DI SUSUN OLEH :
Indri Iriani / 215117012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan suatu unit perawatan intensif
untuk bayi baru lahir usia 0 sampai dengan 28 hari yang memerlukan perawatan
khusus misalnya bayi yang lahir dengan berat badan rendah, mengalami gangguan
sistem pernafasan (asfiksia), mengalami kesulitan dalam proses persalinan, maupun
bayi yang terlahir secara prematur.
Ketika orang tua memiliki bayi yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit,
respon fisiologi yang kerap muncul ialah stres. Stres merupakan reaksi atau respon
fisiologi tubuh terhadap suatu perubahan yang terjadi (DeLaune & Ladner, 2011).
Respon fisiologis saat terjadinya stres adalah peningkatan denyut jantung,
peningkatan ketegangan otot leher, gangguan lambung, peningkatan frekuensi nafas,
keletihan, sakit kepala, mual, muntah, diare, kesedihan, gelisah, kesulitan tidur,
gangguan daya ingat, kebingungan, gangguan penilaian dan pengambilan keputusan
(DeLaune & Ladner, 2011; Potter & Perry, 2010). Stres dapat terjadi pada setiap
orang, termasuk pada orang tua yang bayinya dirawat di ruang NICU.
Kegawatan pada neonatus sering dihubungkan dengan infeksi berat pada
neonatus, yang terjadi akibat dari masalah sebelumnya pada bayi maupun ibu.
Neonatus yang lahir dengan tonus otot yang buruk disertai dengan gangguan pada
sistem respirasi dan kardiovaskular merupakan gejala klinis infeksi berat yang
memerlukan tindakan segera (White dkk., 2005). Penanganan awal terhadap kegawat
daruratan neonatus (resusitasi neonatus) dan ketersediaan sarana perawatan intensif
neonatus (Neonatal Intensive Care Unit; NICU) sangat menentukan prognosis dan
kemungkinan kematian pada neonatus (White dkk., 2005).
Standarisasi sarana dan prasarana NICU pada rumah sakit sangat diperlukan. Pada
rumah sakit yang sudah menerapkan standar pelayanan neonatus, prognosis neonatus
sangat tergantung pada derajat berat sakitnya. Faktor alat maupun penunjang lain
termasuk sumber daya manusia, kemungkinan sangat kecil pengaruhnya terhadap
prognosis neonatus (Powers dan Lund, 2005). Akhir akhir ini kebutuhan untuk
perawatan intensif semakin meningkat. Jumlah NICU di negara berkembang seperti
3
Indonesia masih sangat terbatas dan hanya terdapat di rumah sakit-rumah sakit besar,
sehingga penggunaan sarana ini diharapkan efektif dan efisien.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi
bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi
terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi
BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (depkes
RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah
BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk
hidup. Pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang
dicapai sejak dalam kandungan hingga dewasa (Aritonang, 1996). Sentuhan antara
kulit dengan kulit antara bayi dan ibu segera setelah lahir dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kontak fisik secara positif antara
orang tua dan anaknya, membuat anak merasa berharga dan dicintai (Roesli, 2000).
Kelahiran prematur atau kelahiran sebelum waktunya akan merupakan trauma
4
berat. Bayi kecil terlepas dari kehangatan rahim ibunya, dan ditempatkan berminggu
– minggu atau berbulan – bulan seorang diri dalam inkubator. Mereka sering
menerima sentuhan yang negatif, seperti pengambilan darah, pemasangan alat
monitor infus atau kateter. Akibatnya bayi prematur takut disentuh, padahal sentuhan
merupakan kebutuhan dasar manusia. Maka, perlu diperkenalkan sentuhan yang
positif, yaitu pijat bayi sedini mungkin (Roesli, 2007).
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu,
mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan
untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidak matangan sistem
organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya,
sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas (Krisnadi dkk, 2009).
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan
kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003). Usia kehamilan merupakan salah satu
predikator penting bagi kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya
kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari
hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Banyak kejutan terjadi pada
perempuan hamil seperti merasakan tendangan pertama bayinya atau gejala morning
sickness. Tapi kejutan yang paling tidak diinginkan oleh ibu hamil adalah melahirkan
bayi secara prematur (Krisnadi dkk, 2009).
Berdasarkan penelitian, tercatat sekitar 10-15% bayi lahir prematur atau sebelum
waktunya. Dan umumnya bayi yang lahir prematur akan memiliki banyak masalah
setelah lahir. Dibanding bayi yang lahir normal, bayi prematur memang cenderung
bermasalah. Belum matangnya masa gestasi menyebabkan ketidak matangan pada
semua sistem organnya, misalnya pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem
peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan penyerapan (usus), dan sistem
saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat
bayi prematur cenderung mengalami kelainan-kelainan dibanding bayi normal.Pada
bayi prematur risiko gangguan pendengaran pun jadi lebih tinggi. Kurang lebih 5%
5
bayi prematur yang lahir kurang dari 32 minggu masa kehamilan akan mengalami
kehilangan pendengaran pada usia 5 tahun (Hendarto, 2009).
Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara
lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya sebesar 10-15%. Angka
kematian bayi prematur di Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu mencapai 30%-
40% (PDPERSI, 2002).
Bayi prematur merupakan masalah yang penting dalam bidang perinatologi,
karena berkaitan dengan kejadian mortalitas dan morbiditas masa neonatus. Dengan
makin pesatnya perkembangan, kini mulai disadari perlu dan pentingnya menerapkan
terapi sentuhan (pijat bayi) pada perawatan bayi prematur di ruang perinatal,
meskipun harus tetap berhati – hati untuk tidak memberikan rangsangan yang
berlebihan.
Sentuhan dan pijat pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak tubuh
yang berkelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman. Bayi
yang disentuh dengan penuh kasih sayang jarang sekali menangis dan sakit, daripada
yang tidak disentuh. Pijat memperbaiki sirkulasi darah dan menambah system
kekebalan, juga meningkatkan aliran cairan getah bening ke seluruh tubuh untuk
membersihkan zat yang berbahaya dalam tubuh. Pijat juga mengatasi rasa sakit dan
beberapa gejala penyakit, serta meningkatkan relaksasi dan menenangkan bayi yang
menangis (Roesli, 2000).
Pijat meningkatkan kesadaran fisik, kekuatan otot – otot dan membuat persendian
lebih lentur. Khususnya sangat bermanfaat untuk para bayi prematur, yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan yang kurang. Berdasarkan penelitian, dampak positif dari
pijat pada bayi prematur, antara lain lebih banyak meningkatkan berat badan bayi,
bayi tampak lebih siaga dan aktif, mengurangi kecemasan, dan kesulitan tidur pada
bayi (Alan Heath & Bainbridge, 2006).
Riset tahun 1995 di Amerika Serikat mengidentifikasikan jenis sentuhan yang
orang tua berikan pada bayi prematurnya pada tiga minggu pertama sibayi, yaitu saat
bayi tersebut sedang sakit atau belum stabil secara psikologis. Dalam studi ini, bayi
disentuh secara lembut, dengan tangan diletakkan dikepala dan tubuh bayi selama 15
menit perhari. Sentuhan ini menentramkan bayi, menurunkan aktivitas fisik dan
meminimalkan tanda gelisah. Sentuhan ini tidak mengakibatkan pengaruh yang
6
berlawanan pada detak jantung atau pernapasan bayi prematur (Alan Heath &
Bainbridge, 2006).
Berdasarkan penelitian Prof. T. Field dan Scafidi (1986 & 1990) dari Universitas
Miami, AS, terapi sentuhan (pijat) bisa memberikan efek positif secara fisik, antara
lain kenaikan berat badan bayi dan peningkatan produksi air susu ibu (ASI). Telah
diamati perubahan berat badan 20 bayi prematur setelah mendapat pijatan secara
teratur. Bayi mengalami kenaikan berat badan 20 – 47 % perhari setelah dipijat 3 x
15 menit selama 10 hari dibanding dengan bayi prematur yang tidak dipijat. Ini
disebabkan bayi yang dipijat mengalami peningkatan produksi enzim penyerapan
seperti gastrin dan insulin sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi
lebih baik, sehingga bayi menjadi cepat lapar.(Roesli, 2001). Makin banyak ASI
disedot oleh bayi (menyusui), maka produksi ASI makin meningkat. Ini karena
dalam proses produksi ASI berlaku hukum supply and demand. Artinya, makin
banyak ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI diproduksi.
Di Rumah Sakit Umum di bagian perinatal dan ruang bayi, pijat bayi prematur
merupakan suatu program kegiatan rutin yang dilakukan terhadap bayi - bayi
prematur dengan frekwensi 2 kali dalam sehari. Selain itu di rumah sakit tersebut
belum pernah dilakukan penelitian tentang peningkatan berat badan bayi prematur
dengan terapi pijat bayi.
Kortisol (bahasa Inggris : Cortisol, Hydrocortisone, 11 beta, 17 aplha, 21
trihydroxy, 4 pregnene, 3,20 dione) adalah hormone steroid dari golongan
glukortikoid yang diproduksi oleh sel di dalam zona fasikulata pada kelenjar adrenal
sebagai respon terhadap stimulasi hormone ACTH yang disekresi oleh kelenjar
hipofisis, juga merupakan hasil reaksi organic hidrogenasi pada gugus 11 keto
molekul hormone kortison yang dikatalis oleh enzim 11 β-hidroksisteroid
dehidrogenase tipe 1 yang umumnya disekresi oleh jaringan adipose. Kelebihan
hormone ini dalam darah menyebabkan sindrom cushing. Selain itu, hormone
kortisol juga diproduksi oleh hati.
Hormone ini bekerja dengan mengakibatkan kadar gula darah melalui mekanisme
glukoneogenesis, menekan kerja system imun, dan meningkatkan metabolism lemak,
protein, dan karbohidrat. Selain itu, hormone ini juga menghambat pembentukan
tulang. Hidroksikortison adalah nama lain dari kortisol yang digunakan dalam
7
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Definisi Dari NICU
2. Apa Itu Definisi Dari BBLR
3. Apa Itu Definisi Dari Premature
4. Apa Itu Definisi Dari Pijatan / Sentuhan Pada Bayi Premature
5. Apa Itu Definisi Dari Hormon Kortisol
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengidentifikasi dan menganalisa trend isu dan riset dalam proses asuhan
keperawatan di NICU dan PICU
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari NICU
b. Untuk mengetahui Definisi Dari BBLR
c. Untuk mengetahui Definisi Dari Premature
d. Untuk mengetahui Definisi Dari Pijatan / Sentuhan Pada Bayi Premature
e. Untuk mengetahui Definisi Dari Hormon Kortisol
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
memerlukan pengawasan intensif, yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2000
gram, bayi dengan persalinan bermasalah, bayi yang menderita sakit seperti diare,
infeksi, dan bayi kuning yang memerlukan terapi sinar. Tingkat ketiga merupakan
unit perawatan intensif neonatus untuk neonatus dengan risiko tinggi dan
memerlukan pengawasan ketat (White dkk., 2005).
Unit perawatan intensif neonatus dilengkapi dengan peralatan khusus sehingga
dapat dilakukan observasi ketat. Peralatan di NICU pada masing-masing rumah sakit
tidak sama tetapi umumnya beberapa peralatan yang umum ada yaitu:
1. Feeding tube; merupakan selang kecil yang dimasukkan melalui mulut sampai
lambung untuk memasukkan air susu ibu (ASI) atau susu formula.
2. Infant warmer; merupakan tempat tidur dengan penghangat di atasnya.
3. Inkubator; merupakan tempat tidur kecil yang tertutup plastik keras transparan,
dengan lubang pada samping untuk jalan memeriksa bayi dan suhu dapat diatur
sesuai kondisi bayi.
4. Jalur infus; sebuah kateter kecil fleksibel yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah vena umumnya pada lengan dan kaki, atau kateter yang dimasukkan ke
umbilikus. Jalur infus diperlukan untuk kebutuhan cairan dan obat-obatan.
5. Monitor; bayi disambungkan ke monitor melalui elektrode dan dapat terekam
tanda-tanda vital antara lain laju jantung, pernapasan, tekanan darah, suhu dan
kandungan (saturasi) oksigen dalam darah.
6. Alat terapi sinar; digunakan untuk bayi-bayi yang kadar bilirubinnya di atas
normal dan memerlukan terapi sinar.
7. Bubble CPAP (Continuous Positive Airway Pressure); merupakan alat yang
mempertahankan tekanan positip pada saluran napas bayi dengan pernapasan
spontan.
8. Ventilator; merupakan suatu alat (mesin) yang memompa dan mengatur aliran
udara ke dalam saluran pernapasan bayi melalui pipa (pipa endotrakea) (White
dkk., 2005).
10
2. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati,
2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
3. Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
11
f) Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula
darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan
cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat
menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan
melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru.
Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang.
Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob
yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi
hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori
yang rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.
b) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi
adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada
bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses
kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik.
Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang
diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut
Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah
36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan
ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai
penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
Tabel. Suhu Inkubator Yang Di
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan
cuci tangan terlebih dahulu.
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk
mencegah penularan
d) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi
preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi
cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai
mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang.
Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan
kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau
dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk
tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima
makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu
harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi
oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan
keletihan.
16
f) Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas,
minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan
dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan
ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola
tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan
penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi
akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi
penggunaan energi oleh bayi.
17
g) Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan
gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit
perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume
rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi
pendengaran.
Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau
keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan,
menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan
suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama
pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung
bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik
untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah
periodik apnea.
h) Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan
membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya
memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit
perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain
cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya,
takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan
dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi
krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk
melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan
melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu
akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat
bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan
menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk
meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan
orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.
18
Kontak kulit secara langsung antara bayi dengan ibunya melalui PMK
dapat mencegah bayi terjadi hipotermi karena terjadi perpindahan panas dari
tubuh ibu ke bayinya sehingga suhu bayi selalu stabil. Selain itu, PMK akan
membuat bayi menjadi lebih nyaman dan tidak stress serta meningkatkan
kemampuan dan kepercayaan diri ibu dalam merawat dan menyusui bayi.
Hal ini dapat meminimalkan penggunaan energi oleh bayi sehingga energi
yang ada dapat digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mengalami
stress fisik dapat berakibat peningkatan denyut jantung dan pernafasan bayi
sehingga meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen dan energi.
Bohnhorst dan Heyne (2001) meneliti tentang manfaat PMK terhadap
pernafasan dan termoregulasi pada 22 bayi BBLR dengan usia gestasi antara
24-31 minggu didapatkan hasil pada pengukuran suhu rektal terdapat
peningkatan suhu setelah dilakukan PMK dari 36,2-37,4°C menjadi 36,6-
38,6°C.
5) Penggantian sodium yang tidak adekuat
Bayi prematur mempunyai kebutuhan sodium yang tinggi karena fungsi
ginjal yang belum matang sehingga memerlukan jumlah sodium yang lebih
banyak untuk mempertahankan sodium serum tetap normal.
6) Kurang lemak susu
Cara menyusui yang kurang benar, yaitu menyusui tetapi tidak sampai
payudara kosong dapat mengakibatkan asupan lemak susu berkurang karena
kandungan ASI yang paling kaya akan lemak adalah ASI yang terakhir
keluar. Melalui PMK ibu juga diajarkan cara menyusui yang benar sehingga
ibu dapat menyusui dengan benar dan lebih percaya diri.
7) Pemberian steroid pasca lahir
Pemberian steroid atau dexamethasone dapat mempengaruhi
pertambahan berat dan panjang badan. Hal ini disebabkan obat
meningkatkan katabolisme sehingga pemecahan protein dipercepat. Pada
kondisi ini peningkatan asupan protein tidak terlalu bermanfaat karena dapat
memicu stress metabolik.
20
8) Kurang aktivitas
Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi pertambahan
berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas ini bukan hanya aktivitas
aktif tetapi juga pasif. Peran perawat sangat diperlukan dalam
mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya dengan mengubah posisi
dan memberi pijatan ringan pada bayi.
Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan melalui PMK karena
selama aktivitas ini ibu dianjurkan untuk memberikan sentuhan fisik secara
lembut kepada bayi untuk merangsang psikomotor bayi. Penelitian yang
dilakukan oleh Feldman dan Eidelman (2002) pada 73 bayi preterm yang
dilakukan PMK secara termitten dan diikuti perkembangannya selama 6
bulan, memberikan dampak positif pada perkembangan neurophysiological,
kognitif, dan perkembangan motorik serta proses parenting.
c) Penialaian Pertumbuhan Fisik
Indikator pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan kulit. Akan tetapi pengukuran
yang paling mudah dan sering digunakan pada bayi untuk memantau dan
menilai pertumbuhannya adalah kenaikan berat badan (Kosim Sholeh, 2005).
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gr dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <
1500 gr ). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila
terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan
selama tiga bulan seharusnya :
1) 150-200 gr seminggu untuk bayi < 1500 gr ( misalnya 20-30 gr/hr)
2) 200-250 gr seminggu untuk bayi 1500-2500 gr ( misalnya 30-35 gr/hari)
d) Cara Mengukur Berat Badan BBLR
Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah pemberian nutrisi
dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah yang masalah yang
berhubungan dengan BBLR, memantau pertumbuhan, serta menghitung dosis
obat dan jumlah cairan.
Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan lebih
sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian berturut-turut
21
dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi masih dirawat di rumah
sakit. Kenaikan berat badan minimum 15 gr/kgBB/hari selama tiga hari.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10 gr yang
dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus ditera sesuai
petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau setiap kali alat
dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada.
Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih di atas
papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang dengan hati-hati di
atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk ditimbang, selanjutnya baca skala
berat badan sampai 5-10 gr terdekat. Catat berat badan dan hitung
kenaikan/penurunan berat badan.
C. Bayi Prematuritas
1. Pengertian Bayi Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu, dengan berat badan lahir rendah (Whaley dan Wong, 2004). Pengertian
yang lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup dan dilahirkan
sebelum usia kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (WHO,
2001).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat lahir kurang dari 2500 gram (Royyan, 2012). Sebagian besar
organ tubuh belum berfungsi dengan baik, karena kelahiran yang masih sangat
dini. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara kehamilan 20
minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
a) Faktor Ibu
Keadaan ibu yang sering menyebabkan kelahiran prematur diantaranya
yaitu malnutrisi, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, Ketuban Pecah Dini (KPD), kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung, hipertensi atau penyakit kronik lainnya, umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, preeklamsi
berat dan eklamsi, infeksi, trauma dan lain-lain (Proverawati dan Sulistyorini,
2010).
b) Faktor Janin
Keadaan janin yang dapat menyebabkan kelahiran prematur yaitu gawat
janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan jantung janin), infeksi
intrauterin, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), dan gemili (Indrasanto,
2008).
c) Faktor Plasenta
Berat plasenta berkurang atau berongga dapat mempengaruhi kelahiran bayi
prematur, begitu juga luas permukaan plasenta. Sindrom tranfusi bayi kembar
atau sindrom parabiotik juga mempengaruhi bayi prematur (Proverawati dan
Sulistyorini, 2010).
d) Faktor Sosial Ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, karena
keadaan gizinya yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang
(Proverawati dan Sulistyorini, 2010).
b. Usia Gestasi
Usia gestasi pada bayi prematur akan mempengaruhi timbunan lemak di
bawah kulit. Semakin muda usia bayi semakin tipis kandungan lemak di
bawah kulitnya. Pembentukan lemak coklat dimulai minggu ke-30 (Klauss
Fanaroff, 2003). Hal ini akan berdampak pada rentannya bayi kehilangan
panas.
secara teratur. Bayi mengalami kenaikan berat badan 20%-47% perhari setelah
di pijat 3x15 menit selama 10 hari.
c. Meningkatkan efektifitas istirahat (tidur) bayi
Kebanyakan bayi akan tidur dengan waktu yang lama begitu pemijatan usai
dilakukan, karena bayi yang otot-ototnya di stimulus dengan pijatan akan
merasa nyaman dan mengantuk. Beberapa area dalam saraf otonom
parasimpatis nuclei rafe dan nukleus tractus solitarius, yang merupakan regio
sensorik medula dan pons yang di lewati oleh sinyal sensorik viseral yang
memasuki otak melalui saraf-saraf vagus dan glisovaringeus, juga
menimbulkan keadaan tidur.
d. Meningkatkan konsentrasi bayi
Pemijatan dapat merangsang peredaran darah yang mengalir ke seluruh
tubuh, termasuk ke otak. Ketika suplai oksigen untuk otak bayi tidak lancar
maka fungsi otak untuk berfikir akan terganggu. Terpenuhinya oksigen di otak
secara cukup membuat konsentrasi dan kesiagaan bayi semakin baik.
e. Meningkatkan daya tahan tubuh
Pemijatan akan meningkatkan tonus vagal sehingga merangsang saraf
vagus. Suplai saraf parasimpatis diantarkan ke abdomen melalui saraf vagus.
Saraf vagus adalah saraf kepala ke sepuluh yang mengatur fungsi organ tubuh
termasuk di bagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus (saraf
parasimpatis akan merangsang sel enterochromaffin dalam saluran
gastrointestinal untuk mengeluarkan hormon serotonin (Guyton, 2007). Selain
itu sistem neurotransmiter serotonin juga meningkatkan kapasitas sel reseptor
untuk mengikat glukokortikoid (adrenalin suatu hormon stres) sehingga
menyebabkan penurunan kadar hormon adrenalin (cortisol hormone) sehingga
menimbulkan perasaan rileks (Roesli, 2009; Yahya, 2011).
f. Kestabilan suhu tubuh
Produksi panas berasal dari pelepasan norepinefrin yang menyebabkan
metabolisme simpan lemak coklat. Pada saat bayi lahir suhu tubuh turun secara
tiba-tiba, neonatus tidak dapat menggigil dan tergantung pada termogenesis
tanpa menggigil atau kimiawi untuk menghasilkan panas, sehingga melebihi
kemampuan neonatus menghasilkan panas (Lissauer dan Fanaroff, 2013).
29
Ujungujung saraf pada permukaan kulit akan bereaksi terhadap sentuhan pijat
bayi berproyeksi menuju hipotalamus mengakibatkan perangsangan pada
hipotalamus.
Perangsangan pada hipotalamus menyebabakan disekresikannya
Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangasang kelanjar
pitutary untuk meningkatkan produksi propioidmelanocortin (POMC) sehingga
produksi enkaphalin sebagai neurotransmiter dapat mempengaruhi rileks dan
kestabilan suhu tubuh. (Guyton, 2007). Selanjutnya melalui jaringan saraf yang
berada di sumsum tulang belakang sehingga hantaran pijatan melalui sentuhan
dan miyak mampu meningkatkan kestabilan suhu tubuh bayi tidak jatuh pada
kondisi hipotermi (Roesli, 2013).
Sentuhan dan pijat bayi dapat memperlancar nutrisi ke seluruh sel karena
nutrisi penting agar sel dapat tumbuh dan menjalankan fungsinya. Pijat bayi juga
mempengaruhi peningkatan produksi serotonin, aktivitas neurotransmiter
serotonin yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat
glucocorticoid, dan proses ini akan menurunkan kadar hormon adrenalin (hormon
stres).
Penurunan kadar hormon stres ini akan meningkatkan daya tahan tubuh,
terutama IgM dan IgG konsentrasi pijatan dapat mengubah gelombang otak
dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta
serta tetha, yang dapat dibuktikkan dengan penggunaan EEG (Elektro
Enchephalogram) (Kurnia Sari, 2013).
E. Hormon Kortisol
1. Pengertian
Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang umumnya
diproduksi oleh sel di dalamzona fasikulata pada kelenjar adrenal sebagai respon
terhadap stimulasi hormon ACTH yang disekresioleh kelenjar hipofisis.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisa Journal
Effects of Gentle Human Touch and Field Massage on Urine
Cortisol Level in Premature Infants: A Randomized, Controlled
Clinical Trial
Judul Penelitian
Efek Sentuhan Manusia yang Lembut dan Pijat Lapang pada
Tingkat Kortisol Urin pada Bayi Prematur: Uji Klinis Acak dan
Terkendali
Malihe Asadollahi, Mahnaz Jabraeili, Majid Mahallei,
Penulis
Mohammad Asgari Jafarabadi, Sakine Ebrahimi
Tempat Penelitian Tabriz, Iran
Publikasi 1 Sep. 2016
Reviewer Indri Iriani
Rawat inap di unit perawatan intensif neonatal dapat
menyebabkan banyak tekanan untuk bayi prematur. Karena bayi
prematur tidak dapat diproses dengan benar stressor,
mengidentifikasi intervensi yang mengurangi tingkat stres bagi
mereka tampaknya perlu.
Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran sebelum 37
minggu kehamilan yang selesai. Sekitar, tingkat global kelahiran
prematur adalah sekitar 11,1% yang setara dengan 14,9 juta
Latar Belakang
kelahiran setiap tahunnya. Vazirinejad dkk., Melaporkan bahwa
tingkat berat lahir rendah ( berat lahir kurang dari 2500 gram)
adalah 9,6% di rumah sakit rujukan di Iran.
Karena kemajuan terbaru dalam perawatan prenatal dan
neonatal tingkat kelangsungan hidup premature bayi telah
meningkat secara signifikan. Perlu dicatat bahwa peningkatan
kelangsungan hidup ini tidak terkait dengan penurunan komplikasi
seperti berat lahir rendah dan bayi yang bertahan hidup lebih
35
oleh prematuritas. Pendekatan ini terdiri dari berbagai macam intervensi termasuk
kontrol stimulus tambahan (seperti visual, pendengaran, dan keseimbangan
stimulus taktil), perawatan klaster, perawatan yang berpusat pada keluarga,
perilaku atau teknik pendukung (seperti Kanguru perawatan ibu, posisi, mengisap
non-nutritif), dan rangsangan positif seperti music dan sentuhan lembut.
e. Bukti terbaru menunjukkan kurangnya rangsangan sensorik pada bayi prematur
dapat bertindak sebagai stressor dan dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan dan neurologis. Banyak penelitian telah dilakukan pada efek terapi
pijat pada bayi prematur dan telah menunjukkan banyak konsekuensi positif
seperti: kenaikan wieght, penurunan durasi rawat inap, peningkatan kejadian
infeksi terlambat, dan aktivasi perkembangan perilaku dan otak.
f. konsep Gentle Human Touch (GHT) untuk menunjukkan sentuhan lembut dan
pijat Field. Efek GHT pada enam bayi prematur pada usia kehamilan 32-27
minggu menunjukkan bahwa selama intervensi GHT kelompok eksperimen
memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah, peningkatan berat badan yang lebih
besar, mengurangi kebutuhan oksigen, serta penurunan aktivitas motorik. Tingkat
kortisol pada bayi prematur dalam 29 minggu kehamilan berkurang setelah terapi
pijat.
42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan suatu unit perawatan intensif
untuk bayi baru lahir usia 0 sampai dengan 28 hari yang memerlukan perawatan
khusus misalnya bayi yang lahir dengan berat badan rendah, mengalami gangguan
sistem pernafasan (asfiksia), mengalami kesulitan dalam proses persalinan, maupun
bayi yang terlahir secara prematur.
Unit perawatan intensif neonatus merupakan ruang perawatan intensif neonatus
dengan kegawatan/sakit kritis di rumah sakit. Unit perawatan intensif diperlukan
untuk perawatan neonatus yang memerlukan penanganan khusus dan neonatus
dengan risiko tinggi mengalami kematian. Penanganan pasien neonates pada
dasarnya tidak bisa disamakan atau disatukan dengan pasien dengan keluhan dan
penyakit lain. Neonatus memerlukan penanganan dan perlakuan khusus karena
memiliki risiko kematian yang tinggi (Powers dan Lund, 2005). Ruang perawatan
khusus neonatus terdiri dari tiga tingkat berdasarkan derajat kesakitan, risiko
masalah, dan kebutuhan pengawasan.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu, dengan berat badan lahir rendah (Whaley dan Wong, 2004). Pengertian
yang lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup dan dilahirkan sebelum
usia kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (WHO, 2001).
Pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal manusia. Pijat
bayi telah lama dilakukan hampir diseluruh dunia termasuk di indonesia dan di
wariskan secara turun temurun (Putri, 2009). Kulit merupakan resptor terluas.
Sentuhan merupakan indera yang berfungsi sejak dini dimana bayi dapat merasakan
43
fungsi sentuhan sejak masa janin,ketika masih dikelilingi dan di belai oleh cairan
ketuban yang hangat di dalam rahim ibu (Roesli, 2013).
Kortisol adalah hormone yang secara alami di produksi dikelenjar adrenal.
Kortisol membantu mengontrol metabolism, mengatur tekanan darah dan
meningkatkan fungsi system kekebalan tubuh yang baik, oleh karena itu sangatlah
penting untuk menjaga kadar kortisol yang sehat didalam tubuh. Kekurangan kortisol
merupakan kondisi yang serius yang bisa mengidentifikasikan bahwa kelenjar
adrenal anda tidak berfungsi dengan baik.
B. Saran
Semoga dengan adanya penelitian ini, perawat-perawat anak di Indonesia bisa
menjadi perawat yang handal dan professional dalam menyediakan dan memberikan
perawatan pada bayi BBLR, Bayi premature merasakan betapa sakitnya pengalaman
akan nyeri dan stress yang bisa mempngaruhi kualitas hidup bayi premature di masa
yang akan dating sehingga kehilangan kepercayaan kepada orang lain dan semoga
bermanfaat.
44
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/BAHAN%20KULIAH%20BUNDA/KAK/TUGAS%204/TUGAS%204/NICU
.pdf (Di Akses tanggal 17/05/2018)
file:///E:/BAHAN%20KULIAH%20BUNDA/KAK/TUGAS%204/TUGAS%204/PRE
MATUR.pdf (Di Akses tanggal 17/05/2018)
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=9188 (Di Akses tanggal 17/05/2018)
file:///E:/BAHAN%20KULIAH%20BUNDA/KAK/TUGAS%204/TUGAS%204/KOR
TISOL.%201pdf.pdf (Di Akses tanggal 17/05/2018)
http://erepo.unud.ac.id/10229/3/85c6a99f48dfb6fba8339810772895f9.pdf (Di Akses
tanggal 17/05/2018)