada usia 18
bulan. Ukuran lingkar kepala akan memberi KESIMPULAN
informasi awal tentang kewaspadaan adanya Berdasarkan hasil penelitian, dapat
hidrosephalus. Lingkar kepala yang membesar disimpulkan mayoritas pertumbuhan bayi risiko
dapat dijumpai pada anak yang menderita tinggi setelah dirawat di NICU berada pada
hidrosefalus, megasefali, tumor otak, ataupun kategori normal, meliputi berat badan normal
hanya merupakan variasi normal (Chamidah, (85,7%), panjang badan normal (73,8%), lingkar
2009). kepala normal (92,9%), serta perkembangan
Selain pertumbuhan, perkembangan anak bayi risiko tinggi berada pada kategori normal
juga menjadi suatu hal penting yang perlu yaitu sebesar 85,7%. Direkomendasikan bagi
dipantau selama periode keemasan dari 0 hingga para tenaga kesehatan, khususnya perawat
5 tahun. Pada penelitian ini, perkembangan bayi komunitas untuk dapat melakukan kunjungan
usia 3-6 bulan yang pernah dirawat di NICU ulang pada bayi yang telah dipulangkan dari
mayoritas berada pada kategori perkembangan NICU sehingga dapat memantau pertumbuhan
sesuai usia, yaitu sejumlah 36 bayi (85,7%). Usia dan perkembangannya, serta mendeteksi dini
dini merupakan fase awal perkembangan anak adanya keterlambatan perkembangan atau
yang akan menentukan perkembangan anak pada masalah kesehatan.
fase selanjutnya. Perkembangan anak pada fase
awal terbagi menjadi empat aspek kemampuan

5
Idea Nursing Journal Vol. X No. 3 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

DAFTAR PUSTAKA
Chamidah, A. N. (2009). Deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jurnal
Pendidikan Khusus, 5(2), 83-93.
Hamadiyan H., Ashouri F.P., Rasekhi S. (2015).
Growth of head circumference, weight and
height from birth to 18 months in the south of
Iran. International Elektronic Journal of
Medicine, 4(1).
Kyle, T., & Carman, S. (2014). Buku ajar
keperawatan pediatri. Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil kesehatan
Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Murch, T. N., & Smith, V. C. (2016). Supporting
Families as They Transition Home. Newborn
and Infant Nursing Reviews, 16(4), 298–302.
https://doi.org/10.1053/j.nainr.2016.09.024
Padila, P., Amin, M., & Rizki, R. (2018). Pengalaman
Ibu dalam Merawat Bayi Preterm yang Pernah
dirawat di Ruang Neonatus Intensive Care Unit
Kota Bengkulu. Jurnal Keperawatan Silampari,
1(2), 1–16. https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.82
Purwanti, R. (2012). Penilaian Perkembangan Bayi
Risiko Tinggi dan Rendah pada Usia 3 dan 6
Bulan dengan Instrumen Bayley Scales of Infant
and Toddler Development Edisi III, 14(1), 1–6.
Regev, R. H., et al. (2016). Association between
neonatal morbidities and head growth from birth
until discharge in very-low-birthweight infants
born preterm: a population-based study.
Developmental Medicine & Child Neurology,
58, 1159–1166.
Rosdahl, C. B. & Kowalski, M. T. (2014). Buku ajar
keperawatan dasar. Jakarta: EGC.
Sekarkinanti, L., & Danefi, T. (2018). Gambaran
pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan
riwayat bblr di wilayah kerja uptd puskesmas
pagerageung kabupaten tasikmalaya tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Bidkesmas, 1, 52–62.
Windiarto, T, Yusuf, A.L, Santoso, A.D, Nugroho, S,
Latifah, S, Solih, R, Hermawati, F, Purbasari,
L.A, Rahmawatiningsih, A. (2018). Profil Anak
Indonesia. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Wong, D., L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D.,
Winkelstein, M., L., Schwartz., P. (2008). Buku
ajar keperawatan pediatrik. Vol.1 Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai