Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan prematur merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Hal

tersebut dapat terjadi melihat kejadiannya yang kurang lebih 70% dari semua kelahiran

hidup. Diduga adanya pengaruh dari ekonomi karena persalinan prematur lebih sering

terjadi pada golongan dengan penghasilan rendah. Persalinan preterem atau prematur

masih merupakan masalah penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatologi,

karena baik di negara berkembang maupun nengara maju penyebab morbilitas dan

mortalitas terbanyak adalah bayi yang lahir preterem. Kira-kira 75% kematian neonatus

berasal dari bayi yang lahir preterem atau prematur. (Anonim, 2011 Penyebab Utama

Kematian Bayi Dan Belita, diaskes 07 juni 2012).1

Menurut Word Heaith Organization (W.H.O) mengatakan setiap 2 detik di dunia

seorang bayi lahir dengan keadaan berat badan rendah. Data W.H.O.dan DHS

menunjukkan bahwa pada 1991 angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah adalah

2,6 persen Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2007. Mencapai 5,5 persen ini

menunjukkan terdapat peningkatan angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah

sebanyak lebih dua juta kali lipat.(Anonim, Kematian Permatur Menurut WHO diakses

08 juni 2012).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka

Kematian Bayi (AKB) didunia 54 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49

per 1000 kelahiran hidup. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007 sebesar 34/1000 kelahiran hidup sedangkan angka Kematian balita

(AKBAL) pada tahun 2007 sebesar 44/1000 kelahiran hidup (Wijaya, 2010).

Menurut WHO dalam Maryunani (2009) data BBLR dirincikan sebanyak 17%

dari 25 juta persalinan pertahun didunia dan hampir semua terjadi dinegara berkembang.
Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata Thailand

(9,6%) dan Vietnam (5,2%). Di Indonesia, BBLR bersama prematur merupakan

penyebab Kematian neonatal yang tinggi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 ditemukan

bahwa daerah Sumut kejadian berat bayi lahir rendah sebanyak 8,2 %. Berdasarkan profil

Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011 ditemukan kejadian BBLR 1,5%

dari setiap persalinan pertahun. Bayi yang lahir dari ibu muda mengalami lebih sering

kejadian prematuritas atau berat badan kurang, dan angka kematian yang lebih tinggi dari

pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang lebih tua. Berat badan kurang mungkin

merupakan penyebab kematian janin dan bayi yang terpenting. Berat badan kurang pada

bayi yang dilahirkan dari ibu yang sangat muda ternyata berhubungan dengan cacat

bawaan fisik atau mental seperti ayan, kejang-kejang, keterbelakangan, kebutaan atau

ketulian (Kartono dalam Luthfiyati, 2008).

Salah satu penyebab Kematian neonatus tersering adalah bayi berat lahir rendah

(BBLR) baik cukup bulan maupun kurang bulan (prematur). Pertumbuhan dan

perkembangan BBLR setelah lahir mungkin akan mendapat banyak hambatan. Perawatan

setelah lahir diperlukan bayi untuk dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangannya.

Kemampuan ibu untuk memahami sinyal dan berespon terhadap bayi prematur

berinteraksi dan memberikan dekapan (Widiyastuti dkk, 2009).

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor risiko

yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal selain

itu BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang

selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Angka BBLR di

Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI angka

BBLR sekitar 7,5 % (Indriani, 2009).


Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan

kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan

menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal/ asuhan antenatal merupakan cara

penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi

ibu dengan kehamilan normal. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah

(normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi

patologi/abnormal (Varney, 2001).

Di tingkat ASEAN pada tahun 2007 untuk AKB berdasarkan perhitungan dari

PBS ( Badan Pusat Statistik) diperoleh AKB sebesar 26/1000 kelahiran hidup.Angka ini

sudah jauh menurun di bandingkan tahun 2002-2003 sebesar l35/1000 kelahiran hidup

dan upayanya akan lebih ringan di bandingkan upaya pencapaian target MDG’s untuk

penurunan AKI.Adapun target AKB pada MDG’s tahun 2015 17/1000 kelahiran hidup.

Makin rendah atau kecil usia bayi yang lahir prematur maka resiko sakit atau

kematiaannya semakin besar. Setiap 5 menit indonesia menyumbang satu kematian bayi

sehingga selama satu bulan ada 600 bayi yang meninggal.hal ini menjadikan negara kita

sebagai penyumbang angka kematian tertinggi di ASEAN. (Anonim, Angka Kematian

Bayi Prematur Di ASEAN, diakses 08 juni 2012).

Dewasa ini Di Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan

merupakan penyebab utama kematian perinatal.Kelahiran prematur juga bertanggun

jawab langsung terhadap 75-79 kematian noenatal yang tidak di sebabkan oleh kongenital

letal. Angka kematian DI Indonesia pada tahun 1990 sebesar 71/1000 kelahiran hidup

Pada tahun 2006 terdapat 23 (4%) persalinan prematur dari 580 persalinan normal karena

ketuban pecah dini 9 (39,1%). Sedangkan tahun 2007 terdapat 32 (6%) persalinan
prematur dari 541 persalinan normal karena ketuban pecah dini 12 (37,5%). (Anonim,

Penyebab Utama Kematian Bayi Dan Belita, diaskes 07 juni 2012).

Indonesia berada di urutan ke-5 dari 10 negara penyumbang bayi premature

terbanyak. Posisi Indonesia berada setelah India. Indonesia berkontribusi 15% atas

kelahiran bayi prematur seluruh dunia.

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei,

karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas

pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB)

di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas,

dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

Beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup

besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis

yang melanda Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995

sampai dengan tahun 1999 cenderung menurun yakni 55 kematian bayi per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 1995 dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi

per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi 47 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 2000.

Menurut hasil surkesnas/susenas, AKB di Indonesia pada tahun 2001 sebesar 50

per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per kelahiran hidup.

Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar,

yaitu menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup sementara hasil SDKI 2007 hasinnya

menurun lagi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini berada jauh dari yang

diproyeksikan oleh Depkes RI yakni sebesar 26,89 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun

nilai normatif AKB yang kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard
rock), antara 40-70 tergolong sedang, namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari

70 tergolong mudah untuk diturunkan. (datinkessulsel).

Untuk di Sulawesi Selatan, Angka Kematian Bayi menunjukkan penurunan yang

sangat tajam, yaitu dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1996, lalu turun lagi

menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2003 menjadi 48 (Susenas 2003). Ini

berarti rata-rata penurunan AKB selama kurun waktu 1998–2003 sekitar 4 poin. Namun,

menurut hasil Surkesnas/Susenas 2002-2003, AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per

1.000 kelahiran hidup sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulsel pada

tahun 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007 menunjukkan

angka 41 per 1.000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh karena perbedaan besar

sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa

AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran hidup. Sementara laporan

dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2006

sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per 1000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan pada

tahun 2007 menjadi 709 kematian bayi atau 4,61 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk tahun

2008 ini jumlah kematian bayi turun menjadi 638 atau 4,39 per 1000 kelahiran hidup.

(Anonim, profil kesehatan provinsi sul-sel diakses 30 november 2011).

Di provinsi sulawesi selatan pada tahun 2007 tercatat jumlah bayi dengan berat

badan rendah prematur sebanyak 2,416 (1,56% dari total bayi lahir ) dan yang tertangani

sebanyak 2,451 orang ( 100%), Angka ditemukan di kota Makassar 295 kasus.Dan tahun

2008 jumlah bayi dengan prematur mengalami penurunan menjadi 1.998.(136%) dari

total jumlah bayi lahir. (Depkes 2012, Angka Kematian Prematur Di SULSEL).

Hasil pencatatan di RSUD pangkep jumlah bayi yang lahir dengan berat badan

lahir rendah pada bulan januari sampai desember 2012 adalah sebanyak 108 orang dari

jumlah tersebut yang mengalami permatur adalah 15 orang.


AKB RSUD pangkep jumlah kematian bayi pada tahun 2011 sampai tanggal

penelitian sebanyak 27 bayi. (profil RSUD Pangkep).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membahas

lebih lanjut dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Manejemen Asuhan Kebidanan Pada

Bayi Ny “K” Dengan Prematur Di Rumah Sakit umum daerah pangkep.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini dengan penerapan Manejemen

asuhan kebidanan pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD Pangkep pada tanggal 02

juni 2013.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Diperolehnya informasi atau gambaran sekaligus pengalaman nyata tentang

proses manejemen asuhan pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD Pangkep

pangkep.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian data pada bayi Ny “K” dengan prematur di

RSUD Pangkep.pada tanggal 02 juni s/d 04 juni 2013.

b. Dapat menganalisis dan menginterpretasikan data untuk menegakkan di

agnosa/masalah actual pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD Pangkep

pada tanggal 02 juni s/d 04 juni 2013.

c. Menganalisis dan mengiterpertasi data untuk menentukan diagnose /masalah

potensial pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD Pangkep pada tanggal 02

juni s/d 04 juni 2013.

d. Melaksanakan tindakan segera dan keleborasi pada bayi Ny “K” dengan prematur

di RSUD Pangkep pada tanggal 02 juli s/d 04 juli 2013.


e. Merencanakan tindakan dalam asuhan kebidanan pada bayi Ny “K” dengan

prematur di RSUD Pangkep pada tanggal 02 juli s/d 04 juli 2013.

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny “K” dengan prematur di

RSUD Pangkep pada tanggal 02 juli s/d 04 juli 2013.

g. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD

Pangkep pada tanggal 02 juli s/d 04 juli 2013.

h. Mendokumentasikan semua temuan data tindakan dalam pelaksanaan asuhan

kebidanan yang telah dilaksanakan pada bayi Ny “K” dengan prematur di RSUD

Pangkep pada tanggal 02 juli s/d 04 juli 2013.

D. Manfaat Penulis

1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelelasaikan pendidikan Diploma kebidanan

Stikes Nani Hasanuddin Makassar.

2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam proses manejemen asuhan

kebidanan dengan kasus bayi dangan prematur.

E. Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini secara sistematik.

1. Studi kepustakaan

Yaitu penulisan mempelajari literur-literur yang relevan dan data dari internet dalam

pembahasan karya tulis ilmiah.

2. Studi kasus

Melaksanakan studi kasus pada bayi Ny “K” dengan menggunakan pendekatan

masalah melalui asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian merumuskan diagnosa/

masalah actual maupun masalah potensial perancanan tindakan .implementasi,serta

melaksanakan evaluasi dan dukumantesi terhadap asuhan kebidanan pada bayi

dengan kasus prematur.


3. Studi documenter

Studi dekumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan bati/klien yang

bersumber pada catatan dokter ,bidan dan hasil pemeriksaan lainnya yang dapat

memberi kontribusi menyelasaikan penulisan.

4. Diskusi

Mengadakan diskusi dengan bidan yang mengenai klien serta pembimbingan karya

ilmiah mengenai masalah yang di alami klien yaitu prematur.


BAB lI
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan umum tentang bayi prematur

1. Beberapa Pengertian bayi prematur

a. Prematur adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai

berat badan kurang dari 2500 gram untuk masa kehamilan,atau di sebut neonatus kurang

bulan sesuai masa kehamilan.( Maryanti, 2011 : 167 )

b. Bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan

atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33

cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu. ( Pantiwati, 2010 : 48 )

c. Pre-term : kurang dari 37 minggu, kurang dari 259 hari

( proverawati, 2010 : 1 )

d. Bayi permatur adalah persalinan belum cukup umur di bawah 37 minggu atau berat bayi

kurang dari 2500 gram.( Manuaba, 2012 : 436 )

e. Bayi prematur adalah lahirnya bayi sebelum kehamilan berusia lengkap 37 minggu. (

Krisnadi, 2009 : 7 )

Dengan damikian prematur adalah umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan

kurang dari 2500 gram atau disebut bayi kurang bulan.

2. Penyebab kelahiran prematur

a. Faktor ibu

1) Penyakit yang menyertai: yaitu anemia,preeklamsia dan eklamsia dapat menggangu kondisi

bayi dalam kandungan .

2) Kelainan bentuk uterus( misalnya uterus bikornis,inkompeten serviks).

3) Pernah mengalami keguguran,interval kehamilan dan paritas

4) Pernah mengalami persalinan prematur sebelumnya.


5) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

6) Perdarahan antepartum

7) Prilaku ibu : pekerjaan,perokok,alkohol, NAPZA, pola makan.

b. faktor janin

1) kehamilan ganda

2) hidramnion terlalu banyaknya air ketuban juga dapat menyebabkan bayi pramatur

3) ketuban pecah dini

4) cacat bawaan

5) infeksi intra uterin


( Krisnadi, 2009 : 43 )

3. Gambaran klinis bayi prematur

Gambaran bayi prematur atau penampilan yang tampak sangat berpariasi tergantung dari

umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat

dilahirkan maka besar pula perbedaannya dangan bayi cukup bulan. Sehingga dapat di

gambarkan bayi prematur mempunyai karakteristik :

a. Berat badan kurang dari 2500 gram,PB 45 cm,lingkar kepala kurang dari 33 cm,lingkar dada

kurang dari 30 cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

c. Kulit tipis dan transparan,tampak mengkilat dan licin

d. Kepala lebih besar dari badan

e. Lanugo banyak terutama pada dahi,pelipis,telinga dan lengan

f. Lemak subkutan kurang

g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

h. Rambut tipis dan halus

i. Tulang rawat dan daun telinga immature

j. Puting susu belum terbentuk dengan baik


k. Pembulu darah kulit banyak terlihat peristaltic usus dapat terlihat

l. Genitalia belum sempurna ,labia minora belum tertutup oleh labia mayor (pada

perempuan),pigmentasi dan rugaepada scrotum kurang,testis belum turun kedalam

scrotum(pada laki-laki)

m. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang,mengakibatkan refleks hisap,menelan dan

batuk masih lemah.

n. Tonus otot lemah Panggerakan kurang dan lemah,sehingga bayi kurang aktif dan

pergerkannya lemah.

o. Banyak tidur,tangis lemah,pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnoe (

pantiawati, 2009 : 9 ).

4. Penggolongan bayi pramatur

Berdasarkan timbulnya bermacam-macam problematika pada derajat prematuritas maka

klasifikasi menurut usia kehamilan yaitu:

a. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalinan prematur (pretrem).

b. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut sangat prematur (very pretrem).

Usia kehamilan antara 20-27 minggu disebut ekstrim prematur (extremely premature). (

krisnadi, 2009 : 5 )

5. Prognosis bayi prematur.

Tingkat kematangan fungsi organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi

dengan kehidupan diluar rahim.penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan karna

belum matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur

kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kehamilan, makin tidak sempurna organ-

organnya. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur

cenderung mengalamimasalah yang bervariasi. Hal ini harus di antisipasi dan dikelola pada

masa neonatal. Adapun masalah-masalah yang terjadi adalah masalah seperti : hipotermi,
sindrom gawat nafas, hipoglekemia, perdarahan intracranial, hiperbilirubenia, rentang

terhadap infeksi, kerusakan integritas kulit. (pantiawati, 2009 : 23 )

6. Komplikasi bayi prematur

a. Hipotermi

Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36

sampai dengan 37 . Segera setelah bayi lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang

lebih rendah. Perbedaan suhu memberi pengaruh pada kehilangan panas pada tubuh bayi. (

Maryanti, 2011 : 201 )

b. Sindrom gangguan pernapasan

Kesukaran pernapasan pada bayi prematur dapat disebabkanbelum sempurnanya

pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zatyang dapat

menurunkan tegangan dinding alveoli paru.pertumbuhan surfaktanparu mencapai

maksimunpada minggu ke-35 kehamilan.Defisiensi surfaktan menyebabkan kemampuan

untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir

ekspirasisehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang

lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.

c. Hipoglekemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa

hipoglekemiadapat terjadisebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama

energi selama masa janin. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL

selama 72 jam pertama,sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40mg/dL.hal ini

disebabkancadangan glikogenyang belum mencukupi.

d. Perdarahan intracranial

Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan

intracranial dapat terjadi karena trauma lahir,disseminated intravascular coagulopathy atau


trombositopenia idopatik. Matriks germinal epidiminal yang kaya pembuluh darah

merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama

kehidupan.

e. Hiperbilirubinemia

Suatu keadaan kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi

untuk menimbulkan kern iktrus bila tidak di tanggulangi dengan baik,atau mempunyai

hubungan dengan keadaan yang patologis.Brown menetapkan hiperbilirubenemia bila kadar

bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan,dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. (

maryanti, 2011 : 184 )

7. Peneliaan bayi dangan sistem ballard

Ballard menilia maturitas noenatus berdasarkan 7 tanda-tanda kematangan fisik dan 6

tanda kematangan neoromusculer. Penilaian di lakukan dengan cara :

a. Menilai 7 tanda kematangan fisik.

b. Menilai 6 tanda kematanga neorologik di jumlah.

c. Hasil penilaian aspek kematangan fisik dan neorologik di jumlah.

d. Jumlah nilai kedua aspek kematangan tersebut dicocokkan dengan tabel patokan tingkan

kematangan menurut ballard.


Tabel 1.2
Ciri Kematangan fisik menurut Ballard
0 1 2 3 4 5
Kulit Merah seperti Merah muda Permukaan mengelupas Daerah Seperti kertas kulit Seperti kulit retak-
agar, transparan lican/halus tanpak vena dengan/ pucat retak lebih dalam tidak retak, mengerut
tampa retak- ada vena
ruang, sedikit vena retak
menipis vena
jarang

Lanugo Tidak ada Banyak Menipis Menghila Umumnya tidak ada


ng
Lipatan plantar Tidak ada Tanda merah sangat Hanya lipatan anterior Lipatan Lipatan diseluruh
sedikit yang melintang 2/3 telapak
anterior
Payudara Hampir tidak ada Areola, datar,tidak ada Areola,seperti titi, Areola Areola penuh,tonjolan
tonjolan tonjolan lebih 5-10 mm
1-2 mm jelas,tonj
olan3-4
mm
Daun telinga Datar, tetap Sedikik Bentuknya lebih Bentuk Tulang rawantebal,
terlihat melengkung,lunak baik,lunak,mudah balik sempurna teling kaku
lambat menbalik ,
membali
k
seketika
Kelamin laki-laki Skrotum kosong, Testis turun,sedikit ruga Testis Testis
tidak ada ruga dibawa bergantung,ruganya
rugany dalam
bagus Klitoris dan labia
minora ditutupi labia
Klitoris dan labia Labia mayor dan minor mayor
Kelamin minora menonjol sama-sama menonjol
perempuan Labia
mayora
besar,labi
a minora
kecil
Sumber : ( pantiawati, 2010 : 21)

Tabel 2.2
Penilaian Tingkat Kematangan Menurut Ballard
Nilai 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Minggu 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44

Sumber : ( pantiawati, 2010 : 23 ).


8. Penatalaksanaan

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat yang perlu untuk pertumbuhan dan

perkembangan diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan

pengaturan suhu lingkungan, pemberian makan bila perlu pemberian oksigen, mencenga

infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

a. Pengaturan suhu

Bayi prematur mudah dapat cepat sekali menderita hipotermia bila berada di

lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan suhu bayi yang relatif

lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya aliran lemak di bawah kulit dan

kekurangan lemak. Untuk mencengah hipotermi,perlu di usahakan lingkungan yang cukup

hangat dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi

tetap normal. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat

badan kurang dari 2 kg adalah 35 dan untuk bayi dengan berat badan 2,5 kg 34 , agar ia

dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ,sebelum memasukkan bayi dalam incubator

terlebih dahulu hangatkan sampai sekitar 29,4 , unntuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2

untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang hal ini memungkinkan

pernapasan yang adekuat,bayi dapat bergerak tanpa di batasi pakaian,observasi terhadap

pernapasan lebih mudah. Kelembapan inkubator berkisar antara 50-60 persen. (

Proverawati,2010 : 32 )

b. Makanan bayi

Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas

lambung masih sedikit, kebutuhan protein 3-5g/hari dan tinggi kalori(110 kal/kg/hari), agar

berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi

cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak

menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. (Maryanti, 2011 : 171 )


c. Pemberian minum

Pada bayi dengan berat di atas 1500 gram dapat dimulai dengan 3 ml/kg setiap 2 jam dan

setiap kali bayi akan di beri minum , cairan lambung harus di keluarkan pemberian minum

berikutnya dapat ditambah 1ml-20ml setiap kali minum. Berikutnya mungkin dapat diberi

minum setiap 3 jam. Bilah cairan lambung yang diisap lebih dari 2 ml maka jumlah susu

yang akan diberikan harus dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan sebelumnya.

Kegagalan pemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya berat badan yang lebih dari

10 % yang disebabkan oleh pencemaran kuman pathogen atau susunan nutrisi yang tidak

sesuai dengan kebutuhan bayi. Bayi dengan dehidrasiharus diberi infus. Beri minum dengan

tetes ASI / sonde karna refleks menelan belum sempurna, permulaan cairan diberikan sekitar

50-60 cc / kg BB / hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.

Rumus untuk satu kali pemberian minum :

BB perhari x jumlah kebutuhan dalam air =.................cc

Jumlah pemberian

Tabel 3.2

pemberian minum pada bayi

Hari Kebutuhan

Umur 1 hari 60 ml/kg

Umur 2 hari 90 ml/kg

Umur 3 hari 120 ml/kg

Umur 4 hari 150 ml/kg

Umur 10 hari 180 ml/kg

Sumbar : (Wiknjosastro, 2006 : 380 )


d. Menghindari infeksi

Bayi permaturitas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,

kemampuan leokosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena

itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggaa tidak terjadi

persalinan prematuritas. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas

secara khusus dan terisolasi dangan baik. ( Maryanti, 2011 : 172 )

B. Proses Manajemen Asuhan kebidanan

1. pengertian manajemen kebidanan

Manejemen kebidanan adalah sekumpulan catatan, penyimpanan dan desiminasi dari

catatan informasi dalam sistem terintegrasi untuk penggunaan yang efisien dan muda

diterima. Dokumentasi merupakan persiapan dan catatan komunikasi mendorong untuk

membuktikan suatu informasi atau kejadian.

( Muslimatun, 2009 : 27 )

2. Proses Manejemen Asuhan kebidanan

a. Langkah I : identifikasi data dasar

Pada langka pertama ini di lakukan pangkajian dangan pengumpulan semua data

yang di perlukan untuk mungevaluasi keadaan klien secara lengkap, riwayat Kesehatan

klien,pemeriksaan laboratorium serta laporan singkat dan keterangan tambahan yang

menyangkut atau yang berhubungan dengan klien.

b. Langkah II : Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah

Pada langka ini di lakukan identifikasi data yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kubutuhan klien berdasarkan interfentasi yang benar atas data-data yang di

kumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat

dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal

yang sedang dialami wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai penkajian.
c. langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial.

Pada langka ini data mangindentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkain masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.bila kemungkinan

dilakukan pencegahan diagnosa/masalah pontensial ini benar-benar terjadi.

d. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi.

Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap segera, melakukan konsultasi,

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini

mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk di konsulkan atau

ditangani bersama dengan anggota tim yang lain sesuai dengan kondisi klien.

e. Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada langka ini di rencanakan asuhan menyeluru di tentukan oleh langka-langka

sebelumnya.langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap

dapat di lengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang di pikirkan akan

terjadi berikutnya.

f. Langkah VI : Pelaksanaan Tindakan Asuhan kebidanan

Pada langka ini rencana asuhan yang menyeluru di langka lima harus laksanakan

secara efisien dan aman. perencanaan ini bisa dilakukan selurunya oleh bidan atau sebagian

oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainya. jika bidan tidak melakukan sendiri, dia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,memastikan langkah–langkah

tersebut benar-benar terlaksana

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langka ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah di berikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kubutuhan sebagaimana telah di dentifikasikan didalam masalah dan diagnosa.

3. Pendokumentasian Asuhan kebidanan.

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk data-data mencakup nama,

umur, tempat tanggal lahir, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhan diperoleh

dari hasil wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Data objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi.perkusi.serta pemeriksaan penungjang seperti pemeriksaan laboratorium dan tes

diagnostik.

c. Analisis

Merupakan keputusan yang di tengakan dari hasil perumusan masalah yang

macakup kondisi diagnosa/masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut penengakan

diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menangani kesehatan

klien.

d. Penatalaksanaan

Menggambarkan pedokumentasian perencanaan kegiatan mencangkup langka-

langka yang akan dilakukan oleh bidan melukukan intervensi untuk memecahkan masalah.
Tabel 4.2
Pendokumentasian asuhan kebidanan
7 langkah menurut Varney 5 langkah menurut Kompetensi SOAP
(1997) Bidan (2000)
Langkah 1 : Langkah 1 : Data Subyektif
Pengumpulan data Pengumpulan data Data Obyektif

Langkah 2 : Langkah 2 : Assessment/Diagnosis


Diagnosis/masalah Assessment/diagnosis
Langkah 3 :
Antisipasi diagnosis
masalah potensial
Langkah 4 : Langkah 3 : Rencana tindakan
Pertimbangan perlunya Rencana tindakan 1. Konsultasi/rujuk
konsultasi/rujukan 2. Pemeriksaan diagnostic/
Langkah 5 : laboratorium
Rencana tindakan 3. Pemberian pengobatan
Langkah 6 : Langkah 4 : 4. Pendidikan kesehatan
Implementasi Implementasi dankonseling kesehatan
Langkah 7 : Langkah 5 : 5. Follow up pemeriksaan
Evaluasi Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai