Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kebidanan Flora

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BAYI PREMATUR TERHADAP


PENGETAHUAN ORANG TUA BAYI DI DESA TANDAM HILIR II

Desi Handayani Lubis

Abstrak
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Sebagian besar organ tubuhnya
juga belum berfungsi dengan baik, karena kelahirannya yang masih dini. Sebesar 70%
penyebab tingginya kematian perinatal disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan
kematian perinatal sendiri merupakan tolak ukur kemampuan suatu negara dalam upaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.
Bayi prematur memiliki kebutuhan ganda dalam awal kehidupanya.Bayi prematur
memiliki kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin. Disisi lain bayi
prematur memiliki keterbatasan kemampuan akibat kondisi organ yang belum matur
untuk menjalankan fungsinya secara optimal, sehingga bayi prematur memerlukan
energy yang lebih besar dibanding dengan bayi yang cukup bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebagian besar kurang sebanyak 20 orang (62,5%) dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar pengetahuan ibu di baik sebanyak 19
orang (59,4%). Keterampilan ibu menyusui bayi prematursebagian besar baik sebanyak
16 orang (50,0%) dan sebagian kecil kurang sebanayak 5 orang (15,6%) sementara
keterampilan ibu memandikan bayi prematursebagian besar baik sebanyak 14 orang
(43,8%).
Kata kunci : bayi premature, persalinan premature, ekstauterin

PENDAHULUAN

B ayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Sebagian besar organ
tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik, karena kelahirannya yang masih dini. Maka dari
itu, perlu diberikan bidanan khusus (Depkes, RI, 2011). Kelahiran prematur merupakan masalah
penting dibidang reproduksi manusia baik di negara maju maupun negara berkembang seperti
Indonesia. Sebesar 70% penyebab tingginya kematian perinatal disebabkan oleh persalinan
prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri merupakan tolak ukur kemampuan suatu negara
dalam upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh
(Kemenkes, RI 2016).
Kelahiran prematur berpotensi meningkatkan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan, 44 persen kematian bayi di dunia pada
2014 terjadi pada 28 hari pertama kehidupan (masa neonatal). Penyebab terbesar (37 persen)
ialah kelahiran prematur. Prematur menjadi penyebab kematian kedua tersering pada balita
setelah pneumonia. Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran hidup bayi kurang dari
usia kehamilan 37 minggu (WHO, 2014).
Menurut Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berjudul Born Too Soon,
The Global Action Rport Pretem Birth menyebutkan, secara global 15 juta bayi lahir prematur
tiap tahun. Lebih dari satu juta bayi meninggal karena komplikasi akibat lahir prematur.Bayi
yang hidup selamat pun banyak yang mengalami gangguan kognitif, penglihatan, dan
pendengaran. Menurut laporan ini juga, tahun 2014, Indonesia menempati peringkat kelima

1 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

negara dengan bayi prematur terbanyak di dunia (675.700 bayi) setelah India (3,5 juta bayi),
Tiongkok (1,2 juta bayi), Nigeria (773.600 bayi), dan Pakistan (748.100 bayi).Di RSCM
(Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta) yang menjadi pusat rujukan
nasional, jumlah kematian bayi prematur 42,44 persen pada 2013. Dari jumlah itu, kematian
terkait berat badan lahir rendah (PREMATUR) 37,5 persen (Kemenkes, RI 2016).
Penyebab pasti bayi lahir premature sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Adapun faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya bayi lahir prematur yaitu riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus,
hidramnion, penyakit jantung/ penyakit kroniklainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, paritas tinggi, infeksi, trauma
pada janin yaitu cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, keadaan
sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan merokok, pekerjaan dan lain-lain (Nugroho, 2010).
Menurut penelitian Astolfi dan Zonta (2013) mendapatkan 64 % peningkatan kejadian
prematur pada populasi wanita Italia yang berusia 35 tahun atau lebih, terutama pada kehamilan
pertama ( primi tua ) dan persalinan prematur lebih sering terjadi pada kehamilan pertama.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan, jumlah kelahiran
hidup pada periode Januari-November 2015 di dalam wilayah Kota Medan terdapat 20.947
kelahiran hidup. Dan jumlah bayi yang lahir prematur adalah 53 jiwa (0,25 %). Sedangkan
Angka Kematian Bayi menurut Dinas Kota Medan pada tahun 2016 periode Januari-November
2015 terdapat 75 kasus, dimana penyebabnya adalah karena kelainan kongenital, PREMATUR,
prematur, asfiksia, tetanus neonatorum, pneumonia dan lain-lain. Dari data tersebut diketahui
jumlah kematian bayi karena prematuritas terdapat 25 kasus (33,33 %).
Salah satu penyebab kematian balita ialah kurangnya pengetahuan cara menangani bayi
prematur atau PREMATUR. Bidanan neonatal satu jam pertama amat penting, terutama untuk
menurunkan komplikasi neonatal.Bayi prematur yang tidak dirawat dengan benar dan kurang
asupan nutrisi berisiko mengalami lemah mental dan tingkat kecerdasan rendah. Penanganan
dan pemberian nutrisi yang baik pada bayi prematur akan membuat bayi prematur sehat dan
cerdas (Rikwan 2015).
Bayi yang lahir di Rumah Sakit perlu memberikan asuhan Kebidanan untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan kebutuhan pendidikan kesehatan bagi ibu sebagai pengasuh. Dengan
demikian asuhan yang diberikan merupakan asuhan yang berbasis pada keluarga, bukan hanya
pada individu. Pendidikan kesehatan pada orang tua yang dimaksudkan untuk membantu orang
tua menjalankan peran dalam merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit. Romona T. Mercer
dalam teori Kebidanan“Maternal role Attainment” menjelaskan bahwa pencapaian peran
menjadi orang tua sangat dipengaruhi oleh interaksi antara anggota dalam keluarga, termasuk
bayi, nilai dalam keluarga, dan pengalaman yang dimiliki untuk merawat bayi (Davidson,
2010).

2 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

Keterlibatan keluarga terutama ibu, selama bidanan bayi prematur di rumah sakit
menjadi perhatian dalam bidanan yang menggunakan pendekatan family-centered care (FCC).
Pendekatan FCC efektif digunaan untuk mengubah pengetahun dan perilaku ibu serta
menuruankan stress ibu selama bidanan bayi, sehingga ibu akan lebih siap melakukan bidanan
bayi setelah pulang dari rumah sakit (WHO, 2014).
Menurut Melnyk, et.al (2012) dalam penelitiannya mengkaji upaya menurunkan stress,
kecemasan dan depresi orang tua pasca persalinan dengan intervensi program pendidikan
perilaku hasilnya menunjukan bahwa orangtua mengikuti program ini memiliki kepercayaan
diri untuk mengasuh bayi, memiliki interaksi yang lebih baik terhadap bayi dalam mengalami
penurunan rasa cemas dan depresi.
Menurut penelitian Ahmann et.al (2012) di Kanada terhadap 56 ibu bayi prematur
didapat 48% ibu mengalami kesulitan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit. Mereka
mendatangi pelayanan kesehatan kembali karena bayi mengalami apnea selama dirumah.
Sementara menurut penelitian yang dilakukan di rumah sakit dr. Soekandar Mojokerto oleh
Adriati (2011) menunjukan bahwa ada korelasi antara pengetahuan ibu dalam bidanan bayi
prematur setelah keluar dari rumah sakit dengan frekuensi terjadinya sakit pada bayi.
Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan ibu untuk merawat
bayi di rumah.Pendidikan kesehatan sebagai intervensi Kebidanan mandiri dapat direncanakan
untuk meningkatkan kemampuan ibu merawat bayi di rumah. Pendidikan kesehatan yang efektif
akan meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan ibu untuk melakukan bidanan bayi
prematur. Kemampuan ibu memberikan respon yang tepat terhadap sinyal yang diberikan bayi
dan menghasilkan interaksi antara keduanya yang dapat dilihat selama pemberian ASI (Air Susu
Ibu) (Yani, 2015).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Desa Tandem Hilir diperoleh
jumlah bayi prematur tahun 2016 sebanyak 52 orang sedangkan tahun 2017 hingga bulan Juli
sebanyak 32 orang. Dimana karakteristik ibu yang melahirkan prematur pada tahun 2017 yaitu
berumur < 20 tahun sebanyak 5 orang, 20-30 tahun sebanyak 24 orang, > 30 tahun 3 orang,
primipara 9 orang, skundipara 15 orang, multipara 5 orang dan yang grandemultipara 3 orang.
Persiapan ibu untuk merawat bayi prematur di rumah belum diberikan secara efektif, pendidikan
kesehatan diberikan ketika ibu dan bayi akan pulang. Padahal telah diketahui bahwa melahirkan
bayi prematur bukanlah suatu kelahiran yang direncanakan, sehingga kesiapan ibu untuk
merawat bayi prematur di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh persiapan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan selama bidanan.

METODE
Desain penelitian yang dipakai adalah Quasy Experimental dengan pendekatan pre test
– post test pada kelompok eksperimen.Desain ini dipilih karena mengkaji dan memperkirakan
pengaruh pendidikan kesehatan bayi prematur terhadap pengetahuan orang tua bayi. Instrumen

3 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dari subjek penelitian (Arikuntoi, 2010). Pada
penelitian ini peneliti menggunakan alat instrumen penelitian yaitu menggunakan kuesioner
tertutup yang dibuat berdasarkan konsep yang ada. Kuesioner yang digunakan menggunakan
skala Likert.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan
Ibu pada umumnya sudah mengetahui bahwa karakteristik bayi prematur dan bayi
yang berat badannya lahir rendah cenderung berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
atau berat badan bayi yang normal. Hampir semua ibu dapat menyebutkan karakteristik bayi
yang lahir prematur dan bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah itu berbeda dengan bayi
yang lahir cukup bulan, akan tetapi dalam merawat bayi prematur belum tentu semua ibu
mampu melakukannya (Krisnadi. 2011).
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu di Desa Tandem
Hilira dalah kurang sebanyak 20 orang (62,5%) dansebagian kecil pengetahuan cukup
sebanayak 4 orang (12,5%) sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Armi (2015) dengan judul pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan ibu yang memiliki bayi prematur di Ruang Perinatal dan NICU Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang dimana pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dari 88 responden sebagian besar pengetahuan kurang sebanyak 46 orang (52,2%)
dansebagian kecil pengetahuan baik sebanayak 19 orang (21,5%)
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Proverawati (2013) yang menyatakan
bahwa dalam penatalaksanaan bayi prematur perlu di dukung dengan pengetahuan yang baik,
dari pengetahuan ini akan menunjang terhadap pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan
aman terhadap bayi prematur. Dalam hal ini, penatalaksanaan bidanan pada bayi yang dilakukan
oleh seorang ibu meliputi mempertahankan suhu dan kehangatan bayi prematur di rumah,
memberikan ASI kepada bayi di rumah dan mencegah terjadinya infeksi bayi prematur.
Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian masih ada masalah yang sangat
mendasar yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini menyangkut masalah penanganan yang
tepat dan cermat yang ditujukan pada kasus bayi prematur. Karena bayi prematur merupakan
salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Bidanan yang dilakukan pada awal kehidupan ditujukkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar terutama kebutuhan fisiologis agar tercapai suatu keadaan yang stabil dan
terbebas dari penyulit selama proses adaptasi, sehingga memungkinkan bayi untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Informasi yang kurang akan membuat ibu tidak mampu melakukan bidanan kepada
bayi prematur. Selain itu juga ibu yang tidak mau menceritakan yang belum dia pahami dalam
merawat bayi akan memberikan efek pada ibu maupun bayi ketika menghadapi masalah. Maka

4 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

dari sini sebagiknya ibu selalu mncari informasi tentang bidanan bayi prematur dan meceritakan
kepada petugas kesehatan masalah apa yang belum dipahami dalam merawat bayi prematur,
sehingga petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang jelas dala merawat bayi
prematur.
Pengetahuan ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Pengetahuan membuat seseorang mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu,
mencari penalaran, dan mengorganisasikan pengalamannya. pengetahuan ini membentuk sebuah
pemahaman salah satu pemahaman benar nantinya dapat berpengaruh pada perilaku seseorang.
Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang, maka akan baik pula sikap dan perilaku seseorang
tersebut (Notoatmodjo, 2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu di Desa
Tandem Hilir adalah baik sebanyak 19 orang (59,4%) dan sebagian kecil pengetahuan kurang
sebanayak 3 orang (9,4%) sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
Penelitian diatas sejalan dengan teori Notoatmodjo (2013) dimana pengetahuan
membuat seseorang mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, mencari penalaran, dan
mengorganisasikan pengalamannya. pengetahuan ini membentuk sebuah pemahaman salah satu
pemahaman benar nantinya dapat berpengaruh pada perilaku seseorang. Semakin baik tingkat
pengetahuan seseorang, maka akan baik pula sikap dan perilaku seseorang tersebut. Hasil
penelitian Erniati (2015) menyatakan bahwa pengetahuan yang rendah akan mengakibatkan
orang mngalami kesulitan dalam hal menyerap informasi dari luar, baik itu tenaga kesehatan
maupun dari mediamedia lainnya.
Menurut asumsi peneliti setelah melakukan penelitian ini adalah ibu yang pernah
mendapatkan informasi tentang bidanan bayi prematur maka cenderung memiliki pengetahuan
yang baik. Dan informasi mengenai bidanan bayi prematur tersebut bisa diperoleh secara
langsung maupun tidak langsung.baik dari petugas kesahatan, teman, kerabat, keluarga serta
dari media cetak dan media elektronik (majalah, Koran, TV, rado, dan sebainya).
Maka dari sini ibu yang memiliki bayi prematur tetap mencari sumber informasi yang
baik bagaimana merawat bayi prematur, selain itu juga ibu harus memahami gejala-gejala
tentang kelainan pada bayi yang dapat memberikan efek gangguan kesehatan, sehingga jika itu
terjadi pada bayi ibu bisa langsung mencari pertolongan dan bayi dapat ditangani dengan segera.
Pengaruh pendidikan kesehatan bayi prematur terhadap pengetahuan orang tua bayi di
Desa Tandem Hilir tahun 2018
Bayi prematur akan mengalami resiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh,
gangguan pernafasan, gangguan nutrisi dan juga mudah terkena infeksi karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Sehingga bayi prematur sangat membutuhkan perhatian khusus dan bidanan intensif
untuk membantu mengembangkan fungsi optimum bayi (Surasmi, 2013).

5 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pengetahuan orang tua bayi prematur
sewaktu pre-test adalah 2,38 dengan standar deviasi 0.870. Setelah post-test di dapatkan rata-
rata pengetahuan orang tua bayi prematur adalah 1,50 dengan standar deviasi 0,672. Terlihat
perbedaan nilai mean pengetahuan orang tua bayi prematur sebelum dan sesudah sebesar 0,88.
Hasil uji statistik didapatkan nilai . P.value = 0,000. Berdasarkan hasil diatas dimana nilai sig =
0,000 jadi apabila nilai p < atau 0,000 < 0,05
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Magdalena (2012), tentang pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan bidanan BBLR di
RSKIA Kota Bandung, dimana nilai sig = 0,000 artinya p < atau 0,000 < 0,05. Hal ini terlihat
bahwa pengetahuan ibu tentang merawat bayi prematur merupakan faktor yang berpengaruh
dengan perkembangan bayi prematur didukung oleh teori (Easterbrooks, 2008 dalam Saudah
2016) peran ibu yang kurang dalam merawat bayi prematur dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang selama hidupnya
Pendapat Notoatmodjo menyatakan bahwa metode pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
individu, kelompok atau masyarakat agar memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik dan diharapkan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku.(Notoatmodjo,
2013)
Pendidikan kesehatan tentang bidanan bayi prematur dilakukan dengan menggunakan
media berupa power point dan booklet. Notoatmodjo (203) menjelaskan bahwa kurang lebih
75% dari pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, sedang sisanya melalui indera yang lain.
Dengan menggunakan power point dan booklet, informasi yang disampaikan melalui mata lebih
banyak, sehingga informasi akan lebih mudah diterima oleh keluarga.
Selain itu pengetahuan yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang bidanan
bayi prematur dapat diperoleh dari petugas kesehatan yang mampu memengaruhi pengetahun
ibu. Menurut penelitian Rahmayanti (2011), menyatakan bahwa dukungan petugas kesehatan
terhadap bidanan dalam kestabilan tubuh bayi prematur. Penyuluhan yang diberikan oleh
petugas kesehatan baru dalam bentuk pemberian informasi aja, sehingga ini dapat menambah
pengetahuan ibu dan dapat dilakukan langsung terhadap bayi prematur.
Bidanan bayi prematur salah satunya dengan menyusui dengan benar dibutuhkan
pengetahuan dan pendidikan yang baik pula. Hal ini didukung oleh penelitian Dwi (2015) yang
berjudul “Faktor – Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI pada ibu menyusui di
Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Limo Depok”. Dari penelitian Dwi (2015) didapatkan
bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI, dan terdapat juga
hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam menyusui. Semakin baik pengetahuan
dan pendidikan, semakin terpenuhi nutrisi bayi. Sama halnya dalam memandikan bayi, hampir
sebagian responden yaitu 17 responden (37,78%) berpengetahuan baik Pada aspek ini
pengetahuan baik dikarenakan memandikan merupakan yang rutinitas sering ibu lakukan.

6 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

Rutinitas yang sering dilakukan sebelumnya akan membentuk dan menimbulkan kesadaran
pada ibu sehingga pada akhirnya ibu akan mudah menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian dan teori-teori terkait tersebut di atas,
maka peneliti berasumsi bahwa pendidikan kesehatan memiliki pengaruh yang positif terhadap
peningkatan pengetahuan ibu dalam merawat bayi prematur keterampilan tentang cara
memandikan dan menyusui bayi. Pendidikan kesehatan tentang cara bidanan bayi prematur
yang dilakukan dengan memberikan penjelasan dan mengamati cara ibu merawat bayi prematur
yang dapat meningkatkan kemampuan atau keterampilan ibu dalam merawat bayi prematur
sehingga ibu dan keluarga dapat merawat bayi prematur setiap hari. Disamping itu juga dengan
memiliki keterampilan merawat bayi prematur, seseorang juga sudah memahami tentang
manfaat bidanan bayi prematur sehingga akan termotivasi untuk merawat bayi prematur secara
rutin dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain itu menurut peneliti bahawa dengan banyakanya informasi yang kita peroleh
dalam merawat bayi prematur maka secara langsung kita mampu melakukan tindakan dalam
merawat bayi disbanding dengan ibu yang kurang memperoleh informasi dalam merawat bayi.
Akibat ketidak tahuan ibu tidak melakukan tindakan kepada bayi, sehingga akan kemungkinan
terjadi masalah bayi akibat kurang tepatnya dalam memberikan tindakan dalam merawat bayi.
Untuk ibu sehbaiknya tetap mencari informasi kepda petugas kesehatan bagaimana cara
merawat bayi dengan benar. Dan ketika ibu menghadapi masalah dalam merawat bayi prematur
segeralah mencari bantuan, berupa membawak bayi ke rumah sakit.
Peneliti juga menjelaskan bahwa pengetahuan ibu tidak terlepas dari banyaknya
pendidikan kesehatan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, ataupun mengalaminya
secara langsung yakni dalam hal memandikan dan menyusui bayi. Mengenai kemampuan ibu
dalam memandikan bayinya membutuhkan pelatihan khusus dan ibu juga harus memahami
beberapa prosedur manajemen menyusui bayi. Tindakan kemampuan yang tidak didukung oleh
pengetahuan yang memadai dapat menimbulkan perilaku yang tidak menetap. Berdasarkan
catatan lapangan peneliti dijumpai hampir sebagian besar responden memangggil petugas
kesehatan untuk memandikan bayinya dirumah daimana petugas kesehatan selalu memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga. Cara responden memandikan bayinya ini
diajarkan oleh petugas kesehatan dan di bantu dengan peneliti.

SIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka peneliti mengambil kesimpulan
tentang pengaruh pendidikan kesehatan bayi prematur terhadap pengetahuan orang tua bayi di
Desa Tandem Hilir tahun 2018 adalah Pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan
sebagian besar kurang sebanyak 20 orang (62,5%) dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
sebagian besar pengetahuan ibu di baik sebanyak 19 orang (59,4%). Keterampilan ibu menyusui
bayi premature sebagian besar baik sebanyak 16 orang (50,0%) dan sebagian kecil kurang

7 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

sebanayak 5 orang (15,6%) sementara keterampilan ibu memandikan bayi premature sebagian
besar baik sebanyak 14 orang (43,8%). Rata-rata pengetahuan orang tua bayi prematur sewaktu
pre-test adalah 2,38 dengan standar deviasi 0.870. Setelah post-test di dapatkan rata-rata
pengetahuan orang tua bayi prematur adalah 1,50 dengan standar deviasi 0,672. Terlihat
perbedaan nilai mean pengetahuan orang tua bayi prematursebelum dan sesudah sebesar 0,88.
Hasil uji statistik didapatkan nilai . P.value = 0,000 artinya ada pengaruh antara pendidikan
kesehatan bayi prematur terhadap pengetahuan orang tua bayi di Desa Tandem Hilir

DAFTAR PUSTAKA
Armi, (2015).Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu yang
memiliki bayi prematur di Ruang Perinatala dan NICU Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang.Jurnal Program Studi S1 Kebidanan STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang

Adriati Y.M. (2011). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bidanan Bayi Lahir
Prematur Setelah Keluar Dari Rumah Sakit Dengan Frekuensi Terjadinya Sakit :
Studi Di Badan Rumah Sakit Prof. dr. Soekandar Mojokerto tahun 2011

Ahmann E, Abraham MR, Johnson BH. (2012). Changing the Concept of Families as Visitors:
Supporting Family Presence and Participation. Institute for Family-Centered Care:
Bethesda. Kanada.

Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rineka Cipta

Astolfi dan Zonta 2013. Trends in Childbearing and Stillbirth Risk: Heterogeneity among
Italian Regions. Human Biology: Vol. 74: Iss. 2, Article 2.
Available at: http://digitalcommons.wayne.edu/humbiol/vol74/iss2/2

Bakthiar (2011).Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya, Pustekkom


Dikbud dan PT. Raja Grafindo Persada Dalam rangka ECD Project ( USAID ),
Jakarta

Bastable, S.B, (2013).Nurse as Educator Principles of Teaching and Learning for Nursing
Practice, Jones and Bartlett Publishers, Inc.

Davidson, (2010).Board on Health Sciences Policy, Institute of Medicine Committee on


Understanding Prematur Birth and Assuring Healthy Outcomes.Introduction. In:
Behrman RE, Butler AS (eds). Preterm Birth: Causes, Consequences, and
Prevention. The National Academies Press: Washington, DC, 2014, pp 31–52

Davies and Macdowall.(2016). Health Promotion Theory. London School of Hygiene &
Tropical Medicine

Depkes RI. (2011). Pedoman pelaksanaan Bidanan Bayi Baru Lahir Jakarta.

Dwi. (2015). Faktor – Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI pada ibu menyusui di
Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Limo Depok. FK UPN. Skripsi.http:
Downloads\Documents\BAB4.pdf (diakses tanggal 11 Desember 2017)

Krisnadi. (2011). Prematuritas. Bandung: Refika Aditama

8 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora

Magdalena, R., (2012), Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang
penatalaksanaan bidanan BBLR di RSKIA Kota Bandung.Student e-journal 1.1
(2012).Journal.unpad.ac.id.

Melnyk, B. M., Alpert-Gillis, L., Feinstein, N. F., Crean, H. F., Fairbanks, E., Small, L., et al.,
(2012).Creating opportunities for parent empowerment: program effects on the
mental health/coping outcomes of critically ill young children and their
mothers.Pediatrics 113(6):597-607.

Mubarak (2013).Kekhawatiran Dan Ketakutan, Bina Rupa Aksara, Jakarta

Notoatmodjo, S. (2013).Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pelikan. J. M. (2014). Health Promoting Hospitals – Assessing developments in the network


IJPH italian journal of public health- Year 5, Volume 4, Number 4.

Proverawati, A. (2013). PREMATUR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika.

Saudah, N. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu dan Bayi. Yogyakarta: Indomedia Pustaka

Surasmi A, Handayani S., Kusuma H. (2013). Bidanan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

Soewandi. (2013). Analisis Karakteristik Ibu dan Strategi pelaksanaan Imunisasi dengan Polio
di Kabupaten Bireuen Tahun 2014. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Yani E.R. (2015). Pengaruh Praktek Pendidikan esehatan terhadap kesiapan ibu merawat bayi
prematur setelah pulang dari rumah sakit.Junal FIK-UI. Jakarta

Zaidin A. (2010). Dasar-dasar pendidikan kesehatan masyarakat, ed. 1. Cet I, Salemba,


Bandung

9 |V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

Anda mungkin juga menyukai