Anda di halaman 1dari 44

1

APLIKASI KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KLINIK DAN


KOMUNITAS
JOURNAL READING
“EFFECTS OF GENTLE HUMAN TOUCH AND FIELD MASSAGE ON URINE
CORTISOL LEVEL IN PREMATURE INFANTS: A RANDOMIZED,
CONTROLLED CLINICAL TRIAL”

Koodinator : Fauziah Rudhiati, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An

DI SUSUN OLEH :
Indri Iriani / 215117012

MAGISTER ILMU KEPERAWATAN (S2)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan suatu unit perawatan intensif
untuk bayi baru lahir usia 0 sampai dengan 28 hari yang memerlukan perawatan
khusus misalnya bayi yang lahir dengan berat badan rendah, mengalami gangguan
sistem pernafasan (asfiksia), mengalami kesulitan dalam proses persalinan, maupun
bayi yang terlahir secara prematur.
Ketika orang tua memiliki bayi yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit,
respon fisiologi yang kerap muncul ialah stres. Stres merupakan reaksi atau respon
fisiologi tubuh terhadap suatu perubahan yang terjadi (DeLaune & Ladner, 2011).
Respon fisiologis saat terjadinya stres adalah peningkatan denyut jantung,
peningkatan ketegangan otot leher, gangguan lambung, peningkatan frekuensi nafas,
keletihan, sakit kepala, mual, muntah, diare, kesedihan, gelisah, kesulitan tidur,
gangguan daya ingat, kebingungan, gangguan penilaian dan pengambilan keputusan
(DeLaune & Ladner, 2011; Potter & Perry, 2010). Stres dapat terjadi pada setiap
orang, termasuk pada orang tua yang bayinya dirawat di ruang NICU.
Kegawatan pada neonatus sering dihubungkan dengan infeksi berat pada
neonatus, yang terjadi akibat dari masalah sebelumnya pada bayi maupun ibu.
Neonatus yang lahir dengan tonus otot yang buruk disertai dengan gangguan pada
sistem respirasi dan kardiovaskular merupakan gejala klinis infeksi berat yang
memerlukan tindakan segera (White dkk., 2005). Penanganan awal terhadap kegawat
daruratan neonatus (resusitasi neonatus) dan ketersediaan sarana perawatan intensif
neonatus (Neonatal Intensive Care Unit; NICU) sangat menentukan prognosis dan
kemungkinan kematian pada neonatus (White dkk., 2005).
Standarisasi sarana dan prasarana NICU pada rumah sakit sangat diperlukan. Pada
rumah sakit yang sudah menerapkan standar pelayanan neonatus, prognosis neonatus
sangat tergantung pada derajat berat sakitnya. Faktor alat maupun penunjang lain
termasuk sumber daya manusia, kemungkinan sangat kecil pengaruhnya terhadap
prognosis neonatus (Powers dan Lund, 2005). Akhir akhir ini kebutuhan untuk
perawatan intensif semakin meningkat. Jumlah NICU di negara berkembang seperti
3

Indonesia masih sangat terbatas dan hanya terdapat di rumah sakit-rumah sakit besar,
sehingga penggunaan sarana ini diharapkan efektif dan efisien.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi
bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi
terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi
BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (depkes
RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah
BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk
hidup. Pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang
dicapai sejak dalam kandungan hingga dewasa (Aritonang, 1996). Sentuhan antara
kulit dengan kulit antara bayi dan ibu segera setelah lahir dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kontak fisik secara positif antara
orang tua dan anaknya, membuat anak merasa berharga dan dicintai (Roesli, 2000).
Kelahiran prematur atau kelahiran sebelum waktunya akan merupakan trauma
4

berat. Bayi kecil terlepas dari kehangatan rahim ibunya, dan ditempatkan berminggu
– minggu atau berbulan – bulan seorang diri dalam inkubator. Mereka sering
menerima sentuhan yang negatif, seperti pengambilan darah, pemasangan alat
monitor infus atau kateter. Akibatnya bayi prematur takut disentuh, padahal sentuhan
merupakan kebutuhan dasar manusia. Maka, perlu diperkenalkan sentuhan yang
positif, yaitu pijat bayi sedini mungkin (Roesli, 2007).
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu,
mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan
untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidak matangan sistem
organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya,
sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas (Krisnadi dkk, 2009).
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan
kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003). Usia kehamilan merupakan salah satu
predikator penting bagi kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya
kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari
hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Banyak kejutan terjadi pada
perempuan hamil seperti merasakan tendangan pertama bayinya atau gejala morning
sickness. Tapi kejutan yang paling tidak diinginkan oleh ibu hamil adalah melahirkan
bayi secara prematur (Krisnadi dkk, 2009).
Berdasarkan penelitian, tercatat sekitar 10-15% bayi lahir prematur atau sebelum
waktunya. Dan umumnya bayi yang lahir prematur akan memiliki banyak masalah
setelah lahir. Dibanding bayi yang lahir normal, bayi prematur memang cenderung
bermasalah. Belum matangnya masa gestasi menyebabkan ketidak matangan pada
semua sistem organnya, misalnya pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem
peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan penyerapan (usus), dan sistem
saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat
bayi prematur cenderung mengalami kelainan-kelainan dibanding bayi normal.Pada
bayi prematur risiko gangguan pendengaran pun jadi lebih tinggi. Kurang lebih 5%
5

bayi prematur yang lahir kurang dari 32 minggu masa kehamilan akan mengalami
kehilangan pendengaran pada usia 5 tahun (Hendarto, 2009).
Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara
lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya sebesar 10-15%. Angka
kematian bayi prematur di Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu mencapai 30%-
40% (PDPERSI, 2002).
Bayi prematur merupakan masalah yang penting dalam bidang perinatologi,
karena berkaitan dengan kejadian mortalitas dan morbiditas masa neonatus. Dengan
makin pesatnya perkembangan, kini mulai disadari perlu dan pentingnya menerapkan
terapi sentuhan (pijat bayi) pada perawatan bayi prematur di ruang perinatal,
meskipun harus tetap berhati – hati untuk tidak memberikan rangsangan yang
berlebihan.
Sentuhan dan pijat pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak tubuh
yang berkelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman. Bayi
yang disentuh dengan penuh kasih sayang jarang sekali menangis dan sakit, daripada
yang tidak disentuh. Pijat memperbaiki sirkulasi darah dan menambah system
kekebalan, juga meningkatkan aliran cairan getah bening ke seluruh tubuh untuk
membersihkan zat yang berbahaya dalam tubuh. Pijat juga mengatasi rasa sakit dan
beberapa gejala penyakit, serta meningkatkan relaksasi dan menenangkan bayi yang
menangis (Roesli, 2000).
Pijat meningkatkan kesadaran fisik, kekuatan otot – otot dan membuat persendian
lebih lentur. Khususnya sangat bermanfaat untuk para bayi prematur, yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan yang kurang. Berdasarkan penelitian, dampak positif dari
pijat pada bayi prematur, antara lain lebih banyak meningkatkan berat badan bayi,
bayi tampak lebih siaga dan aktif, mengurangi kecemasan, dan kesulitan tidur pada
bayi (Alan Heath & Bainbridge, 2006).
Riset tahun 1995 di Amerika Serikat mengidentifikasikan jenis sentuhan yang
orang tua berikan pada bayi prematurnya pada tiga minggu pertama sibayi, yaitu saat
bayi tersebut sedang sakit atau belum stabil secara psikologis. Dalam studi ini, bayi
disentuh secara lembut, dengan tangan diletakkan dikepala dan tubuh bayi selama 15
menit perhari. Sentuhan ini menentramkan bayi, menurunkan aktivitas fisik dan
meminimalkan tanda gelisah. Sentuhan ini tidak mengakibatkan pengaruh yang
6

berlawanan pada detak jantung atau pernapasan bayi prematur (Alan Heath &
Bainbridge, 2006).
Berdasarkan penelitian Prof. T. Field dan Scafidi (1986 & 1990) dari Universitas
Miami, AS, terapi sentuhan (pijat) bisa memberikan efek positif secara fisik, antara
lain kenaikan berat badan bayi dan peningkatan produksi air susu ibu (ASI). Telah
diamati perubahan berat badan 20 bayi prematur setelah mendapat pijatan secara
teratur. Bayi mengalami kenaikan berat badan 20 – 47 % perhari setelah dipijat 3 x
15 menit selama 10 hari dibanding dengan bayi prematur yang tidak dipijat. Ini
disebabkan bayi yang dipijat mengalami peningkatan produksi enzim penyerapan
seperti gastrin dan insulin sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi
lebih baik, sehingga bayi menjadi cepat lapar.(Roesli, 2001). Makin banyak ASI
disedot oleh bayi (menyusui), maka produksi ASI makin meningkat. Ini karena
dalam proses produksi ASI berlaku hukum supply and demand. Artinya, makin
banyak ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI diproduksi.
Di Rumah Sakit Umum di bagian perinatal dan ruang bayi, pijat bayi prematur
merupakan suatu program kegiatan rutin yang dilakukan terhadap bayi - bayi
prematur dengan frekwensi 2 kali dalam sehari. Selain itu di rumah sakit tersebut
belum pernah dilakukan penelitian tentang peningkatan berat badan bayi prematur
dengan terapi pijat bayi.
Kortisol (bahasa Inggris : Cortisol, Hydrocortisone, 11 beta, 17 aplha, 21
trihydroxy, 4 pregnene, 3,20 dione) adalah hormone steroid dari golongan
glukortikoid yang diproduksi oleh sel di dalam zona fasikulata pada kelenjar adrenal
sebagai respon terhadap stimulasi hormone ACTH yang disekresi oleh kelenjar
hipofisis, juga merupakan hasil reaksi organic hidrogenasi pada gugus 11 keto
molekul hormone kortison yang dikatalis oleh enzim 11 β-hidroksisteroid
dehidrogenase tipe 1 yang umumnya disekresi oleh jaringan adipose. Kelebihan
hormone ini dalam darah menyebabkan sindrom cushing. Selain itu, hormone
kortisol juga diproduksi oleh hati.
Hormone ini bekerja dengan mengakibatkan kadar gula darah melalui mekanisme
glukoneogenesis, menekan kerja system imun, dan meningkatkan metabolism lemak,
protein, dan karbohidrat. Selain itu, hormone ini juga menghambat pembentukan
tulang. Hidroksikortison adalah nama lain dari kortisol yang digunakan dalam
7

pengobatan. Hidroksikortison digunakan untuk mengobati kekurangan produksi


kortisol di dalam tubuh.
Kortisol adalah hormone yang secara alami di produksi dikelenjar adrenal.
Kortisol membantu mengontrol metabolism, mengatur tekanan darah dan
meningkatkan fungsi system kekebalan tubuh yang baik, oleh karena itu sangatlah
penting untuk menjaga kadar kortisol yang sehat didalam tubuh. Kekurangan kortisol
merupakan kondisi yang serius yang bisa mengidentifikasikan bahwa kelenjar
adrenal anda tidak berfungsi dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Definisi Dari NICU
2. Apa Itu Definisi Dari BBLR
3. Apa Itu Definisi Dari Premature
4. Apa Itu Definisi Dari Pijatan / Sentuhan Pada Bayi Premature
5. Apa Itu Definisi Dari Hormon Kortisol

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengidentifikasi dan menganalisa trend isu dan riset dalam proses asuhan
keperawatan di NICU dan PICU
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari NICU
b. Untuk mengetahui Definisi Dari BBLR
c. Untuk mengetahui Definisi Dari Premature
d. Untuk mengetahui Definisi Dari Pijatan / Sentuhan Pada Bayi Premature
e. Untuk mengetahui Definisi Dari Hormon Kortisol
8

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Neonatal Intensive Care Unit (Nicu)


Unit perawatan intensif merupakan bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan
staf khusus dan perlengkapan khusus. Perawatan intensif ditujukan untuk observasi,
perawatan, dan terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit yang
mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. Unit tersebut menyediakan
kemampuan, sarana, dan peralatan khusus untuk menunjang fungsi vital, serta
keterampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (White dkk., 2005).
Unit perawatan intensif pertama kali muncul dan berkembang tahun 1940- 1950an
di Amerika Serikat. Perkembangan unit perawatan intensif berawal dari kejadian
epidemic poliomyelitis di Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1947– 1948, banyak
pasien meninggal karena paralisis otot pernapasan (Luce dan White, 2009).
Penggunaan pipa napas endotrakeal (endotracheal tube) dan alat bantu napas baik
secara manual atau mekanis adalah cara optimal untuk mengamankan pernapasan.
Hal ini mengubah konsep hidup dan mati, serta membuka lembaran baru dalam
sejarah ilmu kedokteran dan pasien yang mengalami henti napas dapat dipertahankan
hidup (Luce dan White, 2009; White dkk., 2005).
Unit perawatan intensif neonatus merupakan ruang perawatan intensif neonatus
dengan kegawatan/sakit kritis di rumah sakit. Unit perawatan intensif diperlukan
untuk perawatan neonatus yang memerlukan penanganan khusus dan neonatus
dengan risiko tinggi mengalami kematian. Penanganan pasien neonates pada
dasarnya tidak bisa disamakan atau disatukan dengan pasien dengan keluhan dan
penyakit lain. Neonatus memerlukan penanganan dan perlakuan khusus karena
memiliki risiko kematian yang tinggi (Powers dan Lund, 2005). Ruang perawatan
khusus neonatus terdiri dari tiga tingkat berdasarkan derajat kesakitan, risiko
masalah, dan kebutuhan pengawasan.
Tingkat pertama adalah untuk neonatus dengan risiko rendah, yaitu: bayi sehat,
bayi berat lahir lebih dari 2000 gram, dan bayi rawat gabung (perawatan bersama
ibu). Tingkat kedua adalah untuk neonatus dengan risiko tinggi tetapi belum
9

memerlukan pengawasan intensif, yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2000
gram, bayi dengan persalinan bermasalah, bayi yang menderita sakit seperti diare,
infeksi, dan bayi kuning yang memerlukan terapi sinar. Tingkat ketiga merupakan
unit perawatan intensif neonatus untuk neonatus dengan risiko tinggi dan
memerlukan pengawasan ketat (White dkk., 2005).
Unit perawatan intensif neonatus dilengkapi dengan peralatan khusus sehingga
dapat dilakukan observasi ketat. Peralatan di NICU pada masing-masing rumah sakit
tidak sama tetapi umumnya beberapa peralatan yang umum ada yaitu:
1. Feeding tube; merupakan selang kecil yang dimasukkan melalui mulut sampai
lambung untuk memasukkan air susu ibu (ASI) atau susu formula.
2. Infant warmer; merupakan tempat tidur dengan penghangat di atasnya.
3. Inkubator; merupakan tempat tidur kecil yang tertutup plastik keras transparan,
dengan lubang pada samping untuk jalan memeriksa bayi dan suhu dapat diatur
sesuai kondisi bayi.
4. Jalur infus; sebuah kateter kecil fleksibel yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah vena umumnya pada lengan dan kaki, atau kateter yang dimasukkan ke
umbilikus. Jalur infus diperlukan untuk kebutuhan cairan dan obat-obatan.
5. Monitor; bayi disambungkan ke monitor melalui elektrode dan dapat terekam
tanda-tanda vital antara lain laju jantung, pernapasan, tekanan darah, suhu dan
kandungan (saturasi) oksigen dalam darah.
6. Alat terapi sinar; digunakan untuk bayi-bayi yang kadar bilirubinnya di atas
normal dan memerlukan terapi sinar.
7. Bubble CPAP (Continuous Positive Airway Pressure); merupakan alat yang
mempertahankan tekanan positip pada saluran napas bayi dengan pernapasan
spontan.
8. Ventilator; merupakan suatu alat (mesin) yang memompa dan mengatur aliran
udara ke dalam saluran pernapasan bayi melalui pipa (pipa endotrakea) (White
dkk., 2005).
10

B. Bayi Lahir Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).

2. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati,
2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

3. Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
11

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,


HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
1. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2. Aktivitas fisik yang berlebihan
3. Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Permasalahan Pada BBLR


BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang
banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil
(Surasmi, dkk., 2002).
a) Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya
lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas
12

tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan


panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otototot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk
menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak
coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu
tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
b) Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya
reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya
aspirasi.
c) Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu
kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi
cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
d) Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan
kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC
(Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat
dan penurunan berat badan bayi.
e) Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya
hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan.
Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk
belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
13

f) Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula
darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan
cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat
menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan
melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru.
Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang.
Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob
yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi
hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori
yang rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

5. Penatalaksanaan Pada BBLR


Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi
BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi
dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk
mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR
meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
a) Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan
untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami
defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk
mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan
efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
14

b) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi
adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada
bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses
kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik.
Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang
diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut
Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah
36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan
ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai
penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
Tabel. Suhu Inkubator Yang Di

Rekomendasikan Menurut Umur Dan Berat

c) Perlindungan terhadap infeksi


Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas
seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
15

1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan
cuci tangan terlebih dahulu.
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk
mencegah penularan
d) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi
preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi
cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai
mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang.
Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan
kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau
dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk
tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima
makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu
harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi
oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan
keletihan.
16

Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan


bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen.
Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat
diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat
terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi
pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut
(Jones, dkk., 2005) :
Tabel. Kapasitas Lambung Berdasarkan Umur

f) Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas,
minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan
dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan
ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola
tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan
penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi
akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi
penggunaan energi oleh bayi.
17

g) Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan
gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit
perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume
rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi
pendengaran.
Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau
keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan,
menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan
suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama
pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung
bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik
untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah
periodik apnea.
h) Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan
membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya
memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit
perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain
cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya,
takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan
dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi
krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk
melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan
melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu
akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat
bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan
menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk
meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan
orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.
18

6. Pertumbuhan Fisik BBLR


a) Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran yang terjadi pada individu yang
lebih muda pada semua spesies (Jones, dkk., 2005).
Pertumbuhan adalah perubahan besar, jumlah , ukuran atau dimensi sel,
organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang,
umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Chamley, dkk., 2005).
b) Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (dari
bayi sendiri) maupun dari luar, antara lain (Jones, dkk., 2005) :
1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat
Pada periode awal setelah kelahiran, metabolisme yang belum stabil
dapat menganggu penyerapan nutrisi yang mengakibatkan kegagalan pada
tahap awal pertumbuhan. Asupan nutrisi dapat pula terganggu karena
beberapa hal, termasuk adanya intoleransi makanan, dugaan NEC
(Necrotizing Enterocolitis), atau gastro-oesophageal reflux yang parah.
2) Ketidakmatangan pencernaan dan penyerapan nutrisi
Pada minggu pertama setelah kelahiran, BBLR yang menerima nutrisi
enteral menunjukkan pertumbuhan yang kurang oleh karena fungsi
pencernaan yang belum matang dan penyerapan lemak yang kurang baik.
3) Pembatasan cairan
Pembatasan cairan mungkin diperlukan pada beberapa kondisi, akan
tetapi dapat berakibat pada pertumbuhan bayi. Pertumbuhan menjadi
terhambat, dan hal ini terjadi pada waktu pertumbuhan seharusnya sangatlah
pesat. Oleh karena itu, pembatasan cairan harus dipertimbangkan dengan
benar.
4) Peningkatan kebutuhan energi
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan
energi, misalnya kedinginan atau stress fisik karena ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh bayi. Bayi dengan kondisi jantung tertentu dan beberapa
penyakit paru kronis mengalami peningkatan penggunaan energi.
19

Kontak kulit secara langsung antara bayi dengan ibunya melalui PMK
dapat mencegah bayi terjadi hipotermi karena terjadi perpindahan panas dari
tubuh ibu ke bayinya sehingga suhu bayi selalu stabil. Selain itu, PMK akan
membuat bayi menjadi lebih nyaman dan tidak stress serta meningkatkan
kemampuan dan kepercayaan diri ibu dalam merawat dan menyusui bayi.
Hal ini dapat meminimalkan penggunaan energi oleh bayi sehingga energi
yang ada dapat digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mengalami
stress fisik dapat berakibat peningkatan denyut jantung dan pernafasan bayi
sehingga meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen dan energi.
Bohnhorst dan Heyne (2001) meneliti tentang manfaat PMK terhadap
pernafasan dan termoregulasi pada 22 bayi BBLR dengan usia gestasi antara
24-31 minggu didapatkan hasil pada pengukuran suhu rektal terdapat
peningkatan suhu setelah dilakukan PMK dari 36,2-37,4°C menjadi 36,6-
38,6°C.
5) Penggantian sodium yang tidak adekuat
Bayi prematur mempunyai kebutuhan sodium yang tinggi karena fungsi
ginjal yang belum matang sehingga memerlukan jumlah sodium yang lebih
banyak untuk mempertahankan sodium serum tetap normal.
6) Kurang lemak susu
Cara menyusui yang kurang benar, yaitu menyusui tetapi tidak sampai
payudara kosong dapat mengakibatkan asupan lemak susu berkurang karena
kandungan ASI yang paling kaya akan lemak adalah ASI yang terakhir
keluar. Melalui PMK ibu juga diajarkan cara menyusui yang benar sehingga
ibu dapat menyusui dengan benar dan lebih percaya diri.
7) Pemberian steroid pasca lahir
Pemberian steroid atau dexamethasone dapat mempengaruhi
pertambahan berat dan panjang badan. Hal ini disebabkan obat
meningkatkan katabolisme sehingga pemecahan protein dipercepat. Pada
kondisi ini peningkatan asupan protein tidak terlalu bermanfaat karena dapat
memicu stress metabolik.
20

8) Kurang aktivitas
Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi pertambahan
berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas ini bukan hanya aktivitas
aktif tetapi juga pasif. Peran perawat sangat diperlukan dalam
mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya dengan mengubah posisi
dan memberi pijatan ringan pada bayi.
Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan melalui PMK karena
selama aktivitas ini ibu dianjurkan untuk memberikan sentuhan fisik secara
lembut kepada bayi untuk merangsang psikomotor bayi. Penelitian yang
dilakukan oleh Feldman dan Eidelman (2002) pada 73 bayi preterm yang
dilakukan PMK secara termitten dan diikuti perkembangannya selama 6
bulan, memberikan dampak positif pada perkembangan neurophysiological,
kognitif, dan perkembangan motorik serta proses parenting.
c) Penialaian Pertumbuhan Fisik
Indikator pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan kulit. Akan tetapi pengukuran
yang paling mudah dan sering digunakan pada bayi untuk memantau dan
menilai pertumbuhannya adalah kenaikan berat badan (Kosim Sholeh, 2005).
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gr dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <
1500 gr ). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila
terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan
selama tiga bulan seharusnya :
1) 150-200 gr seminggu untuk bayi < 1500 gr ( misalnya 20-30 gr/hr)
2) 200-250 gr seminggu untuk bayi 1500-2500 gr ( misalnya 30-35 gr/hari)
d) Cara Mengukur Berat Badan BBLR
Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah pemberian nutrisi
dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah yang masalah yang
berhubungan dengan BBLR, memantau pertumbuhan, serta menghitung dosis
obat dan jumlah cairan.
Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan lebih
sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian berturut-turut
21

dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi masih dirawat di rumah
sakit. Kenaikan berat badan minimum 15 gr/kgBB/hari selama tiga hari.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10 gr yang
dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus ditera sesuai
petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau setiap kali alat
dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada.
Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih di atas
papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang dengan hati-hati di
atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk ditimbang, selanjutnya baca skala
berat badan sampai 5-10 gr terdekat. Catat berat badan dan hitung
kenaikan/penurunan berat badan.

C. Bayi Prematuritas
1. Pengertian Bayi Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu, dengan berat badan lahir rendah (Whaley dan Wong, 2004). Pengertian
yang lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup dan dilahirkan
sebelum usia kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (WHO,
2001).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat lahir kurang dari 2500 gram (Royyan, 2012). Sebagian besar
organ tubuh belum berfungsi dengan baik, karena kelahiran yang masih sangat
dini. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara kehamilan 20
minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari
pertama haid terakhir.

2. Faktor Resiko Terjadinya Kelahiran Bayi Prematur


Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur secara umum bersifat
multifaktorial sesuai dengan kondisi dan situasi calon ibu bayi. Beberapa
penyebab terjadinya kelahiran prematur yaitu :
22

a) Faktor Ibu
Keadaan ibu yang sering menyebabkan kelahiran prematur diantaranya
yaitu malnutrisi, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, Ketuban Pecah Dini (KPD), kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung, hipertensi atau penyakit kronik lainnya, umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, preeklamsi
berat dan eklamsi, infeksi, trauma dan lain-lain (Proverawati dan Sulistyorini,
2010).
b) Faktor Janin
Keadaan janin yang dapat menyebabkan kelahiran prematur yaitu gawat
janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan jantung janin), infeksi
intrauterin, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), dan gemili (Indrasanto,
2008).
c) Faktor Plasenta
Berat plasenta berkurang atau berongga dapat mempengaruhi kelahiran bayi
prematur, begitu juga luas permukaan plasenta. Sindrom tranfusi bayi kembar
atau sindrom parabiotik juga mempengaruhi bayi prematur (Proverawati dan
Sulistyorini, 2010).
d) Faktor Sosial Ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, karena
keadaan gizinya yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang
(Proverawati dan Sulistyorini, 2010).

3. Permasalahan Bayi Prematur


Bayi yang lahir prematur, memiliki permasalahan yang kompleks semua organ
belum matur dan memerlukan perawatan yang berkepanjangan, bahkan sampai
berminggu-minggu.
Bayi prematur sangat kecil, lemak subkutan sedikit, kepala lebih besar dari
tubuh, hipoventilasi dan sering mengalami periode apnea (Whaley dan Wong,
2004).
Anatomi dan fisiologi yang belum matang pada bayi prematur, menyebabkan
bayi cenderung mengalami masalah kompleks
23

a) Kesulitan bernafas, terjadi akibat defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke


sindroma gawat nafas Respiratory Distress Syndrome (RDS) (Lissauer dan
Fanaroff, 2013).
b) Masalah gastrointestinal dan nutrisi: reflex isap dan menelan masih lemah
sebelum 34 minggu, motilitas usus yang menurun, pengosongan lambung
lambat, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim
laktasi dalam jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan
zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko Necrotizing Entero Colitis (NEC)
(Indrasanto, 2008).
c) Imaturitas hati: gangguan konyugasi dan ekskresi bilirubin, adanya defisiensi
vitamin K (Indasanto, 2008).
d) Imaturitas ginjal: ketidakmampuan untuk mengekskresi beban cairan yang
besar, akumulasi asam anorganik dengan metabolic asidosis, eleminasi obat
dari ginjal dapat menghilang, ketidakseimbangan elektrolit (Indrasanto, 2008).
e) Berbagai masalah neurologis: refleks isap dan menelan yang imatur, penurunan
motilitas usus, apnea dan bradikardia yang berulang, pendarahan intraventrikel
dan leukomalasia periventrikel, pengaturan perfusi serebral yang buruk,
ensefalopati iskemik hipoksik (HIE), retinopaty of prematurity (ROP), kejang,
hipotonia (Lissauer dan fanaroff, 2013).
f) Berbagai masalah kardiovaskular: Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan
hal yang umum yang ditemukan pada bayi kurang bulan, hipotensi dan
hipertensi (Indrasanto, 2008).
g) Ketidakstabilan suhu tubuh: bayi premature memiliki kesulitan untuk
mempertahankan suhu tubuh akibat dari peningkatan hilangnya panas,
berkurangnya lemak subkutan, rasio permukaan tubuh terhadap berat badan
besar, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil (Lissauer dan Fanaroff, 2013).
24

4. Suhu Tubuh Bayi Prematur


1) Pengertian Suhu Tubuh
Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang
menggambarkan status kesehatan. Suhu disebut juga dengan temperatur dan
diukur dengan alat ukur disebut termometer. Termometer merupakan alat ukur
non invasive untuk mengukur suhu tubuh . Rentang normal suhu tubuh bayi
cukup bulan berkisar 36,50C-370C , sedangkan bayi prematur berkisar 36,30C-
36,90C (Hariati, 2010).
Regulasi suhu adalah dasar dari perawatan neonatus, khususnya pada bayi
prematur. Bayi prematur rentan terkena hipotermi dan kontrol suhu tubuh
adalah permasalahan utamanya. Permukaan tubuh relatif lebih luas terhadap
masa tubuh menyebabkan peningkatkan kehilangan panas dan
ketidakseimbangan antara pelepasan panas terkait dengan berat badan dan
kehilangan panas pada area permukaan (Leifer, 2005).
Kehilangan panas terjadi melalui empat jalur utama yaitu, radiasi, konduksi,
konveksi dan evaporasi (Sudarti dan Fauziah, 2013). Radiasi adalah kehilangan
panas karena gelombang elektromagnetik dari kulit ke permukaan sekitar,
konduksi adalah kehilangan panas langsung pada permukaan padat yang
memiliki kontak , konveksi adalah kehilangan panas karena adanya aliran
udara , dan evaporasi adalah kehilangan panas saat air menguap dari kulit atau
nafas (Lissauer dan Fanaroff, 2013).

2) Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh Bayi Prematur


a. Lingkungan
Panas tubuh pada bayi prematur dapat hilang atau berkurang akibat
lingkungan yang lebih dingin,dan lingkungan dapat mempengaruhi suhu
tubuh manusia (Ten Teachers, 2012).
25

Tabel. Suhu Inkubator Sesuai Berat Dan Umur Bayi

b. Usia Gestasi
Usia gestasi pada bayi prematur akan mempengaruhi timbunan lemak di
bawah kulit. Semakin muda usia bayi semakin tipis kandungan lemak di
bawah kulitnya. Pembentukan lemak coklat dimulai minggu ke-30 (Klauss
Fanaroff, 2003). Hal ini akan berdampak pada rentannya bayi kehilangan
panas.

3) Pengukuran Suhu Tubuh Pada Bayi Prematur


a. Pengukuran suhu aksila : keuntungannya mencakup penurunan risiko
neonatus, kebersihan terjaga, dan pengukurannya relatif cepat dan akurat.
Dengan tehnik meletakkan termometer di tengah aksila dengan lengan di
tempelkan secara lembut tetapi kuat pada sisi tubuh bayi selama sekitar 5
menit. Aksila dan pengukuran suhu kulit cenderung lebih rendah
dibandingkan suhu pusat rektal, tetapi metode ini masih mencerminkan
peningkatan dan penurunan suhu yang konsisten dengan perbedaan suhu
pusat dan dapat sama akuratnya dengan jalur rektal (Ten Teachers, 2012).
b. Suhu rektum : pengukuran suhu tubuh dari rektum merupakan prosedur
invasif dan tidak selalu dapat diandalkan. Suhu darah yang mengalir dari
ekstremitas bawah mempengaruhi suhu rektum. Jika terdapat vasokonstriksi
perifer dan neonatus memusatkan sirkulasinya, darah yang dingin dari
kedua tungkai akan segera bermakna menurunkan suhu rektum yang diukur
(Indrasanto dkk, 2008).
26

D. Pijatan / Sentuhan Pada Bayi Premature


1. Pengertian
Secara alamiah bayi baru lahir akan melalui tahapan pertumbuhan dan
perkembangan. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
anak perlu diberikan stimulasi. Stimulasi merupakan suatu rangsangan yang
diberikan untuk mencapai tumbuh yang optimal (Eveline & Djamaludin, 2010).
Stimulasi yang diberikan dapat melalui sentuhan-sentuhan lembut seperti pijat
bayi. Pijat bayi adalah sentuhan atau rabaan terhadap bayi setelah kelahiran untuk
memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat
mempertahankan perasaan aman pada bayi (Roesli, 2009).
Pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal manusia.
Pijat bayi telah lama dilakukan hampir diseluruh dunia termasuk di indonesia dan
di wariskan secara turun temurun (Putri, 2009). Kulit merupakan resptor terluas.
Sentuhan merupakan indera yang berfungsi sejak dini dimana bayi dapat
merasakan fungsi sentuhan sejak masa janin,ketika masih dikelilingi dan di belai
oleh cairan ketuban yang hangat di dalam rahim ibu (Roesli, 2013).
Ujung-ujung syaraf permukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan dan
mengirimkan pesan ke otak melalui jaringan syaraf yang berada di sumsum tulang
belakang. Sentuhan juga merangsang peredaran darah sehingga menghasilkan
oksigen segar lebih banyak yang akan di kirim ke otak dan seluruh tubuh untuk
menambah energi (Roesli, 2013).

2. Latar Belakang Pijat Bayi


Pada saat lahir semua manusia memiliki reseptor yang berada di permukaan
kulit,dapat menyebabkan fisiologi eksitasi pada saat menerima kontak personal
dari manusia lainnya diteruskan ke otak melalui jalur saraf. Keadaan ini dapat
terjadi pada saat bayi prematur menerima stimulasi. Fisiologi dasar dari pijat bayi
ada tiga, yaitu pengeluaran beta endorphin, peningkatan aktifitas nervus vagus dan
peningkatan produksi serotonin. Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan
Tahun 1989 Scanberg dari Duke University Medical School melakukan
penelitian pada bayi tikus dan menemukan jika kurangnya hubungan taktil
27

(jilatan-jilatan) ibu tikus ke bayinya akan menyebabakan terjadinya penurunan


enzim ODC (ornithine decarboxylase) suatu enzim yang menjadi petunjuk bagi
pertumbuhan sel dan jaringan dan terjadinya penurunan pengeluaran hormon
pertumbuhan.
b. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan Makanan.
Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang
dipijat atau dilakukan terapi sentuhan mengalami peningkatan tonus nervus
vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim
penyerapan gastrin dan insulin, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik.
c. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmiter serotonin, yaitu
meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glukokortikoid
menyebabkan penurunan kadar hormon kortisol.
d. Pijatan Dapat Mengubah Gelombang Otak
Pijat bayi akan membuat bayi tidur terlelap dan meningkatkan kesiagaan
atau konsentrasi, karena pijatan dapat mengubah gelombang otak dengan cara
menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta dan tetha
dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG (elektro encephalogram) (Roesli,
2009:10;Yahya, 2011:44-51).

3. Manfaat Pijat Bayi Prematur (Putri, 2009)


a. Membuat bayi semakin tenang
Umumnya bayi yang mendapat pijatan secara teratur akan lebih rileks dan
tenang dengan sirkulasi darah dan oksigen yang lancar otomatis membuat
imunitas tubuh bayi lebih baik. Pijat juga mempengaruhi emosional karena
aktifitas pijat akan menjalin bonding antara anak dan orang tua. Unsur utama
pijat bayi adalah (touch), bukan tekanan (pressure).
b. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan
Berdasarkan penelitian T. Field & Scafidi dari Universitas Miami, AS.
Terapi sentuhan (pijat) bisa memberikan efek positif secara fisik, antara lain
kenaikan berat badan bayi dan peningkatan produksi Air susu Ibu (ASI). Telah
diamati perubahan berat badan 20 bayi prematur setelah mendapat pijatan
28

secara teratur. Bayi mengalami kenaikan berat badan 20%-47% perhari setelah
di pijat 3x15 menit selama 10 hari.
c. Meningkatkan efektifitas istirahat (tidur) bayi
Kebanyakan bayi akan tidur dengan waktu yang lama begitu pemijatan usai
dilakukan, karena bayi yang otot-ototnya di stimulus dengan pijatan akan
merasa nyaman dan mengantuk. Beberapa area dalam saraf otonom
parasimpatis nuclei rafe dan nukleus tractus solitarius, yang merupakan regio
sensorik medula dan pons yang di lewati oleh sinyal sensorik viseral yang
memasuki otak melalui saraf-saraf vagus dan glisovaringeus, juga
menimbulkan keadaan tidur.
d. Meningkatkan konsentrasi bayi
Pemijatan dapat merangsang peredaran darah yang mengalir ke seluruh
tubuh, termasuk ke otak. Ketika suplai oksigen untuk otak bayi tidak lancar
maka fungsi otak untuk berfikir akan terganggu. Terpenuhinya oksigen di otak
secara cukup membuat konsentrasi dan kesiagaan bayi semakin baik.
e. Meningkatkan daya tahan tubuh
Pemijatan akan meningkatkan tonus vagal sehingga merangsang saraf
vagus. Suplai saraf parasimpatis diantarkan ke abdomen melalui saraf vagus.
Saraf vagus adalah saraf kepala ke sepuluh yang mengatur fungsi organ tubuh
termasuk di bagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus (saraf
parasimpatis akan merangsang sel enterochromaffin dalam saluran
gastrointestinal untuk mengeluarkan hormon serotonin (Guyton, 2007). Selain
itu sistem neurotransmiter serotonin juga meningkatkan kapasitas sel reseptor
untuk mengikat glukokortikoid (adrenalin suatu hormon stres) sehingga
menyebabkan penurunan kadar hormon adrenalin (cortisol hormone) sehingga
menimbulkan perasaan rileks (Roesli, 2009; Yahya, 2011).
f. Kestabilan suhu tubuh
Produksi panas berasal dari pelepasan norepinefrin yang menyebabkan
metabolisme simpan lemak coklat. Pada saat bayi lahir suhu tubuh turun secara
tiba-tiba, neonatus tidak dapat menggigil dan tergantung pada termogenesis
tanpa menggigil atau kimiawi untuk menghasilkan panas, sehingga melebihi
kemampuan neonatus menghasilkan panas (Lissauer dan Fanaroff, 2013).
29

Ujungujung saraf pada permukaan kulit akan bereaksi terhadap sentuhan pijat
bayi berproyeksi menuju hipotalamus mengakibatkan perangsangan pada
hipotalamus.
Perangsangan pada hipotalamus menyebabakan disekresikannya
Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangasang kelanjar
pitutary untuk meningkatkan produksi propioidmelanocortin (POMC) sehingga
produksi enkaphalin sebagai neurotransmiter dapat mempengaruhi rileks dan
kestabilan suhu tubuh. (Guyton, 2007). Selanjutnya melalui jaringan saraf yang
berada di sumsum tulang belakang sehingga hantaran pijatan melalui sentuhan
dan miyak mampu meningkatkan kestabilan suhu tubuh bayi tidak jatuh pada
kondisi hipotermi (Roesli, 2013).

4. Umur Dan Waktu Dilakukan Pijat Bayi


Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan dengan lebih cepat
mengawali pemijatan, bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi
jika pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia
6-7 bulan (Roesli, 2013). Untuk bayi umur nol sampai satu bulan disarankan
hanya diberikan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus.
Perlu di ingat bahwa sebelum tali pusat bayi terlepas sebaiknya tidak dilakukan
pemijatan di daerah perut (Aminati, 2013). Banyak penelitian yang
mengalokasikan waktu pemijatan selama 15 menit. Penelitian yang dilakukan oleh
Field (1986) menunjukkan alokasi waktu 15 menit yang dilakukan selama 10 hari
pada bayi prematur yang diberikan stimulasi taktil yaitu pijat bayi dan stimulasi
kinestik.
Diego, dkk (2007) juga menemukan terdapat peningkatan yang signifikan pada
aktifitas vagus pada bayi yang dipijat selama 15 menit. Roesli (2001) juga
menganjurkan agar disediakan waktu minimal 15 menit pada bayi agar tidak
diganggu selama pemijatan..
30

5. Orang Yang Melakukan Pijat Bayi


a. Petugas kesehatan atau terapis
Pelaksanaan awal pijat bayi akan dilakukan oleh tim dan tenaga kesehatan
ataupun terapis sesuai dengan prosedur. Pemijatan bayi dilakukan secara
bertahap sesuai dengan antomis bayi. Pemijatan pada bayi prematur lebih
diutamakan pada sentuhan-sentuhan lembut seluruh tubuh terutama bagian
tangan dan kaki (Aminati, 2013)
b. Ibu
Ibu adalah orang yang paling dekat dengan bayi, sehingga diharapkan ibu
mampu memberikan sentuhan awal dan pemijatan pada bayinya. Sentuhan dan
pijatan paling awal dialami bayi saat berada di dalam rahim ibu. Bayi
merasakan dipijat oleh dinding-dinding jalan lahir (Roesli, 2013). Orangtua
khususnya ibu bayi yang memiliki bayi prematur dan dirawat di dalam
inkubator harus di berikan kesempatan untuk dapat menyentuh dan merawat
bayinya. Sentuhan dan belaian ibu dapat meningkat bonding attacment antara
bayi dengan orangtuanya.
Tindakan terapi sentuhan pijat bayi harus dilakukan dengan lembut dan
penuh kasih sayang. Terapi di lakukan secara lembut sambil menatap bayi
dengan penuh kasih sayang, sehingga akan timbul ikatan yang baik sehingga
bayi merasa nyaman. Kenyamanan akan berdampak pada turunnya hormon
cathecolamin yang dapat meningkatkan sistem imunitas pada bayi prematur
(Roesli, 2013).

6. Efek Samping Pijat Bayi


Efek Samping Pijat Bayi
Risiko pijat bayi biasanya disebabkan oleh kelalaian praktisi pijat dalam
memijat. Untuk memperkecil kesalahan dalam melakukan pijat bayi orang tua
khususnya ibu bayi akan diajarkan terlebih dahulu tehnik pemijatan bayi
(Aminati, 2013). Efek samping terjadinya kesalahan pada saat pijat bayi adalah
terjadinya pembengkakan dan lebam, sehingga peran serta petugas kesehatan
sangat penting dalam memberikan penjelasan dan juga praktek yang tepat tehnik
pijat bayi.
31

7. Persiapan Dan Teknik Terapi Sentuhan Pijat Bayi


a. Persiapan Sebelum Melakukan Pijat Bayi
a) Sebelum dilakukan pijat bayi, pemijat baik terapis maupun ibu bayi harus
memastikan tangan bersih dan hangat. Hindari kuku panjang dan lepaskan
perhiasan yang menempel di tangan pemijat untuk menghindari bayi
tergores. Pemijatan tidak dilakukan saat bayi habis minum atau menyusui
(Roesli, 2013)
b) Siapkan baby oil, handuk dan baju ganti kemudian baringkan diatas
permukaan rata dan bersih. Suhu lingkungan hangat sesuai dengan berat
badan bayi bila bayi dalam perawatan inkubator.
c) Sebelum dilakukan pemijatan minta izin pada bayi dengan cara memberikan
gerakan pembuka berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi wajah bayi dan
mengusap rambut dan kepala sambil mengajak bayi berbicara (Roesli,
2009).
b. Tehnik Pijat Bayi untuk Bayi Prematur ( Aminati, 2013)
1. Letakan bayi dalam posisi terlentang
2. Usap seluruh tubuh bayi dengan baby oil mulai dari kepala sampai kaki
3. Lakukan dalam posisi telungkup (jika memungkinkan bayi untuk telungkup)
4. Raih tangan bayi
5. Tekuk siku tiga kali secara perlahan setelah itu berhenti sejenak, ulangi lagi
dan lakukan sebanyak dua sampai tiga kali.
6. Lakukan bergantian untuk siku kanan dan siku kiri
7. Baringkan bayi hingga sikap kedua kakinya memungkinkan untuk dipegang
8. Setelah di pegang tekuk bagian lututnya tiga kali dengan perlahan setelah itu
berhenti sejenak dan ulangi lagi.

8. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Suhu Tubuh Bayi Prematur


Ujung-ujung saraf pada permukaan kulit akan bereaksi terhadan sentuhan pijat
bayi selanjutnya akan mengirimkan pesan ke otak melalui jaringan saraf yang
berada di sumsum tulang belakang sehingga hantaran pijatan melalui sentuhan
dan minyak mampu meningkatkan kestabilan suhu tubuh dan bayi tidak jatuh
pada kondisi hipotermi (Roesli, 2013).
32

Sentuhan dan pijat bayi dapat memperlancar nutrisi ke seluruh sel karena
nutrisi penting agar sel dapat tumbuh dan menjalankan fungsinya. Pijat bayi juga
mempengaruhi peningkatan produksi serotonin, aktivitas neurotransmiter
serotonin yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat
glucocorticoid, dan proses ini akan menurunkan kadar hormon adrenalin (hormon
stres).
Penurunan kadar hormon stres ini akan meningkatkan daya tahan tubuh,
terutama IgM dan IgG konsentrasi pijatan dapat mengubah gelombang otak
dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta
serta tetha, yang dapat dibuktikkan dengan penggunaan EEG (Elektro
Enchephalogram) (Kurnia Sari, 2013).

E. Hormon Kortisol
1. Pengertian
Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang umumnya
diproduksi oleh sel di dalamzona fasikulata pada kelenjar adrenal sebagai respon
terhadap stimulasi hormon ACTH yang disekresioleh kelenjar hipofisis.

2. Kadar Normal Hormon Kortisol


a) Dewasa : 5 - 23 mcg/dl pada waktu pagi dan 3 - 13 mcg/dl pada siang hari.
b) Anak-anak : 3 - 21 mcg/dl pada waktu pagi dan 3 - 10 mcg/dl pada siang hari.
c) Bayi : 1 - 24 mcg/dl

3. Patofisiologi Kortisol Dan Stress


Hormon ACTH mensekresi kortisol yang berfungsi dalam metabolisme
karbohidrat, protein danlemak. Jika tubuh kekurangan kortisol dalam darah maka
fungsi metabolisme tersebut akan terganggu.Proses glukoneogenesis yang
membantu mempertahankan kondisi seseorang dalam keadaan puasatidak dapat
berlangsung. Akibatnya otak dan otot yang tidak mampu mendapatkan asupan
energi berupaglukosa sehingga berakibat lemas.Insufisiensi kortisol menyebabkan
berkurangnnya glukoneogenesis, penururnan glikogen hati,dan peningkatan
kepekaan jaringan perifer terhadap insulin.
33

Kombinasi dari berbagai perubahan dalammetabolisme karbohidrat ini dapat


menyebabkan tubuh tidak mampu mempertahankan kadar glukosadarah yang
normal sehingga terjadi hipoglikemia pada saat puasa. Karena rendahnya kadar
glikogen dihati maka pasien dengan insufisiensi adrenal tidak tahan dengan
kekurangan makanan yang lama.

4. Hubungan Stress Dan Nyeri


Nyeri dan depresi sering muncul beriringan, kadang pengalaman traumatis
yang sama memicukeduanya, dan dua kondisi memperburuk satu sama lain.Nyeri
neuropatik, yang berlawanan dengan nyeri otot umum dan nyeri rematik, berasal
daridisfungsi pada sistem saraf pusat atau sistem saraf perifer.
Trauma menyebabkan aktivitas listrik yangtidak proporsional dalam saraf, dan
kondisi penderita neuropatik kronis seperti complex regional painsyndrome
(CRPS) atau sindrom nyeri yang sangat hebat yang bahkan sedikit sentuhan atau
sedikitpanas sudah menyebabkan nyeri
34

BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Journal
Effects of Gentle Human Touch and Field Massage on Urine
Cortisol Level in Premature Infants: A Randomized, Controlled
Clinical Trial
Judul Penelitian
Efek Sentuhan Manusia yang Lembut dan Pijat Lapang pada
Tingkat Kortisol Urin pada Bayi Prematur: Uji Klinis Acak dan
Terkendali
Malihe Asadollahi, Mahnaz Jabraeili, Majid Mahallei,
Penulis
Mohammad Asgari Jafarabadi, Sakine Ebrahimi
Tempat Penelitian Tabriz, Iran
Publikasi 1 Sep. 2016
Reviewer Indri Iriani
Rawat inap di unit perawatan intensif neonatal dapat
menyebabkan banyak tekanan untuk bayi prematur. Karena bayi
prematur tidak dapat diproses dengan benar stressor,
mengidentifikasi intervensi yang mengurangi tingkat stres bagi
mereka tampaknya perlu.
Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran sebelum 37
minggu kehamilan yang selesai. Sekitar, tingkat global kelahiran
prematur adalah sekitar 11,1% yang setara dengan 14,9 juta
Latar Belakang
kelahiran setiap tahunnya. Vazirinejad dkk., Melaporkan bahwa
tingkat berat lahir rendah ( berat lahir kurang dari 2500 gram)
adalah 9,6% di rumah sakit rujukan di Iran.
Karena kemajuan terbaru dalam perawatan prenatal dan
neonatal tingkat kelangsungan hidup premature bayi telah
meningkat secara signifikan. Perlu dicatat bahwa peningkatan
kelangsungan hidup ini tidak terkait dengan penurunan komplikasi
seperti berat lahir rendah dan bayi yang bertahan hidup lebih
35

rentan untuk masalah seperti cacat berat, keterbelakangan mental,


cerebral palsy, dan masalah penglihatan dan pendengaran. Jadi,
tujuan memberikan perawatan untuk bayi prematur telah berubah
dari kelangsungan hidup dan pencegahan cacat utama untuk
perkembangan otak yang normal.
Meskipun sangat penting unit perawatan intensif neonatal
(NICU) dalam kelangsungan hidup bayi prematur, dirawat di
rumah sakit di bangsal-bangsal ini akan menyebabkan stres bagi
bayi-bayi ini, yang akhirnya mengarah pada gangguan
perkembangan mereka. Pengalaman stres ini termasuk kurang
tidur, tingkat cahaya dan kebisingan yang tinggi, hilangnya
interaksi manusia dan rasa sakit. Selain itu, pengalaman stres
pada bayi dikaitkan dengan pelepasan hormon stres seperti
kortisol dan adrenalin dan dapat menyebabkan efek samping yang
berbahaya seperti rasa takut, lekas marah, gangguan tidur,
perubahan dalam respon sistem kekebalan tubuh, dan gangguan
hubungan emosional.
Ketika bayi mencoba untuk menyesuaikan diri dengan situasi
stres, hipotalamus - hipofisis adrenalin Sumbu diaktifkan dan
perubahan kadar plasma kortisol dan beta-endorfin mencapai ke
tingkat maksimum. Komplikasi jangka panjang dari konsentrasi
tinggi kortisol termasuk resistensi insulin, hiperlipidemia,
imunodefisiensi dan perubahan destruktif pada hippocampus.
Karena bayi prematur tidak dapat menyesuaikan diri dengan stres
lingkungan, intervensi diperlukan untuk meningkatkan kinerja
sistem saraf otonom mereka. Menerapkan perawatan suportif
dapat digunakan sebagai pendekatan untuk meningkatkan
perkembangan bayi dan mengurangi komplikasi yang disebabkan
oleh prematuritas. Pendekatan ini terdiri dari berbagai macam
intervensi termasuk kontrol stimulus tambahan (seperti visual,
pendengaran, dan keseimbangan stimulus taktil), perawatan
klaster, perawatan yang berpusat pada keluarga, perilaku atau
36

teknik pendukung (seperti Kanguru perawatan ibu, posisi,


mengisap non-nutritif), dan rangsangan positif seperti music dan
sentuhan lembut. Tujuan dari teknik ini adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup bayi prematur.
Di masa lalu, direkomendasikan bahwa sentuhan yang tidak
perlu dari bayi prematur mungkin memiliki banyak dampak
negatif pada status hemodinamik mereka dan harus dihindari.
Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa kurangnya rangsangan
sensorik pada bayi prematur dapat bertindak sebagai stressor dan
dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan dan neurologis.
Banyak penelitian telah dilakukan pada efek terapi pijat pada
bayi prematur dan telah menunjukkan banyak konsekuensi positif
seperti: kenaikan wieght, penurunan durasi rawat inap,
peningkatan kejadian infeksi terlambat, dan aktivasi
perkembangan perilaku dan otak. Stres pada bayi prematur dapat
diukur dengan menilai indikator hormonal dan perilaku, sehingga
efek intervensi untuk pengurangan stres telah diperiksa pada
tingkat level hormon stres. Karena bayi prematur tidak dapat
memproses stressor dengan tepat, identifikasi intervensi yang
mengurangi tingkat stres bagi mereka tampaknya diperlukan.
Jay menggunakan konsep Gentle Human Touch (GHT) untuk
menunjukkan sentuhan lembut yang disampaikan oleh agen
manusia. Dalam sebuah studi oleh Harrison dkk., Efek GHT pada
enam bayi prematur pada usia kehamilan 32-27 minggu diselidiki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama intervensi GHT
kelompok eksperimen memiliki tingkat kortisol yang lebih
rendah, peningkatan berat badan yang lebih besar, mengurangi
kebutuhan oksigen, serta penurunan aktivitas motorik. Hasil
penelitian lain oleh Acolet et al., Menunjukkan bahwa tingkat
kortisol dari 11 bayi prematur dalam 29 minggu kehamilan
berkurang setelah terapi pijat. Beberapa penelitian telah meneliti
dampak dari intervensi sentuhan pada tekanan bayi prematur dan
37

kebanyakan penelitian di bidang ini memiliki keterbatasan dalam


metodologi, termasuk ukuran sampel yang kecil, penggunaan
prosedur invasif untuk menentukan tingkat stres dan
menggunakan alat observasi, bahwa semua dapat berdampak pada
hasil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan efek teknik pemijatan lapangan dan Sentuhan
Manusia Lembut (GHT) pada tingkat urin kortisol pada bayi
prematur, sebagai indikator stres.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek
Tujuan Penelitian pijatan Field dan Teknik Sentuhan Manusia Lembut (GHT) pada
tingkat kortisol urin, sebagai indicator stres pada bayi prematur.
Penelitian ini adalah uji klinis terkontrol acak yang dilakukan
dari September hingga Desember 2014. Pengaturan untuk
penelitian ini adalah Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU) di
rumah sakit Al-Zahra yang berafiliasi dengan Universitas Tabriz
ilmu Kedokteran, Tabriz, Iran.
Sampel terdiri dari 84 bayi prematur dengan usia kehamilan
antara 30 dan 36 minggu. Kriteria inklusi lainnya untuk bayi ini
termasuk: melewati 7 hingga 10 hari sejak lahir, tidak perlu
ventilasi buatan, tidak memiliki perintah medis untuk intravena
atau suntikan intramuskular, tidak adanya anomali kongenital,
Metodologi keinginan ibu untuk bekerja sama dalam penelitian, dan tidak
memberi makan bayi selama setengah jam sebelum pemijatan.
Bayi yang memenuhi syarat yang tersedia dipilih. Kemudian
melalui 6 blok mereka secara acak dialokasikan ke dalam tiga
kelompok. Angka acak untuk memilih bayi ini ditentukan dengan
menggunakan perangkat lunak statistik RAS. Amplop tersegel
yang tertutup dengan nomor urut digunakan untuk alokasi
penyembunyian. Ukuran sampel dihitung berdasarkan rata-rata
dan standar deviasi dari perubahan tingkat kortisol (Yakson group
3.0 (0,6), GHT grup 3,1 (0,6), kelompok kontrol 3,2 (0,7) yang
diperoleh dari penelitian sebelumnya.
38

Mempertimbangkan interval kepercayaan 95% dan uji daya


0,80, ukuran sampel minimum diperkirakan menjadi 21 bayi di
setiap kelompok dengan menggunakan perangkat lunak G-Power.
Dengan memperkirakan tingkat erosi 30%, sampel akhir dari
setiap kelompok meningkat menjadi 28 bayi.
Secara keseluruhan, 84 bayi prematur (28 bayi di masing-
masing kelompok) berpartisipasi dalam penelitian ini. Satu bayi
di setiap kelompok pijat GHT dan Field dan 4 bayi dalam
kelompok kontrol dikeluarkan dari penelitian karena keluarnya
cairan awal atau ketidakpuasan karena mengambil sampel urin
pada hari ke-6. Jadi, hasil dari 78 bayi prematur termasuk dalam
analisis akhir.
Karakteristik demografi bayi prematur dalam tiga kelompok
dilaporkan dalam tabel 1. Hasil tes chi-square dan one-way
ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik antara
tiga kelompok sehubungan dengan karakteristik ini. Beberapa
karakteristik demografi ibu bayi adalah sebagai berikut: usia
adalah 28,6 (5,4) tahun; kebanyakan dari mereka dididik kurang
Hasil Penelitian dari diploma (39,3%); adalah ibu rumah tangga (86,9%); dan
memiliki status ekonomi sedang (75%).
Tabel 2 menunjukkan perbandingan rata-rata tingkat hormon
stres dalam tiga kelompok (n = 78) pada hari pertama dan keenam
penelitian. Menurut hasil kadar hormon stres lebih rendah pada
kelompok pijat lapangan pada hari keenam 1,05 (0,45) dari hari
pertama1.12 (0,66).
Meski menurunkan kadar hormon stres di hari keenam
dibandingkan hari pertama di hari keenam hari pertama di
lapangan perbedaan kelompok pijat statistik tidak ditemukan
antara sebelum dan sesudah intervensi (P> 0,05). Menurut persen
perubahan dan analisis varians, tingkat kortisol menunjukkan
perbedaan signifikan antara tiga kelompok (P = 0,045). Selain itu,
uji post hoc menunjukkan perbedaan ini antara GHT dan
39

kelompok kontrol (P = 0,032) dan antara pijat Field dan


kelompok kontrol (P = 0,026). Penyimpangan rata-rata dan
standar persentase perubahan tingkat kortisol antara tiga
kelompok dilaporkan pada Tabel 3.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan efek GHT sebagai sentuhan lembut dan pijat
Field sebagai sentuhan moderat pada tingkat kortisol urin pada
bayi prematur. Ada banyak pemicu stres untuk bayi prematur di
NICU dan penting bagi perawat untuk mengidentifikasi intervensi
yang akan mengurangi dampak stres pada bayi ini. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan
kelompok kontrol, kelompok pijat GHT dan Field menunjukkan
penurunan kadar kortisol urin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi dalam kelompok
pijat tekanan sedang bertambah berat badan secara signifikan per
hari. Kelompok ini juga menunjukkan perubahan signifikan pada
perilaku stres seperti: 1- penurunan tidur nyenyak, agitasi, dan
denyut jantung; 2- peningkatan tidur aktif dan momen bruto.
Pembahasan
Akhirnya, hasil menunjukkan bahwa pijat dengan terapi tekanan
moderat dengan stimulasi taktil dan kinestetik lebih efektif
daripada pijat tekanan ringan.
Penelitian kami juga mendukung temuan ini yang
menunjukkan bahwa tingkat hormon stres dalam kelompok pijat
lapangan secara signifikan lebih rendah daripada dua kelompok
lainnya. Kuhn et al., Meneliti efek pijatan pada sistem simpatis
dan korteks adrenal dan melaporkan bahwa pijatan dapat
meningkatkan sekresi katekolamin dan kortisol. Peningkatan
sekresi katekolamin dikaitkan dengan peningkatan stres dan
meningkatkan kekhawatiran tentang dampak pijat pada tingkat
stres pada bayi prematur. 24 Hernandez-Reif et al., 4
menyarankan bahwa pijat mengurangi stres bayi prematur dan
sekresi katekolamin yang membantu perkembangan yang
40

diinginkan dan terbangun.


Sebagian besar penelitian sebelumnya memiliki banyak
keterbatasan metodologis seperti menggunakan metode invasif
untuk menentukan tingkat stres dan menggunakan metode
observasi pengukuran. Keterbatasan ini dapat berdampak pada
validitas dan generalisasi temuan dari penelitian sebelumnya.
Dalam hal ini, dalam penelitian ini metode pengukuran non-
invasif dan dapat diandalkan, tingkat kortisol urin, digunakan
untuk menentukan tingkat stres bayi prematur.
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan utama
adalah kesulitan dalam mengumpulkan urin 24 jam dengan
kantong kemih. Selain itu, jilatan urin terutama pada bayi
perempuan cenderung mempengaruhi temuan. Karena masalah
dalam pengukuran kortisol urin, studi lain dengan pengukuran
kortisol saliva disarankan untuk menentukan tingkat stres
bayi.

B. Penatalaksanaan Dalam Aplikasi Di Indonesia


a. Tidak Semua Rumah Sakit baik Negeri dan swasta Terutama Di NICU Memiliki
Peralatan yang menunjang. Beberapa peralatan yang umum dan harus ada yaitu:
Feeding tube. Infant warmer; Inkubator; Jalur infus; Monitor; Alat terapi sinar;
Bubble CPAP (Continuous Positive Airway Pressure); Ventilator.
b. Memahami serta mampu menangani Bayi yang lahir prematur, yang mana bayi
yang lahir premature memiliki permasalahan yang kompleks semua organ belum
matur dan memerlukan perawatan yang berkepanjangan, bahkan sampai
berminggu-minggu.
c. Tidak Semua Tenaga Pelayanan Kesehatan dan Non Kesehatan yang tau tentang
cara-cara beraktivitas di ruang NICU yang menyebabkan Bayi stress yang
akhirnya mengarah pada gangguan perkembangan bayi serta menghambat
kelangsungan hidup bayi yang premature.
d. Menerapkan perawatan suportif dapat digunakan sebagai pendekatan untuk
meningkatkan perkembangan bayi dan mengurangi komplikasi yang disebabkan
41

oleh prematuritas. Pendekatan ini terdiri dari berbagai macam intervensi termasuk
kontrol stimulus tambahan (seperti visual, pendengaran, dan keseimbangan
stimulus taktil), perawatan klaster, perawatan yang berpusat pada keluarga,
perilaku atau teknik pendukung (seperti Kanguru perawatan ibu, posisi, mengisap
non-nutritif), dan rangsangan positif seperti music dan sentuhan lembut.
e. Bukti terbaru menunjukkan kurangnya rangsangan sensorik pada bayi prematur
dapat bertindak sebagai stressor dan dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan dan neurologis. Banyak penelitian telah dilakukan pada efek terapi
pijat pada bayi prematur dan telah menunjukkan banyak konsekuensi positif
seperti: kenaikan wieght, penurunan durasi rawat inap, peningkatan kejadian
infeksi terlambat, dan aktivasi perkembangan perilaku dan otak.
f. konsep Gentle Human Touch (GHT) untuk menunjukkan sentuhan lembut dan
pijat Field. Efek GHT pada enam bayi prematur pada usia kehamilan 32-27
minggu menunjukkan bahwa selama intervensi GHT kelompok eksperimen
memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah, peningkatan berat badan yang lebih
besar, mengurangi kebutuhan oksigen, serta penurunan aktivitas motorik. Tingkat
kortisol pada bayi prematur dalam 29 minggu kehamilan berkurang setelah terapi
pijat.
42

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan suatu unit perawatan intensif
untuk bayi baru lahir usia 0 sampai dengan 28 hari yang memerlukan perawatan
khusus misalnya bayi yang lahir dengan berat badan rendah, mengalami gangguan
sistem pernafasan (asfiksia), mengalami kesulitan dalam proses persalinan, maupun
bayi yang terlahir secara prematur.
Unit perawatan intensif neonatus merupakan ruang perawatan intensif neonatus
dengan kegawatan/sakit kritis di rumah sakit. Unit perawatan intensif diperlukan
untuk perawatan neonatus yang memerlukan penanganan khusus dan neonatus
dengan risiko tinggi mengalami kematian. Penanganan pasien neonates pada
dasarnya tidak bisa disamakan atau disatukan dengan pasien dengan keluhan dan
penyakit lain. Neonatus memerlukan penanganan dan perlakuan khusus karena
memiliki risiko kematian yang tinggi (Powers dan Lund, 2005). Ruang perawatan
khusus neonatus terdiri dari tiga tingkat berdasarkan derajat kesakitan, risiko
masalah, dan kebutuhan pengawasan.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu, dengan berat badan lahir rendah (Whaley dan Wong, 2004). Pengertian
yang lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup dan dilahirkan sebelum
usia kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (WHO, 2001).
Pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal manusia. Pijat
bayi telah lama dilakukan hampir diseluruh dunia termasuk di indonesia dan di
wariskan secara turun temurun (Putri, 2009). Kulit merupakan resptor terluas.
Sentuhan merupakan indera yang berfungsi sejak dini dimana bayi dapat merasakan
43

fungsi sentuhan sejak masa janin,ketika masih dikelilingi dan di belai oleh cairan
ketuban yang hangat di dalam rahim ibu (Roesli, 2013).
Kortisol adalah hormone yang secara alami di produksi dikelenjar adrenal.
Kortisol membantu mengontrol metabolism, mengatur tekanan darah dan
meningkatkan fungsi system kekebalan tubuh yang baik, oleh karena itu sangatlah
penting untuk menjaga kadar kortisol yang sehat didalam tubuh. Kekurangan kortisol
merupakan kondisi yang serius yang bisa mengidentifikasikan bahwa kelenjar
adrenal anda tidak berfungsi dengan baik.

B. Saran
Semoga dengan adanya penelitian ini, perawat-perawat anak di Indonesia bisa
menjadi perawat yang handal dan professional dalam menyediakan dan memberikan
perawatan pada bayi BBLR, Bayi premature merasakan betapa sakitnya pengalaman
akan nyeri dan stress yang bisa mempngaruhi kualitas hidup bayi premature di masa
yang akan dating sehingga kehilangan kepercayaan kepada orang lain dan semoga
bermanfaat.
44

DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/BAHAN%20KULIAH%20BUNDA/KAK/TUGAS%204/TUGAS%204/NICU
.pdf (Di Akses tanggal 17/05/2018)
file:///E:/BAHAN%20KULIAH%20BUNDA/KAK/TUGAS%204/TUGAS%204/PRE
MATUR.pdf (Di Akses tanggal 17/05/2018)
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=9188 (Di Akses tanggal 17/05/2018)
file:///E:/BAHAN%20KULIAH%20BUNDA/KAK/TUGAS%204/TUGAS%204/KOR
TISOL.%201pdf.pdf (Di Akses tanggal 17/05/2018)
http://erepo.unud.ac.id/10229/3/85c6a99f48dfb6fba8339810772895f9.pdf (Di Akses
tanggal 17/05/2018)

Anda mungkin juga menyukai