Anda di halaman 1dari 11

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG

TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR DI DESA REKSOSARI


KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

Silvia Gresiella1), Ari Andayani2), Eti Salafas3)


Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo

ABSTRAK

Gresiella, Silvia. 0111485. 2014. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda
Bahaya Bayi Baru Lahir di Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Karya
Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Ari Andayani,
S.SiT.,M.Kes. Pembimbing II : Eti Salafas, S.SiT

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran
hidup atau sekitar 57% kematian tersebut terjadi pada umur dibawah 1 bulan atau saat neonatus.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda
bahaya Bayi Baru Lahir di Desa Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang.
Metode penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif, lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 22 - 27 Juli 2014 dengan populasi 28 ibu nifas dan sample 28 ibu nifas maka teknik
pengambilan sample yang digunakan adalah total sampling. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah kuesioner, dan analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tantang tanda
bahaya bayi baru lahir katagori baik sebanyak 8 responden (28,6%), kategori cukup sebanyak 9
responden (32,1%), kategori kurang sebanyak 11 responden (39,3%).
Diharapkan untuk tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas
tentang tanda bahaya bayi baru lahir dan dampak yang terjadi apabila kurangnya pengetahuan
terhadap bahaya bayi baru lahir.

Kata kunci : Pengetahuan, Tanda bahaya bayi baru lahir

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
1
ABSTRACT

Gresiella, Silvia. 0111485. 2014. Descriptive Study on Knowledge Level of Mother Postpartum
Mothers on Newborn Danger Signs in the village of Reksosari District of Suruh Semarang
District. Scientific Paper. Midwifery Academy of Ngudi Waluyo Ungaran. Supervisor I : Ari
Andayani, S.SiT.,M.Kes. Supervisor II : Eti Salafas, S.SiT

Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still very high at 34 per 1,000 live births, or
approximately 57% of these deaths occur in less than 1 month of age or when the neonate.
The purpose of this study was to discribe the knowledge level suruh of puerperal women on
newborn danger signs in the Village of Reksosari District Semarang Regency.
Method the study used quantitative descriptive method. Suruh of The research was conducted
in the village of Reksosari districts Semarang. This study was conducted on July 22 - 27,2014 with
a population of puerperal women 28 and sample 28 puerperal women, the sampling technique used
was total sampling. The research instrument used was a questionnaire, and data analysis in this
study was a univariate analysis.
The results showed that the knowledge level of puerperal women on newborn danger signs in
good category was 8 respondents (28.6%), sufficient category was 9 respondents (32.1%), less
categories was 11 respondents (39.3%).
Health workers are expected to be able to provide health education about newborn danger signs
and the impact that occurs when a lack of knowledge of the dangers of the newborn.

Keywords : Knowledge, Newborn danger sign

PENDAHULUAN dan dua pertiganya meninggal pada minggu


pertama. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Latar Belakang Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 34 per
Periode neonatal yang berlangsung sejak 1000 kelahiran hidup atau sekitar 57%
bayi lahir sampai usianya 28 hari, merupakan kematian tersebut terjadi pada umur dibawah
waktu berlangsungnya perubahan fisik yang 1 bulan atau saat neonatus (Depkes RI, 2009).
dramatis pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan
harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan Indonesia (SDKI) tahun 2010, derajat
untuk memperoleh dan mempertahankan kesehatan anak di Indonesia masih perlu
eksitensi fisik secara terpisah dari ibunya. ditingkatkan, ditandai oleh Angka Kematian
Perubahan biologis besar yang terjadi pada Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup, dan
saat bayi lahir memungkinkan transisi menurut Survei Demografi Kesehatan
lingkungan intrauterin ke ekstrauterin. Indonesia (SDKI) tahun 2010 angka kematian
Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan bayi di Indonesia tahun 2010 tercatat 26 per
perkembangan di kemudian hari (Bobak : 1000 kelahiran. Sedangkan di Provinsi Jawa
2005 : 572). Tengah Angka Kematian bayi (AKB) sebesar
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 9,27/1.000 kelahiran hidup (2008) masih
50% kematian bayi terjadi dalam periode merupakan masalah kesehatan yang harus
neonatal yaitu dalam bulan pertama segera ditangani (Dinkes, 2010). Hal tersebut
kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi menunjukkan bahwa upaya penurunan AKB
baru lahir yang sehat akan menyebabkan di Indonesia masih jauh dari target MDGs
kelainan- kelainan yang menyebabkan cacat tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun
seumur hidup, bahkan kematian (Sarwono menjadi 23 dan AKBal 32 per 1000 kelahiran
Prawirohardjo : 2006 : 132). hidup. Jika dibandingkan dengan negara
Setiap tahun di perkirakan 4 juta bayi tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura,
meninggal pada bulan pertama kehidupannya, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
2
AKBal di negara kita jauh lebih tinggi seharusnya orang tua mengetahui tanda-tanda
(Depkes, 2011). bahaya terhadap bayi mereka agar dapat
Menurut SDKI tahun 2007 penyebab mengantisipasinya lebih awal. Tanda-tanda
utama kematian neonatus dini adalah Berat bahaya bayi baru lahir yaitu: bayi tidak mau
Bayi Lahir Rendah (BBLR) (35%), asfiksia menyusu atau muntah, kejang, lemah, sesak
(33,6%) dan tetanus neonatorum (31,4%). nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu
Angka tersebut cukup memberikan kontribusi tubuh dingin, mata bernanah, diare, bayi
yang cukup besar terhadap mordibitas dan kuning (Muslihatun, 2010 :36).
mortalitas bayi baru lahir. Dan menurut Riset Pengetahuan, kemampuan, dan kepercayaan
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2011, diri ibu dalam melakukan perawatan yang
penyebab kematian bayi baru lahir umur 0-6 adekuat bagi bayinya, meliputi: menyusui
hari adalah kelainan kongenital (1%), gangguan atau pemberian makanan melalui botol,
pernapasan (37%), post matur (35%), ikterus perawatan tali pusat, kulit, dan gentalia bayi,
(6%), hipotermia (7%), sepsis (12%), dan kemampuan untuk mengenali tanda-tanda
prematuritas (34%) (Wijaya, 2012 : 79). penyakit dan masalah bayi yang umum,
Bayi baru lahir biasanya mudah sakit, jika khususnya ikterus, keamanan bayi (Varney,
sakit bisa berubah cepat menjadi kondisi yang 2008).
serius dan berat. Gejala sakit pada bayi baru Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda
lahir memang sulit untuk dikenali, untuk itu bahaya bayi baru lahir merupakan hal yang
sudah seharusnya orang tua dapat mengenali penting karena tanda-tanda bahaya bayi baru
tanda-tanda bahaya secara dini pada bayi lahir dapat merupakan gejala dari suatu
mereka sebelum keadaan bayi mereka semakin penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat
serius karena terlambat membawa ke tempat mengakibatkan kematian pada bayi. Oleh
pelayanan kesehatan dapat berujung kematian. sebab itu, sudah seharusnya ibu mengetahui
Seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir terutama
masalah yang serius, bayi dapat meninggal pada ibu agar dapat mencegah kematian pada
bila tidak ditangani segera (Kosim, 2005 : 1) bayi baru lahir. Dengan mengetahui tanda
Para orang tua terutama ibu nifas seharusnya bahaya, bayi akan lebih cepat mendapat
mengetahui tanda bahaya terhadap bayi pertolongan sehingga dapat mencegahnya dari
mereka agar dapat mewaspadainya sejak dini, kematian. Namun apabila terlambat dalam
karena tanda bahaya bayi baru lahir pengenalan dari tanda bahaya tersebut, bayi
merupakan gejala yang mampu mengancam bisa meninggal. Bayi baru lahir mempunyai
kesehatan bayi, bahkan dapat menyebabkan masalah berat yang dapat mengancam
kematian bayi (Muslihatun, 2010). Tanda kehidupannya dan memerlukan diagnosa dan
bahaya bayi baru lahir antara lain : suhu tubuh pengelolaan segera, terlambat dalam pengenalan
bayi terlalu dingin atau terlalu panas, warna masalah dan manajemen yang tepat dapat
kulit bayi kuning, pernapasan sulit atau lebih mengakibatkan kematian (Kosim, 2005 :11).
dari 60 kali per menit, tali pusat kemerahan, Dari survey tahun 2013 di wilayah kerja
berbau busuk, keluar pus, bayi mengalami Puskesmas Suruh terdapat 47 bayi yang lahir,
infeksi serta bayi muntah, Dengan mengetahui bayi yang tercatat sakit pada usia 0 - 12 bulan
tanda bahaya bayi baru lahir sejak dini, bayi sejumlah 13 bayi, diantarannya 3 bayi mengalami
akan lebih cepat memperoleh pertolongan kejang, 5 bayi mengalami demam tinggi, 2
atau penanganan sehingga dapat mencegah bayi mengalami ikterik, dan 3 bayi yang
kematian pada bayi. Namun bila terlambat lainnya mengalami diare. Dari data tersebut
mengenali tanda bahaya bayi baru lahir ditemukan 7 ibu yang terlambat membawa
tersebut, bayi akan terlambat mendapat bayinya ke tenaga kesehatan, dikarenakan 2
penanganan dan dapat menyebabkan kematian ibu mempunyai masalah ekonomi dan 5 ibu
(Kosim, 2005 :8). karena kurangnya pengetahuan mengenali
Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir tanda bahaya sehingga ibu terlambat membawa
merupakan suatu gejala yang dapat mengancam bayinnya ke fasilitas kesehatan. Dampaknya
kesehatan bayi baru lahir, bahkan dapat adalah bayi terlambat mendapatkan penangaan
menyebabkan kematian. Maka dari itu sudah segera sesuai dengan penyakit bayi, sehingga

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
3
akibat terbesar adalah kegawat daruratan atau Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten
bahkan kematian pada bayi. Semarang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang di-
lakukan peneliti kepada 6 orang ibu nifas hari Manfaat Penelitian
ke 0 – 2 di Desa Reksosari Kecamatan Suruh, 1. Bagi peneliti
dengan mengunakan metode wawancara, Menambah pengalaman peneliti dalam
didapatkan 2 ibu (33,33%) waspada terhadap melakukan penelitian tentang gambaran
beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
seperti kekuningan, bayi malas minum, tanda bahaya Bayi Baru Lahir di Desa
muntah, diare, demam dan infeksi tali pusat, 4 Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten
ibu (66,66%) menganggap bahwa bayi sakit Semarang.
adalah hal yang normal dan akan sembuh 2. Bagi masyarakat
dengan sendirinya, semua ibu mengatakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
segera membawa bayinya ke tenaga kesehatan memberikan informasi bagi ibu tentang
jika bayinya mengalami sakit. Serta berdasarkan perlunya mengetahui tanda-tanda bahaya
pengalaman penulis selama berada di pada bayi baru lahir.
Puskesmas Suruh, Kabupaten Semarang 3. Bagi institusi
menemukan beberapa kasus tanda bahaya Dapat digunakan sebagai masukan
pada bayi baru lahir seperti bayi demam atau tambahan pengetahuan yang bisa
tinggi dan tali pusat kemerahan,mengeluarkan menjadi bahan pemikiran dan dapat
pus dan bengkak, yang dilakukan oleh ibu digunakan sebagai informasi penelitian
ketika menyadari bahwa bayi dalam keadaan berikutnya.
tidak normal seperti demam tinggi yaitu 4. Bagi dunia kebidanan atau profesi
menunggu beberapa hari karena meyakini Hasil penelitian diharapkan dapat
akan sembuh dengan sendirinya, tapi memberikan informasi dan masukan bagi
kemudian ibu membawa bayi ke tenaga klinik maupun tenaga kesehatan lainnya
kesehatan karena bayi tidak kunjung sembuh tentang pengetahuan dan sikap ibu
tanpa pengobatan. terhadap tanda-tanda bahaya pada bayi
Berdasarkan uraian di atas, ditemukan baru lahir.
masih ada ibu nifas yang mempunyai
pengetahuan kurang tentang tanda bahaya METODE PENELITIAN
bayi baru lahir sehingga penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Penelitian ini dilakukan di Desa Reksosari
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda Kecamatan Suruh. Penelitian ini dilakukan
bahaya Bayi Baru Lahir di Desa Reksosari pada tanggal 22 - 27 bulan Juli 2014.
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang”. Penelitian ini menggunakan metode survey
yaitu suatu cara penelitian yang dilakukan
Tujuan Penelitian terhadap sekumpulan objek dalam jangka
1. Tujuan umum waktu tertentu. Populasi sasaran dalam
Mengetahui gambaran tingkat penge- penelitian ini adalah semua Ibu nifas di desa
tahuan ibu nifas tentang tanda bahaya Reksosari kecamatan Suruh sejumlah 28
Bayi Baru Lahir di Desa Reksosari orang pada bulan Juni 2014. Jumlah
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang responden yaitu ibu nifas berdasarkan data
2. Tujuan khusus PWS KIA didapatkan sejumlah 28 ibu.
a. Mengetahui gambaran karakteristik ibu Spesifikasi sampel dalam penelitian ini
nifas meliputi umur, pendidikan dan ditentukan dengan kriteria inklusi dan
pekerjaan di Desa Reksosari Kecamatan eksklusi. Tehnik yang digunakan dalam
Suruh. penelitian ini adalah total sampel yaitu
b. Mendeskripsikan gambaran tingkat sampel diambil dari keseluruhan populasi
pengetahuan ibu nifas tentang tanda yang ada yaitu seluruh Ibu nifas di Desa
bahaya pada bayi baru lahir di Desa Reksosari Kecamatan Suruh sejumlah 28
orang pada bulan Juli 2014. Uji validitas

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
4
dilakukan setelah angket disebar kepada Pendidikan 1 3,6
kepada ibu nifas sejumlah 20 responden di Jumlah 28 100,0
Desa Jatirejo Kecamatan Suruh. Hasil Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan bahwa dari 28 responden ibu nifas di Desa
dengan tabel nilai product moment instrument Reksosari, Kec. Suruh, Kab. Semarang,
dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel sebagian besar berpendidikan SMP, yaitu
dimana untuk n = 20 pada taraf signifikansi 5 sejumlah 14 orang (50,0%).
% r tabelnya adalah 0,444. Hasil uji validitas Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
dari 25 kuesioner dinyatakan valid semua dan Pekerjaan Ibu Nifas di Desa
dikatakan valid apabila nilai r hitung Reksosari, Kec. Suruh, Kab.
(0,503-0,778) > dari r tabel (0,444). Setelah Semarang, 2014
diperoleh hasil r hitung, kemudian hasilnya Pekerjaan Frekuensi Persentase
Bekerja 16 57,1
dibandingkan dengan nilai r tabel pada n = Tidak Bekerja 12 42,9
0,514, maka dikatakan butir soal itu reabilitas. Jumlah 28 100,0
Dari hasil perhitungan, apabila didapatkan
nilai r lebih besar dari r tabel, maka instrumen Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui
dikatakan reliabel. Dengan n sebesar 20, taraf bahwa dari 28 responden ibu nifas di Desa
signifikasi 5% adalah 0,60. Dari perhitungan Reksosari, Kec. Suruh, Kab. Semarang, lebih
uji reabilitas didapatkan nilai alpha sebesar banyak ibu yang bekerja, yaitu sejumlah 16
0,939. Sedangkan r tabel untuk n sebesar 20 orang (57,1%).
orang pada taraf signifikassi 5% didapatkan Analisis Univariat
nilai r tabel 0,939 sehingga menunjukkan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
bahwa instrumen yang dipakai dalam Pengetahuan Ibu Nifas tentang
mengukur variabel-variabel tersebut adalah Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di
reliabel. Desa Reksosari, Kec. Suruh, Kab.
Semarang, 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan Frekuensi Persentase
Baik 8 28,6
Hasil Cukup 9 32,1
Karakteristik Responden Kurang 11 39,3
Jumlah 28 100,0
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur Ibu Nifas di Desa Reksosari,
Kec. Suruh, Kab. Semarang, 2014 Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui
Umur Frekuensi Persentase bahwa pengetahuan ibu nifas tentang tanda
< 20 Tahun 1 3,6 bahaya bayi baru lahir di Desa Reksosari,
20 - 35 Tahun 24 85,7 Kec. Suruh, Kab. Semarang, sebagian besar
> 35 Tahun 3 10,7 dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 11
Jumlah 28 100,0 orang (39,3%).
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
bahwa dari 28 responden ibu nifas di Desa
Reksosari, Kec. Suruh, Kab. Semarang,
sebagian besar berumur 20 - 35 tahun, yaitu
sejumlah 24 orang (85,7%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Pendidikan Ibu Nifas di Desa Reksosari,
Kec. Suruh, Kab. Semarang, 2014
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 6 21,4
SMP 14 50,0
SMA 7 25,0

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
5
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Pada Ibu Nifas di Desa Reksosari, Kec. Suruh, Kab. Semarang, 2014
No Pertanyaan Frekuensi
Benar % Salah %
o
1 Tubuh bayi teraba dingin dan suhu bawah 36 C bukan merupakan tanda gejala 25 89,3 3 10.7
bayi terkena hipotermi*
2 Bayi tidak mau minum atau menyusu merupakan tanda gejala bayi terkena 18 64.3 10 35.7
hipotermi
3 Bayi tampak lesu dan mengantuk tidak merupakan tanda gejala bayi terkena 23 82.1 5 17,9
hipotermi*
4 Kulit tubuh bayi tampak mengeras merupakan tanda gejala bayi terkena 14 50.0 14 50.0
hipotermi
5 Bibir dan kuku tampak kebiruan merupakan tanda gejala bayi terkena hipotermi 25 89.3 3 10.7
6 Tubuh bayi teraba panas dan suhu lebih dari 37,5°C merupakan tanda gejala 18 64.3 10 35.7
hipertemi
7 Bayi dikatakan menderita hipertemi apabila terlihat tanda gejala bayi kelihatan 20 71.4 8 28.6
sulit bernafas atau nafasnya bersuara
8 Bayi mengalami penurunan berat badan bukan merupakan tanda gejala 14 50.0 14 50.0
hipertemi*
9 Bayi kelihatan mengantuk tidak normal dan selalu rewel merupakan tanda 15 53.6 13 46.4
gejala hipertemi
10 Bayi menolak untuk minum merupakan tanda gejala hipertemi 16 57.1 12 42.9
11 Salah satu tanda gejala bayi mengalami kejang adalah bayi tiba-tiba menangis 12 42.9 16 57.1
melengking
12 Bayi sangat hiperaktif merupakan tanda gejala bayi mengalami kejang 13 46.4 15 53.6
13 Bayi tampak selalu mengedip ngedipkan mata merupakan tanda gejala bayi 16 57.1 12 42.9
mengalami kejang
14 Setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung 14 50.0 14 50.0
berulang-ulang dan periodik merupakan tanda gejala bayi mengalami kejang
15 Apabila mulut bayi selalu terlihat seperti mengunyah dan menelan merupakan 15 53.6 13 46.4
tanda gejala bayi mengalami kejang
16 Apabila kulit tubuh tampak kuning merupakan tanda gejala bayi mengalami 15 53.6 13 46.4
ikterus (bayi kuning)
17 Apabila bayi mengalami kejang dan gerakan tidak menentu maka diwaspadai 20 71.4 8 28.6
bahwa bayi mengalami ikterus
18 Bayi yang mengalami ikterus maka akan terlihat dari leher bayi yang tampak 12 42.9 16 57.1
kaku
19 Bayi tidak mau menghisap bukan merupakan salah satu tanda gejala bayi 9 32.1 19 67.9
mengalami ikterus*
20 Urin dan tinja yang berwarna gelap bukan merupakan tanda gejala bayi 23 82.1 5 17.9
mengalami ikterus*
21 Bayi buang air dengan banyak cairan maka diwaspadai bayi mengalami diare 16 57.1 12 42.9
22 Diare yang dialami bayi maka tidak dapat menyebabkan dehidrasi* 15 53.6 13 46.4
23 Faktor lingkungan tidak dapat menjadi penyebab bayi terkena diare* 10 35.7 18 64.3
24 Diare disebabkan oleh virus,bakteri dan parasit 15 53.6 13 46.4
25 Ibu tidak perlu sering mencuci tangan untuk mencegah terjadi diare* 17 60.7 11 39.3

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa dan setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi
57,1% responden tidak mengetahui ketika yang berlangsung berulang-ulang adalah tanda
bayi tiba-tiba menangis melengking adalah gejala bayi kejang.
salah satu tanda gejala bahwa bayi mengalami
kejang, kemudian sejumlah 60,7% responden Pembahasan
beranggapan bahwa ibu tidak perlu sering Karateristik Responden
mencuci tangan untuk mencegah terjadi diare 1. Umur ibu nifas
pada bayi, dan sebagian responden yaitu Berdasarkan hasil penelitian tabel 1
50,0% yang tidak mengetahui tanda kulit mengenai distribusi frekuensi berdasarkan
tubuh bayi tampak mengeras adalah tanda umur ibu nifas menunjukan dari 28
gejala hipotermi, bayi mengalami penurunan responden ibu nifas di Desa Reksosari
berat badan adalah tanda gejala hipertermi, Kec. Suruh Kab. Semarang, sebagian besar

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
6
berumur 20 - 35 tahun yaitu sejumlah 24 nifas di Desa Reksosari Kec. Suruh Kab.
orang (85,7%), < 20 tahun sejumlah 1 Semarang. bekerja 16 orang (57,1%),
orang (3,6%), > 35 tahun sejumlah 3 tidak bekerja 12 (42,9%).
orang (10,7%). Dari hasil penelitian didapatkan
Dari hasil penelitian sebagian besar sebagian responden ibu nifas yang bekerja
responden yang berumur 20 - 35 tahun lebih banyak dibanding ibu nifas yang
sejumlah 24 orang (85,7%). Dalam tidak bekerja. Ibu nifas yang bekerja
kematangan usia tersebut daya pikir untuk sebanyak 16 orang (57,1%) dan yang tidak
memperoleh informasi baru lebih cepat bekerja sebanyak 12 orang (42,9%). Dari
dan dapat bertindak tepat, semakin cukup kondisi tersebut bisa dilihat bahwa
umur, tingkat kematangan sesorang akan meskipun responden bekerja namun faktor
lebih matang dalam berpikir dan bekerja. kesibukan menjadikan responden tidak
Sekarang dilihat dari kepercayaan dan memiliki waktu untuk mencari atau
penilaian masyarakat, yaitu yang usia memperoleh pengetahuan. Sehingga
lebih dewasa dan matang akan lebih pengetahuan responden tentang tanda
dipercayai dari pada seseorang yang bahaya pada neonatal kurang baik
belum cukup kedewasaannya yang dilihat Pengetahuan ibu nifas tentang tanda
melalui usia maupun bertindak sehari- bahaya bayi baru lahir
harinya. Hal tersebut juga ditunjang dari Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
segi pengalaman, usia lebih tinggi maka Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang tentang
pengalamannya akan cenderung lebih tanda bahaya bayi baru lahir berdasarkan
banyak dan dapat berpikir luas. Sehingga tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
mempengaruhi tingkat pengetahuan cukup nifas sebagian besar berpengetahuan Kurang
baik. sebanyak 11 orang (39,3%), Cukup sebanyak
2. Tingkat pendidikan 9 orang (32,1%), dan Baik sebanyak 8 orang
ibu nifas (28,6%), dari data tersebut membuktikan
Berdasarkan tabel 2 Distribusi bahwa ibu nifas di Desa Reksosari masih
Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu memiliki pengetahuan yang kurang dalam
Nifas di Desa Reksosari, Kec. Suruh, Kab. mengenal tanda bahaya bayi baru lahir
Semarang, bahwa dari 28 responden ibu terbukti dengan banyaknya responden yang
nifas di Desa Reksosari Kec. Suruh Kab. menjawab salah pada beberapa item
Semarang. SD sejumlah 6 orang (21,4%), pernyataan seperti 57,1% responden tidak
SMP sejumlah 14 orang (50,0%),SMA mengetahui ketika bayi tiba-tiba menangis
sejumlah 7(25,0), Perguruan tinggi Tinggi melengking adalah salah satu tanda gejala
sejumlah 1 orang (3,6%). bahwa bayi mengalami kejang dan sebagian
Dari hasil penelitian diperoleh responden yaitu 50,0% juga tidak mengetahui
sebagian besar responden memiliki latar setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi
belakang pendidikan SMP yaitu sebanyak yang berlangsung berulang-ulang adalah
14 orang (50,0%), kurangnya pemahaman tanda gejala bayi kejang, sedangkan menurut
tentang tanda bahaya bayi baru lahir teori Saifuddin (2006) bentuk kejang pada
sebagian responden bisa disebabkan oleh bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif,
faktor pendidikan, akan tetapi pada kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking,
penelitian ini peneliti tidak menganalisis tonus otot menghilang disertai atau tidak
pengetahuan berdasarkan pendidikan. dengan hilangnya kesadaran, gerakan tidak
Faktor pendidikan hanya diduga mem- menentu, mengedip-ngedipkan mata, gerakan
pengaruhi pengetahuan ibu nifas tentang mulut seperti mengunyah dan menelan.
tanda bahaya bayi baru lahir. Kemudian sejumlah 60,7% responden
3. Pekerjaan ibu nifas beranggapan bahwa ibu tidak perlu sering
Berdasarkan tabel 3 Distribusi mencuci tangan untuk mencegah terjadi diare
Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu pada bayi. Sedangkan menurut teori Ngastiah
Nifas di Desa Reksosari, Kec. Suruh, Kab. (2005), salah satu penyebab dari diare adalah
Semarang, bahwa dari 28 responden ibu kurangnya ibu menjaga kebersihan diri, bayi

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
7
serta lingkungan di sekitar bayi. Lingkungan tingkat pengetahuan seseorang karena
di sekitar bayi harus selalu dalam keadaan kurangnya waktu untuk mengakses informasi
kering dan bersih. Ibu haru segera mengganti tentang tanda bahaya bayi baru lahir sehingga
pakaian atau popok bayi ketika basah atau menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu
kotor. Selain itu, ibu juga harus sering nifas tantang tanda bahaya bayi baru lahir,
mencuci tangan sebelum dan sesudah Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
bersentuhan dengan bayi . tetapi lebih banyak merupakan cara mencari
Sebagian responden yaitu 50,0% yang nafkah yang membosankan, berulang dan
tidak mengetahui tanda kulit tubuh bayi banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
tampak mengeras adalah tanda gejala merupakan kegiatan yang menyita waktu.
hipotermi. Sedangkan menurut teori Saifudin Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
(2006), stadium lanjut hipotermi ditandai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
dengan muka, ujung kaki dan tangan Sedangkan menurut Nursalam dan Pariani,
berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya 2006, hal ;138).
pucat, kulit mengeras merah dan timbul Namun, pada beberapa item pernyataan
edema terutama pada punggung, kaki dan terlihat responden sudah memiliki pengetahuan
tangan. yang baik hal tersebut dapat dilihat dari
Sebagian responden yaitu 50,0% juga sebanyak 23 responden (82,1%) menyatakan
tidak mengetahiu bahwa bayi mengalami bahwa bayi yang sulit menyusui adalah tanda
penurunan berat badan adalah tanda gejala gejala hipotermi, kemudian sebanyak 25
hipertermi. Sedangkan menurut teori Safuddin responden (89,3%) sudah mengetahui bahwa
(2006) sebelumnya kita sudah banyak bibir dan kuku tampak kebiruan merupakan
mengetahui tentang demam yang sering tanda gejala hipotermi, 25 responden (89,3%)
terjadi. Kalau demam tubuh teraba panas, mengetahui bahwa apabila tubuh bayi terasa
bayi agak rewel, dan biasanya minum kurang. dingin dan suhu dibawah 36°C adalah tanda
Gejala demam pada bayi baru lahir yaitu : gejala bayi hipotermi,hal tersebut sesuai
suhu tubuh bayi lebih dari 37,5°C, frekuensi dengan teori menurut Saifudin (2006), bahwa
pernafasan bayi lebih dari 60 ×/menit, hipotermi pada bayi baru lahir dapat diketahui
terlihatnya tanda-tanda dehidrasi yaitu berat dari gejala-gejala sebagai berikut yaitu bayi
badan menurun, turgor kulit kurang, banyaknya tidak mau minum/menyusu, tampak lesu dan
air kemih berkurang mengantuk, tubuh bayi teraba dingin, dan
Kemudian ditinjau dari faktor pendidikan, dalam keadaan berat denyut jantung bayi bisa
hasil penelitian diperoleh responden yang menurun dan kulit tubuh bayi mengeras.
memiliki latar belakang pendidikan SMP Hipotermi sedang ditandai dengan aktivitas
yaitu sebanyak 14 orang (50,0%), kurangnya berkurang, tangisan lemah, kulit berwarna
pemahaman tentang tanda bahaya bayi baru tidak rata, kemampuan hisap lemah, kaki
lahir sebagian responden dapat disebabkan teraba dingin. Hipotermi berat sama dengan
faktor pendidikan, karena dengan pernyataan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan,
yang menyatakan bahwa semakin tinggi pernafasan lambat dan tidak teratur, bunyi
pendidikan seseorang semakin mudah jantung lambat. Dan stadium lanjut hipotermi
menerima informasi. Sehingga makin banyak ditandai dengan muka, ujung kaki dan tangan
pula pengetahuan yang dimiliki (Nursalam, berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya
2003,hal:90), sebaliknya pendidikan yang pucat, kulit mengeras merah dan timbul
kurang akan menghambat perkembangan edema terutama pada punggung, kaki dan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru tangan.
dikenal (Notoatmodjo, 2003,hal;68).sehingga Dari tiga pernyataan tersebut dapat terlihat
menyebabkan responden kurang banyak memiliki presentase yang tinggi tentang
mendapatkan informasi-informasi tantang beberapa tanda gejala bayi baru lahir yang
tanda bahaya bayi baru lahir. diketahui oleh ibu nifas di desa reksosari, hal
Dari faktor pekerjaan, hasil penelitian ini didukung oleh beberapa responden yang
diperoleh responden yang bekerja sebanyak berada didalam kategori cukup umur dan
16 orang (57,1%) Pekerjaan dapat mempengaruhi berpendidikan SMA dan perguruan tinggi,

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
8
selain itu dari tenaga kesehatan sudah Bobak, Irene M. Buku Ajar Keperawatan
memberikan beberapa pendidikan kesehatan Maternitas. Jakarta : EGC.
yang salah satunnya adalah tanda gejala bayi Depkes RI. (2004). Buku Kesehatan Ibu dan
baru lahir walaupun hanya sekedar garis Anak. Jakarta : Departemen kesehatan dan
besarnya saja. JICA.
Farrer, Helen. (2007). Perawatan Matenitas
PENUTUP (Edisi 2). Jakarta : EGC.
Fitriani, S. (2011). Promosi kesehatan.
Kesimpulan Yogyakarta : Graha Ilmu.
1. Karateristik ibu nifas di Desa Reksosari Hasan, Rusepno. (2005). Ilmu Kesehatan
Kecamata Suruh Kabupaten Semarang Anak 3. Jakarta : Info Medika.
sebagian besar responden berumur 20 - 35 Hidayat, AA. (2005). Pengantar Ilmu
tahun sebanyak 24 responden (85,7%), Keperawatan Anak, Jakarta : Salemba
sebagian besar berpendidikan SMP Medika.
sebanyak 14 responden (50,0%) dan Huliana, Mellyana. 2005. Perawatan Ibu
sebagian ibu nifas bekerja yaitu sebanyak Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara.
16 orang (57,1%). Kosim, Sholeh. M. (2003). Buku Panduan
2. Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
tantang tanda bahaya bayi baru lahir Untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah
sebagian besar tingkat pengetahuan Sakit Rujukan Dasar. Jakarta.: JNPK.
responden yaitu sebanyak 11 responden JNPK-KR. 2008. Pelatihan Asuhan
(39,3%) didalam kategori kurang. Persalinan Normal dan Lampiran Inisiasi
Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-KR.
Saran Liewellyn, Derek., Jones. (2004). Dasar-
1. Bagi tenaga kesehatan dasar Obstetri dan Ginekologi (Edisi 6).
Diharapkan memberikan pendidikan Jakarta : Hipocrates.
kesehatan kepada pasien sebelum Manuaba, I.B.G. (2005). Kapita Selekta
melahirkan atau sesudah melahirkan Penatalaksanaan Rutin Obstetri
tentang tanda bahaya bayi baru lahir dan Genekologi dan KB. (Edisi I). Jakarta :
dampak yang terjadi apabila kurangnya EGC.
pengetahuan terhadap bahaya bayi baru Manuaba, I.B.G. (2007). Pengantar Ilmu
lahir. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
2. Bagi responden Mansjoer, Arief. (2005). Kapita Selekta
Diharapkan masyarakat lebih mening- Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
katkan pengetahuan dengan mengikuti FKUI.
penyuluhan-penyuluhan dari tenaga Mochtar, R (2002). Sinopsis Obstetri (Jilid I
kesehatan, sering menimba ilmu dari Edisi 2). Jakarta : EGC.
media masa seperti leaflet, televisi, radio, Muslihatun, Wafi. Nur. (2010). Asuhan
majalah, koran, dan lain-lain. Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
3. Bagi peneliti selanjutnya Fitramaya.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit. Edisi
penelitian ini bisa lebih dikembangkan 2. Jakarta : EGC.
lagi untuk mengetahui tingkat pengetahuan Notoatmodjo, (2005). Kesehatan masyarakat.
ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru Jakarta : Rineka Cipta.
lahir. Notoatmodjo, (2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmojo, (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Nursalam., Susislaningrum, R., Utami, S.,
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : (2005). Asuhan keperawatan bayi dan
Rineka Cipta. anak. Jakarta : Salemba Medika.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
9
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian.
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Bandung : Alfabeta.
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Suherni, dkk. 2007. Perawatan Masa Nifas.
Penelitian (edisi pertama). Jakarta : Yogyakarta : Fitramaya.
Salemba Medika. Suriadi dan Rita Y. 2001. Asuhan
Prawirohardjo, Sarwono (2006). Pelayanan Keperawatan pada Anak, Edisi 1. Jakarta :
Kesehatan Maternal dan Neonatal. CV.Agung Seto.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Varney, Helen. (2008). Buku Saku Bidan.
Prawirohardjo. Jakarta : EGC.
Pusdiknakes. (2003). Buku 1 Konsep Asuhan Wawan dan dewi M. 2011. Pengetahuan,
Kebidanan Sikap dan Perilaku. Yogyakarta : Nuha
Rudolf, Abraham. M. (2006). Buku Ajar Medika.
Pediatri Volume 1. Jakarta : EGC. Wijaya, Awi. (2012). Kondisi Kematian
Saifudin, Abdul Bahri. (2002). Buku Panduan Angka Kematian Neonatal, Angka
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Kematian Bayi, Angka Kematian Balita,
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Angka Kematian Ibu dan Penyebabnya di
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Indonesia. Available from :
Saifuddin, Abdul Bari. (2005). Pelayanan http://www.infodokterku.com
Kesehatan Maternal dan Neonatal (Edisi Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu
1). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Sarwono Prawirohardjo Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Schwartz, M.William. (2005). Pedoman Wong, Donna. L. 2004. Pedoman Klinis
Klinis Pediatri. Jakarta: EGC. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
10
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR DI DESA REKSOSARI
KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL

Disusun Oleh :
Silvia Gresiella
NIM. 0111485

AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2014

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
11

Anda mungkin juga menyukai