Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu tolak ukur yang sangat
penting untuk menilai derajat kesehatan perempuan di suatu wilayah. AKI di Indonesia
dari tahun 1994 hingga tahun 2007 menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun
ke tahun. Sedangkan hasil SDKI pada tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut menunjukkan adanya
peningkatan bila dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100.000
kelahiran hidup (Kemenkes, 2012).
Di Provinsi Kalimantan Barat untuk tahun 2011, Angka Kematian Ibu masih
merujuk pada Laporan Indikator Data Base 2005. Dengan asumsi 15% dari kematian
wanita (Famale Death), Angka Kematian Ibu adalah sebesar 403,15 per 100.000
Kelahiran Hidup. Sedang Jika AKI menggunakan asumsi 20% dari kematian wanita
(Female Death), maka AKI di Kalimantan Barat sebesar 566 per 100.000 kelahiran
hidup. Jika dibandingkan dengan angka nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran pada
periode 1998 2002, dan 228 pada tahun 2007, maka kematian ibu di Kalimantan Barat
masih jauh lebih tinggi dari target yang ingin dicapai pada Millenium Development
Goals (MDGs), yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Profil
kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2011).
Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi
Tahun 2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh Perdarahan
(32%) dan Hipertensi dalam Kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama
(5%), dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh
penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32% (Kemenkes, 2012). Sedangkan penyebab
kematian ibu di Kalimantan barat terjadi 63 kasus terjadi pada saat persalinan (Profil
kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2011)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi termasuk bayi, plasenta dan
selaput ketuban dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPKKR/POGI, 2007). Proses dinamik dari persalinan meliputi empat komponen yang saling
berkaitan yang mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan. Empat
komponen ini adalah passanger (janin), passage (pelvis ibu), power (kontraksi uterus),
dan psikis (status emosi ibu). Interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis yang
1

tidak baik selama persalinan dapat memicu terjadinya partus tak maju (obstructed
labour) (Walsh, 2007).
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan penyulit yang terjadi pada
pembukaan lebih dari 4 cm atau pada fase aktif kala I di mana servik tidak mengalami
kemajuan dalam pembukaan dan tidak adanya penurunan kepala (desensus) selama 2 jam
terakhir dengan his yang adekuat (Prawirohardjo, 2007;Mochtar R, 2005).
Partus tak maju merupakan salah satu penyebab langsung dari kematian ibu,
berdasarkan data International NGO on Indonesian Development (INFID) pada tahun
2013, angka kejadian persalinan lama di Indonesia adalah sebesar 5% dari seluruh
penyebab kematian ibu.
Menurut Depkes tahun 2004, kejadian partus tak maju di Rumah Sakit di
Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050 persalinan. Di RS Santa
Elisabeth Medan tahun 2005-2009 ditemukan proporsi partus tak maju 25,2% yaitu 615
kasus dari 2.436 persalinan (Insaffita, 2005). Kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah
Makasar tahun 2006 adalah 74 kasus dari 2552 persalinan yaitu sekitar 2,89 % dari
seluruh persalinan. Penelitian yang dilakukan Soekiman di RS Mangkuyudan di
Yogyakarta didapatkan bahwa dari 3005 kasus partus lama, terjadi kematian pada bayi
sebanyak 16,4 % (50 bayi), sedangkan pada ibu didapatkan 4 kematian
(Wahyuningsih,2010). Sedangkan di RSUD dr. Soedarso sebagai Rumah sakit pusat
rujukan di kalimantan Barat, didapatkan jumlah kasus partus tak maju............................
Kejadian partus tak maju dapat disebabkan oleh muktifaktor, diantarnya adalah
yaitu faktor kekuatan (power), faktor jalan lahir (Passage), faktor janin (Passanger),
faktor psikis ibu, faktor penolong, faktor penyakit dan faktor reproduksi ibu. Faktor
kekuatan terdiri dari kontraksi dan tenaga mengejan yang dimiliki oleh ibu, faktor janin
meliputi berat badan janin, letak, presentasi dan posisi janin, faktor jalan lahir yang
dimaksud adalah kelainan ukuran dan jenis panggul serta kelainan jaringan lunaknya,
sedangkan faktor psikis ibu terdiri dari tingkat kecemasan dan rasa takut yang dialami
dalam menghadapi persalinan. Adapun faktor yang mendukung kelancaran proses
persalinan antara lain usia ibu, paritas, mobilitas dan posisi ibu bersalin, nutrisi ibu dan
riwayat persalinan yang lalu (Reeder,2011; Achadiat, 2004).
Intervensi yang tidak adekuat pada penanganan kasus partus tak maju dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas baik janin dan ibu bersalin. Komplikasi pada ibu yang dapat terjadi
diantaranya infeksi baik selama bersalin maupun pada masa puerperium, perdarahan,

fistula, ruptur uteri hingga berakhir kematian. Sedangkan pada janin dapat terjadi molase
yang berlebihan, infeksi, sepsis, asfiksia, juga kematian.
Partus tak maju dapat dicegah dengan cara mengurangi tingkat kecemasan pada
ibu hamil, dan mencegah terjadinya kontraksi yang tidak adekuat. Adapun intervensi
yang dapat dilakukan adalah dengan merencanakan kehamilan pada usia produktif,
mencegah persalinan pada usia tua, dan melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan
kekuatan kontraksi uterus, salah satunya adalah dengan melakukan senam hamil
(Manuaba, 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut mengenai kejadian partus lama di RSUD dr.Soedarso Tahun 2016.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah ............
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui.............
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1...........................
1.4 MANFAAT
1.4.1

Bagi penulis
Sebagai bahan tambahan wawasan mengenai partus tak maju bagi bidan pelaksana
di RSUD dr.Soedarso Pontianak

1.4.2

Bagi RSUD dr.Soedarso Pontianak


Hasil penulisan karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan
pertimbangan perbaikan pelayanan di RSUD dr.Soedarso Pontianak khususnya
dalam penatalaksanaan partus tak maju sehingga dapat membantu menurukan
angka morbiditas dan mortalitas ibu bersalin khususnya di Kalimantan Barat.

Referensi:
Walsh DJ. 2007. A birth centres encounters with discourses of childbirth: how
resistance led to innovation. Sociology of Health & Illness 29(2): 216-232
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2007.Ilmu kandungan. Edisi 2.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono;

4
Mochtar Rustam. 2005. Sinopsis obstertri. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai