S DENGAN HIPERBILIRUBIN
DI RUANG PERINA 2A RS MULYA
Dosen Pembimbing :
Sri Hartati SKM, MM
Disusun Oleh :
1. Ari Aurel Akbar
2. Aini Azahra Erinatasya
3. Putri Maharani
4. Dania Ayu Lestari
5. Estya Putri Astuti
6. Anggeline Jolie
7. Yella Sendya
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang dan salah satu
bidang yang tidak kalah pentingnya adalah bidang kesehatan. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi (Kemenkes,
2009).
Klinis ikterus pada bayi baru lahir dapat ditandai dengan berbagai data
penunjang klinis yaitu diantaranya hasil pemeriksaan labolatorium
bilirubin sebagai berikut ini: bilirubin total >10 mg% pada bayi cukup
bulan dan > 12,5 mg% pada bayi premature atau kurang bulan,
sedangkan Ermalinda (2016) mengungkapkan icterus neonatorum dapat
dibedakan berdasarkan derajatnya dan nilai total tafsiran bilirubin
berdasarkan gejala yang timbul secara visual seperti: derajat satu
kuning pada leher dan kepala atau dengan kadar bilirubin (0,5 mg%),
derajat dua sampai badan bagian atas dengan kadar bilirubin (9,0 mg
%), derajat 3 kuning sampai badan bagian bawah hingga tungkai,
perkiraan kadar bilirubin 10,4 mg%, Derajat kuning hingga meliputi
tangan dan tugkai, perkiraan bilirubin dalam darah 12,4 mg%, dan
Derajat 5 kuning meliputi telapak tangan dan kaki, perkiraan kadar
bilirubin 16,0 mg%. penunjang lainnya dapat dilakuka USG dan
radiographer untuk melihat organ empedu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas” Bagaimana penerapan
Asuhan keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubin di ruang
Perina 2A RS Mulya tahun 2018 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektivitas Asuhan keperawatan Terhadap bayi
Hiperbilirubin Di Rumah Sakit Mulya-Tangerang 2018.
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada neonatus dengan
hiperbilirubin di ruang Perina RS Mulya Tangerang
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubin di ruang Perina 2A RS Mulya Tangerang
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubin di ruang Perina 2A RS Mulya Tangerang
4) Melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubin di ruang Perina 2A RS Mulya Tangerang
5) Melaksakan evaluasi keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubin di ruang Perina 2A RS Mulya Tangerang
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
keperawatan maternitas terkait manajemen penanganan bayi baru lahir
aterm ikterus.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Rumah Sakit
Menambah wawasan bagi petugas rumah sakit tentang penanganan
bayi dengan hiperbilirubin dengan pemberian cairan ASI dan
Terapi jemur yang phototerapy.
2) Bagi peneliti
Menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh pemberian ASI
ekslusif dan terapi jemur terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir
aterm
3) Bagi pasien
Meningkatkan efektivitas penanganan manajemen bayi ikterus
dengan pemberian ASI ekslusif dan jemur bayi
4) Bagi petugas kesehatan
Sebagai masukan dan pertimbangan dalam memberikan pelayanan
kesehatan, memberikan pendampingan terhadap orang tua dengan
bayi ikterik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Hiperbilirubin
1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah konsentrasi bilirubin serum total
(BST) ≥ 5 mg/dl (86µmoI/L) keadaan ini dapat ditemukan pada bayi
dengan berbagai usia gestasi, pada bayi dengan usia gestasi 35 minggu
ditemukan sekitar 60% (Rulina, 2010). Ikterus pada bayi atau yang
dikenal dengan istilah ikterus neonatarum adalah keadaan klinis pada bayi
yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera, mukosa
akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih, orang dewasa
atau anak akan tampak ikterus apabila serum bilirubin >2
mg/dl(>17μmol/L) sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum
bilirubin > 5mg/dl (86μmol/L) (Karlina, 2016).
4. Manifestasi Klinis
suatu tanda klinis yang dapat terlihat pada kulit, mukosa, sklera
yang disebabkan terjadinya penumpukan kadar bilirubin didalam darah
atau bilirubin tak terkonjugasi, terjadinya akumulasi bilirubin dalam
darah akan menimbulkan pigmentasi bilirubin yang berwarna kuning.
Jaundice adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan
mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu
bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila
konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL (Karlina, 2010).
Hemoglobin
Heme Globin
Etiologi: Biliverdin
1. Peningkatan bilirubin
2. Gangguan fungsi hati Bilirubin
3. Gangguan transport
4. Gangguan eksresi
5. Peningkatan sirkulasi
entrohepatik
Enzyme glukoronil
transferase
Bilirubin Bilirubin Direk
indirek Phototherapy
Toksik bagi jaringan MK: Diare MK:Devisit volume
Urobilinogen Sterkobilin
(Ikterik, Malaise, Hipertermi
MK: Hiperbilirubinemia Ceiran
Lethargi).
Eksresi tinja
dan urine
MK: Risk Radiasi Metabolisme
Kerusakan
integritas
Peristaltic usus
jaringan Suhu ruang dan Frekuensi menyusu
meningkat
tubuh menurun
Gambar. 2.1
Gambar. 2.2 pedoman terapi sinar pada bayi usia gestasi ≥ 35 minggu
Keterangan:
1. Gunakan penilaian pada acuan nilai bilirubin serum total tanpa
dikurangi bilirubin direk atau indirek
2. Faktor resiko: penyakit isoimun, defisiesi G6PD, asfiksia, letargi
signifikan, instabilitas suhu, sepsis, asidosis, albumin < 3.0 gr/dl
3. Untuk neonatus usia 35-37 minggu dengan kondisi sehat: intervesi
dapat mengacu pada resiko sedang
9. Komplikasi Hiperbilirubin
1) Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2) Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengkin
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini peulis akan melakukan analisa tentang studikasus yang dilakukan pada 2
responden yaitu pasien dengan gangguan sistem Metabolisme bilirubin. Hasil analisa akan
penulis uraikan dan tuangkan dalam bentuk distribusi data responden berdasarkan
karakteristik data demografi meliputi usia, jenis kelamin, selain itu penulis akan
mencantumkan data lain melitputi hasil pengkajian fisik head to toe, hasil analisa penunjang,
diagnosa keperawatan, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi hasil intervensi
keperawatan.
B. Resume
By. Ny. S berjenis kelamin laki – laki usia 6 hari 0 bulan 0 tahun, lahir dengan jalan lahir
Caesar atas indikasi CPD pada tanggal 20 Mei 2018, usia kehamilan 38 minggu, G 1 P1A0
Berat badan lahir 2850 Gram, panjang badan 48, golongan darah O positif, ASI ekslusif,
dengan diagnose medis Hyperbilirubin.
C. Pengkajian
Kasus: 1
Identitas
Nama : By. Ny S
Tanggal Lahir : 20 Mei 2018
Tanggal rawat : 26 Mei 2018
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tanggal/ usia lahir : 6 Hari 0 Bulan 0 Tahun
D. Analisa data
Nama : By. Ny. S Ruang : Perina 2A
Umur : 6 Hari 0 Bulan 0 tahun RM : 15-61-66
No Analisa Data Diagnosa Etiologi
1 Ds: Ikterik neonatorum Usia bayi ≤ 7 hari,
Ny.S mengatakan Terhambat pengeluaran
produksi ASI sedikit feses
Bayi rewel
Bayi tampak kuning
setelah 2 hari pulang dari
RS
Tidak BAB >3hari
BAK 6x sehari
Do:
Tampak kuning area
badan hingga tungkai kaki
Bilirubin total 20,70 mg/dl
Tampak malaise dan bayi
rewel
Warna urine Jernih,
volume sedikit
Abdomen supel tidak
kembung
2 Ds: Kekurang volume cairan Penurunan pengeluaran
Ny. S mengatakan volume urine
produksi ASI sedikit
Bayi rewel,
Frekuensi BAK jarang dan
sedikit
Do:
By. Ny. S kulit elastic,
tidak kering
Warna kulit
kekuningan
Reflek bayi seperti
kehausan
BB: 2700 Gram
UUB Datar
Mukosa bibir kering
3 Ds: - Gangguan integritaas Efeksamping terapi
Do: jaringan/ kulit sinar/ radiasi,
Intruksi terapi fototerapy perubahan pigmentasi
double
Terapi double siklus
pertama penyinaran 1 x 24
jam
Perubahan warna
pigmentasi kuning pada
badan bayi meliputii area
dada hingga tungkai
Usia bayi < 7 hari
E. Prioritas diagnosa
1. Ikterus neonatorum berhubungan dengan usia bayi ≤ 7 hari, perlamabatan pengeluaran
feses
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine
3. Gangguan integritas kulit/ Jaringan berhubungan dengan efek terapi sinar/ radiasi,
perubahan pigmentasin kulit.
F. Rencana intervensi
keperawatan
No Diagnose SIKI SLKI Rasional
1 Ikterus neonatorum
Setelah dilakukan intervensi Intervensi keperawatan mandiri:
berhubungan dengan usia
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Evaluasi dini terhadap
bayi 1. Lakukan pemeriksaan tanda -
diharapkan dapat teratasi; perubahan TTV pada bayi
≤ 7 hari, perlamabatan tanda vital meliputi Nadi,
Kriteria hasil: ikterik
pengeluaran feses Respirasi, suhu
1. Asupan ASI yang adekuat 2. Evaluasi tanda dan gejala
2. Observasi perubahan warna
2. Frekuensi menyusu cukup 8 – hiperbilirubin
kulit, sclera
10 kali per 24 jam 3. Mencegah terjadinya
3. Laporkan nilai penunjang jika
3. Kadar gula dalam rentang dehidrasi dan mempercepat
terdapat hasil terbaru
normal (90 – 120 mg/dl) pengeluaran feses dan urine
4. Pigmentasi kulit tidak tampak 4. Mempercepat pemecahan
4. Observasi tanda dan gejala
ikterik bilirubin indirek agar dapat
dehidrasi meliuti (depresi
5. BAB minimal 3x/ hari dikonjugasi
fontanel, turgor, kehilangan
6. Kadar bilirubin dalam darah
BB)
5. Memperlambat penyerapan
5. Monitor BAB, warna,
bilirubin dalam usus
konsistensi, volume
dalam batas normal (≤ 5 mg/dl)
7. Ventilasi adekuat
Kolaborasi:
Penkes:
H. Evaluasi
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus komprehensif “ Asuhan keperawatan pada neonatus
hiperbilirubin di Rumah Sakit Mulya Tangerang” dapat disimpulkan sebagai
berikut ini:
1. Pengkajian klien dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya pasien
neonatus hiperbilirubin seperti didapatkan tanda dan gejala ikterus,
perlambatan BAB, menurunnya volume urine, rewel, produksi ASI terbatas,
kadar bilirubin >10 mg/dl hal ini memenuhi syarat dilakukan asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Mulya Tangerang
2. Diagnosa keperawatan 75% diagnosa keperawatan dapat di implementasikan
kepada klien RS, diantaranya adalah: (a) Ikterus Neonatus berhubungan
dengan, tertahannya feses atau usia bayi kurang dati 7 hari, (b) deficit volume
cairan berhubungan dengan kurangnya asupan cairan, dan (c) kerusakan
integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan pigmentasi kulit atau efek
sinar terapi
3. Intervensi keperawatan dapat dilakukan berdasarkan aktualnya masalah
keperawatan yaitu hiperbilirubin, Ikterus Neonatus berhubungan dengan,
tertahannya feses atau usia bayi kurang dati 7 hari, deficit volume cairan
berhubungan dengan kurangnya asupan cairan, dan kerusakan integritas
jaringan atau kulit berhubungan dengan pigmentasi kulit atau efek sinar terapi
hal ini dapat dilakukan secara kontinue selama pasien dalam masa perawatan.
4. Implementasi keperawatan dalam hal ini implementasi yang direncana pada
renpra dapat dilakukan dengan baik dan dilakukan secara berkesinambungan
baik tindakan mandiri keperawatan maupun tindakan kolaborasi, tindakan
keperawatan dilaksankan setiap jam shift oleh penulis dan dilanjutkan oleh
shift selanjutnya.
5. Evaluasi yang dapat disimpulkan dari asuhan keperawatan yang telah
dilaksankan kepada By. Ny. S dan Bayi Ny. A dapat terlaksana dan
nmengatasi masalah yang timbul, evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan sehingga penulis dapat memastikan perubahan yang terjadi
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar dapat megembangkan lagi studi kasus yang
telah dilakukan agar medapatkan data yang lebih spesifik, akurat dan dapat di
implementasikan oleh instansi – instansi pendidikan maupun pelayanan
kesehatan lainnya
2. Bagi pelayanan kesehatan
Agar dapat melakukan intervesi keperawatan secara komprehensif
berdasarkan aktualisasi masalah keperawatan yang di dapatkan saat
pengkajian keperawatan dilakukan, dan memprioritaskan aktual masalah
keperawatan
3. Bagi penulis selanjutnya
Dapat menjadi gambaran untuk melakukan inovasi dalam perkembangan ilmu
keperawatan selanjutnya, dan tatalaksana pasien dengan rencana perawatan
dirumah pasca rawat inap bayi < 7 hari.
Daftar Pustaka
Rulina, Suradi. dkk. (2010) Indonesia Menyusui asi ekslusif. Jakarta : IDAI.