PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut dapat terjadi melihat kejadiannya yang kurang lebih 70% dari semua kelahiran
hidup. Diduga adanya pengaruh dari ekonomi karena persalinan prematur lebih sering
terjadi pada golongan dengan penghasilan rendah. Persalinan preterem atau prematur
karena baik di negara berkembang maupun nengara maju penyebab morbilitas dan
mortalitas terbanyak adalah bayi yang lahir preterem. Kira-kira 75% kematian neonatus
berasal dari bayi yang lahir preterem atau prematur. (Anonim, 2011 Penyebab Utama
seorang bayi lahir dengan keadaan berat badan rendah. Data W.H.O.dan DHS
menunjukkan bahwa pada 1991 angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah adalah
2,6 persen Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2007. Mencapai 5,5 persen ini
menunjukkan terdapat peningkatan angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah
sebanyak lebih dua juta kali lipat.(Anonim, Kematian Permatur Menurut WHO diakses
08 juni 2012).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka
Kematian Bayi (AKB) didunia 54 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49
per 1000 kelahiran hidup. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 sebesar 34/1000 kelahiran hidup sedangkan angka Kematian balita
(AKBAL) pada tahun 2007 sebesar 44/1000 kelahiran hidup (Wijaya, 2010).
Menurut WHO dalam Maryunani (2009) data BBLR dirincikan sebanyak 17%
dari 25 juta persalinan pertahun didunia dan hampir semua terjadi dinegara berkembang.
Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata Thailand
penyebab Kematian neonatal yang tinggi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 ditemukan
bahwa daerah Sumut kejadian berat bayi lahir rendah sebanyak 8,2 %. Berdasarkan profil
Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011 ditemukan kejadian BBLR 1,5%
dari setiap persalinan pertahun. Bayi yang lahir dari ibu muda mengalami lebih sering
kejadian prematuritas atau berat badan kurang, dan angka kematian yang lebih tinggi dari
pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang lebih tua. Berat badan kurang mungkin
merupakan penyebab kematian janin dan bayi yang terpenting. Berat badan kurang pada
bayi yang dilahirkan dari ibu yang sangat muda ternyata berhubungan dengan cacat
bawaan fisik atau mental seperti ayan, kejang-kejang, keterbelakangan, kebutaan atau
Salah satu penyebab Kematian neonatus tersering adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR) baik cukup bulan maupun kurang bulan (prematur). Pertumbuhan dan
perkembangan BBLR setelah lahir mungkin akan mendapat banyak hambatan. Perawatan
setelah lahir diperlukan bayi untuk dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangannya.
Kemampuan ibu untuk memahami sinyal dan berespon terhadap bayi prematur
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor risiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal selain
itu BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI angka
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan
menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal/ asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
ibu dengan kehamilan normal. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah
(normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi
Di tingkat ASEAN pada tahun 2007 untuk AKB berdasarkan perhitungan dari
PBS ( Badan Pusat Statistik) diperoleh AKB sebesar 26/1000 kelahiran hidup.Angka ini
sudah jauh menurun di bandingkan tahun 2002-2003 sebesar l35/1000 kelahiran hidup
dan upayanya akan lebih ringan di bandingkan upaya pencapaian target MDG’s untuk
penurunan AKI.Adapun target AKB pada MDG’s tahun 2015 17/1000 kelahiran hidup.
Makin rendah atau kecil usia bayi yang lahir prematur maka resiko sakit atau
kematiaannya semakin besar. Setiap 5 menit indonesia menyumbang satu kematian bayi
sehingga selama satu bulan ada 600 bayi yang meninggal.hal ini menjadikan negara kita
Dewasa ini Di Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan
jawab langsung terhadap 75-79 kematian noenatal yang tidak di sebabkan oleh kongenital
letal. Angka kematian DI Indonesia pada tahun 1990 sebesar 71/1000 kelahiran hidup
Pada tahun 2006 terdapat 23 (4%) persalinan prematur dari 580 persalinan normal karena
ketuban pecah dini 9 (39,1%). Sedangkan tahun 2007 terdapat 32 (6%) persalinan
prematur dari 541 persalinan normal karena ketuban pecah dini 12 (37,5%). (Anonim,
terbanyak. Posisi Indonesia berada setelah India. Indonesia berkontribusi 15% atas
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei,
karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas
pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB)
Beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup
besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis
yang melanda Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995
sampai dengan tahun 1999 cenderung menurun yakni 55 kematian bayi per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1995 dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi 47 per 1.000
per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per kelahiran hidup.
Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar,
yaitu menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup sementara hasil SDKI 2007 hasinnya
menurun lagi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini berada jauh dari yang
diproyeksikan oleh Depkes RI yakni sebesar 26,89 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun
nilai normatif AKB yang kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard
rock), antara 40-70 tergolong sedang, namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari
sangat tajam, yaitu dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1996, lalu turun lagi
menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2003 menjadi 48 (Susenas 2003). Ini
berarti rata-rata penurunan AKB selama kurun waktu 1998–2003 sekitar 4 poin. Namun,
1.000 kelahiran hidup sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulsel pada
tahun 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007 menunjukkan
angka 41 per 1.000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh karena perbedaan besar
sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa
AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran hidup. Sementara laporan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2006
sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per 1000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan pada
tahun 2007 menjadi 709 kematian bayi atau 4,61 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk tahun
2008 ini jumlah kematian bayi turun menjadi 638 atau 4,39 per 1000 kelahiran hidup.
Di provinsi sulawesi selatan pada tahun 2007 tercatat jumlah bayi dengan berat
badan rendah prematur sebanyak 2,416 (1,56% dari total bayi lahir ) dan yang tertangani
sebanyak 2,451 orang ( 100%), Angka ditemukan di kota Makassar 295 kasus.Dan tahun
2008 jumlah bayi dengan prematur mengalami penurunan menjadi 1.998.(136%) dari
total jumlah bayi lahir. (Depkes 2012, Angka Kematian Prematur Di SULSEL).
Hasil pencatatan di RSUD pangkep jumlah bayi yang lahir dengan berat badan
lahir rendah pada bulan januari sampai desember 2012 adalah sebanyak 108 orang dari
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Manejemen Asuhan Kebidanan Pada
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini dengan penerapan Manejemen
asuhan kebidanan pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD Pangkep pada tanggal 02
juni 2013.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
proses manejemen asuhan pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD Pangkep
pangkep.
2. Tujuan khusus
potensial pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD Pangkep pada tanggal 02
d. Melaksanakan tindakan segera dan keleborasi pada bayi Ny “K” dengan prematur
kebidanan yang telah dilaksanakan pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD
D. Manfaat Penulis
E. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini secara sistematik.
1. Studi kepustakaan
Yaitu penulisan mempelajari literur-literur yang relevan dan data dari internet dalam
2. Studi kasus
bersumber pada catatan dokter ,bidan dan hasil pemeriksaan lainnya yang dapat
4. Diskusi
Mengadakan diskusi dengan bidan yang mengenai klien serta pembimbingan karya
a. Prematur adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan kurang dari 2500 gram untuk masa kehamilan,atau di sebut neonatus kurang
b. Bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33
( proverawati, 2010 : 1 )
d. Bayi permatur adalah persalinan belum cukup umur di bawah 37 minggu atau berat bayi
e. Bayi prematur adalah lahirnya bayi sebelum kehamilan berusia lengkap 37 minggu. (
Krisnadi, 2009 : 7 )
Dengan damikian prematur adalah umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
a. Faktor ibu
1) Penyakit yang menyertai: yaitu anemia,preeklamsia dan eklamsia dapat menggangu kondisi
6) Perdarahan antepartum
b. faktor janin
1) kehamilan ganda
2) hidramnion terlalu banyaknya air ketuban juga dapat menyebabkan bayi pramatur
4) cacat bawaan
Gambaran bayi prematur atau penampilan yang tampak sangat berpariasi tergantung dari
umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat
dilahirkan maka besar pula perbedaannya dangan bayi cukup bulan. Sehingga dapat di
a. Berat badan kurang dari 2500 gram,PB 45 cm,lingkar kepala kurang dari 33 cm,lingkar dada
l. Genitalia belum sempurna ,labia minora belum tertutup oleh labia mayor (pada
scrotum(pada laki-laki)
m. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang,mengakibatkan refleks hisap,menelan dan
n. Tonus otot lemah Panggerakan kurang dan lemah,sehingga bayi kurang aktif dan
pergerkannya lemah.
o. Banyak tidur,tangis lemah,pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnoe (
pantiawati, 2009 : 9 ).
Usia kehamilan antara 20-27 minggu disebut ekstrim prematur (extremely premature). (
krisnadi, 2009 : 5 )
Tingkat kematangan fungsi organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi
dengan kehidupan diluar rahim.penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan karna
belum matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur
kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kehamilan, makin tidak sempurna organ-
organnya. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur
cenderung mengalamimasalah yang bervariasi. Hal ini harus di antisipasi dan dikelola pada
masa neonatal. Adapun masalah-masalah yang terjadi adalah masalah seperti : hipotermi,
sindrom gawat nafas, hipoglekemia, perdarahan intracranial, hiperbilirubenia, rentang
a. Hipotermi
Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36
sampai dengan 37 . Segera setelah bayi lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
lebih rendah. Perbedaan suhu memberi pengaruh pada kehilangan panas pada tubuh bayi. (
pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zatyang dapat
c. Hipoglekemia
hipoglekemiadapat terjadisebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama
energi selama masa janin. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL
selama 72 jam pertama,sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40mg/dL.hal ini
d. Perdarahan intracranial
Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan
merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama
kehidupan.
e. Hiperbilirubinemia
Suatu keadaan kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi
untuk menimbulkan kern iktrus bila tidak di tanggulangi dengan baik,atau mempunyai
bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan,dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. (
d. Jumlah nilai kedua aspek kematangan tersebut dicocokkan dengan tabel patokan tingkan
Tabel 2.2
Penilaian Tingkat Kematangan Menurut Ballard
Nilai 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Minggu 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan
pengaturan suhu lingkungan, pemberian makan bila perlu pemberian oksigen, mencenga
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dapat cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan suhu bayi yang relatif
lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya aliran lemak di bawah kulit dan
hangat dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi
tetap normal. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2 kg adalah 35 dan untuk bayi dengan berat badan 2,5 kg 34 , agar ia
dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ,sebelum memasukkan bayi dalam incubator
terlebih dahulu hangatkan sampai sekitar 29,4 , unntuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2
untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang hal ini memungkinkan
Proverawati,2010 : 32 )
b. Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, kebutuhan protein 3-5g/hari dan tinggi kalori(110 kal/kg/hari), agar
berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi
cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak
Pada bayi dengan berat di atas 1500 gram dapat dimulai dengan 3 ml/kg setiap 2 jam dan
setiap kali bayi akan di beri minum , cairan lambung harus di keluarkan pemberian minum
berikutnya dapat ditambah 1ml-20ml setiap kali minum. Berikutnya mungkin dapat diberi
minum setiap 3 jam. Bilah cairan lambung yang diisap lebih dari 2 ml maka jumlah susu
yang akan diberikan harus dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan sebelumnya.
Kegagalan pemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya berat badan yang lebih dari
10 % yang disebabkan oleh pencemaran kuman pathogen atau susunan nutrisi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan bayi. Bayi dengan dehidrasiharus diberi infus. Beri minum dengan
tetes ASI / sonde karna refleks menelan belum sempurna, permulaan cairan diberikan sekitar
50-60 cc / kg BB / hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.
Jumlah pemberian
Tabel 3.2
Hari Kebutuhan
Bayi permaturitas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leokosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena
itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggaa tidak terjadi
catatan informasi dalam sistem terintegrasi untuk penggunaan yang efisien dan muda
( Muslimatun, 2009 : 27 )
Pada langka pertama ini di lakukan pangkajian dangan pengumpulan semua data
yang di perlukan untuk mungevaluasi keadaan klien secara lengkap, riwayat Kesehatan
Pada langka ini di lakukan identifikasi data yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kubutuhan klien berdasarkan interfentasi yang benar atas data-data yang di
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai penkajian.
c. langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial.
Pada langka ini data mangindentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap segera, melakukan konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini
mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk di konsulkan atau
ditangani bersama dengan anggota tim yang lain sesuai dengan kondisi klien.
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap
dapat di lengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang di pikirkan akan
terjadi berikutnya.
Pada langka ini rencana asuhan yang menyeluru di langka lima harus laksanakan
secara efisien dan aman. perencanaan ini bisa dilakukan selurunya oleh bidan atau sebagian
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainya. jika bidan tidak melakukan sendiri, dia tetap
Pada langka ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah di berikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
a. Data subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk data-data mencakup nama,
umur, tempat tanggal lahir, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhan diperoleh
dari hasil wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
b. Data objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,
diagnostik.
c. Analisis
diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menangani kesehatan
klien.
d. Penatalaksanaan
langka yang akan dilakukan oleh bidan melukukan intervensi untuk memecahkan masalah.
Tabel 4.2
Pendokumentasian asuhan kebidanan
7 langkah menurut Varney 5 langkah menurut Kompetensi SOAP
(1997) Bidan (2000)
Langkah 1 : Langkah 1 : Data Subyektif
Pengumpulan data Pengumpulan data Data Obyektif